• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Diharapkan pihak perpustakaan mengadakan pelatihan literasi informasi terhadap mahasiswa yang baru memasuki dunia kampus, agar tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan perkulihan dan dalam menemukan informasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

b. Untuk mahasiswa diharapkan lebih memahami lagi bagaimana melakukan pencarian informasi dengan baik agar informasi yang ingin diketahui dapat ditemukan dengan efektif dan efisien.

c. Dalam pemanfaatan informasi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah sebaiknya menggunakan informasi tersebut dengan efektif dan efisien dan memahami peraturan hak cipta pemanfaatan informasi.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Literasi Informasi

Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekkan

huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi

informasi adalah kemelekkan terhadap informasi. Istilah literasi informasi dalam kalangan masyarakat saat ini belum begitu familiar. Walaupun saat ini literasi informasi banyak dikaitkan dengan pengguna perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi.

Literasi informasi menurut Dictionary for Library and Information Science

oleh Reitz (2004: 356) adalah:

...”Information literacy is skill in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques”....

Berdasarkan pengertian literasi informasi yang telah diuraikan, maka literasi informasi adalah sebuah kemampuan dalam menemukan infromasi yang dibutuhkan dan mengerti bagaimana perpustakaan mengorganisasikan koleksi, mengetahui sumber informasi yang tersedia di perpustakaan (termasuk format dan alat penelusuran informasi) dan pengetahuan umum untuk penelusuran informasi.

Hal ini termasuk kemampuan untuk mengevaluasi informasi dan

menggunakannya secara efektif seperti penambahan infrastuktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik dan budaya.

Hal yang sama diungkapkan oleh Shapiro. Menurut Shapiro (1996: 31) literasi informasi adalah:

...”Information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the nature of information itself, its technical infrastructure, and its social, cultural and even philosophical context and impact”.... Berdasarkan pendapat tersebut literasi informasi merupakan sebuah seni liberal baru dalam rangka untuk mengetahui bagaimana menggunakan komputer,

mengakses informasi dan berpikir secara kritis, infrastuktur teknologi dalam kontek sosial, budaya, konteks filosofi dan dampaknya.

Menurut Bundy yang dikutip oleh Hasugian (2009: 200) “Literasi

Informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi”. Sejalan dengan

pengertian tersebut menurut laporan penelitian American Library Association’s

Presidential Committee on Information Literacy (1989: 1)mengatakan bahwa ...“information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information”....

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan sebuah informasi dibutuhkan, kemampuan untuk mendapatkan informasi, dapat mengevaluasi dan menggunakan secara efektif.

Menurut Hepworth yang dikutip oleh Marais (1999: 2) mengatakan bahwa literasi informasi merupakan sebuah proses untuk memperoleh pengetahaun terhadap perilaku dan keahlian dalam bidang informasi, sebagai penentu utama

manusia mengeksploitasi kenyataan, membangun hidup, bekerja dan

berkomunikasi dalam komunitas informasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Hancock yang dikutip oleh Andayani (2008: 3) mendefenisikan literasi informasi merupakan sebuah kemampuan individu untuk: (1) mengenali kebutuhan informasi, (2) mengidentifikasi dan mencari sumber informasi yang tepat, (3) mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi, (4) mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, (5) mengorganisasikan informasi, (6) menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif.

Berdasarkan dua definisi tersebut maka dapat disimpulkan literasi informasi adalah suatu proses seseorang untuk memperoleh informasi dengan cara mengenali kebutuhan informasi, mencari informasi, megetahui bagaimana cara memperoleh informasi, mengevaluasi informasi, mengorganisasikan informasi dan menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.

Berdasarkan beberapa definisi literasi informasi tersebut maka literasi informasi adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi untuk memecahkan berbagai masalah.

2.1.1 Manfaat Literasi Informasi

Memiliki literasi informasi akan dapat memudahkan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Menurut Gunawan (2008: 3) literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah memampuan untuk belajar secara terus-menerus.

Menurut Adam (2009: 1) terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu:

1. Membantu dalam pengambilan keputusan

Peran literasi informasi dapat membatu pemecahan masalah suatu persoalan. Dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah, seseorang harus memiliki informasi yang cukup untuk dapat mengambil sebuah keputusan.

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan

Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjadi manusia

pembelajar. Dengan memiliki keterampilan dalam mencari,

menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, maka seseorang akan dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru

Berdasarkan pemahaman literasi informasi maka akan terciptalah pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh. Menurut Hancock (2004: 1) manfaat literasi informasi adalah:

1. Untuk pelajar

Literasi informasi berperan dalam membantu proses pembelajaran. Literasi informasi yang dimiliki oleh pelajar dan guru mereka dapat menguasai pelajaran mereka dan siswa tidak akan bergantung pada guru karena dapat belajar mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki.

2. Untuk masyarakat

Untuk kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan literasi infomasi untuk dapat mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan.

3. Untuk pekerja

Dalam dunia kerja literasi informasi berguna untuk menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh sehingga dapat mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan membantu dalam pengambilan sebuah kebijakan.

Berdasarkan pendapat yang diuraikan maka literasi informasi memiliki manfaat bagi semua orang di era globalisasi baik bagi pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki informasi akan dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika mengahadapi suatu persoalan dan dapat mengambil suatu kebijakan.

2.1.2 Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang terutama dalam dunia pendidikan tinggi. Saat ini seseorang dihadapkan dengan berbagai jenis informasi yang berkembang sangat pesat, tetapi belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan para pencari informasi. Literasi informasi akan mempermudah seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi.

Literasi informasi juga sangat penting dalam dunia perguruan tinggi untuk

mendukung pendidikan dan mengimplementasikan kurikulum berbasis

kompentensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Dengan memiliki literasi informasi maka peserta didik akan mampu berfikir secara kritis dan logis. Tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu dilakukan evaluasi sebelum informasi tersebut digunakan.

Menurut Doyle yang dikutip oleh Wijetuge (2005: 33) mengatakan bahwa dengan memiliki kemampuan literasi informasi maka seorang individu akan mampu:

a. menentukan informasi yang akurat dan lengkap untuk menjadi dasar

dalam pengambilan keputusan

b. dapat menentukan batasan informasi yang dibutuhkan

c. dapat mengidentifikasi sumber informasi yang potensial

d. memformulasikan informasi

e. mengembangkan strategi penelusuran

f. mengakses sumber informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

g. mengevaluasi informasi

h. mengorganisasikan informasi

i. menggabungkan informasi menjadi dasar pengetahuan

j. menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai sebuah tujuan.

Menurut UNESCO (2005: 1) literasi informasi menuntut seseorang untuk dapat menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga mengatakan tujuan dari literasi informasi adalah:

a. memampukan seseorang mengakses informasi sesuai profesi mereka

b. memandu mereka dalam pengambilan keputusan

c. seseorang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan

mereka.

Berdasarkan tujuan tersebut maka tujuan literasi informasi adalah untuk membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi baik untuk kebutuhan pribadi seorang individu maupun untuk lingkungan masyarakat.

2.1.3 Model Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi. Ada banyak model literasi informasi yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi informasi seseorang.

Pengukuran literasi informasi yang sering digunakan di perguruan tinggi yaitu The

Big Six, The Seven Pillars, dan The Empeworing Eight. Setiap model literasi tersebut memiliki langkah-langkah. Model-model literasi informasi tersebut adalah:

1. The Big 6 (An Informastion Problem-Solving Proscess)

Model ini dekembangkan oleh MichaelB. Eisenberg and Robert E.

Berkowitz pada tahun 1987. Berkowitz dan Eisenberg memberi nama

model literasi informasi ini dengan The Big 6. The Big 6 terdiri dari 6

keterampilan dan 12 langkah. Tiap-tiap keterampilan memiliki beberapa langkah yaitu:

1. Perumusan Masalah

a. Merumuskan masalah informasi

b. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

2. Strategi Pencarian Informasi

a. Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik

b. Memilih sumber terbaik

3. Lokasi dan Akses

a. Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)

b. Menemukan informasi dalam sumber-sumber tersebut

4. Pemanfaatan Informasi

a. Membaca, mendengar

b. Mengekstrasi informasi yang relevan

5. Sintesis

a. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber

b. Mempresentasikan informasi tersebut

6. Evaluasi

a. Mengevaluasi hasil (efektivitas)

b. Mengevaluasi proses (efesiensi)

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa

model literasi informasi The Big 6 memiliki 6 keterampilan yaitu

merumuskan masalah; strategi pencarian informasi; mengetahui lokasi dan akses informasi; memanfaatkan informasi; mensintesis informasi dan melakukan evaluasi terhadap informasi yang telah ditemukan.

2. TheSevenPillars

Model ini dibuat oleh SCONUL (Standing Conference of National

and University Libraries) pada tahun 1999, dengan keterampilan:

1. Mengenal kebutuhan informasi

2. Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber

informasi

3. Membangun strategi menemukan informasi

4. Menentukan lokasi dan akses informasi

5. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh

6. Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke

orang lain

7. Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan mendukung

penciptaan ilmu baru.

Berdasarkan penjelasan tersebut, model literasi informasi seven

pillars memiliki tujuh tahapan yaitu: mengenal kebutuhan informasi, mengetahui sumber informasi, membangun strategi penelusuran informasi, menentukan lokasi dan mengakses informasi, membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, mengkomunikasikan informasi kepada orang lain, dan dapat membangun sebuah pengetahuan baru.

3. EmpeworingEight

Empeworing Eight diperkenalkan pada tahun 2004 dalam International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung penuh oleh International Federation of Library Association/Action for Development through Library Programme (IFLA/ALP) dan National Institute of Library and Information Science (NILIS) di University of Colombo. Menurut Sudarsono [et al] (2007: 25) model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia dan digunakan untuk orang Asia. Model ini dianggap model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Sekarang

model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan beberapa keterampilan yaitu:

1. Mengidentifikasi

a. Menentukan topik atau subyek

b. Menentukan dan memahami siapa target pendengar

c. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir

d. Mengidentifikasi kata kunci

e. Merencanakan strategi penelusuran

f. Mengidentifikasi jenis sumber informasi di mana informasi dapat

ditemukan

2. Mengeksplorasi

a. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih

b. Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih

c. Melakukan wawancara atau penelitian luar lainnya

3. Menyeleksi

a. Memilih informasi yang relevan

b. Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu sulit atau

biasa saja

c. Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat atau

membuat pengaturan visual seperti chart, grafik atau outline dan

sebagainya

d. Menentukan tahapan proses

e. Mengumpulkan sitasi yang cocok

4. Mengorganisir

a. Menyortir informasi

b. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi

c. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber

d. Menyusun informasi dalam susunan yang logis

e. Menggunakan visual organiser untuk membandingkan atau menguji

5. Mencipta

a. Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri

b. Merevisi atau mengedit

c. Menyelesaikan format bibliografi

6. Mempresentasi

a. Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian

b. Membagikan informasi kepada orang lain

c. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan

tingkat pendidikan seseorang

d. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya

7. Menilai

a. Menerima masukan dari orang lain

b. Menilai penampilan orang lain sebagai respon hasil karya orang lain

c. Merefleksikan sudah seberapa baik penelitian dilakukan

d. Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam

proses penelitian

e. Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih

baik lagi diwaktu mendatang

8. Mengaplikasi

a. Meninjau ulang masukan dan penilaian yang telah diberikan

b. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar

selanjutnya

c. Mengusahakan untuk menggunakan pengetahuan baru yang

diperoleh di dalam situasi yang beragam

d. Menentukan subjek lain apa saja yang dapat menerapkan

keterampilan ini

e. Memberi tambahan pada portofolio yang dibuat

Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat diketahui bahwa model

literasi informasi Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu

informasi, format informasi, menentukan kata kunci, menetapkan strategi penelusuran dan sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan untuk menemukan dan memilih informasi yang sesuai dengan topik; memilih informasi yang relevan; mengorganisasikan informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang logis; merevisi dan membuat daftar bibliografi; menyajikan informasi kepada audien sasaran; menaksir yaitu menerima saran dari orang untuk perbaikan di masa yang akan datang; terakhir yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misalnya dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya.

2.1.4 Keterampilan Literasi Informasi

Literasi informasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum berbasis kompentensi di dunia pendidikan. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan berusaha terus belajar untuk memperoleh informasi dan menciptakan pengetahuan baru. Untuk itu ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan tersebut. Menurut Gunawan (2008: 9) ada 7 (tujuh) langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Keterampilan tersebut adalah:

1. Merumuskan masalah

Langkah awal untuk merumuskan masalah adalah mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah dalam perumusan masalah adalah:

a. Melakukan analisis situasi

Analisis situasi adalah mencari informasi yang dapat diperoleh melalui perpustakaan, toko buku, internet, dan pusat-pusat informasi lainnya.

b. Brainstroming

Brainstroming adalah teknik yang digunakan dalam

mengembangkan dan menciptakan ide baru untuk menyelesaikan suatu masalah.

c. Mengajukan pertanyaan

d. Memvisualisasikan pemikiran (mind mapping)

Kegiatan memvisualisasikan pemikiran dilakukan dengan

penggambaran hubungan diantara konsep-konsep.

2. Mengidentifikasi sumber informasi

Mengetahui bentuk dari sumber informasi tercetak maupun sumber elektronik. Kriteria pemilihan sumber informasi antara lain:

a. Relevansi

Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman dan sumber referensi yang jelas.

b. Kredibilitas

Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya. Kredibilitas dapat dilihat dari: (a) Kredibilitas pencipta dan penanggung jawab dapat dilihat dari sejauh mana suatu lembaga dan pencipta menghasilkan karya dan begaimana latar belakang penanggung jawab dan pencipta bisa dilihat dari biografi penanggung jawab. (b) Proses pembuatan dapat dilihat dari proses penelaan. Sebuah karya akan semakin bekualitas bila sudah melewati suatu penelaan dari para ilmuan. (c) Pemanfaatan sumber informasi dapat dilihat dari seberapa sering orang menggunakan sumber informasi tersebut.

c. Kemuktahiran

Kemuktahiran sumber informasi dapat dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi terakhir kali, keterangan kapan jadwal refisi berkala dan daftar pustaka. Sedangkan melalui sumber internet, kemuktahiran dapat dilihat dari kapan situs tersebut dibuat dan kapan terakhir kali di up-date.

3. Mengakses informasi

Langkah yang dilakukan dalam mengakses informasi adalah:

b. Mengidentifikasi alat penelusuran yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan

c. Menyusun strategi penelusuran informasi

4. Menggunakan informasi

Saat ini sumber informasi yang ditawarkan di era globalisasi sangat banyak tapi belum semua informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Sehingga perlu melakukan seleksi terhadap informasi dengan beberapa kriteria berikut:

a. Relevan

Kerelevannan informasi adalah yang sesuai dengan masalah yang dibahas.

b. Akurat

Merupakan informasi yang tidak menyesatkan, sehingga dapat dibuktikan dengan memeriksa informasi tersebut terlebih dahulu.

c. Objektif

Informasi yang didasarkan pada fakta dan fenomena yang dapat diamati.

d. Kemutakhiran

Kemutakhiran sebuah informasi dapat dilihat dari kapan informasi tersebut dikumpulkan, kapan di publikasikan, kapan di patenkan, dan kapan publikasi sumber bila informasi dalam bentuk tulisan.

e. Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya

Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan seorang penulis dalam menguasai bidang tulisannya.

5. Menciptakan karya

a. Clarifity (kejelasan)

Sebuah karya ditulis harus berdasarkan langkah-langkah, disusun secara logis, dan menggunakan sudut pandang yang konsisten. b. Organization (organisasi)

Pengorganisaian sebuah karya dilakukan dengan cara menyusun ide-ide yang akan dibahas dalam karya tersebut.

c. Coherence (koherensi dan pertalian)

Penulisan sebuah karya dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara ide-ide atau gagasan-gagasan yang dibahas dalam topik tersebut. d. Transision (transisi)

Transisi diperlukan agar sebuah informasi mudah dimengerti. Transisi merupakan penghubung antara kalimat-kalimat, paragraf ke paragraf dan ide ke ide.

e. Utility (kesatuan)

Sebuah karya yang utuh harus memiliki suatu kesatuan misalnya kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf.

f. Conciseness (kepadatan)

Kepadatan sebuah karya dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan kata-kata atau frase-frase yang berlebihan dan berbelit-belit.

6. Mengevaluasi

Mengevaluasi sebuah karya dapat dilakukan dengan cara membaca karya yang akan dievaluasi mulai dari pendahuluan, isi dan penutup.

7. Menarik pelajaran

Pelajaran dapat diperoleh dari kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan dan pengalaman baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Campbell yang dikutip oleh Jesus (2008: 11) juga mengatakan bahwa ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi yaitu:

1. Merumuskan kebutuhan masalah

Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tahap awal dalam melakukan penelusuran informasi. Identifikasi informasi berguna untuk mengetahui apa kegunaan informasi yang akan dicari misalnya untuk kebtuhan pendidikan, kesehatan dan hubungan dengan masyarakat.

2. Mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi

Mengalokasikan informasi dapat dilakukan dengan cara membuat database agar mudah ditemu kembalikan. Kualitas informasi dapat dilihat dari penggunaan informasi dan kredibilitas dari informasi tersebut.

3. Menyimpan dan menemukan kembali informasi

Informasi yang telah diperoleh harus disimpan dengan baik dan bila diperlukan mudah dalam proses temukembali. Penyimpanan dapat dilkukan dengan cara manual dan elektronik. Penyimpanan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak di perpustakaan sedangkan sistem elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan komputer.

4. Menggunakan informasi secara efektif dan efisien

Kemampuan ini digunakan agar seseorang mampu untuk menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif dan efisien.

5. Mengkomunikasikan pengetahuan

Kemampuan ini bertujuan untuk memampukan seseorang untuk menciptakan pengetahuan baru dan mampu mengkomunikasikan kepada orang lain yang membutuhkan informasi tersebut.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh literasi informasi seseorang harus menguasai dan mempelajari langkah-langkah dalam memperolah kemampuan literasi informasi. Apabila langkah-langkah tersebut sudah dikuasai maka kemampuan literasinya akan semakin meningkat.

2.1.5 Standar Literasi Informasi Perguruan Tinggi

Standar literasi informasi dibuat oleh ACRL merupakan standar untuk menilai kemampuan literasi informasi, kerangka ini memuat garis besar proses dimana mahasiswa, pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator

tertentu untuk mengetahui apakah seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi informasi.

Kompetensi literasi informasi ini berguna bagi mahasiswa karena dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir ketika mahasiswa berinteraksi dengan informasi yang berbeda-beda. Kompetensi ini juga akan menjadikan seorang mahasiswa lebih peka untuk mengembangkan pola pikir dalam sistem pembelajaran serta menjadikan mahasiswa dapat mengetahui tindakan yang diperlukan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi.

Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi (information literacy

competency standard for higher school) disetujui oleh ACRL Broad pada 18 Januari 2000. Standar ini terdapat 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literet menentukan jenis dan batas informasi yang

diperlukan

2. Mahasiswa yang literet mengakses informasi yang diperlukan dengan

efektif dan efisien

3. Mahasiswa yang literet mengevaluasi informasi dan sumbernya secara

kritis

4. Mahasiswa yang literet menggunakan dan mengkomunikasikan

informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu

5. Mahasiswa yang literet mamahami isu ekonmi, hukum dan sosial

seputar penggunaan akses informasi secara etis dan legal

Standar pertama menyatakan bahwa mahasiswa yang literet mampu menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan. Standar ini memiliki empat indikator yaitu: (1) mahasiswa yang leteret mendefinisikan dan menyatakan dengan jelas kebutuhan terhadap informasi; (2) mahasiswa yang literet menentukan jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial; (3) mahasiswa yang literet memperhitungkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan; dan (4) mahasiswa yang literet mengevaluasi jenis dan batas informasi yang diperlukan.

Standar yang kedua menyatakan mahasiswa yang literet mengakses informasi yang diperlukan dangan efektif dan efisien. Standar ini memiliki lima indikator yaitu: (1) mahasiswa yang literet menentukan metode penelitian atau sistem penelusuran informasi yang sesuai untuk mengakses informasi; (2) mahasiswa yang literet membuat dan melakukan strategi penelusuran yang telah dirancang dengan efektif; (3) mahasiswa yang literet melakukan temu kembali

Dokumen terkait