• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pendidikan Multikultural

3. Tujuan Pendidikan Multikultural

Menurut M.J. Langeveld dalam bukunya Dwi Siswoyo, dkk. (2008: 81) ada enam tujuan pendidikan yaitu: a) Tujuan umum, total, dan akhirnya adalah suatu kedewasaan yang mampu untuk hidup dengan pribadi mandiri; b) Tujuan khusus pada pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal, seperti usia, jenis kelamin, inteligensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan, dan juga sebagainya; c) Tujuan tak lengkap yang menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia misalnya aspek psikologis, biologis, dan sosiologis; d) Tujuan sementara yang artinya bahwa pendidikan mempunyai tujuan sementara, apabila tujuan sementara tersebut sudah tercapai akan diganti dengan tujuan lainnya; e) Tujuan intermedier yang merupakan tujuan perntara bagi tujuan lainnya yang pokok; f) Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai saat-saat tertentu dan seketika.

Tujuan pendidikan atau belajar sepanjang hidup bukan sekedar pengembangan sumber daya manusia untuk pencapaian keberhasilan ekonomi, atau terbebasnya masyarakat dari kemiskinan tetapi tujuan yang lebih humanistik peningkatan kualitas diri dan kehidupan lingkungan, pengembangan diri yang komplit, original dan mandiri. Tujuan pembentukan masyarakat belajar sepanjang hidup dapat juga dikatakan

untuk mewujudkan kehidupan individu dan masyarakat yang sehat, berkeadilan, dan kreatif.

Pada intinya tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya untuk memperbaiki taraf hidup untuk menjadi lebih baik lagi serta meningkatkan kualitas hidup manusia dengan nilai-nilai yang sudah ada. Dengan nilai-nilai yang diajarkan melalui pendidikan maka kehidupan manusia akan lebih terarah menjadi lebih baik lagi.

C.Pendidikan Multikultural

1. Pengertian Pendidikan Multikultural

Dalam bukunya Ainul Yaqin, 2005: 23, Montalto, 1978 dan Gollnick dan Chinn, 1998 berpendapat bahwa pendidikan multikultural bertujuan agar populasi mayoritas memiliki sikap toleran terhadap imigran baru.

Sedangkan menurut pendapat Andersen dan Cusher, bahwa pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan yang merangkum tentang keragaman kebudayaan (Choirul Mahfud, 2006: 167).

Kemudian James Bank mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color, artinya pendidikan multikultural akan mengeksplorasi suatu perbedaan yang ada sebagai suatu anugrah serta mengajarkan bagaimana menyikapi perbedaan tersebut dengan adanya toleransi. Sejalan dengan hal tersebut Muhamein berpendapat bahwa pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan yang memiliki

keragaman kebudayaan untuk merespon adanya perubahan masyarakat secara keseluruhan (Choirul Mahfud, 2006: 168).

Ahli lain, Sleeter dan Grant ( 2007, 2009 ) dan Smith ( 1998 ) mengartikan pendidikan multikultural sebagai pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan secara holistik memberikan kritikan dan menunjukkan kelemahan, kegagalan dan diskriminasi yang terjadi di dalam pendidikan (Zamroni, 2011: 144).

Menurut H.A.R Tilaar (2004: 182) ada tipologi pendidikan multikultural yang berkembang, yaitu:

a. Peserta didik memiliki budaya yang lain (culture difference), artinya peserta didik berada dalam transisi dari berbagai kelompok budaya ke dalam mainstream budaya yang ada.

b. Hubungan Manusia (human relation), untuk membantu peserta didik dari kelompok-kelompok tertentu dapat bergabung atau mengikuti peserta didik yang lain dalam kehidupan sosial.

c. Single group studies, program ini mengajarkan hal-hal untuk memajukan pluralisme yang tidak menekan adanya perbedaan stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.

d. Pendidikan multikultural, merupakan reformasi pendidikan yang menyediakan kurikulum atau materi pembelajaran yang menekan pada perbedaan individu dalam bahasa, dan aspek budaya yang dimiliki.

e. Pendidikan Multikultural yang sifatnya rekonstruksi sosial yang bertujuan untuk menyatukan perbedaan-perbedaan kultural dan menantang ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada dalam masyarakat. Menurut H.A.R Tilaar (2004: 185-190) pendidikan multikultural mempunyai dimensi sebagai berikut:

a. Right to culture dan identitas budaya lokal. Multikultural meskipun didorong oleh hak asasi manusia tetapi karena adanya arus globalisasi maka diarahkan kepada hak akan kebudayaan. Adanya gerakan reformasi dan lahirnya identitas suatu komunitas dikhawatirkan muncul identitas suku bangsa yang akan membahayakan perkembangan rasa keIndonesiaan. Lahirnya identitas kesukuan merupakan perkembangan budaya mikro yang memerlukan masa transisi yang seakan-akan melorotnya rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia. Sedangkan identitas budaya makro merupakan budaya Indonesia yang sedang menjadi dimana harus terus menurus dibangun untuk membangun suatu masyarakat madani berdasarkan kebudayaan Indonesia. Pendidikan multikultural di Indonesia haruslah diarahkan kepada terwujudnya masyarakat madani ditengah-tengah kekuatan kebudayaan global.

b. Kebudayaan Indonesia yang menjadi, artinya merupakan suatu Weltanschauung yang merupakan pegangan dari setiap insan dan setiap identitas budaya mikro Indonesia. Hal tersebut merupakan sistem nilai yang baru dimana memerlukan suatu proses perwujudan melalui proses dalam pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam maraknya identitas

kesukuan perlu ditekannya suatu sistem nilai baru. Sebagai sistem baru atau paradigma baru dalam suatu sistem perlu diarahkan pada pengembangan konsep negara-bangsa yaitu NKRI yang didasarkan pada kebudayaan dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

c. Konsep pendidikan multikultural normatif, yaitu konsep pendidikan multikultural yang deskriptif yang hanya mengakui adanya pluralitras budaya dari suku-suku bangsa di Indonesia. Tidak hanya itu saja tetapi juga mempunyai tugas untuk mewujudkan kebudayaan Indonesia yang dimiliki oleh suatu negara-bangsa. Konsep pendidikan normatif adalah konsep yang dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Namun untuk mewujudkannya tidak boleh jatuh pada kekeliruan masa lalu yang menjadikan konsep pendidikan multikultural normatif sebagai suatu paksaan dengan menghilangkan keanekaragaman budaya lokal, tetapi pendidikan multikultural normatif justru memperkuat identitas suatu suku yang dapat menyumbangkan bagi terwujudnya suatu kebudayaan Indonesia yang dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia. Konsep pendidikan multikultural normatif dengan sendirinya akan menjadi tuntunan asas hak asasi manusia dan menjadi hak untuk mempunyai dan mengambangkan budaya sendiri.

d. Pendidikan multikultural merupakan suatu rekonstruksi sosial, dimana upaya untuk melihat kembali kehidupan sosial yang dewasa ini. Salah satu masalah yang timbul akibat berkembangnya rasa kedaerahan, identitas kesukuan dari perorangan atau suku bangsa Indonesia yang

dapat menimbulkan pergeseran horisontal dan menjadikan konflik. Akhirnya pendidikan multikultural yang awalnya memperdalam akan rasa identitas kesukuan yang kemudian secara terbuka mengenal dan mengerti akan nilai-nilai sosial budaya dan agama dari susku-suku lain yang bersatu dalam pluralitas suku-suku yang beragam.

e. Pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan pedagogik baru. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia baru maka pedagogik tradisional tidak dapat lagi digunakan. Pedagogik baru yang dibutuhkan yaitu pedagogik pemberdayaan, dan pedagogik kesetaraan sesama manusia dalam kebudayaan yang beragam.

f. Pendidikan multikultural bertujuan untuk mewujudkan visi Indonesia masa depan serta etika berbangsa. TAP/MPR RI Tahun 2001 No. VI dan VII mengenai visi misi Indonesia masa depan serta etika kehidupan berbangsa perlu dijadikan pedoman yang sangat berharga dalam mengembangkan konsep pendidikan multikultural.

2. Ciri-Ciri pendidikan Multikultural

Dalam buku Choirul Mahfud (2006: 179) pendidikan multikultural memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tujuannya membentuk manusia budaya dan menciptakan masyarakat berbudaya.

b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).

c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis)

d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lain. 3. Tujuan Pendidikan Multikultural

Tujuan Multikultural memiliki tujuan awal dan akhir, tujuan awalnya yaitu membangun wacana pendidikan multikultural dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambil kebijakan pendidikan. Sedangkan tujuan akhirnya adalah agar peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi peserta didik juga diharapkan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap domokratis, pluralis, dan humanis (Ainul Yaqin, 2005: 26).

Sedangkan Menurut Clive Back tujuan pendidikan multikultural adalah:

”(a).Teaching ethnic” student about their own ethnic culture, including perhaps, heritage language instruction; and (b) Teaching all student about various tradisional cultures,at home and abroad. While such studies can be pursuit in a variety of ways, what is unsually missing is systematic treatment of fundamental issues of cultur and ethnicity; (c) Promoting acceptance of ethnic diversity in society (d) Showing that people of differents religions, races,national background and so on are equel worth (e) Fostering full acceptance and equitable treatment of the etnic sub-cultures associated with different religions, race, national background,etc.in one’s own country and in other parts of the world; (f) Helping student to works toward more adequate cultural form, for themselves and for society. (Ngainun Naim dan Achmad Sauqi 2008 : 52-53)

Tujuan pendidikan multikultural diarahkan kepada pengajaran kepada peserta didik etnik tertentu tentang kebudayaan yang dimiliki, selain itu juga peserta didik diajari tentang keanekaragaman budaya tradisional baik

didalam atau diluar negeri seperti pembelajaran yang mengambil isu-isu tentang budaya dan etnik dalam suatu masyarakat. Kemudian Mempromosikan penerimaan adanya perbedaan keanekaragaman etnik dalam masyarakat. Dengan perbedaan agama, ras, suku kebangsaan setiap individu memiliki kebebasan yang sama. Menunjukkan penerimaan secara penuh dengan menyeimbangkan budaya sub etnik dengan perbedaan agama, ras, suku kebangsaan dalam satu negara dan di bagian negara yang lain di dunia. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk menyesuaikan bentuk budaya, untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat.

Dari beberapa tujuan diatas dikatakan bahwa pendidikan multikultural berusaha untuk menerima perbedaan yang ada didalam diri manusia dengan menyajikan kemasan pendidikan yang mampu menjadi karakter dalam diri manusia itu sendiri.

Dokumen terkait