• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian Kebutuhan Belajar Dalam Pendidikan Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengkajian Kebutuhan Belajar Dalam Pendidikan Kesehatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI/RANCANGAN PEMBELAJARAN DENGAN SASARAN INDIVIDU

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pada dasarnya berarti taktik atau politik. Sedangkan pembelajaran pada dasarnya berasal dari kata belajar. Jadi penulis akan menjelaskan arti belajar terlebih dahulu sebelum menjelaskan arti pembelajaran dan strategi pembelajaran.

Soemanto berpendapat bahwa belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Ini berarti, bahwa orang harus mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya.

Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theoris of Learning mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. B. Tahap Promosi Kesehatan

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian bertujuan untuk menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien.

(2)

Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan keperawatan selanjutnya.

Pengkajian kebutuhan belajar dalam pendidikan kesehatan

Pengkajian yang komperensif dalam pendidikan kesehatan dalam kaitannya dengan kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik yang mungkin akan mempengaruhi proses belajar. Misalnya kesiapan untuk belajar, motivasi untuk belajar, dan tingkat kemampuan untuk membaca. Selain penggalian data melalui wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari pernyataan klien terhadap perawt tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.

a. Pengkajian faktor predisposisi 1. Pengkajian riwayat keperwatan

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isis pendidikan kesehatan dan pendeka67tan yang digunakan. Pernyataan yang diajukan hendaknya sederhana. Pada pasien lansia, pernyataan yang diajukan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak dapat dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau bermain, sehingga mendapatkan data tetang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.

2. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar klien. Contohnya status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal yang mencakup pemeriksaan fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.

3. Pengkajian kesiapan klien untuk belajar

Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak siap. Seorang klien siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui bertanya, membaca buku dan artikel, tukar pendapat dengan sesame klien yang pada umumnya menuju ketertarikan. Di lain

(3)

pihak, klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi.

4. Pengkajian motivasi

Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan untuk belajar merupakan factor penentun yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadap status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan sosial, peningkatan terhadp penyakit, kecemasan, ketakutan, rasa malu atau adanya konsep diri yang negative. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contoh motivasi belajar seorang pria dewasa setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan mulai dapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impoten setelah mendapat pengobatan yang sama.

5. Pengkajian kemampuan membaca

Ketidak mampuan membaca dan menulis dapat terjadi pada siapa saja. Hal ini dapat kita jumpai pada individu yang berada di masyarakat. Penampilan seseorang dalam penggunaan bahasa bisa menggambarkan kemampuan dalam menbaca dengan baik, meskipun, faktor pergaulan juga dapat menjadikan seseorang dapat berkomunikasi dengan baik. b. Pengkajian faktor kemungkinan

Faktor kemungkinan mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk menmpilkan perilaku sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada, atau sumber lain yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien (apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau?).

c. Pengkajian faktor penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan pasien di rumah sakit misalnya, penguat diberi oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Apakah factor penguat itu positif atau negatif

(4)

tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh sangat kuat disbandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Perawat perlu mengkaji secara cermat factor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

C. Langkah – Langkah dalam Perencanaan Promosi Kesehatan I. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan

a) Diagnosa masalah

Green ( 1980 ) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal dengan kerangka PRECEDE ( Predisposing , Reinforcing , Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ). PRECEDE memberikan serial langkah yang menolong perencanaan untuk mengenal masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE – PROCEED (Policy, Regulatori, Organizationl Construct in Educational and Enviromental Development). PRECEDE – PROCEED harus dilakukan secara bersama – sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program . Sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kreteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi. Langkah – Langkah Precede – Procede

 Fase 1 : Diagnosis Sosial ( Social Need Assessment )

Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didisain sebelumnya. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari

(5)

masyarakat, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat .

 Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualiatas hidup seseorang, masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada baik dari lokal, regional maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi apa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan dan bagaimana cara untuk menanggulang masalah tersebut.

 Fase 3 : Diagnosis Perilaku Dan Lingkungan

Pada fase ini selain identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasikan masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat. Untuk mengetahui masalah prilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang , digunakan indikator upaya seperti : pemanfaatan pelayanan kesehatan (ultilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan diri (self care). Dimensi prilaku yang digunakan adalah :, guality, persistence, frequency, dan range. Indicator lingkungan meliputi : keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan dengan dimensinya yang terdiri dari keterjangkauan,kemampuan dan pemerataan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis prilaku dan lingkungan adalah:

a. Memisahkan faktor perilaku dan non–prilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan

b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/ pengobatan , sedangkan untuk faktor lingkungan yang harus dilakukan dilakukan adalah mengeliminasi faktor non-prilaku yang tidak dapat diubah seperti : faktor genetis dan demografis c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya

(6)

d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah

e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program . setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai program.

 Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasional

Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari faktor seperti faktor predeposisi (seperti pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang. Faktor pemungkin yaitu faktor lingkungan yang memfasillitasi perilaku seseorang, dan terakhir faktor pengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua , penegak hulum, yang dapat mendorong orang lain berperilaku).

 Fase 5 : Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan , sumber daya dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Diagnosis administratif dilakukan tiga penilaian yaitu: sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program , sumber daya yang diorganisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis., peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah pada perencanaan dengan program PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau dan diterima dan dapat dipertanggungjawabkan.

SUMBER DATA

Data dari masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti : dokumen yang ada , langsung dari masyarakat , dimana kita bisa mendapatkan data mengenai

(7)

status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan determinan dari perilaku kesehatan, petugas kesehatan dilapangan, tokoh masyarakat.

CARA PENGUMPULAN DATA 1. Key informant approach

Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau Focus Grup Discussion (FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara ini cukup sederhana dan relative murah , karena informasi yang diperoleh dapat mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan data yang digunakan dalam membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan promosi kesehatan .

2. Community forum approach

Cara lain yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum diskusi. Disini promoter kesehatan bersama – sama masyarakat mendiskusikan masalah yang ada. Melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari maslah yanga ada. Bila dilihat dari sudut program , cara ini sangat ekonomis , dan promoter kesehatan dapat memahami masalah dari berbagai sudut pandang masyarakat.

3. Sample survey approach

Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan akurat., karena ekstimasi kesalahan bisa diseleksi , namun cara ini paling mahal. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi.

b) Menetapkan prioritas masalah

Dalam menentukan perioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, sumber daya yang ada di masyarakat. Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan perioritas masalah kesehatan adalah:

1. Menentukan status kesehatan masyarakat

2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada

3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di masyarakat

(8)

4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat pendidikan , umur , jenis kelamin, ras , letak geografis, kebiasaan/ perilaku dan kepercayaan yang dianut.

II. Mengembangkan komponen promosi kesehatan a. Menentukan tujuan promosi

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan ada 3 yaitu : 1. Peningkatan pengetahuan dan atau sikap masyarakat

2. Peningkatan perilaku masyarakat , yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan

3. Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tujuan program, tujuan pendidikan dan tujuan prilaku.

b. Menentukan sasaran promosi kesehatan

Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatan tidak selalu sama , maka kita harus menetapkan sasaran langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud sasaran dalam promosi kesehatan adalah kelompok sasaran yaitu individu , kelompok maupun keduanya

c. Menentukan isi promosi kesehatan

Isi Promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan mengguanakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar – benar ditunjukan kepadanya sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

d. Menentukan metode yang akan digunakan

Dalam menentukan metode yang digunakan dalam promosi ksehatan , harus dipertimbangkan tentang aspek yang akan dicapai. Bila mencangkup aspek pengetahuan maka yang dapat dilaukan dengan penyuluhan langsung, pemasanga poster, spanduk dan penyebaran leadlet. Untuk aspek sikap kita perlu memberikan contoh yang lebih konkrit dan mengugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, missal dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film dan video. Bila untuk mengembangkan kemampuan keterampilan tentu sasaran harus

(9)

mencoba keterampilan tersebut. Yang lain yang perlu diperhatikan adalan sumber daya yang dimiliki masyarakat dan jenis sasarannya.

e. Menentukan media yang akan digunakan

Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan media, oleh karena itu hamper semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media , media yang dipilih tergantung pada jenis sasarannya, tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.

f. Menyusun rencana evaluasi

Pada proses ini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan , dimana akan dilaksananakan , kelompok sasaran yang akan di evaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

g. Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari waktu , tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart

D. Contoh Rancangan Pembelajaran Dengan Sasaran Individu 1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan :

Ibu B’ berumur 19 Tahun saat ini sedang hamil dua bulan dengan status obstetrik G1P0AO. Ibu B datang kepuskesmas karena disuruh kader kesehatan dan suaminya untuk konsultasi mengenai keadaan mual dan muntah yang terus-menerus dialaminya. Ia baru pertama kali ke Puskesmas karena sebelumnya ia tidak pernah ada masalah kesehatan yang serius. Ibu B lulus SD dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia tidak banyak tahu tentang kehamilan, persalinan ataupun nifas. Bapak Abdullah, suaminya tidak dapat mengantar ibu B karena sedang bekerja sebagai penjual sayur keliling dengan penghasilan bersih Kira-kira Rp. 25, 000,-./hari. Ibu B mempunyai persepsi tentang kehamilannya bahwa kehamilan Sangat merepotkan karena dirasakan tidak nyaman untuk melakukan apapun. Setiap hari hanya mual dan muntah sehingga letih karena tidak bisa makan dengan baik. Ibu B seorang penganut Agama Islam dan tinggal disuatu wilayah yang masyarakatnya memiliki beberapa

(10)

kepercayaan yang dapat merugikan kesehatan. Misalnya ibu hamil tidak boleh makan makanan tertentu padahal sebenarnya Sangat dibutuhkan oleh bumil, tidak boleh keluar rumah selama 40 hari jika telah melahirkan dan tidak boleh bergerak. Ibu B Sangat mempercayai semua hal yang berkembang didaerahnya sementara Bapak Abdullah tampaknya tidak begitu mempercayai.

b. Keadaan Fisik

BB = 44 Kg, ia mengatakan bahwa berat sebelumnya adalah46 Kg, TB =155, Vital sign ; BP = 120/80 mmHg, HR= 84 x/menit, T = 36 celcius, mucosa mulut kering, dan bibir pecah-pecah, konjungtiva pucat.

c. Kesiapan Belajar

Ibu B mengatakan ia Tertarik untuk mempelajari mengapa ia selalu mual dan muntah selama kehamilannya dan ia menyatakan ingin sekali sembuh dari keadaannya. Pengetahuan ibu B tentang kehamilan, persalinan dan perawatan masa nifas masih Sangat kurang karena Belum pernah mendapat info tentang hal tersebut.

d. Motivasi Belajar

Keinginan untuk mengetahui kenapa ia sering mual dan muntah cukup kuat, ia mengatakan apapun akan dilakukannya asalkan ia sembuh dari keadaan yang Sangat menyiksanya

e. Kemampuan Membaca

Mampu membaca dan menulis cukup baik, ketika diberi bahan bacaan berupa leaflet tentang makanan sehat bumil dan di minta membacanya, mengatakan lebih menyukai belajar dengan cara tanya jawab dan menyukai bahan bacaan yang bergambar karena mudah diingat.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang ada dirumuskan diagnosa Keperawatan a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi b. Kesiapan meningkatkan pengetahuan

3. Rencana Tindakan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto,Ngalim. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya. Soemanto, Wasti. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Yulian, Dewi.2010. Rancangan Pembelajaran Dengan Sasaran Individu ,http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/8/e-library

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : untuk menganalisis pengaruh kepesertaan Asuransi Kesehatan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat penderita Diabetes Melitus Tipe II Metode : Tempat

Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor intrinsik yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sumber biaya pada pasien TB Paru Dewasa di Balai Besar Kesehatan

Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor intrinsik yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sumber biaya pada pasien TB Paru Dewasa di Balai Besar Kesehatan

d) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan. e)

Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan

Dalam menentukan nilai pen- didikan kesehatan reproduksi maka digu- nakan pendekatan ilmu kesehatan repro- duksi untuk melihat apakah di setiap tahapan karia itu

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, stigma, faktor pemungkin yang meliputi jarak ke pelayanan kesehatan dan

Guru pendidikan olahraga dan kesehatan menentukan tujuan dari pembelajaran materi budaya hidup sehat, yakni siswa diharapkan mampu membudayakan gaya hidup sehat