• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta berbagai informasi yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural tidak hanya melalui interaksi dan nilai-nilai saja tetapi juga pengertian secara langsung terhadap siswanya sehingga siswa lebih memahami dan juga dapat melaksanakannya dan menjadi sebuah kebiasaan untuk memahami orang lain di sekitarnya. Lebih mengembangkan materi atau tema agar mampu memahami multikultural. 2. Bagi Guru

Guru mata pelajaran harus diberikan sosialisasi mengenai pendidikan multikultural agar guru juga bisa mengintegrasikan kesemua mata pelajaran dengan bervariasi sehingga siswa juga dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rodli. (2014). Lupa Mengerjakan PR, Guru Menggigit Murid. Diakses dari http://www.portalbkbr.com/nusantara/jawabali/3213672_4262.html. pada tanggal 02 Oktober 2014, Jam 08.00 WIB.

Andi. (2014). Bocah SD Tewas Dikeroyok 3 Teman Sekolah. Diakses dari

http://m.sindonews.com/read/2014/03/31/25/849266/bocah-sd-tewas-dikeroyok-3-teman-sekolah. pada tanggal 10 April 2014 jam 15.30 WIB.

Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Blum, L.A. (2001). Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar- Ras: Tiga Nilai yang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural. Dalam May, Larry, Shari Collins-Chobanian, and Kai Wong (Eds). Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan Multikultural. Terjemahan oleh Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Choerul Mahfud. (2006). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dwi ari, dkk. (2013). Empat Pilar Kehidupan Berbangsa. Diakses dari

http://www.academia.edu/3876808/EMPAT_PILAR_KEHIDUPAN_BERB ANGSAPROGRAM_STUDI_PENDIDIKAN_SEJARAHBAB_I_PENDA HULUAN. pada tanggal 05 Oktober 2014 jam 09.00 WIB.

Dwi Siswoyo, dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Effendi. (2012). Model-Model Analisis Data. Diakses dari http://effendi dmth.blogspot.com. pada tanggal 23 Maret 2014 jam 13.00 WIB.

Farida Hanum & Setya Raharja. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Multikultural Di Sekolah Dasar Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor. 2.

Hanif Nurcholis. (2007). Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo.

H. A. R. Tilaar & Riant Nugroho. (2009). Kebijakan Pendidikan. Cetakan II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

H. A. R. Tilaar. (2003). Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural. Magelang: Indonesia Tera.

H. A. R. Tilaar. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Ichsan. (2010). Pendidikan Multikultural di SMP N 5 Makassar. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga.

Irwan Abdullah. (2006). Tantangan Multikulturalisme dalam Pembangunan. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI vol.11 No 1.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarta.

Miles A. & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. (Alih bahasa: Yosal Iriantara). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moh. Alifuddin. (2011). Kebijakan Pendidikan Non Formal, Teori, Aplikasi, dan Implikasi. Jakarta: Magna Script Publishing.

Ngainun Naim dan Achmad Sauqi. (2010). Pendidikan Multikultural konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruuz Media Grub.

Ratih. (2012). Pendidikan Multikultural perlu Disosialisasi. Diakses dari

http://m.sindonews.com/read/2012/10/31/22/684226/pendidikan-multikultural-perlu-sosialisasi. pada tanggal 6 April jam 11.00 WIB

Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rid. (2010). Guru Melakukan Tindak Kekerasan. Diakses dari

http://www.mediapendidikan.info/2010/09/guru-melakukan-tindak-kekerasan.html. pada tanggal 02 Oktober 2014, Jam 08.00 WIB.

Rita Eka, dkk. ( 2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. SD Model Kabupaten Sleman. (2014). Dokumen Profil SD Model Kabupaten

Sleman.

Sudiyono. (2007). Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Buku Ajar UNY.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta .

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 Pasal 4 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yaqin, M.A. (2005). Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Wikipedia. (2014). Pengertian Pendidikan. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. pada tanggal 10 Februari jam 13.30 WIB.

www.tksdmodelsleman.sch.id

Zamroni. (2011). Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.

Zuriah, Nurul. (2005). Metodologi Penelitian: Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Lampiran 2. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN I Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman

Kegiatan : Observasi awal dan permohonan izin mengadakan penelitian Pada hari ini peneliti mengunjungi sekolah yaitu di SD Model Kabupaten Sleman yang beralamatkan di Blotan Wedomartani Ngemplak Sleman. Peneliti datang ke sekolah dengan tujuan untuk melaukan observasi dan meminta izin melakukan penelitian skripsi tentang Pendidikan Multikultural di SD Model Kabupaten Sleman. Setelah tiba di sekolah peneliti menuju lobi sekolah dan disambut oleh guru piket. Setelah menunggu beberapa saat di ruang tamu sekolah peneliti bertemu dengan Kepala Sekolah

Kemudian peneliti menyampaikan tujuannya untuk melakukan penelitian skripsi di SD Model tentang pendidikan multikultural, setelah berbincang-bincang akhirnya kepala sekolah mengizinkan. Peneliti mendapat persetujuan untuk observasi awal terlebih dahulu dan dilanjutkan penelitian. Pada observasi awal peneliti langsung melakukan wawancara awal mengenai pendidikan multikultural yang ada di SD Model Kabupaten Sleman.

CATATAN LAPANGAN II Hari/Tanggal : Selasa, 20 Mei 2014

Tempat : Kesbang Kabupaten Sleman

Kegiatan : Membuat Surat izin Penelitian

Pada tanggal tersebut peneliti pergi ke Kesbang Kabupaten Sleman yang terletak di komplek dinas pendidikan sleman. Peneliti bermaksud untuk membuat surat izin penelitian tugas akhir yang ditujukan pada Bapeda Sleman. Setelah menunggu beberapa saat surat penelitian jadi. Selanjutnya peneliti menuju Bapeda sleman akan tetapi peneliti harus kembali esok harinya karena kantor untuk melayani izin penelitian sudah tutup.

CATATAN LAPANGAN III Hari/Tanggal : Rabu, 28 Mei 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman

Kegiatan : Mengantar Surat Penelitian dan Mengkoordininasi Surat Penelitian

Pada pukul 08.20 WIB, peneliti datang ke SD Model Kabupaten Sleman untuk mengantar surat perizinan penelitian tugas akhir dari Bapeda sleman. Peneliti bertemu dengan guru piket yang ada di Lobi sekolah memberikan surat yang ditujukan untuk kepala seolah, akan tetapi pada saat itu kepala sekolah sedang

tidak ada di tempat. Akhirnya pihak sekolah mengizinkan setelah berkoordinasi dengan kepala sekolah.

Selanjutnya peneliti dan pihak sekolah berkoordinasi tentang waktu penelitian dan juga mengutarakan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mendapat persetujuan pelaksanaan penelitian, dan pihak sekolah mau membantu.

CATATAN LAPANGAN IV Hari/Tanggal : Senin, 2 Juni 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman

Kegiatan : Wawancara

Pada pukul 08.00 peneliti datang ke sekolah, kemudian bertemu dengan guru piket yanga ada di lobi, peneliti mengutarakan mau melakukan wawancara dengan guru wali kelas. Guru piket mencarikan guru yang akan diwawancarai.

Kemudian peneliti segera mempersiapkan alat beserta pedoman wawancara. Setelah berlangsung selama 30 menit wawancarapun selesai. Setelah wawancara selesai peneliti masih berbincang bincang mengenai keberagaman yang ada di sekolah tersebut. Selanjutnya dilakukan wawancara lagi kepada guru wali kelas dan berlangsung selama 50 menit. Akhirnya setelah selesai peneliti meninggalkan ruangan dan melakukan pengamatan di lingkungan sekitar. Setelah dirasa cukup pada hari ini peneliti berpamitan pulang dengan guru piket dan kembali pada esok hari.

CATATAN LAPANGAN V Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman Kegiatan : Wawancara

Pada hari ini peneliti datang lebih awal, karena sudah janjian sama guru wali kelas. Peneliti langsung bertemu dengan guru wali kelas untuk melakukan wawancara. Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru. Setelah wawancara di rasa cukup peneliti mengucapkan terimaksih kepada guru tersebut dan melanjutkan pengamatan terhadap interaksi yang ada di sekolah pada saat jam istirahat. Setelah dirasa cukup peneliti berpamitan kepada guru piket.

CATATAN LAPANGAN VI Hari/Tanggal : Kamis, 5 Juni 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman

Kegiatan : Wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru

Pada pukul 08.30 peneliti sudah sampai di sekolah, peneliti langsung menuju ruang TU untuk mencari data tentang keadaan SD Model Kabupaten Sleman. Setelah mendapat beberapa data tentang sejarah, data siswa dan staff guru dan karyawan peneliti bertemu dengan Kepala sekolah untuk melakukan wawancara dan berjalan 45 menit. Kemudian Peneliti bermaksud untuk janjian akan melakukan wawancara dengan guru tersebut untuk bersedia diwawancarai hari itu juga. Peneliti melakukan wawancara berlangsung selama 40 menit. Setelah selesai peneliti berterimaksih dan berpamitan untuk pulang setelah hari ini dirasa cukup.

CATATAN LAPANGAN VII Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Juni 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Hari ini peneliti datang lebih awal, peneliti mengamati pembelajaran yang ada di kelas 3a. Pada waktu itu sedang pembelajran mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu berdo’a. Guru memberi kesempatan untuk masing-masing agama dipimpin berdo’a secara bergantian. Ketika berdo’a siswa menyuarakan dengan keras dan lantang. Setelah itu ada guru memberikan materi dan menyuruh untuk berdiskusi kelompok. Sembari meenunggu diskusi kelompok peneliti mengamati ruang kelas seperti fasililitas kelas. Setelah jam pelajaran selesai peneliti meminta izin untuk melakukan wawancara. Wawancarapun berlangsung selama 45 menit. Setelah selesai peneliti melanjutkan wawancara dengan wali kelas lain, wawancara berlangsung selama 40 menit dan setelah dirasa cukup peneliti meninggalkan ruangan dan berpamitan untuk pulang.

CATATAN LAPANGAN VIII Hari/Tanggal : Selasa, 11 Juni 2014

Tempat : SD Model Kabupaten Sleman Kegiatan : Wawancara

Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru secara bersamaan. Wawancara berlangsung selama 1 jam. Setelah wawancara selesai peneliti masih berbincang-bincang mengenai keberagaman dan pembiasaan yang ada di SD Model.

Kemudian peneliti melakukan pengamatan di lingkungan SD Model dan berbincang-bincang dengan siswa SD Model mengenai tanggapan sikap siswa terhadap kondisi yang beragam di SD tersebut. Setelah dirasa cukup peneliti berpamitan pulang.

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SD MODEL KABUPATEN SLEMAN

A.Pertanyaan Penelitian Untuk Kepala Sekolah

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pendidikan multikultural (kebhinnekaan)?

2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai keberagaman yang ada di sekolah ini?

3. Bagaimana upaya dalam mewujudkan kebhinnekaan dengan kondisi yang beragam?

4. Nilai-nilai apa sajakah yang diberikan dalam pendidikan multikultural dalam konteks menuju kebhinnekaan?

5. Bagaimana cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada siswa? 6. Perlukah nilai-nilai tersebut diberikan kepada warga sekolah? 7. Adakah hambatan dalam memberikan nilai-nilai tersebut?

8. Bagaimana solusi yang diberikan dalam mengatasi hambatan dalam memberikan nilai-nilai pendidikan multikultural?

9. Adakah kebijakan mengenai pendidikan multikultural di sekolah ini? 10.Apakah sekolah bapak/ibu sudah menerapkan pendidikan multikultural? 11.Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di sekolah bapak/ibu? 12.Strategi apa yang dilakukan dalam mengupayakan adanya pendidikan

13.Adakah hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan multikultural?

14.Bagaimana dukungan yang diberikan dalam rangka penerapan pendidikan multikultural di sekolah ini?

15.Bagaimana upaya bapak/ibu dalam mengatasi kendala yang ada? B.Pertanyaan Penelitian Untuk Guru

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pendidikan multikultural (kebhinnekaan)?

2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai keberagaman yang ada di sekolah ini?

3. Bagaimana upaya dalam mewujudkan kebhinnekaan dengan kondisi yang beragam?

4. Nilai-nilai apa sajakah yang diberikan dalam pendidikan multikultural dalam konteks menuju kebhinnekaan?

5. Bagaimana cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada siswa? 6. Perlukah nilai-nilai tersebut diberikan kepada warga sekolah? 7. Adakah hambatan dalam memberikan nilai-nilai tersebut?

8. Bagaimana solusi yang diberikan dalam mengatasi hambatan dalam memberikan nilai-nilai pendidikan multikultural?

9. Bagaiman cara bapak/ibu memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai pendidikan multikultural?

11.Adakah hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan multikultural?

12.Bagaimana dukungan yang diberikan dalam rangka penerapan pendidikan multikultural di sekolah ini?

13.Bagaimana interaksi antara guru dengan siswanya ketika proses pembelajaran?

14.Bagaimana upaya bapak/ibu dalam mengatasi kendala yang ada? 15.Apa harapan bapak/ibu terhadap adanya pendidikan multikultural?

Lampiran 4. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SD MODEL KABUPATEN SLEMAN

1. Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan Pendidikan Multikultural seperti: a. Alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Penataan ruang kelas. 2. Metode Pembelajaran

a. Teknik pembelajaran.

b. Proses kegiatan pembelajaran. c. Pendukung dan penghambat. 3. Interaksi warga sekolah

a. Kepala sekolah dengan guru. b. Kepala sekolah dengan siswa. c. Siswa dengan guru.

d. Siswa dengan siswa. 4. Keadaan lingkungan sekolah

a. Alamat sekolah. b. Batasan sekolah. 5. Keadaan bangunan sekolah

Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SD MODEL KABUPATEN SLEMAN

1. Arsip Tertulis

a. Sejarah Berdirinya sekolah. b. Visi dan misi sekolah. c. Buku profil sekolah. 2. Foto

a. Gedung sekolah. b. Ruang kelas.

Lampiran 6. Transkip Wawancara

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH YANG TELAH DIREDUKSI

Hari/Tanggal : Kamis, 5 Juni 2014 Pukul : 09.00 – 09.45 WIB

Tempat : SD MODEL KABUPATEN SLEMAN Informan : Ibu YS

Tema : Implementasi Pendidikan Multikultural

1. Peneliti : Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pendidikan multikultural (kebhinnekaan)?

Ibu YS : Multi artinya berbagai kultur budaya, jadi hal-hal yang bersifat majemuk atau plural yang ada disini baik agamanya, baik adat istiadatnya, baik latar belakangnya, bahkan sosialnya itu semua datang kesini dengan tujuan yang sama yaitu untuk belajar.

2. Peneliti : Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai keberagaman yang ada di sekolah ini?

Ibu YS : Itu sangat bagus sekali, karena kita hidup dimasyarakat itu sangat heterogen, anak-anak mungkin dalam satu keluarga yang homogen tetapi untuk kedepannya anak harus menjadi orang yang mandiri dewasa dan dia harus berdiri sendiri tidak selamanya dia akan menjadi satu dan didampingi dengan ayah dan ibunya, maka untuk menghadapi itu anak harus bisa berdiri sendiri di tengah-tengah kehidupan yang heterogen di sekolah ini.

3. Peneliti : Bagaimana upaya dalam mewujudkan kebhinnekaan dengan kondisi yang beragam?

Ibu YS : Bisa menunjukan apa yang menjadi potensi dirinya, tetapi juga bisa menerima ketika orang lain menampilkan hal yang sama seperti yang dimiliki, tidak ada dendam justru yang ada penghormatan pemberian kesempatan. Dia punya kepercayaan diri dan konsep diri yang jelas, tetapi dia bisa menghargai orang lain tidak larut dengan yang dimiliki.

4. Peneliti : Nilai-nilai apa sajakah yang diberikan dalam pendidikan multikultural dalam konteks menuju kebhinnekaan?

Ibu YS : Membekali anak dengan nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, budaya antri atau tertib itu sudah kami tanamkan, mencintai lingkungan, toleransi apa lagi.

5. Peneliti : Bagaimana cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada siswa? Ibu YS : Melalui pembiasaan di sekolah yang disiplin, mandiri dan juga ada

outing serta ketika anak membawa apa dari rumah itu juga harus dipertanggungjawabkan oleh masing-masing anak. Nilai agama dengan adanya TPA, kemudian mencintai lingkungan dengan cara membawa tanaman dari rumah kemudian dirawat dan ada 10 menit untuk menyirami tanaman ketika pagi hari dengan jadwal

berbeda.

6. Peneliti : Perlukah nilai-nilai tersebut diberikan kepada warga sekolah? Ibu YS : Ya sangat perlu sekali, karena dengan adanya nilai-nilai tersebut

menjadikan warga sekolah akan lebih baik lagi dalam bersikap dan juga berperilaku.

7. Peneliti : Adakah kebijakan mengenai pendidikan multikultural di sekolah ini?

Ibu YS : Kebijakan secara tertulis itu hanya pada kurikulum saja, penanaman nilai itu ada dalam kurikulum tergantung dengan tema di masing-masing mata pelajaran. Termasuk juga potensi anak dalam ekstrakurikuler itu ada sesuai minat dan bakat anak.

9. Peneliti : Apakah sekolah bapak/ibu sudah menerapkan pendidikan multikultural?

Ibu YS : Kalau secara khusus untuk mengajarkan pengertian multikultural itu belum, tetapi disini yang ditekankan adalah pendidikan multikultural yang diajarkan melalui nilai-nilai itu tadi, sehingga dengan sekolah ini yang beragam bisa dijadikan kekuatan bagi sekolah untuk bersama-sama mencapai tujuan yang sama dalam pendidikan.

10. Peneliti : Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di sekolah bapak/ibu?

Ibu YS : Penerapan pendidikan multikultural yaitu dengan mengintegrasikan terhadap mata pelajaran yang ada seperti Pkn, Agama, IPS, Seni Budaya, Bahasa Indonesia. Adanya ektrakurikuler sebagai bentuk fasilitasi bagi anak. Sekolah memfasilitasi bagi anak yang memiliki potensi, bakat, serta minat baik dari segi waktu, sarana-prasarana, dan juga tenaga pendidik. 11. Peneliti : Strategi apa yang dilakukan dalam mengupayakan adanya

pendidikan multikultural di sekolah ini?

Ibu YS : Strategi yang dilakukan yaitu pertama dengan melakukan pembiasaan seperti anak dilatih untuk terbiasa meandiri, disiplin, bersikap toleransi terhadap anak yang lainnya. Selain itu adanya kegiatan outing di setiap pembelajaran pada saat akhir tema tergantung dari tema pembelajaran ditentukan tempat tujuannya. Kemudian untuk ektrakurikuler yang diikuti oleh anak, sekolah memfasilitasi anak untuk melakukan pentas seni atau menunjukan hasil karyanya di setiap akhir semester.

12. Peneliti : Adakah hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan multikultural?

Ibu YS : Hambatannya mungkin dulu susah mencari guru agama Hindu. Kemudian juga mungkin tempat ibadahnya disini juga hanya mushola, tetapi masjidnya masih dalam tahap pembangunan itu untuk muslim, kalau yang lainnya belum ada.

13. Peneliti : Bagaimana dukungan yang diberikan dalam rangka penerapan pendidikan multikultural di sekolah ini?

Ibu YS : Biasanya ada pendalaman iman seperti harian ada hari besar agama yang dirayakan kemudian juga tidak berhenti disitu realisasinya seperti apa. Kemudian juga harus mendorong anak untuk mempunyai konsep diri yang jelas.

14. Peneliti : Bagaimana upaya bapak/ibu dalam mengatasi kendala yang ada? Ibu YS : Kalau dari segi tenaga pendidik yang belum ada seperti agama

Hindu kami berusaha untuk selalu mencari dengan memasang lowongan yang disebar dan juga melalui medi internet.

Kalau dari segi tempat ibadah atau ruang pembelajaran agama Kristen, Katolik, Hindu kami berusaha tetap menyediakan ruang kosong untuk memfasilitasinya.

15. Peneliti : Apa harapan bapak/ibu terhadap adanya pendidikan multikultural? Ibu YS : Dengan adanya pendidikan multikultural diharapkan anak-anak

mempunyai konsep diri yang jelas dan tetap menghargai keberagaman yang ada di sekolah ini, karena keberagaman itu merupakan keniscayaan tetapi bagaimana sikap kita bisa untuk menghargai orang lain atau toleransi dan tidak saling mengganggu. Kalau bisa diterapkan diharapkan kondisinya damai. Bukan IQ nya yang dibangun tetapi sosialnya juga seperti menjaga emosi.

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU YANG TELAH DIREDUKSI

Hari/Tanggal : Senin, 2 Juni 2014 Pukul : 08.20 – 08.50 WIB

Tempat : SD MODEL KABUPATEN SLEMAN Informan : Ibu NR

Tema : Implementasi Pendidikan Multikultural

1. Peneliti : Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pendidikan multikultural (kebhinnekaan)?

Ibu NR : Perbedaan yang ada dalam individu anak murid bisa dari beda agama, beda suku bisa juga beda latar belakang keluarga dimana didalamnya memiliki keberagaman yang dikembangkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

2. Peneliti : Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai keberagaman yang ada di sekolah ini?

Ibu NR : Keberagaman justru merupakan suatu kekayaan dalam perbedaan, maka akan lebih bagus anak lebih memahami satu sama lain. 3. Peneliti : Bagaimana upaya dalam mewujudkan kebhinnekaan dengan

kondisi yang beragam?

Ibu NR : Kalau saya kebhinnekaan tidak membeda-bedakan antara satu anak dengan anak yang lain, terutama perbedaan dalam hal agama, suku,dsb.

4. Peneliti : Nilai-nilai apa sajakah yang diberikan dalam pendidikan multikultural dalam konteks menuju kebhinnekaan?

Ibu NR : Kalau kebhinnekaan kan sudah ada dalam pancasila, mungkin kita tinggal menyikapi agar perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan. Seperti demokrasi sudah kita tanamkan saat pembelajaran dikelas dengan diskusi. Kemudian juga toleransi juga kita tanamkan, karena masing-masing anak mempunyai cara berkembang sendiri-sendiri yang merupakan bagian dari multikultural. Kalu penanaman nilai religius di sekolah kita ada kegiatan TPA sesuai dengan agamanya masing-masing

5. Peneliti : Bagaimana cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada siswa? Ibu NR : Penanaman nilai-nilai tadi ditanamkan di dalam kelas saat

pembelajaran sesuai dengan tema, kalau di luar kelas TPA dimana kegiatan tersebut dilakukan rutin setiap pagi hari sebelum pelajaran dimulai.

6. Peneliti : Perlukah nilai-nilai tersebut diberikan kepada warga sekolah? Ibu NR : Sangat perlu sekali, karena dengan penanaman nilai tersebut

bersifat positif yang nantinya dapat membuat sekolah ini dapat menjalankan aktivitas dengan baik tanpa ada rasa perselisihan dan juga bisa terjalin akrab satu sama lain.

7. Peneliti : Adakah hambatan dalam memberikan nilai-nilai tersebut? Ibu NR : Kalau selama ini tidak atau belum ada hambatan.

8. Peneliti : Bagaiman cara bapak/ibu memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai pendidikan multikultural?

Ibu NR : Dilakukan di dalam kelas melalui diskusi, dengan anak melihat prakteknya langsung sudah otomatis pendidikan multikultural sudah ada misalnya ketika agama Islam jama’ah bersama dan agama lain berdo’a bersama. Kalau pengertian secara langsung mengenai pendidikan multikultural itu tidak ada akan tetapi disini lebih kepada nilai-nilai yang diajarkan dengan kondisi yang multikultural.

9. Peneliti : Seperti apa strategi dalam pembelajaran pendidikan multikultural? Ibu NR : Tergantung dengan materi atau tema pembelajaran, jadi multikultural diintegrasikan dengan mata pelajaran yang bisa disisipi nilai-nilai tersebut seperti PKn, Agama, IPS, dan Seni

Dokumen terkait