• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN ADPATSI FISIOLOGIS MASA PORTPARTUM

3. Konsep Dasar Postpartum 1 Defenisi postpartum 1Defenisi postpartum

3.3 Adaptasi Fisiologis Postpartum

Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian terhadap hal-hal yang bersifat karakteristik selama masa postpartum. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, dianggap hal normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik ( Bobak, et al., 2005).

3.3.1 Sistem Reproduksi 3.3.1.1 Involusi Uteri

Selama masa postpartum, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi (Saleha, 2009). Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi fundus uteri (TFU) ± 1 cm diatas umbilikus dan turun 1-2 cm tiap harinya. Enam hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan antara umbilikus dan simfisis.Sembilan hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis.Satu sampai dua minggu postpartum, berat uterus berkisar antara 350-500 gr dan pada minggu ke 6 postpartum, berat uterus antara 50-60 gram (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Involusi uterus melibatkan pereorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta yang diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran, berat dan warna serta banyaknya lokea.Desidua tertinggal di dalam uterus. Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akanmamual neorco, suatu lapisan

superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan dikeluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah endometrium basilar didalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan waktu kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

3.3.1.2 Lokea

Lokea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa postpartum.Lokea biasanya berlangsung ± 2 minggu setelah bersalin namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hinga 56 hari setelah bersalin.Lokea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kejadian lokea ini akan berkurang jumlahnya sebagai lokea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguinolenta, serosa dan akhirnya lokea alba. Hal yang biasa ditemui adalah adanya jumlah lokia yang sedikit pada saat ibu berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ibu berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml.Lochea dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a) Lochea rubra/cruenta, muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel,

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium. b) Lochea sanguinolenta,

3sampai ke-7 pasca persalinan.c) Lochea serosa, dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning.Cairan tidak berdarah lagi padahari ke 7-14 pasca persalinan.d) Lochea alba, dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krimserta terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua.e) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.f) Locheastatis, lochea tidak lancar keluar.

3.3.1.3 Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebalendometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).

3.3.1.4 Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setalah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin, serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm saat persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasukkan 2-3 jari. Pada minggu ke -6 postpartum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).

3.3.1.5 Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformisyang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).

3.3.1.6 Kelenjar mammae

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Setelah melahirkan, hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi (hormon laktogenik).Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara mulai menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.Sel- sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus

bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat belanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).

3.3.2 Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Biasanya buang air besar akan tertunda 2-3 hari postpartum.Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Nafsu makan, pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar dan mulai makan 1-2 jam setelah melahirkan (Varney, Helen 2007). Pemulihan nafsu makan memerlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.Secara khas tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.3 Sistem perkemihan

Pelvis renalis dan ureter yang meregang dan berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum (Varney, Helen 2007).Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen dan berakhir hingga hari ke 5 pascapartum. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan interstisial dan kelebihan volume darah.Kemungkinan terdapat spasme

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Protein dapat muncul di dalam urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.Kandung kemih masa postpartum mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.Haluaran urin mungkin > dari 3000 mL per hari.Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.4 Tanda-tanda vital

Setelah melahirkan tanda-tanda vital ibu postpartum mengalami beberapa perubahan.Perubahan tersebut meliputi peningkatan tekanan darah sistol dan diastol selama 4 hari setelah melahirkan. Fungsi pernafasan akan kembali normal setelah 6 bulan, diafragma menurun, aksis jantung dan EKG kembali normal (Bobak, et al., 2005).

3.3.4.1 Suhu Badan

Suhu tubuh adalah keseimbangam antara panas yang dihasilkan tubuh dengan panas yang dikeluarkan tubuh (Erb & Kozier, 2009).Perubahan dalam suhu tubuh, sebagai contoh berkorelasi dengan gangguan kualitas tidur.Secara normal, suhu tubuh meningkat pada siang hari, menurun secara bertahap kemudian turun secara tajam setelah seseorang tidur. Jika siklus tidur-bangun menjadi terganggu, fungsi fisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasa dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan seseorang (Potter & perry, 2005).

3.3.4.2 Nadi

Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dan volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral/ perifer (Erb & Kozier, 2009).Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum kehamilan.

3.3.4.3 Tekanan Darah.

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pada ibu postpartum tekanan darah pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh pendarahan.Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya pre-eklampsia postpartum. Menurut Potter & Perry, (2005 ) selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

3.3.4.4 Pernafasan

Pernafasan adalah aktivitas bernafas.Faktor yang mempengaruhi pernafasan salah satunya adalah aktivitas fisik yang dibuktikan dengan pernafasan meningkat dalam hal frekuensi dan kedalaman saat beraktivitas fisik (Erb & Kozier, 2009).Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali/ menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat dan normal.Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011). Penambahan berat badan pada ibu menyebabkan ibu mendengkur saat tidur sehingga membuat ibu kesulitan tidur.

3.3.5 Sistem muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal pada ibu postpartum termasuk penyebab relaksasi dan hipermobilitas sendi.Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu postpartum (Sulistyawati, 2009).

Dokumen terkait