• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kualitas Tidur Dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan Johor"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Hubungan Kualitas Tidur dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan

Oleh:

Dewi Anggraeni Sylvia Siregar

Saya adalah Dewi Anggraeni Sylvia Siregar mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kualitas Tidur dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur ibu postpartum, gambaran adaptasi fisiologis ibu postpartum, dan hubungan kualitas tidur dengan adapatsi fisiologis masa postpartum di Klinik Sumiariani Medan.Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif kepadaibu sebagai responden. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian data. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi ibu sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika ibu tidak bersedia maka ibu berhak untuk menolak karena tidak ada unsur paksaan dalam pengisian kuesioner penelitian.Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi ibu saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2016

Peneliti Responden

(3)

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Kualitas Tidur dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum. A. Data Demografi

Petunjuk pengisian:

Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisii sauda saat ini.

฀ Lain- lain ………..(sebutkan) 5. Pendidikan terakhir :

(4)

฀ < 4 jam

฀ 4 – 5 jam

฀ 5-7 jam

฀ > 7 jam

2. Berapa lama waktu yang ibu butuhkan untuk dapat tertidur tadi malam?

฀ > 60 menit

฀ 30-60 menit

฀ 15-30 menit

฀ < 15 menit

3. Berapa kali ibu terbangun selama tidur tadi malam?

฀ > 5 kali

฀ 3-4 kali

฀ 1-2 kali

฀ Tidak ada

4. Berapa lama ibu tidur di siang hari?

฀ Tidak pernah

฀ < 1 jam

฀ 1-2 jam

฀ > 2 jam

5. Seberapa nyenyak tidur ibu tadi malam?

฀ Sangat tidak nyenyak sekali

฀ Tidur tapi sering terbangun

฀ Tidur tapi tidak cukup nyenyak

฀ Sangat nyenyak

6. Bagaimana perasaan ibu saat bangun pagi ini?

฀ Sangat mengantuk

฀ Mengantuk

฀ Sedikit mengantuk

฀ Merasa segar dan tidak mengantuk

7. Apakah ibu merasa puas dengan tidur yang dialami tadi malam?

฀ Tidak merasa puas

฀ Sedikit puas

฀ Lumayan puas

(5)

Petunjuk pengisian

1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi ibu/saudari alami

2. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kolom yang telah disediakan

Dengan pilihan jawaban :

1. Ibu mengalami mulas setelah melahirkan

2. Ibu merasakan perutnya

menengang saat mulas 2-4 hari setelah melahirkan

3. Ibu mengeluarkan cairan berwarna merah sesaat setelah melahirkan

4. Pengeluaran cairan berwarna merah bertambah banyak saat ibu melakukan aktivitas

5. Cairan berwarna merah berubah warna menjadi merah kekuningan pada hari ke -3 setelah

melahirkan

6. Pengeluaran ASI terjadi pada hari pertama setelah melahirkan 7. Payudara membengkak dan

menegang seiring proses menyusui

8. Ibu merasa nyeri di payudara setelah melahirkan

9. Pemulihan nafsu makan ibu berlangsung 3-4 hari setelah melahirkan

10. Ibu mengalami susah buang air besar setelah melahirkan

11. Proses berkemih terjadi ≤ 8 jam setelah melahirkan

(6)

buang air kecil walau sudah ingin buang air kecil

14. Ibu mulai bergerak miring kiri dan miring kanan 6 jam pertama setelah melahirkan

15. Ibu mulai duduk ditepi tempat tidur 6-8 jam pertama setelah melahirkan

(7)

D. Lembar Observasi 1. Wajah:

a. Letih dan lesu b. Segar

2. Tinggi fundus uteri turun: a. < 1-2 cm/ hari

a. Merah dan kecoklatan ( rubra) b. Merah dan kuning(sanguinolenta) c. Merah jambu dan kuning (serosa) d. Putih hingga krim (alba)

5. Frekuensi mengganti balutan / hari: a. ±2 kali dalam sehari

b. > 3 kali dalam sehari

6. Payudara : a. Lembek

b. Meregang dan menegang

7. Putting susu:

a. Tidak ada putting/ datar b. Menonjol

8. Pengeluaran ASI:

a. Keluar dengan sendirinya b. Harus di stimulasi

9. Bentuk ASI :

(8)

b. > 20 kali/ menit

11. Buang air besar (BAB) dilakukan: a. 2-3 hari

b. > 3 hari

12. Konsistensi feses: a. Lunak

b. Keras

13. Buang air kecil: a. ≤ 6-8 jam b. >8 jam

14. Frekuensi berkemih dalam sehari: a. ≤ 7 kali sehari

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Anggraeni Sylvia Siregar

Tempat tanggal lahir : Kotanopan, 11 November 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Desa Sayurmaincat Kec. Kotanopan Kab. Madina

Riwayat Pendidikan :

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

MASTER DATA KUALITAS TIDUR

No. responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 jumlah kategori koding

1 0 2 0 1 2 1 0 6 buruk 1

2 1 2 0 0 3 2 0 8 buruk 1

3 0 o 2 0 2 0 0 4 buruk 1

4 2 2 2 2 3 3 2 16 baik 2

5 0 3 0 0 2 1 0 6 buruk 1

6 0 2 0 1 0 2 1 6 buruk 1

7 2 3 2 2 3 3 2 17 baik 2

8 0 2 0 2 2 0 0 6 buruk 1

9 0 2 0 2 3 0 0 7 buruk 1

10 0 2 1 2 3 1 0 9 buruk 1

11 0 0 2 0 0 1 2 5 buruk 1

12 0 1 2 0 2 1 0 6 buruk 1

13 0 3 2 3 1 2 0 11 buruk 1

14 0 1 2 0 2 1 0 6 buruk 1

15 1 3 2 0 3 2 2 13 buruk 1

16 2 3 1 1 0 3 2 12 buruk 1

17 0 1 0 1 2 2 0 6 buruk 1

18 2 2 1 3 1 1 2 12 buruk 1

19 0 1 2 0 2 1 1 7 buruk 1

20 3 2 3 3 3 3 3 20 baik 2

(16)

24 1 3 1 1 2 1 0 9 buruk 1

25 1 0 1 0 1 2 1 6 buruk 1

26 1 2 2 0 2 3 2 12 buruk 1

27 0 3 1 3 3 3 3 16 baik 2

28 3 1 3 1 3 3 3 17 baik 2

29 2 3 1 3 2 2 1 14 buruk 1

(17)
(18)

23 4 1 4 1 2 2 4 4 3 3 4 4 2 2 3 3 46 normal 2

24 4 2 4 1 2 2 3 3 4 3 3 4 2 1 4 4 46 normal 2

25 2 2 2 3 3 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 3 32 tidak

normal

1

26 3 3 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 50 normal 2

27 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 2 1 4 3 48 normal 2

28 1 1 1 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 3 4 30 tidak

normal

1

29 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 3 1 4 4 43 normal 2

(19)

MASTER DATA ADAPTASI FISIOLOGIS (OBSERVASI) No.

responde n

p1 p2 p3 p4 p5 P6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 TOTAL Kategori Koding

1. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 23 normal 2

2. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 23 normal 2

3. 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 24 normal 2

4. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 22 normal 2

5. 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 24 normal 2

6. 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 normal 2

7. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 25 normal 2

8. 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 25 normal 2

9. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 22 normal 2

10. 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 25 normal 2

11. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 22 normal 2

12. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 22 normal 2

13. 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 23 normal 2

14. 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 24 normal 2

15. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 25 normal 2

16. 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 normal 2

17. 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 normal 2

18 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 27 normal 2

19 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 23 normal 2

(20)

23. 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 24 normal 2

24. 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 normal 2

25. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 25 normal 2

26. 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 25 normal 2

27. 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 25 normal 2

28. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 21 normal 2

29. 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 24 normal 2

(21)

LAMPIRAN 11

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DATA DEMOGRAFI

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 19 1 3.3 3.3 3.3

22 1 3.3 3.3 6.7

23 1 3.3 3.3 10.0

24 2 6.7 6.7 16.7

25 2 6.7 6.7 23.3

26 3 10.0 10.0 33.3

27 4 13.3 13.3 46.7

28 4 13.3 13.3 60.0

29 2 6.7 6.7 66.7

30 1 3.3 3.3 70.0

31 1 3.3 3.3 73.3

32 2 6.7 6.7 80.0

34 2 6.7 6.7 86.7

36 3 10.0 10.0 96.7

(22)

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 19 1 3.3 3.3 3.3

22 1 3.3 3.3 6.7

23 1 3.3 3.3 10.0

24 2 6.7 6.7 16.7

25 2 6.7 6.7 23.3

26 3 10.0 10.0 33.3

27 4 13.3 13.3 46.7

28 4 13.3 13.3 60.0

29 2 6.7 6.7 66.7

30 1 3.3 3.3 70.0

31 1 3.3 3.3 73.3

32 2 6.7 6.7 80.0

34 2 6.7 6.7 86.7

36 3 10.0 10.0 96.7

38 1 3.3 3.3 100.0

(23)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UMUR 30 19 38 28.57 4.584

Valid N (listwise) 30

LAMAMASANIFAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MINGGU 1-2 7 23.3 23.3 23.3

MINGGU 3-4 17 56.7 56.7 80.0

MINGGU 5-6 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LAMAMASANIFAS 30 1 3 1.97 .669

(24)

JUMLAHANAK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ANAK KE 1 9 30.0 30.0 30.0

ANAK KE 2 10 33.3 33.3 63.3

ANAK KE 3 7 23.3 23.3 86.7

ANAK KE 4 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

JUMLAHANAK 30 1 4 2.20 1.031

(25)

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUALITAS TIDUR

kualitastidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0-14 buruk 25 83.3 83.3 83.3

15-21 baik 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI ADAPTASI FISIOLOGIS

Fisiologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-32 tidak normal 4 13.3 13.3 13.3

33-64 normal 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

kualitastidur 30 1 2 1.17 .379

(26)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Fisiologis 30 1 2 1.87 .346

Valid N (listwise) 30

HASIL UJI STATISTIK

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN ADPATSI

FISIOLOGIS MASA PORTPARTUM

Nonparametric Correlations

Correlations

Fisiologis kualitastidur

Spearman's rho Fisiologis Correlation Coefficient 1.000 -.088

Sig. (2-tailed) . .645

N 30 30

kualitastidur Correlation Coefficient -.088 1.000

Sig. (2-tailed) .645 .

(27)

UJI NORMALITAS DATA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

VAR00001 VAR00002

N 30 30

Normal Parametersa Mean 1.17 1.87

Std. Deviation .379 .346

Most Extreme Differences Absolute .503 .517

Positive .503 .350

Negative -.330 -.517

Kolmogorov-Smirnov Z 2.756 2.831

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

(28)
(29)
(30)
(31)

No. Tanggal Materi Bimbingan Komentar/Saran Paraf

1

2

22 Juli

2016

3

26 Juli

2016

4

5

6

7

8

9

(32)

lampiran 13 Taksasi Dana Penelitian

No Nama Kegiatan Biaya

1. Proposal

Penelusuran literatur dari internet Fotokopi literatur dari buku

Kertas

2. Pengumpulan Data Transportasi

Penggandaan kuesioner dan lembar persetujuan responden

Souvenir penelitian

Rp 200.000,- Rp 150.000,-

Rp 150.000,- 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan

Pencetakan Skripsi

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T. (2009).Gambaran Gangguan Pola Tidur pada Perawat di Syarif

Hidayatull

2015

Ambarwati, R.E., Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Atmadja,W. (2010). Fisiologi

tidur.Http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal./view/pdf

Bahiyatun.(2009). Buku Ajar Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

.Diakses pada Jumat tanggal 23 Oktober 2015

Bobak L, Lowdermilk, D., Jensen, M. (2005).Buku Ajar Keperawatan Maternitas.(4th ed). Alih Bahasa: Wijayarini, M. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2002). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Chayatin, N. Mubarak, W.(2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:EGC

(34)

Ernawati, D.E. (2012). Gambaran Perawatan Diri Ibu Postpartum Primipara Normal di Rumah. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Garliah.L.(2009). Pengaruh Tidur Bagi Perilaku Manusia. Fakultas Psikologi.

Universitas Sumatera Utara. Http://repository.usu.ac.id>bitstream/1234567/09E01351.pdf

Goel, N., Kim, H., & Lao, R. P. (2005)An olfactory stimulus modifies night time

sleep in young men and women. Http:www.tandonline.com/doi/abs/10.1080/07420520500263276?journalCo

d =icbi20 Diakses pada Sabtu 26 Desember 2015.

.Diakses pada Minggu 15 November 2015.

Harkreader, H. Hogan, M.A., & Thobaben, M. (2007).Fundamental of nursing: Caring and Clinical Judgment.(3 ed.). St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier.

Harahap, W. (2007).Identifikasi Pola Tidur Ibu Postpartum Primipara Selama di Rawat di Klinik Bersalin Wina dan Klinik Bersalin Sam Kelurahan Kampung Baru Medan.Skripsi.Program Studi Ilmu keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(35)

Hidayat, A. A. (2013). Metode Penelitian dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Jenkins S M. (2005).Sleep Habits and Pattern of College Student and Their Relationshipto Selected Personality Characteristics.Doctoral Disertation. LA: Louisiana Tech University.

Kuswadji, Sudjoko. (1997). Penngaturan Tidur Pekerja Shift. Jakarta:Cermin Dunia Kedokteran

Kuncahyana, D. (2013). Pengaruh Nyeri Episiotomy Ibu Nifas terhadap Status Psikologis Ibu Nifas di Wilayah Kecamatan Sukodono Sragen. Fakultas

Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakart

Diakses pada 03 November 2015

Listiani, P. (2005). Pengqruh Kedisiplinan Siswa dan Iklim Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMK Negeri 5 Semarang. Fakultas Tekhnik,

Universitas Negeri Semarang.

Selasa tanggal 10 November 2015

Lanywati E. (2008). Insomia Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius

Marmi, (2012).Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta: Pustaka Belajar

(36)

Murray, S.S, McKinney, E.S. (2007).Fundamental of Maternal-Newborn nursing.(4th Ed). Phillippines: Elsevier.

Modjod, D. (2007). Insomnia Experience, Management Strategies, and Outcomes in ESDR Patient Undergoing Hemodialysis [Tesis]. Mahidol University

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Umaroh, M. (2011).Hubungan Pola Istirahat Ibu Nifas dengan Kelancaran Produksi ASIHubungan Pola Istirahat Ibu Nifas dengan Kelancaran Produksi ASI. Diakses pada Jumat 09 Oktober 2015

Potter, Patricia A.(2005). Buku Ajar fundamental: Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi 2 Volume 4. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A.(2006). Buku Ajat fundamental: Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 4. Jakarta: EGC

Putu, N.(2014). Laporan Pendahuluan Gangguan Istirahat Tidur. Fakultas Keperawatan. Politeknik Kesehatan Denpasar. Http://ml.scribd. com/doc/pdf/gangguan istirahat tidur.pdf

Riyadi, S. Widuri, R.(2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat Diagnosis NANDA. Yogyakarta: Gosjen Publishing.

. Dibuka 24 Oktober 2015

(37)

Sulistyawati, Ari.(2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Sears, Barry. (2006). Enter the Zone: sebuah Panduan Diet. Bandung: How Press

Siallagan, A. M. (2010). Pola Tidur Ibu Hamil pada masa kehamil tanggal 22 Desember 2015)

Tarwoto & Wartonah.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperwatan.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperwatan.Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Alawiyah, T. (2009).Gambaran Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hidayatullah. Skripsi.Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Wahyu, Dhimas.W. (2012). Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Skripsi. Bandung: Universitas Airlangga. Diperoleh dari Http:// gudangarsipadibahmadi.files. wordpress.com/20/07/07.gangguan tidur.pdf

Warner, Jennifer. (2003). A naps as good as a nights sleep for learning new

thing. Diperoleh dari

Http://www.vpul.upenn.edu/one/library/mental/sleep/nap.htm.

(38)

3.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan serta masalah penelitian yang dirumuskan, maka dibuatlah kerangka konsep penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologismasa postpartum.

(39)

Skema 1: kerangka hubungan kualitas tidur dengan adaptasi masa postpartum di Klinik Sumiariani, Amkeb Jalan Karya Kasih Gang Kasih X No. 69 J Medan Johor.

Keterangan: : diteliti

: tidak diteliti

Kualitas tidur Adaptasifisiologis masa postpartum

1.Mobilisasi dini

2. Menyusui

3. Eliminasi

4. Nutrisi

5.Kb

(40)

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2010).

No. Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel

(41)

reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, tanda-tanda vital dan sistem musculoskeletal. Tabel 3.2 Defenisi operasional

3.3 Hipotesa

(42)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi.Tujuan peneliti menggunakan desain ini adalah menggambarkan atau mencari hubungan antara variabel independen yaitu kualitas tidur dengan variabel dependen yaitu adaptasi fisiologis masa postpartum.

4.2 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu postpartum yang melahirkan secara normal pervaginam di Klinik Sumiariani, Medan Johor yang berjumlah 105 orangdari bulan Desember 2015 - bulan Juni 2016.

4.3 Sampel

(43)

Kriteria inklusi:

a. Melahirkan pervaginam

b. Ibu postpartum dalam masa postpartum 24 jam sampai 42 hari atau 6 minggu setelah melahirkan.

c. Melahirkan bayi hidup d. Bisa membaca dan menulis e. Bersedia menjadi responden 4.4 Tekhnik sampling

Tekhnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan metode

consecutive sampling yaitu cara pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria peneliti sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, A 2013).

4.5 Lokasi waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Sumiariani, Amkeb Jalan Karya Kasih Gg.Kasih X no. 69 J Medan Johor. Adapun alasan peneliti memilih tempat ini adalahlokasi mudah dijangkau oleh peneliti dan belum pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti serta jumlah ibu bersalin yang berkunjung di Klinik ini cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2015 - Juni 2016.

4.6 Pertimbangan etik

(44)

izin untuk melakukan penelitian di Klinik Sumiariani, Amkeb jalan Karya Kasih Gg.Kasih X no. 69 J Medan Johor. Kemudian mengajukan proposal penelitian kebagian Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan Etichal Clereance.

Setelah mendapatkan izin, peneliti menghubungi calon responden, memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden dengan mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik yang meliputi:

informed consent, anonymity, dan kerahasiaan (confidentiality), dan menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner.Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti akan memberikan surat persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani. Bila responden tidak bersedia menandatangani informed consent responden dapat menyampaikan persetujuan secara lisan. Tetapi apabila responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

(45)

responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya data-data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.

4.7 Instrument penelitian

(46)

4.8 Validitas dan reliabilitas 4.8.1 Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi.Uji validitas isi dilakukan untuk mengukur sejauh mana butir pernyataan yang diberikan dapat mengukur variabel (Notoadmodjo, 2010). Uji validitas isi diujikan dan divalidkan atas bantuan para ahli keperawatan di bidangnya yaituIbuFebryna Oktavinola Kaban, SST, M.Keb, Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns. M. Biomeddan Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS. Menurut Pollit & Beck, (2012) jika koefisien korelasinya dibawah 0,80 maka item tersebut dinyatakan tidak valid sebaliknya jika koefisien korelasinya sama atau diatas 0.80 maka item tersebut dinyatakan valid.Pada penelitian ini diperoleh nilai validitas 1 dengan demikian, dapat disimpulkan kuesioner penelitian valid karena > 0.80.

4.8.2 Reliabilitas

(47)

penelitian tentang adaptasi fisiologis masa postpartum diperoleh nilai 0.75.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner penelitian adaptasi fisiologis masa postpartum dikatakan reliabel.

4.9 Pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai pada bulan Mei 2016.Penelitian dimulai setelah memperoleh surat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin meneliti dari pengurus Klinik Sumiariani, Jalan Karya Kasih Gg.Kasih X no. 69 J Medan Johor.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner lembar observasi yang sudah disiapkan peneliti.Peneliti mendatangi klinik Sumiariani untuk meminta data ibu bersalin yang masih dalam masa postpartum.Setelah data diperoleh, penelitimendatangi satu persatu ibu postpartum dengan persalinan pervaginam kerumah – rumah dengan sebelumnya menelpon calon responden untuk dimintai kesediaannya menjadi responden.Penelitian menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini.Setelah ibu postpartum bersedia menjadi responden peneliti mendatangi rumah calon responden dan menyerahkan lembar persetujuan bersedia menjadi responden (informed consent) untuk diisi.

(48)

Menurut Notoadmodjo, (2010) setelah semua data dikumpulkan, maka peneliti memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Kemudian akan dilanjutkan dengan menganalisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan:

4.9.1 Data editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut.Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan “data missing”.

4.9.2 Data coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

4.9.3 Data entry

Data jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer.Software komputer yang biasa digunakan adalah program SPSS. 4.9.4 Data cleaning

(49)

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.10 Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Adapun untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah adaptasi masa postpartum dan variabel independen kualitas tidur. Untuk distribusi frekuensinya dapat dilihat dari data demografi responden, kualitas tidur dan adaptasi fisiologis masa postpartum. Setelah dilakukan analisis univariat tersebut, maka akan diketahui karakteristik atau distribusi frekuensi setiap variabel dan dapatdilanjutkan analisis bivariat.

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2010).Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman.Uji ini digunakan untuk menguji antara hubungan variabel independen (kualitas tidur) dan variabel dependen (adaptasi fisiologis masa postpartum) dengan skala pengukuran yang digunakan berupa kategorikal (ordinal).Uji korelasi ditampilkan dalam tabel hasiil uji interpretasi terdiri dari nilai p-value yang akan dibandingkan dengan nilai alpha. Bila nilai p ≤α maka keputusan Hο ditolak.Bila nilai p>α maka keputusan Hο gagal

(50)

Tabel 10.1Penafsiran Korelasi Rank Spearman

Nilai r Penafsiran

Di atas -0.5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interpretasi kuat

-0.3 sampai -0.5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi

memadai

-0.1 sampai -0.3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada korelasi atau hubungan

0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah

0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai

Di atas 0.5 Korelasi positif tinggi

(51)

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang hubungan kualitas tidur dengan adapatasi fisiologis masa postpartum di klinik Sumiariani Medan melalui proses pengumpulan data yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2016. Penyajian data meliputi deskripsi data demografi ibu postpartum, kualitas tidur, adaptasi fisiologis masa postpartum dan hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Demografi

(52)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi ibu postpartum di Klinik Sumiariani Medan (n=30)

(53)

5.1.2 Distribusi frekuensi kualitas tidur ibu postpartum

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 25 orang (82.5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur ibu pospartum (n=30)

Kualitas tidur Frekuensi Persentase

Buruk

5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase adaptasi fisiologis masa postpartum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu postpartum mengalami adaptasi fisiologis normal sebanyak 26 orang (86.7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 5.3

(54)

5.1.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Adaptasi Fisiologis Postpartum Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis menggunakan uji Spearman rhocorrelation dengan bantuan program komputer SPSSdiperoleh nilai p-value= 0.645 (p > 0.05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis postpartum. Nilai r (koefisien korelasi) sebesar -0.088 yang menunjukkan arah hubungan negatif (tidak searah) dengan interpretasi kuat. Tabel 5.4Uji korelasi hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis

postpartum (n =30).

Variabel Kualitas tidur Adaptasi fisiologis masa

postpartum

Kualitas tidur - -0.088 (0.645)

Adaptasi fisiologis masa postpartum

-0.088 (0.645) -

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Gambaran kualitas tidur ibu postpartum

(55)

dari setengah (54%) ibu postpartum memiliki kualitas tidur yang buruk, dengan rentang 50,9% (di Malaysia) hingga 77,8% (di Jepang).

Menurut Hidayat, (2006) kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk.Pada usia dewasa total tidur yang dibutuhkan adalah 7-8 jam per hari.Secara teori tidurmerupakan suatu multifase proses yang aktif dimana pusat tidur yang utama didalam tubuh terletak di hipotalamus (Mycance & Huether, 2006). Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan hipotalamus untuk tidur dan bangun.Reticular Activating System (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba, juga menerima stimulus cortex serebri (emosi dan proses fikir).

(56)

pada masa postpartum adalah untuk mengistirahatkan tubuh yang letih, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat involusi uteri, memperbanyak produksi ASI, menambah konsentrasi, dan kemampuan fisik.

Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis tubuh. Selama tidur gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan pembaruan sel epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak (Jones, 2005).Menurut Jenkins, 2005 secara fisiologis kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan indivividu. Sama halnya dengan pendapat Coad & Dusnstall, 2006) ketika kurang tidur daya tahan tubuh menjadi lemah, dengan daya tahan tubuh lemah akan menghambat proses penyembuhan. Ketika proses penyembuhan terganggu, terjadi kegagalan penyembuhan pada tempat perlukaan yang timbul selama proses persalinan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Marni, 2011 yang mengatakan bahwa kurang istirahat dan gangguan tidur akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal diantaranya involusi uteri.

(57)

observasi wajah ibu terlihat letih, dan ibu mengatakan sering terbangun 2-3 jam sekali setiap malam untuk menyusui atau mengganti popok.

5.2.2 Gambaran Adaptasi fisiologis ibu postpartum

Hasil penelitian didapatkan data yang menunjukan bahwa mayoritas ibu postpartum dengan kondisi adaptasi fisiologis normal sebanyak 30 orang (9.99%).Adaptasi fisiologis masa postpartum adalah proses penyesuaian terhadap hal-hal yang bersifat karakteristik selama masa postpartum, dimana proses proses pada saat kehamilan berjalan terbalik yang dimulai dari sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, tanda-tanda vital, dan sistem musculoskeletal ( Bobak, et al., 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden mayoritas berumur 26-35 tahun sebanyak 19 orang (62.7%). Menurut Depkes RI (2004), wanita usia subur adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif yaitu antara usia 15-49 tahun dimana usia reproduktif (kehamilan) yang baik berada pada umur antara 20 -29 tahun. Masa reproduksi sehat wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat 20-35 tahun) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan dan kurun waktu repsoduksi tua (36-45 tahun).

(58)

Berdasarkan hasil penelitian lama nifas yang paling dominan adalah minggu ke 3-4 sebanyak 17 orang (56.7%), dari 30 orang responden ditemukan adaptasi fisiologis ibu postpartum yang normal sebanyak 26 orang (86.7%). Dilihat dari sistem reproduksi, karakteristik yang ditemukan diantaranya warna lokhea sesuai dengan lama masa nifas yaitu lokhea alba, bahkan peneliti menemukan data bahwa ada responden yang sudah tidak mengeluarkan lokhea, sebanyak 28 orang (93.3%) mengalami penurunan tinggi fundus uteri normal yaitu 1-2 cm.

(59)

kadarestrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga postpartum, kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu sehingga terbentuklah prolactin oleh hipofise yang menjadikan sekresi ASI menjadi lancar.

Pada wanita menyusui, isapan bayimenstimulasi produksi oksitosin oleh

hipofise posterior. Pelepasanoksitosin tidak hanya memicu refleks let down

(pengeluaran ASI) padapayudara, tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti.Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik9dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitarhari ketiga postpartum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusuidan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.

(60)

kesempatan.Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.Orang-orang biasanya berkemih pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan. Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi tergantung usia/ hari, volume urine orang dewasa berkisar 1500/ hari. Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor dan melakukan pemeriksaan. Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Normal urine berbau khas yang memusingkan. Normal Ph urine sedikit asam (4,5 – 7,5).

Dilihat dari tanda- tanda vital ibu ditemukan sebanyak 15 orang diantaranya memiliki tekanan darah yang normal sekitar 80-120 mmHg. Sedangkan 23 orang (76.7%) memiliki suhu normal 37.2 °C, dan 30 orang (100%) memiliki pernafasan dan denyut nadi yang normal. Menurut Bobak, et al., 2005 setelah melahirkan tanda-tanda vital ibu mengalami beberapa perubahan yang meliputi peningkatan tekanan darah sistol dan diastole selama 4 hari setelah melahirkan, fungsi pernafasan akan kembali normal setelah 6 bulan, aksis jantung dan EKG kembali normal.

(61)

pertama sebanyak 14 orang (46.7%) responden dan aktivitas berjalan disekitar tepi tempat tidur atau ruangan 8 jam setelah melahirkan 18 orang (60.0%) responden. Ini sesuai dengan hasil penelitian Rahayu dan Betty, (2014) tentang Hubungan antara Aktivitas dengan Kualitas Hidup Ibu postpartum di Wilayah Puskesmas Gemolong II Sragen yang menyatakan dari total 24 responden 21 responden tidak dapat melakakukan aktivitas bergerak miring ke kiri atau miring kekanan dan aktivitas turun dari tepi tempat tidur sebanyak 12 orang.

Untuk mencegah komplikasi setelah persalinan, hal pertama sekali yang perlu dilakukan adalah mobilisasi dini.Oleh karena itu setelah melahirkan, ibu disarankan untuk tidak malas bergerak. Semakin cepat bergerak akan semakin baik dengan catatan tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010). Mobilisasi dini dapat dilakukan 2- 6 jam pertama setelah postpartum. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring ke kiri dan miring kanan, duduk, turun dari tempat tidur sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan mobilisasi dini bagi ibu adalah memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi, memperlancar fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan serta memperlancar peredaran darah.

(62)

5.2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Adaptasi Fisiologis Postpartum Hasil analisis bivariate menggunakan Spearman Rank Correlation dengan bantuan program komputer SPSS diperoleh nilai signifikansi = 0.645 (p < 0.05). Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum karena angka signifikansi yang diperoleh (p > 0.05). Nilai koefisien korelasi spearman= -0.088. Artinya hubungan antara kedua variabel negatif (tidak serarah) dengan interpretasi kuat.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa Ha pada penelitian ini ditolak dan Hipotesa Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum.

Berdasarkan teori yang ditemukan, kualitas tidur berhubungan dengan adaptasi fisologis ibu postpartum, namun dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis ibu postpartum. Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis ibu postpartum dikarenakan bahwa kualitas tidur bukan hal yang paling dominan untuk menentukan adaptasi fisiologis masa postpartum berjalan dengan normal, ada beberapa faktor yang paling menentukan yaitu nutrisi, mobilisasi dini, menyusui, eliminasi, senam nifas, dan program keluarga berencana. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian tentang faktor-faktor pendukung yang disebutkan.

(63)

tidur.Faktor yang bisa mempengaruhi kualitas tidur salah satunya ibu postpartum Ini sesuai dengan pendapat Suryawati, (2007) yang mengatakan adaptasi fisiologis ibu postpartum didukung oleh beberapa faktor diantaranya kenyamanan, aktifitas, dan nutrisi, hampir sama pendapat Suherni, (2009) yang mengatakan kebutuhan dasar ibu postpartum dipengaruhi gizi, kebersihan diri, tidur, eliminasi, pemberian ASI dan KB.

Pendapat diatas didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi adaptasi fisiologis berjalan dengan normal diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hayu, R. dkk (2013) tentang hubungan antara status nutrisi pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum di wilayah Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang mengatakan dari total 27 orang ibu nifas sebanyak 19 orang (82,6%) ibu nifas yang mengalami penyembuhan luka perineum nomal dengan status nutrisi baik sebanyak 4 orang (14,8 %).

Penelitian lain oleh Kuncahyana, (2013) tentang pengaruh nyeri episiotomi ibu nifas terhadap status psikologis ibu nifas di wilayah kecamatan Sukodono Sragen, berdasarkan hubungan kelelahan dengan kualitas tidur didapati bahwa kelelahan yang dialami oleh ibu postpartum berbanding terbalik dengan kualitas tidur yang dialami. Semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami maka kualitas tidur semakin buruk dan apabila tingkat kelelahan semakin rendah maka kualitas tidurnya semakin baik.

(64)
(65)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden pada ibu postpartum di Klinik Sumaiariani, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Ibu postpartum mayoritas mengalami kualitas tidur yang buruk sebanyak 25 orang (82.5%),dengan adaptasi fisiologis normalmayoritas sebanyak 26 orang (86.7%), Hasil analisa statistik menggunakan uji statistik Spearman Rank Correlation dengan bantuan program komputer SPSS diperoleh nilai signifikansi = 0.645 (p < 0.05). Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum karena angka signifikansi yang diperoleh (p> 0.05). Nilai koefisien korelasi spearman = -0.088. Artinya hubungan antara kedua variabel negatif (tidak searah) dengan interpretasi kuat.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa Ha pada penelitian ini ditolak dan Hipotesa Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum.

(66)

6.2Saran

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan masukan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang kebutuhan tidur ibu masa postpartum.

2. Bagi pelayanan keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan agar lebih memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan tidur ibu postpartum.

3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

(67)

2. Konsep Dasar Tidur 2.1 Pengertian tidur

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan perubahanan respon terhadap stimulus eksternal (Wahid dan Nurul, 2007).

Hampir sepertiga dari waktu kita, dipergunakan untuk tidur.Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Berdasarkan teori perbaikan (Repair and Restoration Theory of Sleep) tidur penting untuk merevitalisasi dan memperbaiki kembali proses fisiologis agar tubuh dan fikiran tetap sehat dan berfungsi dengan benar. Teori ini menyatakan bahwa tidur NREM berguna untuk memperbaiki fungsi fisiologis dan tidur REM berguna memperbaiki fungsi mental (Garliah, 2008).

(68)

berkonsentrasi di keesokan harinya, mengalami gangguan memori dan penampilan fisik (Agustin, 2012). Menurut Boyle, (2009) mengatakan penyembuhan luka dipengaruhi oleh salah satunya kurang tidur.

2.2 Fisiologi tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu

Reticular Activating System (RAS) dan (Bulbar Synchronizing Region

Menurut Potter & Perry, (2005) seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (misalnya pikiran), reseptor sensori perifer (stimulus bunyi dan atau cahaya) dan sistem limbik (emosi). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada pada posisi yang relaks. Stimulus ke RAS menurun.Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.

(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, sensori raba, emosi serta proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003 dalam Chayatin & Mubarak, 2007).

2.3 Ritme sirkardian

(69)

bioritme yang paling umum adalah ritme sirkardian yang melengkapi selama siklus 24 jam (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkardiannya (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkardian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

2.4 Tahapan tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat Elektroensepalogram (EEG), Elektro-okulogram (EOG), dan Elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). (Chayatin & Mubaraq, 2007)

2.4.1 Tidur NREM

(70)

penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep) (Chayatin & Mubaraq, 2007).

2.4.2 Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20 %. Pada tahap ini individu menjadi sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuansi jantung dan pernafasan seringkali tidak teratur (Chayatin & Mubaraq, 2007).

2.5 Siklus tidur

(71)

2.6 Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan NREM (Kozier & Erb, 1987).Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari, dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas (Craven & Hirnle, 2000). Seseorang yang tidak cukup untuk mendapatkan waktu tidur cenderung lekas marah, konsentrasi kurang, dan sulit membuat keputusan (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2004).

Tidur yang tidak adekuat dan berkualitas buruk dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan individu dan meningkatkan kelelahan atau mudah letih.Secara psikologis, rendahnya kualitas tidur dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional, kurang percaya diri, dan bertindak ceroboh (Jenkins, 2005).

(72)

Orang yang dapat beristirahat dengn baik memerlukan waktu 15-20 menit untuk tertidur (Maas, 2002 dalam Harahap, 2007).

Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1.6.1 Rasa nyeri

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan distress fisik dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit memerlukan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.Di samping itu, siklus bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan (Chayatin & Mubaraq, 2007).

Masa nifas berkaitan dengan gangguan tidur, terutama segera setelah melahirkan.Tiga hari pertama merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat nyeri perineum.Perineum pasca partus berkorelasi erat dengan durasi kala II persalinan.Rasa tidak nyaman di kandung kemih, perineum serta gangguan bayi, semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor (Bobak, et al., 2005).

1.6.2 Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. Pada ibu postpartum Gay, Lee dan Lee (2005) melaporkan bahwa gangguan tidur setelah melahirkan berhubungan dengan tingkat kelelahan yang meningkat.

(73)

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat bertambah berat.Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2005).

1.6.3 Perubahan fisik

Perubahan yang mendadak dan dramatis menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya

1.6.4 Adaptasi lingkungan baru

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat tidur.Sebagai contoh, temperature yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Suara juga mempengaruhi tidur, butuh ketenangan untuk tidur, hindari dari kebisingan (Potter & Perry, 2005).

Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur. Rata-rata total lamanya bayi baru lahir tidur adalah 16-19 jam dalam 24 jam. Hanya saja setiap kali tidur waktunya tidak lama.Siklus tidur bayi baru lahir masih terpengaruh kebiasaannya ketika didalam kandungan, dimana bayi justru lebih banyak tidur pada siang hari dan sebaliknya lebih aktif di malam hari.Hal ini menyebabkan ibu sering terbangun di malam hari.

(74)

cenderung lebih kurang tidur daripada ibu yang memberi bayinya susu formula di malam hari. Sementara bayi yang minum susu formula, biasanya akan tidur lebih lama sekitar 3-4 jam karena pencernaan bayi lebih lambat mencerna(Ding 2005)

1.6.5 Perubahan emosi

Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepineprin darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

1.6.6 Stimulan

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat menggangu kualitas tidur.Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu seringkali mengalami mimpi buruk.Mengkonsumsi alkohol dan kafein merupakan salah satu penyebab gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004 dalam alawiyah, 2009).

1.6.7 Obat-obatan

(75)

2.7 Parameter kualitas tidur

Untuk mengukur kualitas tidur seseorang digunakanparameter kualitas tidur

Pittsburg Quality Sleep Index (PSQI).PSQI adalah suatu metode penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan.Adapun parameter kualitas tidur tersebut menurut Buysse et al., (1989).

2.7.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (Sleep latency)

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (sleep latency) adalah waktu yang dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement (REM).Seseorang dengan kualitas tidur yang baik menghabiskan waktu < 15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.Sebaliknya lebih > 30 menit untuk bisa tertidur di malam hari maka kemungkinan mengalami masalah tidur (Rafknowledge, 2004).

2.7.2 Total jam tidur

(76)

2.7.3 Frekuensi terbangun

Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya seseorang terbangun dari tidurnya yang dapat dipengaruhi lingkungan ataupun akibat adanya keinginan untuk buang air kecil. Terbangun di malam hari berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur ( Buysse et al., 1989).

2.7.4 Lama waktu tidur siang

Tidur siang dianjurkan jika memang malam sebelumnya kekurangan tidur karena berfungsi untuk mengurangi hutang tidur, memenuhi hutang tidur diperlukan untuk meningkatkan dorongan homeostatik tidur. Bagi ibu postpartum, tidur siang bisa dilakukan untuk berjaga-jaga karena akan kekurangan tidur pada malam harinya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika orang tidur siang untuk persiapan berjaga semalam suntuk, maka keesokan harinya kinerja mereka akan lebih baik daripada orang yang tidak melakukan tidur siang persiapan. Mereka bahkan 30% lebih awas dan optimis daripada yang tidak tidur siang (Maas, 2002 dalam Harahap, 2007).Ibu postpartum yang kecapaian hendaknya tidur siang selama 1 – 2 jam sewaktu bayinya tidur siang (Bobak, et al, 2005).

2.7.5 Terbangun cepat dipagi hari

(77)

2.7.6 Kepuasan tidur

Kepuasan tidur adalah keadaan kualitas dan kuantitas tidur yang baik sehingga seseorang merasa puas saat terbangun dari tidur dan siap untuk beraktivitas.Kepuasan tidur tergantung dengan kondisi lingkungan, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa (Neubauer, 1999 dalam Harahap, 2007).

Kepuasan terhadap tidur seseorang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan tidur NREM.Kepuasan tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle, 2000).Data subjektif dapat dievaluasi berdasarkan persepsi klien tentang parameter tersebut. Jika klien puas dengan kualitas tidurnya maka klien mempunyai kualitas tidur yang baik ( Potter& Perry, 2005). Data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik. Pemeriksaan fisik dapat diobservasi dari penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan konjungtiva merah, perilaku irritable, respon lambat, kurang perhatian, sering menguap, menarik diri, tremor, bingung, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor dan kurang koordinasi (Tarwoto & Wartonah, 2004).

2.7.7 Merasa segar saat bangun di pagi hari

(78)

3. Konsep Dasar Postpartum 3.1 Defenisi postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suhemi, Widyasih, dan Rahmawati, 2009), serta adaptasi terhadap adanya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

3.2 Tahapan Masa Postpartum

Menurut Rukiyah, Yulianti, Liana, (2011) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.

3.2.1 Puerperium dini

Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari (Sulistyawati,2009).

3.2.2 Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3.2.3 Remote puerperium

(79)

3.3 Adaptasi Fisiologis Postpartum

Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian terhadap hal-hal yang bersifat karakteristik selama masa postpartum. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, dianggap hal normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik ( Bobak, et al., 2005).

3.3.1 Sistem Reproduksi 3.3.1.1 Involusi Uteri

Selama masa postpartum, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi (Saleha, 2009). Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi fundus uteri (TFU) ± 1 cm diatas umbilikus dan turun 1-2 cm tiap harinya. Enam hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan antara umbilikus dan simfisis.Sembilan hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis.Satu sampai dua minggu postpartum, berat uterus berkisar antara 350-500 gr dan pada minggu ke 6 postpartum, berat uterus antara 50-60 gram (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

(80)

superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan dikeluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah endometrium basilar didalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan waktu kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

3.3.1.2 Lokea

Lokea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa postpartum.Lokea biasanya berlangsung ± 2 minggu setelah bersalin namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hinga 56 hari setelah bersalin.Lokea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kejadian lokea ini akan berkurang jumlahnya sebagai lokea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguinolenta, serosa dan akhirnya lokea alba. Hal yang biasa ditemui adalah adanya jumlah lokia yang sedikit pada saat ibu berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ibu berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml.Lochea dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a) Lochea rubra/cruenta, muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel,

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium. b) Lochea sanguinolenta,

(81)

3sampai ke-7 pasca persalinan.c) Lochea serosa, dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning.Cairan tidak berdarah lagi padahari ke 7-14 pasca persalinan.d) Lochea alba, dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krimserta terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua.e) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.f) Locheastatis, lochea tidak lancar keluar.

3.3.1.3 Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebalendometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).

3.3.1.4 Serviks

(82)

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm saat persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasukkan 2-3 jari. Pada minggu ke -6 postpartum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).

3.3.1.5 Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformisyang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).

3.3.1.6 Kelenjar mammae

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Setelah melahirkan, hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi (hormon laktogenik).Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara mulai menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.Sel- sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus

(83)

bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat belanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).

3.3.2 Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Biasanya buang air besar akan tertunda 2-3 hari postpartum.Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Nafsu makan, pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar dan mulai makan 1-2 jam setelah melahirkan (Varney, Helen 2007). Pemulihan nafsu makan memerlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.Secara khas tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.3 Sistem perkemihan

(84)

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Protein dapat muncul di dalam urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.Kandung kemih masa postpartum mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.Haluaran urin mungkin > dari 3000 mL per hari.Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.4 Tanda-tanda vital

Setelah melahirkan tanda-tanda vital ibu postpartum mengalami beberapa perubahan.Perubahan tersebut meliputi peningkatan tekanan darah sistol dan diastol selama 4 hari setelah melahirkan. Fungsi pernafasan akan kembali normal setelah 6 bulan, diafragma menurun, aksis jantung dan EKG kembali normal (Bobak, et al., 2005).

3.3.4.1 Suhu Badan

(85)

3.3.4.2 Nadi

Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dan volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral/ perifer (Erb & Kozier, 2009).Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum kehamilan.

3.3.4.3 Tekanan Darah.

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pada ibu postpartum tekanan darah pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh pendarahan.Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya pre-eklampsia postpartum. Menurut Potter & Perry, (2005 ) selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

3.3.4.4 Pernafasan

(86)

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011). Penambahan berat badan pada ibu menyebabkan ibu mendengkur saat tidur sehingga membuat ibu kesulitan tidur.

3.3.5 Sistem muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal pada ibu postpartum termasuk penyebab relaksasi dan hipermobilitas sendi.Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu postpartum (Sulistyawati, 2009).

3.4 Gambaran kualitas tidur ibu postpartum

(87)

memuaskan bagi ibu postpartum merupakan masalah yang sangat penting sekalipun tidak mudah dicapai(Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Fungsi tidur pada masa postpartum adalah untuk mengistirahatkan tubuh yang letih, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat involusi uteri, memperbanyak produksi ASI, menambah konsentrasi, dan kemampuan fisik.Ibu postpartum memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu postpartum sekitar 7-8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari (Bobak, et al., 2005).

Keinginan ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya mampu membuat ibu mengabaikan dorongan tidur.Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati ibu yang sering kali tertidur tidak pada tempat dan waktu yang tepat.Ibu postpartum kadang tertidur sambil duduk saat menyusui bayinya (Duncan & Lavery, 2003 dalam Harahap, 2007).Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Gambar

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DATA DEMOGRAFI
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUALITAS TIDUR
Tabel  10.1Penafsiran Korelasi Rank Spearman
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik  demografi ibu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan kontur melodi antara lagu dengan gending seperti di atas terjadi karena beberapa hal: pertam a, perbedaan laras antara lagu dengan gamelan yakni lagunya berlaras madenda

Bedasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada pertumbuhan bobot total (Tabel 1) benih ikan Maanvis, ternyata pertumbuhan bobot tertinggi yaitu pada perlakuan

Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (RENJA OPD) merupakan dokumen perencanaan tahunan yang dimulai penyusunannya dengan pendekatan perencanaan partisipatif

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan Ayam

tidak bergantung pada variabel lainya dan biasanya disimbolkan dengan (X). Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :.. Return on Asset..

Dengan mencermati arah pergerakan 20-50MA dengan kecenderungan ruang pergerakan IHSG yang mulai menyempit, maka dapat diperkirakan IHSG akan memasuki masa kontraksi harga dengan

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung pada tujuan dan jenis program. Di

LAHIR KELAMIN PERKAWINAN KELUARGA.. 815 Sawahan Pendowoharjo Sewon