BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
D. Saran
Berikut ada beberapa saran yang diberikan peneliti: 1. Bagi subjek dan perempuan dikalangan dewasa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi responden melakukan aktivitas cybersex sebagai gambaran yang mengacu pada interaksi bersifat relasional. Terdapat responden yang melakukan aktivitas cybersex karena dibawah tekanan pasangan dan yang tidak. Dengan demikian para responden yang melakukan aktivitas tersebut karena dibawah tekanan pasangan maupun perempuan
dikalangan dewasa perlu mengetahui kapan, dimana tindakan koersi muncul sehingga dapat memutuskan untuk tidak berhubungan dengan pasangan. Sehingga pada akhirnya tidak terjebak dalam kondisi yang tidak diinginkan seperti konflik.
2. Bagi orang tua yang memiliki anak perempuan dan lembaga perkawinan
Sebagai agen sosial, orang tua maupun lembaga perkawinan hendaknya mampu memberikan pemahaman atau pendekatan kepada anak maupun perempuan saat ini untuk waspada dalam memilih dan mengenal teman berelasi yang pada akhirnya akan memberi dampak pada setiap perilaku. Selain itu, peneliti juga mengajak para orang tua maupun lembaga perkawinan untuk mengkritisi pola pikir tabu dalam membahas pengalaman seks sehingga anak/ perempuan berani terbuka menceritakan pengalaman seks mereka.
3. Bagi penelitian lain yang tertarik melakukan penelitian terkait dengan topik cybersex
Apabila ada peneliti yang ingin meneliti dengan topik serupa diharapkan memperhatikan adanya keterbatasan penelitian yang dimiliki sehingga bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kuantitas sample maupun metode. Peneliti mendorong peneliti lain untuk menambah jumlah subjek. Selain itu, peneliti
menyarankan kepada peneliti yang akan datang untuk mencoba menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sehingga hasil yang didapat bisa semakin kaya dan dapat melengkapi hasil dari penelitian ini.
74
DAFTAR PUSTAKA
Baumgartner et al. (2012). Identifying Teens risk: Developmental Pathways of OnSRB and OffSRB, Pediatrics. DOI: 10.1542/peds.2012-0842
Browning, J.R, Hatfield, E. (2000). Sexual Motives, Gender, and Sexual Behavior. Archives of Sexual Behavior, vol 29, No 2
Carvalheira, A et al. (2003). Cybersex in Portuguese Chatrooms: A study of Sexual Behaviors Related to Online Sex. Journal of Sex & Marital Therapy, 29:345-360. DOI: 10.1080/00926230390224729
Cooper et al. (2001). Online Sexual Problems: Assessment and Predictive Variables. Sexual Addiction & Compulsivity, 8:267–285.
Cooper, Al., Golden, Gale H & Ferraro, JK. (2002). Online Sexual Behaviors in the Workplace: How can Human Resource Departments and Employee Assistance Program Respond Effectively?. Sexual Addiction& Compulsivity, 9:149-165. DOI: 1080/10720160290062293
Cooper et al. (2003). Predicting the future of internet sex : online sexual activities in Sweden. Sexual and Relationship Therapy; Vol 18, No. 3. DOI: 10.1080/1468199031000153919
Corbin, Juliet & Strauss Anselm. (2009). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corley, M & Hook, J.N. (2012). Women, Female Sex and Love Addicts, and Use of the Internet. Sexual Addiction & Compulsivity, 19:53-76. DOI: 10.1080/10720162.2012.660430
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among five approaches (ed-2). United States of America : Sage Publications, Inc. Daneback, K., Cooper, Al., & Axel Mansson, S. (2005). An Internet Study of Cybersex Partisipants. Archives of Sexual Behavior, Vol 34, No. 3. DOI: 10.1007/s110508-005-3120-z
Daneback, K., Axel Mansson, S & Ross, M.W. (2007). Using the Internet to Find Offline Sex Partners. Cyberpsychology & Behavior, Vol 10, No 1. DOI: 10.1089/cpb.2006.9986
Delmonico, D.L., & Griffin, E.J. (2008). Cybersex and the E-teen : What Marriage and Family Therapists Should Know. Journal of Marital and Family Therapy; Vol.34, No. 4, 431-444
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Balai Pustaka
Döring, N. M. (2009). The Internet’s impact on sexuality : A Critical Review of 15 Years of Reaearch. Computers in Human Behavior; 1089-1101. DOI: 10.1016/j.chb.2009.04.003
Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality (ed. Ke-6). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Grov, C., Gillespie, B.J.,Royce, T., & Lever, J. (2011). Perceived Consequences of Casual Online Sexual Activities on Heterosexual Relationships: A U.S Online Survey, Arch Sex Behav, 40; 429-439. DOI: 10.1007/s10508-010-9598-z
Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (cetakan pertama). Yogyakarta: Kanisius.
Hans, Mark L, Selvidge Brittney D. (2011). Online Performance of Gender : Blogs, Gender Binding and Cybersex as Relational Exemplars; No 314 Holzner, Oetomo. (2004). Youth, sexuality and sex education message in
Indonesia : Issues of desire and control. Reproductive Health Matters. 12 (23), 40-49. Diambil dari http://www.rhmjournal.org/home
McClelland, David C. (1985). Human Motivation. Scott, Foressman and Company Megan E. Patrick Æ Christine M. Lee. (2010) Sexual Motivations and
Engagement in Sexual Behavior During the Transition to College, Arch Sex Behav, 39:674–681. DOI 10.1007/s10508-008-9435-9
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung. Rosdakarya
Noni N S, Ridhoi M P. (2012). Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja Pelaku Cybersex Di Kota Medan Psikologia- online, 2012, Vol. 7, No. 2, hal. 62-73
Nurrachman, Nani dkk. (2011). Psikologi Perempuan: Pendekatan Kontekstual Indonesia. Jakarta: Univeritas Atma Jaya
Parker, Ian. (2008). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Andi
Petri, Herbert L. (1981). Motivation: Theory and Research. California: Wadsworth Inc
Rimington, D. D., & Gast, J. (2007). Cybersex Use and Abuse: Implications for Health Education. American Journal of Health Education; Vol 38, No.1 Ross, Michael. W., Axel Mansson, S & Daneback, K. (2012). Prevalence,
Severity, and Correlates of Problematic Sexual Internet Use in Swedish Men and Women, Arch Sex Behav; 41: 459-466. DOI: 10.1007/sd10508-011-9762-0
Robbins, S. P. (2004). Organizatonal Behavior (ed. Ke-10). New York: Prentice-Hall International Inc.
Santrock, Jhon W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Jilid II). Jakarta: Erlangga
Shaughnessy, K., Byers. S., & Thornton. S. J. (2011) What is Cybersex? Heterosexual Students Definition. International Journal of Sexual Health, 23: 79-89. DOI: 10.1080/19317611.2010.546945
Sprecher, Susan & McKinney, K. (1993). Sexuality. Sage Series On Close Relationships. International Educational and Proffesional Publisher. London
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Suler, Jhon. (1999). The Basic Psychological Qualities of Cyberspace: Cyberspace as Psychological Space. Cyberpsychology & Behavior
Suler, Jhon. (2004). The Online Disinhibition Effect. Cyberpsychology & Behavior Vol 7, No. 3
Uno, Hamzah, B. (2008). Teori Motivasi & Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zbyněk Vybíral, David Šmahel, Radana Divínová. (2004). Growing Up In Virtual Reality –Adolescents And The Internet
_________Seorang Wanita Lakoni Cybersex dengan 60 Pria.
http://inet.detik.com/ seorang-wanita-lakoni-cybersex-dengan-60-pria.
diambil tanggal 5 Oktober 2013
_________ Psikologi (Perkembangan Dewasa Awal)|Info Psikologi
www.pychologymania.wordpress.com
_________ Perempuan Indonesia Terjajah secara Budaya
www.wartafeminis.com
diambil tanggal 28 Juli 2014
_________ Pro Kontra Budaya Patriarki di Indonesia
www.mediadanperempuan.org
78
LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Concent)
Pada kesempatan ini, saya Lana Dara Florencys mahasiswa psikologi yang akan menyelesaikan tugas akhir dengan judul: “Studi Grounded Theory tentang Motivasi Perempuan Melakukan Aktivitas Cybersex” memohon Saudari untuk bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam apa saja alasan Anda melakukan aktivitas cybersex. Anda dipilih menjadi responden dalam penelitian ini karena telah memenuhi beberapa kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya seperti berusia dewasa awal, belum menikah dan pernah menggunakan cybersex. Selain itu, keuntungan yang dapat Anda peroleh adalah Anda dapat memahami dinamika-dinamika yang terjadi didalam diri Anda saat melakukan aktivitas cybersex.
Data akan dikumpulkan melalui metode wawancara yang akan direkam menggunakan digital recorder selama kurang lebih 30 menit. Peneliti akan meminta Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan secara terbuka terkait dengan tujuan penelitian ini. Dalam prosesnya, Anda diminta untuk mengingat kembali pengalaman terdahulu yang memungkinkan timbulnya emosi atau perasaan yang kurang menyenangkan pada diri Anda. Oleh karena itu, bila Anda merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut, Anda berhak memutuskan untuk berhenti dari proses penelitian ini. Wawancara dapat dilakukan kapanpun saat Anda merasa nyaman dan siap bercerita dan peneliti sangat fleksibel dengan kesediaan waktu yang Anda berikan.
Hasil data yang diperoleh sifatnya rahasia sehingga Peneliti tidak akan membagikannya kepada siapapun kecuali dosen pembimbing. Nama Anda akan diganti dengan inisial. Tandatangan Anda menyatakan bahwa Anda bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini dan tidak mengikat Anda untuk tetap menjadi responden penelitian sampai penelitian ini berakhir. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih
Responden penelitian Peneliti
Open dan Axial Coding
A. PERSONAL MOTIVE A. 1 KEINGINAN BERELASI A.1.1. Keinginan mengenal antar pribadi
I/54-57 Meminta untuk adanya proses mengenal terlebih dahulu
A.1.2. Keinginan disayang pasangan A.1.3 Mendapat Kenalan II/809-811 Melakukan texting dengan
pasangan karena ingin disayang
IV/ 256-257 Melakukan chatting dengan orang asing untuk mendapat kenalan
A. 2 HIBURAN A.2.1. Kesenangan/ Candaan
II/ 108-109 Cybersex untuk candaan IV/32-33 Memakai omegle untuk
kesenangan
A.2.2. Mempelajari bahasa inggris dan mecari kegiatan lain IV/15-32;
197-200
Melakukan chatting bersama orang asing melalui omegle lebih menarik karena bisa mempelajari bahasa inggris dan kegiatan tersebut dilakukan untuk mencari kegiatan lain
A. 3 KEINGINTAHUAN PENGALAMAN SEKS PASANGAN A.3.1. Keinginan mengetahui seks pasangan
II/ 141-148 Keinginan mengetahui seks yang dapat di explore melalui pasangan yang sudah memiliki pengalaman sebelumnya
A.3.2 Ingin tahu orang asing menyukai seks, cara melakukannya dan melihat reaksi wajah IV/ 80-83;
100-102
Keinginan melakukan obrolan seks pada orang asing sebagai selingan untuk melihat kesukaan, cara melakukan hubungan seks dan melihat reaksi wajah mereka
A. 4 KEINGINTAHUAN SELERA SEKS PASANGAN A.4.1. Keingintahuan respon dan hasrat pasangan
III/ 302-313 Melakukan obrolan seks untuk mengetahui respon dan hasrat pasangan bila digoda
A. 5 PERAN MEMENUHI KEBUTUHAN SEKS PASANGAN A.5.1 Tanggung Jawab
I/537-541 Memenuhi keinginan pasangan yang meningkat karena tidak ingin terjadi konflik dan merasa memiliki tanggung jawab sebagai pacar
A. 6 PRINSIP KEBUTUHAN FISIOLOGIS A.6.1 Seks Kebutuhan Dasar
II/ 655-657 Apapun medianya seks sudah menjadi kebutuhan dasar
A. 7 KEBUTUHAN AFEKSI A.7.1. Ingin obrolan santai dan mendapat kenyamanan I/ 838-840;
890-898
Menginginkan obrolan santai dan kenyamanan saat PS
A.8 KEINGINAN MEMBANTU MELEPAS TEGANGAN PASANGAN A.8.1. Cara melepas tegangan
III/ 329-335
Memberitahu untuk memakai sabun ketika pasangan merasa “pengen” saat melakukan obrolan seks
A. 9 KEBUTUHAN SEKS A.9.1. Memenuhi hasrat (nafsu)
III/ 313-322
Melakukan obrolan seks untuk pemuasan hasrat pribadi A.9.2 Keinginan berhubungan seks III/286-288 Memprotes pasangan karena
obrolan seks yang dilakukan sebatas omongan saja dan menginginkan untuk melakukan secara nyata
B. INTERPERSONAL MOTIVE B.1 KELEBIHAN MEDIA
B.1.1. Aman B.1.3 Mudah, semua bisa masuk dan
memilih dengan siapa saja I/
1138-1145
Melakukan obrolan seks melalui PS dirasa lebih aman
IV/ 173-174; 187-189
Melakukan obrolan seks melalui situs internet lebih mudah, semua bisa masuk dan memilih dengan siapa saja
B.1.2. Simple III/ 353-357
Melakukan obrolan seks melalui sms dirasa lebih simple
B.2 KONFLIK BATIN
B.2.1 Konflik B.2.3 Permintaan bertingkat
I/ 16-17 Pertengkaran dengan pasangan karena permintaan foto bugil
I/ 86-88 Permintaan pasangan yang semakin meningkat yaitu meminta untuk mengirim video
B.2.2 Komplain Pasangan B.2.4 Tuntutan Perhatian
I/393-394 Komplain karena foto tidak jelas I/ 1157 Dalam sehari harus mengirimkan foto III/ 366-368 Keinginan pasangan untuk
digoda dan dimanjakan C.3 KEDEKATAN AFEKSI
C.3.1 Keterbukaan dan kenyamanan membahas seks II/55-57;
130-132
Membahas seks dirasa sangat terbuka dan nyaman
C.3.2 Komitmen C.3.3 Bebas menjadi diri sendiri
III/ 446-458
Keterbukaan membahas seks menimbulkan komitmen berpasangan
II/ 223-226 Kenyamanan dan keterbukaan membahas seks bisa
menimbulkan kebebasan dalam diri D.4 KONDISI SEPI D.4.1 Loneliness Pasangan II/657-673; 861-862
Pasangan dianggap mengalami kesepian sehingga melakukan obrolan seks
E.5 PEMUASAN HASRAT DENGAN EMOSI E.5.1 Bukti rasa sayang
I/ 35-38 Permintaan foto bugil yang dilakukan pasangan sebagai bukti rasa sayang