• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Sesuai dengan hasil temuan audit internal tahun 2015 tentang pengadaan APD yang tidak sesuai kebutuhan dan komponen instalansi hydrant yang belum lengkap, maka disarankan kepada pihak manajemen perlu meningkatkan kembali komitmen dalam pelaksanaan SMK3 dengan pengadaan APD yang cukup dan melengkapi komponen instalansi hydrant di tempat kerja.

2. Perlu membuat rambu bahan kimia berbahaya pada gudang penyimpanan Sulphuric Acid.

3. Perlu ditingkatkan pengawasan penggunaan APD pada tenaga kerja dan peningkatan kesadaran tenaga kerja akan menggunakan APD dalam bekerja melalui sosialisasi ataupun pemberian sanksi berupa teguran kepada yang melanggarnya.

88

4. Manajer Bunut Rubber Factory perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya organisasi dan kemampuan organisasi agar dapat merealisir kebijakan K3 yang ditetapkan di Cenex Plant.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Definisi K3

ILO/WHO Joint Safety and Health Commitee yang dinyatakan pada tahun 1950 yaitu Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of departures from health caused by working conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of worker in an occupational environment adapted to his physiological equipment and to summarize the adaption of work to man and each man to his job. Defenisi ini menyatakan bahwa K3 meliputi:

a. Promosi dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial di semua jenis pekerjaan.

b. Mencegah penurunan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan.

c. Melindungi tenaga kerja dari pekerjaannya yang menimbulkan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan.

d. Penempatan dan memelihara tenaga kerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya dan penyesuaian antara pekerjaan dengan tenaga kerja dan setiap tenaga kerja dengan tugasnya.

11

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di tempat kerja.

Depnakertrans RI mendefinisikan K3 dengan mencakup aspek: 1. Filosofi

K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan:

a. tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani

b. hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.

2. Keilmuan

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, dan penyakit (accident prevention).

2.1.2 Tujuan K3

Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja menurut UU No.1 Tahun 1970 antara lain :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. 3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.

12

Hakekat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu : 1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal

mungkin (dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondisi yang diperlukan cukup memadai), pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha dan non-ekonomi formal, informal serta non formal; dengan demikian dimasudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja;

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Suma’mur, 2009).

2.1.3 Peraturan Perundangan K3

Hukum dasar tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai sumber hukum dari segala hukum. Sumber hukum peraturan perundangan K3 berlandaskan pada pasal 27 ayat 2 UUD Tahun 1945 yang dinyatakan bahwa

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Banyak peraturan perundangan menyangkut K3 yang berlaku di Indonesia (Ramli, 2010), beberapa diantaranya :

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen 4. Undang-undang Nomor 19 Tahun1999 tentang Jasa Konstruksi

13

6. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Lingkungan Hidup dan Ketenikan memuat tentang Aspek Keselamatan 2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.2.1 Pengertian SMK3

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, melalui pengarahan, penggerakan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam satu unit kerja sama (Notoatmodjo, 2007).

Sistem Manajemen menurut OHSAS 18001 merupakan suatu set elemen yang saling berkaitan saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran. Elemen tersebut adalah proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya, mencakup tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktifitas, proses, praktis, prosedur, dan sumber daya (Ramli, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut OHSAS 18001: 2007 adalah bagian dari suatu sistem manajemen dan organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risiko-risiko K3.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut PP No.50 tahun 2012 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

14

2.2.2 Tujuan Pelaksanaan SMK3

Dalam PP No. 50 Tahun 2012 Pasal 2, SMK3 dilaksanakan di tempat kerja dengan tujuan untuk :

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Tujuan SMK3 dapat digolongkan sebagai berikut: a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur tingkat kinerja penerapan K3 dalam organisasi dengan membandingkan pencapaian K3 organisai dengan persyaratan tersebut. Pengukuran ini dilakukan melalui audit SMK3. Di Indonesia diberlakukan PP N0. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mengatur kriteria audit SMK3 untuk mengukur kinerja K3 perusahaan..

b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi

Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO, American Petroleum Institute (API), Health Safety

15

Eexecutive Management System (HSEMS), Oil and Gas Producer (OGP), International Safety Rating System (ISRS).

c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3 yang diberikan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan mendapatkan citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.

d. Sebagai sertifikasi

Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi misalnya OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series) yang terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya (Ramli, 2010).

2.2.3 Manfaat SMK3

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan SMK3, beberapa diantaranya adalah :

a. Melindungi Pekerja/ Karyawan

Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerja adalah aset perusahaan yang paling penting. Pekerja yang terjamin aspek keselamatan

16

dan kesehatannya akan memberikan kinerja yang optimal, memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan.

b. Memperlihatkan Kepatuhan Terhadap Peraturan dan Undang-Undang Perusahan-perusahaan yang mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri yang menunjukkan adanya niat baik perusahaan tersebut untuk mencegah kecelakaan.

c. Mengurangi biaya

Keuntungan dari penerapan SMK3 adalah dapat mengurangi biaya akibat kecelakaan, meskipun dalam proses audit SMK3 akan mengeluarkan biaya besar tetapi akan lebih efisien dibandingkan dengan pengeluaran biaya akibat kecelakaan.

d. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif

SMK3 mensyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi, sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan akan terorganisir, terarah, berada dalam koridor yang teratur dan dilakukan secara konsisten. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan, pengendalian, tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif.

e. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka untuk menerapkan SMK3 karena penerapan SMK3 akan

17

dapat menjamin proses yang aman, tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat. Penerapan SMK3 dapat menimbulkan citra baik pada perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan (Suardi, 2007).

2.2.4 Proses SMK3

Sistem manajemen K3 terdiri atas 2 unsur pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen merupakan komponen-komponen kunci terintegrasi satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen (Ramli, 2010).

Proses penerapan SMK3 menggunakan pendekatan siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secar berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.

Gambar 2.1 Siklus Manajemen PLAN Perencanaan DO Implementasi CHECK Pengukuran dan Pemantauan ACTION Tinjauan Manajemen

18

Sistem Manjamenen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3. Selanjutnya kebijakan K3 dikembangkan dalam perencanaan yang baik agar proses SMK3 berjalan terarah (guided), efisien, dan efektif. Dari hasil perencanaan tersebut dilakukan penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi serta mengetahui kendala yang mempengaruhi pelaksanaannya (Ramli, 2010).

2.3 Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 Menurut PP No. 50 Tahun 2012 Penerapan sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalaian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif.

Di Indonesia telah ditetapkan suatu pedoman atau standar bagi setiap perusahaan dalam menerapkan SMK3 yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3. Kewajiban penerapan SMK3 berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

19

2.3.1 Lima Tahapan Pelaksanaan SMK3

Pelaksanaan SMK3 (Pasal 6 PP RI No.50 Tahun 2012) meliputi : 1. Penetapan Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan Rencana K3

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3. 2.3.1.1PENETAPAN KEBIJAKAN K3

1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui : a. tinjauan awal kondisi K3; dan

b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh. 2. Penetapan kebijakan K3 harus:

a. disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan; b. tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;

c. secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;

d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan;

e. terdokumentasi dan terpelihara dengan baik; f. bersifat dinamik; dan

g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan.

20

3. Untuk melaksanakan ketentuan penetapan kebijakan K3, pengusaha dan/atau pengurus harus:

a. menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan;

b. menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3;

c. menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;

d. membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;

e. melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

4. Ketentuan tersebut pada penetapan kebijakan K3 diadakan peninjauan ulang secara teratur.

5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.

6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.

2.3.1.2PERENCANAAN K3

1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan: a. Hasil penelaahan awal

Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.

21

b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.

c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

1) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus: ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh perusahaan; dan

2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh. d. Sumber daya yang dimiliki.

Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana.

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat: a. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi:

1) dapat diukur;

2) satuan/indikator pengukuran; dan 3) sasaran pencapaian.

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi dengan:

22

2) ahli K3; 3) P2K3; dan

4) pihak-pihak lain yang terkait. b. Skala Prioritas

Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan.

c. Upaya Pengendalian Bahaya

Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.

d. Penetapan Sumber Daya

Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan

e. Jangka Waktu Pelaksanaan

Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu pelaksanaan.

f. Indikator Pencapaian

Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3.

23

g. Sistem Pertanggung Jawaban

Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus:

1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung; 2) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan

setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; dan

3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

2.3.1.3PELAKSANAAN RENCANA K3

Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan:

24

2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai. 1. Penyediaan Sumber Daya Manusia

a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia

Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:

1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui:

a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang.

2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan;

3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif;

4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan

5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.

25

b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.

Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.

c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus dilakukan oleh perusahaan dengan cara:

1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3;

2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung meliputi:

26

a). pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan;

b). pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3;

3) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3;

4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3. Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan:

1) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada; 2) memeriksa uraian tugas dan jabatan;

3) menganalisis tugas kerja;

4) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan 5) meninjau ulang laporan insiden.

27

Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.

2. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:

a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3

Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Anggaran

Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk:

1) keberlangsungan organisasi K3;

28

3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri.

c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian

1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.

2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:

a). mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan;

b). melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar perusahaan; dan

c). menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan. Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:

a). persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan internal/indikator kinerja K3;

b). izin kerja;

c). hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin,

pesawat-29

pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi;

d). kegiatan pelatihan K3;

e). kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan; f). pemantauan data;

g). hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut;

h). identifikasi produk termasuk komposisinya; i). informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan j). audit dan peninjauan ulang SMK3.

3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:

a). Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani:

(1) pelaporan terjadinya insiden; (2) pelaporan ketidaksesuaian;

(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; (4) pelaporan identifikasi sumber bahaya.

b). Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani:

30

(1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang undangan; dan

(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.

Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah.

4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:

a). menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3;

b). menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3; c). mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur; d). memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan

menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan; dan

e). menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan.

Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin bahwa:

a). dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan;

b). dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi;

31

c). dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang berwenang;

d). dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu;

e). semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan;

Dokumen terkait