• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DIMENSI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM MEMBUDAYAKAN PERILAKU HIDUP SEHAT

ARTIKEL

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Razikin Masruri NIM 150614806176

Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA

(2)

2 MEMBUDAYAKAN GAYA HIDUP SEHAT

MELALUI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Razikin Masruri

Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected]

Abstrak: sehat merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan. Perilaku untuk menerapkan budaya hidup sehat sering kali diabikan oleh sebagian besar orang. Oleh karena itu menanmkan budaya hidup sehat menjadi tugas penting untuk diperhatikan demi terwujudnya manusia yang berkualitas baik dari segi fisik, mental dan spiritual. Pemberian pemahaman pada setiap personal yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak yang peduli terhadap kesehatan harus terus digencarkan guna membangun perspektif yang mampu merubah perilaku menuju arah yang lebih baik. Melalui pendidikan olahraga dan kesehatan pada lembaga sekolah diharapkan budaya gaya hidup sehat muncul sejak dini pada siswa. Berbagai model pembelajaran diterapkan untuk menamkan perspektif hidup sehat pada siswa. Salah satunya adalah dengan Discovery Learning yang terdapat pada kurikulum K13, yakni siswa dapat secara langsung berperan aktif dalam proses pembelajaran dan akhir dari proses pembelajaran adalah peneilaian bentuk akhir dari pengalaman belajar.

Kata Kunci: Budaya Hidup Sehat, Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Discovery Learning, K13.

PENDAHULUAN

Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Sedangkan menurut UU Indonesia no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut data dari Pusat dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat sebesar 56,70%. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang berprilaku kurang sehat dan jauh dari budaya hidup sehat yang selalu digadang-gadangkan oleh merintah.

P. R. Messent, Carlton B. Cooke and Jonathon Long (1999) hambatan yang secara luas diakui dan dipahami oleh seseorang, tetapi bisa dibilang kurang dipahami oleh para pembuat kebijakan, lembaga promosi kesehatan, komisaris dan penyedia belajar layanan kecacatan. Kurangnya sumber daya dan tanggung jawab tidak cukup ditentukan berkaitan dengan pelayanan masyarakat menolak banyak orang dengan ketidakmampuan belajar adalah pilihan nyata untuk menjalani gaya hidup sehat aktif secara fisik.

(3)

3 sekolah. Namun apakah kebiasaan ini dilakukan di

rumah atau di lingkungan masyarakat guru tidak pernah tahu akan itu. Membudayakan hidup sehat harus diterapkan sedini mungkin pada anak agar menjadi kebiasaan dan kebutuhan bagi anak tersebut. Pada artikel ini akan membahas tentang Dimensi Budaya Hidup Sehat dan implementasi pada pendidikan jasmani di kurikulum 2013.

PEMBAHASAN

A. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pengertian lain menyebutkan perilaku berasal dari dorongan yang ada di dalam diri, dorongan tersebut merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada di dalam diri (Purwanto, 2002). Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behaviour) dapat dilihat sebagai atribut personal

seperti kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.

Faktor yang mempengaruhi gaya hidup seperti status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, keluarga, kerabat dan jaringan sosial, jenis kelamin, usia dan pengaruh antarpribadi semua mempengaruhi pilihan gaya hidup (Ochieng, Bertha M. N, 2006). Hal ini memiliki implikasi bagi para praktisi masyarakat yang bekerja di bidang promosi

kesehatan, khususnya untuk mempromosikan gaya hidup sehat.

Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan (goal oriented). Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu”. Pengaruh lingkungan dalam pembentukan perilaku adalah bentuk perilaku yang berdasarkan hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok masyarakat. Perilaku mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan yang disadari dari dalam faktor intrinsik dan kondisi lingkungan dari luar / faktor ekstrinsik atau exciting condition. Oleh karena itu perilaku terbentuk atas pengaruh pendirian, lingkungan eksternal, keperntingan yang disadari, kepentingan responsif, ikut-ikutan atau yang tidak disadari serta rekayasa dari luar.

Faktor - Faktor lain yang Mempengaruhi Perilaku Manusia 1. Faktor Personal :

 Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis.  Faktor Sosiopsikologis

Dapat dikalsifikasikan ke dalam tiga komponen :

a. Komponen Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.

b. Komponen Kognitif

(4)

Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

2. Faktor Situasional

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa:

a. Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang

b. Faktor temporal, misal keadaan emosi c. Suasana perilaku, misal cara berpakaian

dan cara berbicara d. Teknologi

e. Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu

f. Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya

g. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

Perilaku kesehatan merupakan suatu tindakan menjaga, mencegah dan memelihara kesehatan. Individu memiliki status kesehatan yang berbeda-beda, status kesehatan merupakan keadaan pada waktu tertentu. Dengan kata lain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan 2. Keturunan 3. Status kesehatan 4. Perilaku

5. Pelayanan kesehatan

Oleh karena itu guru harus menyusun wacana untuk pembentukan perilaku. Dalam

praktek kelembagaan seperti pendidikan jasmani, tindakan spesifik tertentu

menciptakan struktur yang atau membuat sebuah bidang tindakan yang mungkin (Sullivan, 2001) tindakan ini membentuk pola dan keteraturan-wacana. Dengan menerapkan teori wacana dan analisis wacana, pemahaman yang lebih baik dari pola dalam praktek kelembagaan dapat diperoleh. Wetherell et al. (2001) berpendapat, sebuah "beralih ke wacana" yang melibatkan kepentingan dalam proses. Titik awal yang penting dalam posisi ini adalah bahwa cara yang berbeda kita memahami dunia dan diri kita sendiri didasari dalam bahasa. Ini berarti bahwa kita selalu dalam bahasa dan tidak bisa melangkah di luar bahasa untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah. Bahasa-dalam hal wacana terdiri dari berbagai cara kita berhubungan dengan lingkungan kita dan diri kita sendiri (Burr, 1995; Gee, 1999; Wetherell et al, 2001.). Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa dalam bahasa perspektif ini dan wacana tidak dianggap sebagai hal yang sama. Bahasa merupakan realitas bagi kita, sedangkan wacana pola dalam bahasa yang memungkinkan bagi kita untuk menciptakan makna di dunia dan dari diri kita sendiri. Wacana demikian prasyarat untuk dunia seperti yang kita mengalaminya atau seperti yang kita menjalaninya.

(5)

5 B. Budaya Hidup Sehat melalui Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan pada Kurikulum 2013.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 79 ayat 1 Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sudah diterangkan bahwa sekolah mempunyai andil untuk meningkatkan kesehatan setiap peserta didik, dengan adanya pendidikan olahraga dan kesehatan diharapkan akan mampu menciptakan peserta didik yang memiliki perilaku sehat dalm hidup.

Mikael Quennerstedt (2008) sebuah kerangka teoritis untuk menganalisis dan membahas isi pelajaran dalam pendidikan jasmani yang mengambil baik konten dan cara mengajar serta belajar konten harus dipertimbangkan kumudian disajikan. Untuk tujuan ini, pendekatan transaksional John Dewey pada makna pembuatan (Altman & Rogoff, 1987; Bentley & Dewey, 1991) serta wacana teoritis posisi (Foucault, 1988, 2002; Wetherell, Taylor & Yates, 2001) digunakan. Di satu sisi, ini memungkinkan untuk menganalisis konten dan kondisi yang berarti keputusan dalam pendidikan jasmani kelembagaan, dan di sisi lain untuk membahas konten yang ditawarkan sebagai salah satu aspek dari pembuatan makna murid. Contoh empiris dari pendekatan yang diuraikan juga diberikan dari penelitian sebelumnya dari dokumen kurikulum lokal dalam pendidikan jasmani Swedia (Quennerstedt, 2006a, 2006b).

Melakukan promosi tanpa ada praktik langsung untuk penerapan gaya hidup sehat tidak mengubah konsepsi siswa untuk melakukan, dengan hal ini maka guru memberikan contoh nyata di lingkungan sekolah. Pembiasaan dalam merubah cara berpikir dan membiasakan bertindak untuk membentuk prilaku hidup sehat di lingkungan sosial sekolah merupakan tugas intruktur pada kelembagaan. Pendidikan olahraga dan kesehatan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Penggunaan pendekatan dalam memberi pemahaman terhadap siswa seperti pendekatan transaksional dan pembentukan wacana (Quennerstedt, 2008) dapat dijadikan sebagai salah satu strategi penyampaian pengalaman belajar dan untuk merubah minat menjadi sebuah tindakan.

Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Oleh karena itu melalui pendidikan olahraga dan kesehatan diharapkan perilaku hidup sehat bisa dijadikan kebiasaan. Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni :

(6)

cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James);

2. Daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal dengan “stimulus-respons theory” dari Skinner; 3. Daya individual yang sudah ada dalam diri

seseorang atau kemandirian (Gestalt Theory dari Kohler).

Pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi sarana untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap – mental – emosional – sportivitas – spiritual – sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat.

Dalam pendidikan olaharaga dan kesehatan diharapkan peserta didik akan mengalami perubahan perilaku. Ada beberapa bentuk perubahan perilaku yang dialami individu diantaranya :

1. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah.

2. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan. Perubahan ini juga bisa tercipta melalui pendidikan.

3. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu diantaranya :

1. Dengan Paksaaan atau pemberian hukuman Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah disembarang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati. 2. Dengan memberi imbalan

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.

3. Dengan membina hubungan baik. 4. Dengan menunjukkan contoh-contoh

Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru karena itu usahakanlah agar guru serta staf sekolah yang lain melakukan hidup sehat di lingkungan sekolah dengan contoh tidak merokok, membuang sampah pada tempat yang sudah disiapkan. Dengan contoh seperti ini biasanya anak akan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat.

5. Dengan memberikan kemudahan

Misalnya dengan menaruh bak sampah yang tidak jauh dari kelas, agar siswa dengan mudah membuang sampah.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

(7)

7 ini diharapkan akan bisa membangkitkan

keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat.

Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.

Rogoff (1995), dalam praktek tertentu, kelembagaan, intersubjektif, dan individu semua dapat dilihat sebagai dimensi bersama dan berinteraksi untuk pembuatan makna. Pendekatan transaksional sesuai memungkinkan untuk menganalisis dimensi proses pembentukan makna dan pengambilan keputusan keputusan dalam pendidikan jasmani melalui pengamatan terhadap pengalaman serta interaksi belajar siswa selama berada di sekolah.

Kebijakan yang terdapat di lembaga dan opini dari pemimpin bisa bertindak sebagai gatekeeper untuk intervensi, membantu mengubah norma-norma sosial, dan mempercepat perubahan perilaku (Valente, T. W. & Patchareeya Pumpuang, 2007). Pemimpin atau kepala sekolah sebagai leader pengambilan kebijakan dapat memberikan kontribusi pada perubahan perilaku pada lemabaga sekolah.

C. Pelaksanaan Pendidikan Olahraga Kesehatan Pada Kurikulum K13 Untuk Menamkan Budaya Hidup Sehat.

Mengacu pada pembahasan tentang bagai mana membudayakan hidup sehat untuk siswa,

dimana siswa dituntut untuk memiliki pengalaman selama proses pembelajaran agar nantinya bentuk akhir dari belajar adalah terbentuknya prilaku hidup sehat maka pendekatan dan strategi pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran adalah Dicovery Learning.

Discovery Learning adalah Proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dimana anak harus berperan aktif dalam belajar dan mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Metode Discovery Learning adalah memahami: konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Discovery dilakukan melalui: observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (cognitive process). Sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the

mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Menggunakan model pembelajaran Discovery learning yaitu merubah kondisi belajar yang Pasif menjadi aktif dan kreatif, Teacher oriented ke student oriented dan modus ekspositori

siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

(8)

sesuai dengan tema budaya hidup sehat dierangkan sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

Guru pendidikan olahraga dan kesehatan menentukan tujuan dari pembelajaran materi budaya hidup sehat, yakni siswa diharapkan mampu membudayakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa Guru pendidikan olahraga dan kesehatan harus bisa menentukan baik itu teknik penyampaian ataupun materi dengan karakteristik siswa.

3. Memilih materi

Materi yang sesuai dengan tema Budaya hidup sehat, misalnya konsep pola makan sehat, bergizi dan seimbang.

4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif

Topik yang harus dipelajari siswa adalah bagaimana konsep dasar dari pola makan sehat mulai dari pengertian sampai dengan contoh makanan sehat.

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. Guru pendidikan olahraga menyusun bahan pelajaran sebagai stimulus yang nantinya dapat memancing minat siswa untuk melakukan penelitian atau penulusuran lebih lanjut tentang materi yang akan dipelajari. Penyertaan contoh sangatlah penting untuk memberikan gambaran pada

siswa agar siswa tidak keluar jalur materi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. 6. Mengatur topik-topik pelajaran

Pengaturan topik pelajaran hendaknya dilakukan agar hasil akhir yang di inginkan dapat diperoleh secara maksimal. Memberikan rambu-rambu pada siswa sesuai dengan topik pelajran.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Sesuai dengan tujuan akhir dari pembelajaran yakni siswa memiliki prilaku untuk bergaya hidup dalam keseharian maka bentuk penilaiannya adalah:

a. Penilaian Kinerja

 Kemampuan mengidentifikasi masalah dan penyebabnya untuk diungkap.

 Pemilihan sumber informasi sebagai dasar penemuan.

 Pemilihan strategi penyelesaian masalah.

 Pemilihan metode pencarian data.  Cara mengolah data.

 Cara penarikan simpulan berdasarkan data.

 Kualitas simpulan yang diajukan.  Kegunaan simpulan dalam

penyelesaian masalah  Presentasi hasil penemuan. b. Penilaian Sikap

1. Tanggung Jawab

(9)

9  Menggunakan waktu secara

efisien untuk menyelesaikan seluruh tugas.

 Menerapkan budaya hidup sehat dilingkungan sekolah.

2. Disiplin

 Mengikuti seluruh proses pembelajaran.

 Mentaati prosedur kerja dengan benar.

 Melakukan tindakan sesuai tugas dan materi pelajaran. 3. Kerja Sama

 Setiap anggota melibatkan diri dan mengambil peran secara aktif dalam kelompok.  Setiap anggota kelompok

berbagi tugas dengan anggota lain (tidak ada yang

mendominasi).

Penilaian dan pemberian skor didasarkan pada seberapa baik setiap sub aspek diperlihatkan oleh peserta didik selama persiapan, pelaksanaan dan hasil akhir baik prilaku yang timbul maupun hasil pengungkapan yang dilaporkan.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perilaku terdiri dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal, dan

Faktor Situsional. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perubahan alamiah, perubahan terencana, kesediaan untuk berubah.

Melalui pendidikan olahraga dan kesehatan diharapkan budaya hidup sehat dapat tertanam pada diri peserta didik. Dengan memberi pemahaman kepada peserta didik akan pentingnya hidup sehat. Semua tidak terlepas oleh perubahan perilaku yang dibina melaui pembelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan pada setiap satuan pendidikan.

Daftar Rujukan

Altman, I., & Rogoff, B. (1987). World views in

psychology: Trait, interactional,

organismic and transactional

perspectives. In D. Stokols & I. Altman (Eds.), Handbook of environmental psychology (pp. 7–40). New York: John Wiley.

Burr, V. (1995). An introduction to social constructionism. London. New York: Routledge.

Bentley, A.F., & Dewey, J. (1991). Knowing and the known. In J.A. Boydston (Ed.), John Dewey, the later works, 1925-1953 (Vol. 16). Carbondale: Southern Illinois University Press.

Dahar, R. W.. 1989. Teori teori Belajar. Jakart: Erlangga.

Gee, J.P. (1999). Discourse analysis- Theory and method. London. New York: Routledge.

Kelly, at al.. 1991. Prediction Of Motivation and Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

(10)

Mueller, J.D.. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S.. 2003. Perilaku kesehatan dan pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Ochieng, Bertha M. N.. 2006. Factors affecting choice of a healthy lifestyle: implications for nurses. British Journal of Community Nursing . Feb2006, Vol. 11 Issue 2, p78-81. 4p.

Purwanto, H.. 1999. Pengantar Perilaku Manusi: Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

P. R. Messent, Carlton B. Cooke and Jonathon Long. 1999. Primary and Secondary Barriers To Physically Active Healthy Lifestyles For Adults With Learning Disabilities. Disability and Rehabilitation , 1999 ; vol. 21, no. 9, 409-419

Quennerstedt. M.. 2008. Studying the Institutional Dimension of Meaning Making: A Way to Analyze Subject Content in Physical Education. Sweden : Örebro University. Journal of Teaching in Physical Education, 2008, 27, 434-444 © 2008 Human Kinetics, Inc.

Suryabrata, S..2006. Psikologi pendidikan - ed 14. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Valente, T. W. & Pumpuang, P.. 2007. Identifying Opinion Leaders to Promote Behavior Change. Health Educ Behav OnlineFirst. published on June 29, 2007 as doi:10.1177/1090198106297855.

Walgito, B..1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Wawan, A. dan Dewi, M.. 2010. Pengetahuan , sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wetherell, M., Taylor, S., & Yates, S.J. (Eds.). (2001). Discourse theory and practice. London: SAGE.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu Hamidjojo (Azhar Arsyad, 2006 : 4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar

Dalam siklus kedua ini, ada perubahan pembelajaran yang diberikan oleh guru penjasorkes. Perubahan yang terjadi yaitu pada siklus pertama, siswa melakukan gerak

Banyak cara untuk bisa mendapatkan informasi tentang restoran, lokasi dan jenis-jenis makanan dan minuman yang disajikan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya serta tanpa harus

ciri akustik bahasa Indonesia yang diproduksi oleh penutur asli BK

Skripsi ini berjudul Strategi Penjualan Melalui Media Online dan Tingkat Kepuasan Membeli (Studi Korelasional tentang Pengaruh Strategi Penjualan Produk Fashion melalui

Skripsi ini berjudul Strategi Penjualan Melalui Media Online dan Tingkat Kepuasan Membeli (Studi Korelasional tentang Pengaruh Strategi Penjualan Produk Fashion melalui

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai gambaran struktur navigasi, peta navigasi, rancangan setiap halaman, langkah-langkah

Mahasiswa sebagai guru SD.dapat melakukan pembelajaran berdasarkan lndasan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan  Melaksanakan pembeljaran secara efektif  Menemukan