92
Lampiran 1: Permohonan Menjadi Informan
PERMOHONAN MENJADI INFORMAN Kepada Yth.
Bapak selaku informan Di tempat.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Nama : Tiur Novelisah Sidauruk
NIM : 121000302
Akan mengadakan penelitian tentang “Pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak untuk berpartisipasi menjadi informan dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Apabila Bapak bersedia menjadi informan, maka saya bermohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
93
Lampiran 2: Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penellitian tentang “Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016”. Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi informan penelitian tersebut.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah:
1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk keperluan penelitian
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Kisaran, 2016 Informan
94
Lampiran 3: Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK TAHUN 2016
Petunjuk umum wawancara mengenai “Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)”.
1. Ucapan terimakasih kepada informan karena telah bersedia diwawancara. 2. Melakukan perkenalan dua arah, baik peneliti ataupun informan.
3. Menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan wawancara.
4. Menjelaskan bahwa pendapat atau saran dan pengalaman informan sangat berharga.
5. Menjawab pertanyaan wawancara dengan jelas dan jujur sangat diharapkan oleh peneliti.
95
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Usia :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Lama Bekerja :
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana proses yang dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran pada tahap penetapan kebijakan K3 untuk pelaksanaan SMK3?
2. Bagaimana proses yang dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran pada tahap perencanaan K3 untuk pelaksanaan SMK3?
3. Bagaimana proses pelaksanaan rencana K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran?
4. Bagaimana proses pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran? 5. Bagaimana proses peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 di Cenex Plant
96
Lampiran 4. Hasil Wawancara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016
Tabel Matriks 1. Penetapan Kebijakan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
Informan 1 Manajer
Top manajemen sudah komitmen dengan masalah K3 dengan membuat kebijakan K3 yang tertulis,
ditandatangani dan secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 untuk peningkatan K3. Kebijakan K3 ini sudah terintegrasi dengan kebijakan mutu dan
lingkungan. Kebijakan tersebut akan didokumentasikan dan dikomunikasikan ke seluruh tenaga kerja dan pihak lain. Tahap pertama menyusun kebijakan K3 yaitu melakukan tinjauan awal melalui daftar periksa atau inspeksi lapangan yang mengacu pada persyaratan perundang-undangan K3 yang berhubungan dengan produksi Cenex, hasil identifikasi bahaya dan risiko pada semua proses produksi Cenex Plant, laporan kecelakaan kerjanya, dsb. Jadi, pelaksanaan SMK3 ini prosesnya berkelanjutan tak ada putus-putusnya yang tentunya untuk perbaikan K3 dan peningkatan K3 di perusahaan. Informan 2
Head QHSE
Kebijakan terkait K3 yang ada di PT BSP, Tbk sudah terintegrasi/tergabung secara utuh dengan kebijakan mutu dan lingkungan, jadi kebijakan kita merupakan kebijakan manajemen secara keseluruhan yang disebut dengan kebijakan mutu, lingkungan dan K3. Di tahap awal penetapan kebijakan K3, Top manajemen melakukan tinjauan awal untuk mengetahui kajian tentang apa saja yang akan dituangkan dalam kebijakan itu dengan Tim BSP Sumut Unit 1 (Pabrik Bunut) intinya bagaimana yang pertama memenuhi segala macam peraturan perundang-undangan K3 dan yang kedua bagaiamana perusahaan bisa melakukan pencegahan/mengurangi jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ada di PT BSP. Kebijakan K3 juga memuat bagaimana perusahaan komit untuk selalu melakukan improvement artinya melakukan perbaikan yang berkelanjutan
97
aman, nyaman, dan sehat. Ya seperti itulah kebijakan yang perusahaan jalankan.
Informan 3 Staf DCC
Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 ya tentunya harus ada kebijakan K3nya. Kita sudah ada kebijakan K3 tapi itu sudah diintegrasikan dengan kebijakan mutu dan lingkungan. Jadi kebijakan ini mencakup secara
keseluruhan. Kebijakan K3 itu menunjukkan komitmen kita akan masalah K3 artinya bagaimana supaya kita bisa menurunkan angka KK dan PAK di tempat kerja,
bagaimana supaya lingkungan kerjanya aman, nyaman dan sehat.
Informan 4
Assisten Lapangan Cenex Plant
Secara umum perusahaan kita memang ada kebijakan terkait K3 namun sudah tergabung/terintegrasi dengan kebijakan mutu dan lingkungan. Intinya kebijakan K3 ini disusun untuk pencapaian target K3 perusahaan. Misalkan menurunkan KK sebesar 50% yang disepakati bersama-sama.
Tabel Matriks 2. Perencanaan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016
Informan 1 Manajer
Ya untuk perencanaan K3nya sudah terkoordinasi dengan baik, kalaupun ada kurang-kurang dikit-dikitlah. Yang jelas perencanaannya sudah terkoordinasi, sudah tertuang di dalam prosedur-prosedur, prosedur mengenai
identifikasi peraturan per-UU-an, prosedur mengenai aspek bahaya dan risiko biasanya dilakukan dengan menggunakan metode HIRAC yang dilakukan oleh petugas berkompeten seperti assisten Cenex dan mandor yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dari situ kita bisa membuat sasaran dan program K3 untuk tahun selanjutnya dengan maskud ada perbaikan K3 dan pelaksanaan SMK3nya semakin meningkat. Informan 2
Head QHSE Depart.
98
menilai mana risiko yang dapat diterima/ditoleransi (acceptable risk) dan yang tidak dapat diterima/tidak dapat ditoleransi (un-acceptable risk). Risiko yang tidak dapat diterima tentunya risiko yang nilai nya tinggi sehingga kita harus konsen yang nantinya dalam perencanaan tersebut sehingga kita buat semacam sasaran, tujuan dan program K3-nya. Seperti itulah yang dilakukan untuk mengendalikan bahaya dan risiko yanga ada di Pabrik Karet Cenex, PT BSP. Nanti kita membuat objektif sasaran-sasaran K3 per tahun dan kita membuat program kerja untuk bisa tercapai sasaran-sasaran K3 itu sehingga risikonya terkendali dengan harapan tidak terjadinya KK, PAK di perusahaan. Kita memiliki program kerja tahunan baik itu yang dilaksanakan oleh HRD berupa program training ataupun program yang dilakukan oleh internal dari pabrik berupa program inspeksi tempat kerja, program simulasi tanggap darurat kebakaran dan program-program lainnya yang terkait dengan K3 ataupun mungkin dengan program yang sifatnya teknis berupa membangun ruangan,
mengoperasikan mesin yang lebih aman. Misalnya mesin yang sedang berputar tapi masih belum ada tutupnya dan kita buat tutupnya sehingga mencegah terjadinya KK akibat putaran mesin itu. Jadi ada program kerja yang sifatnya teknis.
Informan 3 Staf DCC
Perencanaan K3 harus disesuaikan dengan sasaran sistem manajemen yaitu mencakup semua sistem di perusahaan termasuk SMK3 yang ada dalam kebijakan perusahaan. Jadi perencanaan K3 dilakukan untuk bagaimana supaya sasaran dan tujuan K3 yang ada di kebijakan K3 tadi bisa tercapai, seperti KK dan PAK bisa diminimalkan dan bagaimana program K3 yang akan dilaksanakan untuk itu.
Informan 4
Assisten Lapangan Cenex
99
Tabel Matriks 3. Pelaksanaan Rencana K3 di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.
Informan 1 Manajer
Dalam pelaksanaan rencana K3 berarti kita harus melaksanakan seluruh program K3 yang sudah kita rencanakan dalam perencanaan K3. Dimulai dari penyediaan sumber daya manusia dimana kita
mempunyai prosedur kompetensi kerja ya dan kegiatan pelatihan K3 sesuai dengan pekerjaannya, prasarana dan sarana seperti organisasi K3 yaitu QHSE departemen di Pabrik Karet Bunut, APD lengkap di Cenex Plant seperti helmet, sarung tangan, sepatu boot, pakaian kerja,
masker, pemasangan rambu-rambu K3 di pabrik dan IK (Instruksi Kerja). Jadi pelaksanaanya harus sesuai dengan persyaratan K3, tak terkecuali saat proses pembelian barang ataupun jasa juga kita perhatikan kesesuaiannya, itu kita ada prosedurnya juga dek, namanya prosedur pembelian. Jadi pelaksanaan rencana K3 ini tidak hanya di bagian produksi saja tetapi menyeluruh semua kegiatan Pabrik Cenex.
Informan 2 Head QHSE Depart.
Jadi ya, di dalam proses ini intinya apa-apa yang kita rencanakan kita jalankan. Misalnya tadi dalam tahap perencanaan K3 ada peraturan K3 yang menyebutkan tentang operator forklift yang artinya kalau nanti kita melihat ternyata operator forklifnya itu belum
tersertifikasi ya kita melakukan pelaksanaannya dalam bentuk kita mengirimkan operator kita untuk mengikuti training operator forklift sedangkan di dalam legalitas lagi misalkan kita harus memiliki dokter hiperkes ternyata dokter yang kita miliki belum hiperkes. dalam
pelaksanaanya kita kirim dokter kita untuk mengikuti training dokter sertifikasi hiperkes. Ataupun regulasi K3 menyebutkan kita harus punya petugas peran kebakaran (koordinator regu pemadam kebakaran). Kita harus memiliki tim tanggap darurat yang sudah punya sertifikat dan lisensi yang ada tingkat A,B,C,D yang dalam
100
kita akan memberikan APD di lokasi Cenex Plant secara lengkap ya dalam pelaksanaanya kita berikan APD ataupun program lainnya, memasang mesin, pengaman mesin, bangunan, tanggap darurat. Jadi kita harus melaksanakan program-program yang sudah kita rencanakan.
Informan 3 Staf DCC
Jadi pelaksanaan rencana K3 di Bunut Rubber Factory sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana K3 dan semuanya didukung dengan sumber daya manusia, angaran yang termasuk dalam prasarana dan sarana. Jadi untuk anggaran yang kita sediakan ada APD, training, personel yang punya kompetensi ya artinya mempunyai training-training yang dipersyaratkan. Walaupun ya lagi-lagi untuk kondisi sekarang untuk penyediaan sumber daya tadi baik itu uang ataupun yang lainnya itu memang agak sedikit banyak berkurang karena perusahaan Bakrie ini sedang kesulitan financial, memang untuk kondisi sekarang banyak perusahaan yang mengalami itu. Tetapi bukannya tidak ada training, training tetap kita
laksanakan, APD tetap kita sediakan meskipun masih sangat-sangat terbatas, harusnya menyediakan 100 masker tapi karena kurang dan paling disediakan setengahnya. Itulah keadaanya.
Informan 4
Assisten Lapangan Cenex
101
Tabel Matriks 4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.
Informan 1 Manajer
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ini pasti kita lakukan melalui pemeriksaan, pengukuran, audit internal SMK3. Auditornya masih dari Bunut, tentunya yang sudah berkompeten dibidangnya, tepatnya cross interal audit yaitu yang mengaudit dari lokasi lain, bisa dari pabrik sawit atau kebun. Di Bunut Rubber Factory dilaksanakan audit internal setahun sekali dengan tujuan apakah
pelaksanaan SMK3 nya sudah sesuai dengan rencana gak kalau gak sesuai berari termasuk ke dalam temuan audit dan menjadi bahan masukan untuk perbaikan K3 di tahun berikutnya. Intinya dilaksanakan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 ini Informan 2
QHSE Head
Biasanya kita melakukan pengumpulan-pengumpulan data Kecelakaan yang bulan ke bulan kita monitor dan juga kita melakukan pemantauan dan evaluasinya dalam bentuk investigasi KK, ya kalu terjadi KK maka kita mengevaluasi kenapa bisa terjadi KK tersebut, apa akar permasalahannya. Lalu juga dalam bentuk inspeksi tempat kerja apakah memang kondisi Pabrik sudah aman sesuai standar baik itu lingkungan kerjanya apakah sudah terkendali, mesin-mesin juga terawat dengan baik, apakah rambu-rambu saftey sign terpasang baik ataupun juga dari sisi manusianya apakah sudah komit, sudah menggunakan APD, sudah bekerja dengan aman. Dan juga setiap
setahun sekali kita melakukan internal audit yang dilakukan internal auditor dari internal kita PT BSP dari lokasi lain atau cross internal audit misalnya bisa dari staff kebun, staff pabrik sawit ataupun dari staf-staf lainnya. Internal audit tujuannya memastikan kesesuaian pelaksanaan dengan apa yang sudah ditetapkan di dalam dokumen, misalkan ada prosedur ijin kerja jadi nanti dilihat ada gak pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ijin kerja seperti pengelasan, jadi kita tanya apakah
102
ketidaksesuaian). Jadi internal audit yaitu kita cek pelaksanaan dengan apa yang sudah ditetapkan di dalam dokumen baik itu prosedur, WI (Work Instruction)/ IK (Instruksi Kerja), pelaksanaan untuk pemantauan dan evaluasi.
Informan 3 Staf DCC
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 tentunya dengan audit SMK3 ya, kita ada laporan-laporannya seperti audit check list dan kita simpan dengan baik. Audit yang kita lakukan masih audit internal setiap 1 tahun sekali yang dilakukan oleh auditor internal. Tetapi tim auditor kita juga pastinya berkompeten dong, yang sudah mengikuti pelatihan-pelatihan, itu juga ada dokumennya. Jadi dari hasil audit itu nanti bisa dilihat sesuai gak
pelaksanaannya dengan perencanaan kita, sudahkah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 kan ada 166 kriteria ya dek. Setelah di cek semuanya kalau ada yang belum sesuai dimasukkan dalam daftar temuan audit. Kalau pengujian dan pengukuran misalnya kebisingan, getaran, dsb itu dilakukan oleh Balai
Hiperkes Medan karena alat-alat kita belum dikalibrasi dan tidak ada petugas kita yang berkompeten di bidang itu.
Informan 4
Assisten Lapangan Cenex
Biasanya pemantauan dan evaluasi kinerja K3 itu kita lakukan melalui pemeriksaan, pengujian dan pengukuran, audit internal juga. Audit internal dilaksanakan 1 tahun sekali oleh tim auditor internal PT BSP, Tbk dari lokasi lain (cross internal audit) sedangkan audit ekstrernal kita belum ada ya karena masih ada komponen-komponen yang belum kita penuhi seperti hydrant kita belum beroperasi tapi dalam perundang-undangan harusnya ada yaitu 3 tahun sekali gitu, ya. Sebenarnya memang karena keadaan financial PT. BSP sedang tidak stabil. Jadi dari hasil temuan audit itu kita bisa membuat tindakan perbaikan atau pencegahan agar sesuai persyaratan K3.
Tabel Matriks 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016. Informan 1
Manajer
103
Manajemen) 1 tahun sekali biasanya di awal bulan
Januari paling lambat Februari untuk meninjau kinerja K3 di perusahaan secara menyeluruh baik Bunut Rubber maupun Palm Oil. Jadi semua pihak manajemen
berkumpul dan meninjau ulang dari evaluasi pelaksanaan SMK3 yang kita terapkan, kebijakan K3, tujuan dan sasaran K3nya, dan hasil temuan audit internal tadi. Informan 2
QHSE Head
Ini juga kita lakukan setiap setahun sekali biasanya pada awal tahun di bulan Januari paling lambat bulan Februari yang mana di dalam peninjauan dan peningkatan kinerja ini kita sebut sebagai RTM (Rapat Tinjauan Manajemen) jadi seluruh manajer baik itu kebun, pabrik, HRD,
manajer finance dan manajer lainnya berkumpul untuk bisa melihat meninjau performance atau kinerja K3 di perusahaan. Misalkan kita tinjau sasaran-sasaran K3 apakah tercapai atau nggak misalkan ada sasaran
mengurangi jumlah KK 50% dari tahun sebelumnya, kita lihat sasarannya tercapai gak. Kalau ada KK 4 kasus maka 50% harusnya 2 kasus apakah tercapai nggak artinya kalau cuma terjadi dalam satu tahun 2 kasus atau 1 kasus berarti tercapai tapi kalau 3 kasus, 4 kasus bahkan 5 kasus melebihi kasus tahun sebelumnya artinya ada problem. Nah, di RTM kita bahas kira-kira apa yang menjadi masalah sehingga sasaran/ target K3 tidak tercapai. Oh mungkin karena kurang sosialisasi berarti nanti untuk peningkatan kinerjanya di tahun depannya bagaimana kita memperbanyak lagi progrm-program training dan sosialisasi di karyawan, Oh ini KK karena APD yang diberikan kurang sesuai dan kurang lengkap maka di tahun berikutnya kita memberikan APD yang lengkap atau perusahaan mengalokasikan anggaran/ bajat untuk membeli APD supaya tidak terjadi KK lagi. Atau misalkan KK karena terlalu banyak jam kerjanya
harusnya 7 jam karena sering lembur jadi setiap hari bisa 10 jam atau 12 jam sehingga banyak tenaga kerja
104
mengenai evaluasi peraturan per-UU K3 nanti disitu dilihat ada misalkan 200 per UU K3, untuk tahun ini berapa persen tingkat pemenuhannya, apa saja peraturan yang belum kita penuhi, oh peraturan ini Pak, misalkan ada peraturan baru, operator boiler harus disertifikasi jumlahnya harus tiga, kita belum punya ini, jadi untuk tahun selanjutnya kita kirim tenaga kerjanya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Apa lagi, misalnya ahli K3 nya resign/keluar, berarti kita tidak memenuhi standar harus punya ahli K3 jadi sekretaris P2K3 harus ahli K3 nanti kita mengirimkan karyawan yang memang punya bakat untuk mengikuti pelatihan ahli K3. Jadi memang ada beberapa agenda di dalam RTM, apa namanya yang intinya nanti bagaimana kita meninjau pelaksanaan SMK3 dalam satu tahun. Setelah kita tinjau bentuknya sesuai dengan roof di SMK3 continiual improvement artinya perbaikan apa lagi yang harus kita perbaiki supaya lebih bagus. Itu nantinya kita perbaiki di tahun
selanjutnya. Itulah inti sari secara globalnya yang bisa saya terangkan.
Informan 3 Staf DCC
Biasanya semua manajemen baik pabrik, kebun, dan yang lain berkumpul dalam RTM (Rapat Tinjauan Manajemen) tiap tahun biasanya di awal tahun. Kita juga ada
laporannya berupa dokumen notulen Rapat Tinjauan Manajemen yang bahasannya tentang hasil
internal/eksternal audit, hasil komunikasi, partisipasi dan konsultasi dari pihak internal/eksternal termasuk keluhan, evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan
perundang-undangan K3, kinerja proses-proses mutu, lingkungan dan K3, status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan, tindak lanjut dari manajemen sebelumnya, perubahan-perubahan termasuk
perkembangan dan persyaratan perundang-udangan terkait dengan aspek mutu, lingkungan, K3 dan sosial serta rekomendasi untuk peningkatan kinerja.
Informan 4
Assisten Lapangan Cenex
105
106
Lampiran 5. Lembar Check List Pelaksanaan SMK3
No. Elemen-elemen SMK3 Pelaksanaan
A B C D
1. Pembangunan Dan Pemeliharaan Komitmen
2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3
3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak
4. Pengendalian Dokumen
5. Pembelian dan Pengendalian Produk 6. Keamanan Bekerja Berdasarkan
SMK3
7. Standar Pemantauan
8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan 9. Pengelolaan Material dan
Perpindahannya
10. Pengumpulan Dan Penggunaan Data 11. Pemeriksaan SMK3
12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan
Sumber: Laporan Hasil Audit Check List SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2015.
A = Dilaksanakan
B = Tidak Dilaksanakan Sepenuhnya C = Tidak Dilaksanakan
107
112
Lampiran 11. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK AREA 1 (SUMUT 1)
TABEL : IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO K3
DEPT./LOKASI : BUNUT RUBBER FACTORY / CENEX PLANT
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENGENDALI
114
Keterangan : Jika Total Score ≥ 6, maka bahaya tersebut dikategorikan
bahaya dan berisiko penting ( catatan : Jika L dan/atau E = 3 otomatis harus dikatakan PENTING )
R= Rutin NR= Non Rutin
PP= Peraturan Perundang-undangan P= Kemungkinan terjadi
F= Frekuensi A= Akibat
L= Peraturan dan persyaratan lainnya
Disetujui oleh, Dipersiapkan oleh
115
Lampiran 12. Laporan Rapat Tinjauan Manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Area 1 (Sumut 1) Tahun 2015
Notulen Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Manajemen Terpadu Periode 2015 QHSE & Sustainability Management System Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016
Jam : 09.00 – 14.30 WIB Tempat : Bakrie Club
Peserta : ( Terlampir Daftar Hadir )
No Pembahasan Masalah Keputusan Tanggung
Jawab
Waktu Pelaksanaa
n 1 Hasil Internal/Eksternal
Audit Kemampuan Internal Auditor untuk melaksanakan audit Sistem Manajemen Terpadu ( audit yang kategorinya NC :
Melakukan revisi prosedur BMA-05.
116
2 Umpan Balik Pelanggan Masih terdapat Penilaian customer rendah yakni: Rubber
Sritrang, USA - Delivery (5) & Price (5) -Welcome
117 & kegiatan forum stakeholder di laporan HR. ternak di areal kebun yang kurang terkontrol. di areal TBM (Karet &
Estate/HR/ Security
Estate/HR/ Security
118
Sawit) & TM kebun karet 3). Dilarang menggembala di areal baru di spraying. - Agar dilakukan percobaan untuk pemanfaatan kotoran sapi & tankos untuk pupuk (1 field/50 ha/estate). rendah yakni 150 -200 sec. saat dishipmentkan. dengan buyer agar barang yang telah diterima langsung dilakukan analisa agar tidak terjadi kenaikan MST
BRF 2016
119 Permenaker 12/2015 - K3 Listrik
Kepmenaker 186/1999 - Unit
- Pengajuan AK3 Listrik dari Infrastruktur
- Pengajuan Koordinator Kebakaran TK B dari POM ( M.Fikri)
- Dimasukan ke dalam Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan, K3 & RSPO/ISPO (BMH-FR-01).
Memasukan seluruh PP tekait Lingkungan, K3 &
RSPO/ISPO.
120
5 Kinerja Proses-proses Mutu, Lingkungan & K3 serta Kesesuaian Produk.
Terdapat permasalahan sebagai berikut :
- Permintaan material ( pupuk, mangkok,spare part ) yang belum terpenuhi.
- Tidak adanya timbangan shelter (Selisih RBT)
- Kertas masih ada potensi dihemat.
-Permintaan material agar dapat diprioritaskan pemenuhannya sesuai tingkat urgensi nya. - Laporan /surat dari lokasi dapat melalui email saja tetap ada pertinggal nya untuk file lokasi yang bersangkutan. produksi estate & pabrik Tahun 2015.
Agar diperbaiki data produksi baik kebun atau pun pabrik.
QHSE 2016
Belum ada sasaran complian POM
Target POM : agar dimasukan masalah complain CPO & PK
POM 2016
Jumlah kecelakaan terbanyak selama 5 tahun terakhir, terjadi di Tanah raja estate.
Agar lebih ditekankan
sosialisasi K3 ke estate tersebut.
QHSE/Tanah Raja Estate
2016
6 Status Penyelidikan Insiden, Tindakan Perbaikan dan dikeluarkan berupa Produksi Out of Spec. SIR & NH3 out of Spec.
Agar dapat dikurangi PTP untuk kasus tsb.
BRF/Estate/QC
7 Tindak lanjut dari Tinjauan Management Sebelumnya.
Beberapa point keputusan rapat tinjauan manajemen belum terlaksana berupa :
1. Reward K3 yang belum terpenuhi.
2. Perbaikan dokumen ISO di HR
121
& Belawan
3. Masalah complain CPO & PK - Diskusikan antara POM & Marketing.
POM/Marketing
8 Perubahan – perubahan termasuk Perkembangan dan (ISO 9001:2015 & ISO 14001: 2015 )
- Adanya system ERP I Plant yang belum terintegrasi ke dalam system manajemen. Penilaian dalam PROPER 2015 – 2016 terkait Struktur Organisasi
manajemen mutu di BSP Sumut 1 karena sudah masuk lingkup : “Kajian Pengawetan Lateks Sebagai Bahan Baku SIR 3CV & Cenex dengan menggunakan Ammonia di Kebun “.
122
Lampiran 14. Hasil Dokumentasi
Gambar 1. Jalan Masuk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, Bunut Rubber Factory, Kisaran
123
Gambar 3. Pekerja tidak menggunakan APD
124
Gambar 5. Kebijakan Perusahaan
125
Gambar 7. Rambu K3
126
Gambar 9. Work Instruction
127
Gambar 11. Kotak P3K
128
Gambar 13. APAR jenis Paca Halon
129
Gambar 15. Wawancara dengan Manager Bunut Rubber Factory (Informan 1)
130
Gambar 17. Wawancara dengan Staf DCC Controller (Informan 3)
89
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14644). [Diakses 09 Maret 2016].
Elisabeth, Y. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari Porsea Tahun 2012. Skripsi FKM USU. Medan. (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1316). [Diakses 10 Oktober 2016].
Depnaker, 1995. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja.
Gallagher., C., Underhill., E. & Malcolm Rimmer. 2001. Occupational Health and Safety Management System, Austria, Commonwealth of Australia.
Kemenkes. 2015. Situasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Khoerunisa, A. 2015. Komitmen Team Manajemen Dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (PERSESO) Tahun 2015. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29622).[Diakse s 09 Maret 2016].
Manulang, S. 1988. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Marpaung, J. 2005. Persepsi Tenaga Kerja Tentang SMK3 dan Pedoman Penerapan SMK3 di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2005. Skripsi FKM USU. Medan. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14787). [Diakses 09 Maret 2016].
90
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19467-2507100101-Paper.pdf). [Diakses 30 Agustus 2016].
Moloeng, L. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and Safety Management Systems –
Requirements. UK: BSI. Diakses 16 Maret 2016.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Sekretariat Negara. Jakarta.
Silaban, G. 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja dengan Tingkat
Pemenuhan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berita Kedokteran Masyarakat, 25, 156-166.
(http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3563). [Diakses 16 Maret 2016]. Suardi, R. 2007. Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996. Jakarta: PPM.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Agung Seto.
Soeripto, 1998. Manajemen K3 dan Penenerapannya. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXI, No. 3 Juli- September 1998.
91
ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sarana untuk Produktivitas. Jakarta. (http://www.ilo.org/publns). [Diakses 16 Maret 2016].
Republik Indonesia. 1951. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Kecelakaan Tahun 1947 NR. 33, dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia. Sekretariat Negara. Jakarta. (http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1951_2.pdf). [Diakses 16 Maret 2016].
_________________. 1970. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta. (http://katigaonline.com/downloads/pdf/uu-01-1970.pdf). [Diakses 16 Maret 2016].
_________________. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara. Jakarta. (http://katigaonline.com/downloads/pdf/Undang-Undang-tahun-2003-13-03.pdf). [Diakses 09 Maret 2016].
_________________. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta. (http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/p3k-permenaker-no-per-15-men-viii-2008.pdf). [Diakses 10 Oktober 2016]
_________________. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Sekretariat Negara. Jakarta. (http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/permenaker-08-2010-alat_pelindung_diri .pdf). [Diakses 18 Oktober 2016]
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara Tahun 2016 dengan dasar pertimbangan :
1. Sistem kerja produksi pabrik Cenex Plant berhubungan erat dengan penggunaan mesin dan bahan baku (berbahaya) dan berpotensi tinggi terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran lingkungan kerja dibandingkan dengan pabrik lainnya yang ada di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, Kisaran.
2. Sudah menerapkan SMK3 selama 9 (sembilan) tahun.
3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan SMK3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk,
40
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 (survey awal) sampai dengan Oktober 2016.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama atau alat penelitian adalah penulis atau peneliti. Namun dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu oleh instrumen lainnya, yaitu; pedoman wawancara, lembar check list, buku catatan, alat tulis, alat perekam suara, dan alat dokumentasi berupa kamera. Hal ini diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan data.
3.4 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling secara sampling purposive (sampling bertujuan).
Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah seseorang yang benar-benar mengetahui, berpengalaman dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya. Informan dalam penelitian ini adalah :
1. Manager Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
41
3. Satu orang staf QHSE DCC (Document Center Control) Controller di Rubber Bunut Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
4. Satu orang Assisten Lapangan Pabrik Cenex Plant Rubber Bunut Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa data pernyataan informan yang diperoleh melalui wawancara mendalam (in dept interview) dengan menggunakan panduan wawancara dan lembar check list kepada informan untuk menggali informasi tentang gambaran lima tahapan pelaksanaan SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah profil perusahaan, data tenaga kerja dan jam kerja, struktur organisasi perusahaan, proses produksi perusahaan, dokumen K3 yang ada di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
42
a. Wawancara mendalam (In Dept Interview)
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan mendalam untuk menggali informasi tentang gambaran lima tahapan pelaksanaan SMK3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran dengan menggunakan pertanyaan yang berasal dari PP RI No. 50 Tahun 2012 kepada informan penelitian.
b. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui dokumen internal mengenai SMK3 yang dimiliki oleh Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif ini menggunakan model Miles dan Huberman. Teknik analisis data Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012) antara lain:
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data berarti merangkum semua data yang diperoleh di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
43
2. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data sebagai kumpulan informasi dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Bentuk penyajian data berupa dalam bentuk tabel matriks dan kemudian diuraikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (PT. BSP) merupakan sebuah perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan industri karet. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. yang semula bernama NV. Hollandsch Americansche Plantage Maatschappij (NV. H.A.P.M.) didirikan pada 17 Mei
1911.
45
jalur kereta api, sehingga memudahkan transportasi untuk bahan maupun hasil produksi. Pabrik Bunut (Bunut Factory) memiliki luas 29.700 Ha. Luas areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan adalah 6534,05 Ha. Tanah milik PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk meliputi area perkebunan dan pemakaian tanah yang lain. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk yang terdiri dari 4 (empat) pabrik yaitu Cenex Plant, Crumb Rubber I, Crumb Rubber II, dan Block Skim Rubber (BSR).
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan A. Visi
Menjadi perusahaan agrobisnis terintegrasi nomor satu dan paling dikagumi di Indonesia.
B. Misi
46
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran
47
Gambar 4.3 Struktur Organisasi QHSE (Quality Health Safety and Environment) 4.1.3 Proses Produksi Cenex Plant
Bahan baku pengolahan cenex adalah lateks kebun yang bersih dan belum terjadi prakoagulasi dengan kondisi kandungan bahan kimia di dalamnya :
a. Kadar ammonia (NH3) adalah 0,70% OTW (On Total Weight)
b. DAP (Diammonium Phospat Solution) 10% sebanyak 4,5 kg/ton lateks. c. TZ Dispersion solution 50% sebanyak 500 gram untuk setiap 1000 kg
berat bersih lateks kebun.
QHSE Head
QHSE Pal
Offi er
QHSE Ru er
Offi er
DCC
Co troller
Quality
48
Pengolahan Cenex Plant melalui beberapa tahap proses produksi antara lain :
1. Penimbangan Field Lateks di Weigh Bridge Bunut Factory
Lateks yang datang dari kebun (estate) dengan menggunakan truck tank terlebih dahulu ditimbang dengan menggunakan timbangan yang berkapasitas 5-10 ton agar diketahui berapa ton yang dibawa dari kebun ke pabrik.
2. Proses Pembongkaran/Pengaliran Field Lateks dari Truck Tank
Lateks dialirkan ke dalam receiving tank yang berjumlah 4 buah dengan kapasitas masing-masing 20 ton. Di dalam receiving tank lateks ditambahkan asam laurat sebanyak 0,5 cc/ton dan DAP (Diammonium Phospat) 4,5 kg/ton. Kemudian lateks tersebut diendapkan selama 2 jam di dalam receiving tank. 3. Mesin Separator
Lateks dialirkan ke separator. Di dalam separator, lateks diolah selama ± 2 ½ jam. Separator yang digunakan berjumlah 23 buah dengan 2 buah sebagai cadangan. Separator yang digunakan mempunyai kapasitas 300-320 kg/jam. dengan berputar kecepatan tinggi yakni, 7200 rpm. Sehingga lateks yang diperoleh menjadi lebih pekat (konsentrasi tinggi).
4. Blending Tank
49
penambahan gas NH3 (Amonia) berkisar antara 0,70%-0,84% OTW bergantung kepada kebutuhan amoniak terakhirnya.
5. Blow Case
Lateks di blow case selama kurang lebih 8 jam bertujuan untuk meratakan lateks agar kadar DRC (Dry Rubber Content) dan TSC (Total Solid Content) seimbang dan kadar karetnya harus minimal 60% dan kadar airnya minimal 40%, tidak berbau busuk, tidak berwarna biru atau abu-abu.
6. Storage Tank
Kemudian lateks tersebut dipindahkan ke dalam storage tank yang berjumlah 3 buah dengan kapasitas ±100 ton.
7. Belawan Instalansi
Apabila storage tank telah penuh maka lateks tersebut akan dikirim ke tangki penimbunan yang terdapat di Belawan.
50
Gambar 4.4 Diagram Alur Proses Pengolahan Centrifuged Lateks (Cenex Plant)
4.1.4 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang bekerja pada pabrik Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan staf dan non-staf.
Tabel 4.1 Tenaga Kerja Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Tenaga Kerja Tata Usaha
51
Labour 1 154 67 33 225
Casual Labour 6 2 33 - 41
Total 35 198 229 113 575
Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
Dari tabel di atas, Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantation memiliki jumlah pekerja sebanyak 575 orang. Dalam struktur organisasi, Cenex Plant merupakan naungan dari Rubber Factory Head. Tenaga kerja di bagian Cenex Plant sebanyak 56 orang (Januari, 2016).
Jam kerja pada Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk adalah tujuh jam per hari terbagi menjadi 3 shift untuk tenaga kerja harian yaitu :
Shift I : Pukul 22.00 – 06.30 Shift II : Pukul 06.30 – 14.00 Shift III : Pukul 14.00 – 22.00
Waktu istirahat untuk masing-masing shift adalah : Shiift I : Pukul 01.30 – 02.00
Shift II : Pukul 09.00 – 09.30 Shift III : Pukul 18.00 – 18.30
Jam kerja untuk manajer pabrik, staf, asisten, serta karyawan HIP adalah : Bekerja : Pukul 07.00– 12.00
Istirahat : Pukul 12.00 – 14.00 Bekerja : Pukul 14.00 – 16.00
52
4.1.5 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.
4.1.5.1 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk ditetapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan Nomor 2567/IV-DTK/2015 dengan susunan sebagai berikut, sesuai dengan Permenaker No. Per-04/MEN/1987 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris I, Wakil Sekretaris II dan Anggota.
Ketua P2K3 : Suyatno
Wakil Ketua P2K3 : Widya Wardana
Sekretaris P2K3 : Andi Wahyudin (Ahli K3 dan QHSE Head) Wakil Sekretaris I : Mega Khairani Nasution (Ahli K3)
Wakil Sekretaris II : Edi Gunawan (Ahli K3)
53
Tugas P2K3 di PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta tidak kepada Manajer Unit mengenai masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk sebagai berikut:
1. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap karyawan : a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja c. Alat pelindung diri bagi karyawan yang bersangkutan dalam
melaksanakan pekerjaannya
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Menyampaikan dan memberikan usulan penyelesaian keluhan-keluhan karyawan yang timbul akibat adanya perubahan tempat kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja.
4. Membantu Manajer Unit dalam :
54
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene perusahaan kesehataan kerja dan ergonomi.
f. Mengembangkan pelayanan kesehatan karyawan.
5. Ikut serta dalam audit internal SMK3, inspeksi dan penyelidikan kecelakaan.
6. Membantu dan memberikan usulan program dan penyelesaian masalah-masalah K3 kepada Manajer Unit.
4.2 Karakteristik Informan
Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan berdasarkan jabatan atau tugas yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan atau Tugas yang Dikerjakan di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
No Jabatan/Tugas Jumlah (orang)
1 Manager Bunut Rubber Factory 1
2 Head QHSE (Sekretaris P2K3) 1
3 DCC (Document Control Central) Controller 1
4 Assisten Lapangan Cenex Plant 1
Jumlah 4
55
memiliki jabatan sebagai DCC (Document Control Central) Controller dan 1 orang memiliki jabatan sebagai Assisten lapangan Cenex Plant.
Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan dalam penelitian ini berdasarkan masa bekerja adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di Bunut Rubber
Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
No Masa Kerja (tahun) Jumlah (orang)
1 ≤10 1
2 >10 3
Jumlah 4
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa informan yang memiliki masa kerja dibawah 10 tahun atau sama dengan 10 tahun berjumlah 1 orang dan yang bekerja diatas 10 tahun ada sebanyak 3 orang, sehingga jumlah seluruhnya ada 4 orang informan.
4.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sejak Mei 2007, Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk sudah menerapkan SMK3 menurut versi OHSAS 18001:2007, namun seiring perkembangan peraturan perundang-undangan, Pemerintah RI menetapkan peraturan tentang SMK3 yang wajib dilaksanakan seluruh perusahaan di Indonesia maka Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk juga menerapkan SMK3
berdasar Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012.
56
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mempunyai 5 prinsip dasar antara lain : (1) Penetapan Kebijakan K3, (2) Perencanaan K3, (3) Pelaksanaan Rencana K3, (4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 dan (5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.
4.3.1 Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 di Bunut Ruber Factory PT. BSP, Tbk merupakan kebijakan yang sudah terintegrasi/tergabung dengan kebijakan mutu dan kebijakan lingkungan menjadi sebuah kebijakan perusahaan (company policy). Kebijakan K3 ditetapkan sebagai bentuk komitmen Top manajemen dalam pelaksanaan SMK3 untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di perusahaannya yang dilakukan sebagai pemenuhan terhadap persyaratan perundangan K3 seperti UU No.1 tahun 1970 dan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kebijakan ini dirancang oleh QHSE (Quality Health Safety and Environment) dan ditetapkan oleh Rudi Sarwono sebagai top
manajemen tertanggal pada 02 November 2011 yang wajib dipahami dan dipatuhi oleh setiap personil yang berada di dalam lingkungan perusahaan. Adapun isi kebijakan perusahaan sebagai berikut :
57
2. Sebagai suatu tim yang berusaha menjadi yang terbaik dalam hal mutu, teknologi produk, harga dan waktu penyerahan untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan secara konsisten melakukan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam seefisien mungkin dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja dalam kegiatan operasionalnya terutama pada pemanenan dan pasca panen untuk komoditi karet dan kelapa sawit.
3. Mempunyai komitmen mematuhi peraturan perundang-undangan, dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan produk, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan agar sistem manajemen tersebut lebih efektif. Hal ini akan membuat PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk menjadi tokoh terdepan dalam menghasilkan karet alam dan palm oil.
58
sasaran system management tahun 2015 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran sebagai berikut :
1. Mengupayakan peningkatan volume penjualan karet dan volume penjualan minyak sawit di tahun 2015.
- Rubber: Home Grown = 11.551 ton dry; Purchase =4.350 ton dry; dengan Total = 15.901 ton dry
- Oil Palm: Home Grown yang meliputi CPO = 34.989 ton dan PK = 6.846 ton; Purchase yang meliputi CPO = 21.377 ton dan PK = 4.715 ton; dengan total CPO = 56.366 ton dan total PK = 11.561 ton.
2. Melakukan penghematan Sumber Daya Alam (SDA) dengan target pemakaian setahun yaitu sebesar 5% dari target yang ditetapkan pada tahun 2014.
- Solar = 600.149 Liter/Tahun - Premium = 51.728 Liter/Tahun - Listrik = 1.385.509 KWH/Tahun
- Air = 1.353.724 /Tahun
- Kertas = 2.273 Rim/Tahun
3. Menurunkan jumlah kecelakaan kerja yang menyebabkan kehilangan hari kerja sebesar 5% tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 (khusus untuk lokasi estate) sedangkan untuk pabrik, infrastruktur dan kantor Zero LTI (Lost Time Injury).
59
lingkungan, K3 dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan agar sistem manajemen lebih efektif. Uraian di atas dirangkum sesuai dengan yang dinyatakan oleh dua orang informan sebagai berikut :
Informan 1: “Top manajemen sudah komitmen dengan masalah K3 dengan membuat kebijakan tertulis, ditandatangani dan secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 untuk peningkatan K3. Tahap pertama menyusun kebijakan K3 yaitu melakukan tinjauan awal melalui observasi, daftar periksa atau inspeksi lapangan yang mengacu pada persyaratan perundang-undangan K3 yang berhubungan dengan produksi Cenex, hasil identifikasi bahaya dan risiko pada semua proses produksi Cenex Plant, laporan kecelakaan kerjanya, dsb.” (Manager BRF)” (Manager BRF)
Informan 2: “Kebijakan terkait K3 yang ada di PT BSP, Tbk sudah terintegrasi/tergabung secara utuh dengan kebijakan mutu dan lingkungan, jadi kebijakan kita merupakan kebijakan manajemen secara kesuluruhan disebut dengan kebijakan mutu, lingkungan dan K3. Kebijakan K3 juga memuat bagaimana perusahaan komit untuk selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan supaya sasaran K3 tercapai dengan baik sehingga lingkungan kerjanya itu aman, nyaman, dan sehat”(QHSE Head)
4.3.2 Perencanaan K3
Perencanaan (planning) ini merupakan tindak lanjut dan penjabaran kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh top manajemen artinya perencanaan disusun dengan mengacu pada kebijakan K3. Perencanaan K3 memuat tujuan, sasaran dan program sistem manajemen yang akan dilaksanakan di Cenex Plant.
60
2. Menetapkan tujuan, didasarkan atas kemungkinan dapat tercapai, biaya yang diperlukan, teknologi yang dimiliki dan sumber daya manusia yang dipunyai dan persyaratan perundangan yang terkait.
3. Membuat sasaran berdasarkan tujuan sistim manajemen dan persyaratan kinerja secara rinci yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan SOP Identifikasi, Penilaian dan Pengendalian Aspek Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 merupakan proses untuk mengidentifikasi aspek lingkungan, bahaya K3 yang terkait dengan bahaya yang timbul di tempat kerja dan bahaya yang ditimbulkan dari luar tempat kerja yang memberikan dampak sebaliknya terhadap kesehatan dan keselamatan orang - orang yang berada di lingkungan tempat kerja. Assisten Cenex Plant dan mandor bertanggung jawab dalam mengidentifikasi semua kegiatan yang disusun dalam daftar dengan menggunakan tabel Identifikasi Penilaian dan Pengendalian Aspek-Dampak Lingkungan dan tabel Identifikasi, Penilaian dan Pengendalian Bahaya-Risiko K3. Manajamen risiko K3 yang dilakukan dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control).
61
memasukkan kegiatan pencucian storage dalam identifikasi bahaya. Dari hasil identifikasi bahaya ditemukan beberapa bahaya dan risiko K3 dalam kegiatan produksi seperti ledakan tangki berisiko menyebabkan kematian, cidera dan kerusakan properti; kebisingan dan pecah body mesin berisiko menyebabkan gangguan pendengaran dan cidera; tangan tergores berisiko menyebabkan tangan terluka; percikan bahan kimia ke mata berisiko menyebabkan iritasi mata; larutan kimia terkena kulit berisiko menyebabkan iritasi kulit, terhirup powder kimia berisiko menyebabkan sesak nafas. Selanjutnya, pengendalian risiko yang dilakukan saat ini berupa work instruction, penggunaan APD dan perawatan mesin. Berdasarkan tabel tersebut terdapat 2 risiko sisa yang masuk dalam kategori risiko penting yaitu pada kegiatan pembongkaran bahan baku lateks dan pengoperasian mesin compressor, dan ditindaklanjuti dengan mengadakan pengendalian risiko berupa penggunaan APD dan pengendalian administrative.
Semua resiko K3 yang berstatus penting atau risiko yang tidak dapat diterima (un-acceptable risk), harus dibuat pengendaliannya berdasarkan hirarki pengendalian resiko berupa eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administrative, dan alat pelindung diri (APD). Pengendalian dampak dan resiko
penting dalam hasil identifikasi, penilaian dan pengendalian aspek dampak lingkungan dan bahaya risiko K3 dapat dimasukkan ke dalam tujuan dan sasaran untuk penyusunan Program Sistem Manajemen. Hal ini dirangkum sesuai dengan pernyataan tiga orang informan sebagai berikut :
62
Informan 2: “...biasanya yang utama yang kita lakukan adalah identifikasi peraturan-peraturan K3 yang harus dilaksanakan dan nantinya kita evaluasi, yang kedua melakukan identifikasi terhadap bahaya dan risiko melalui tahapan HIRARC (Hazard Identification Risk Assasment Risk Control) sehingga kita bisa menilai mana risiko yang dapat diterima/ditoleransi (acceptable risk) dan yang tidak dapat diterima/tidak dapat ditoleransi (un-acceptable risk). Risiko yang tidak dapat diterima tentunya risiko yang nilainya tinggi sehingga kita harus konsen yang nantinya dalam perencanaan tersebut sehingga kita buat semacam sasaran, tujuan dan program K3-nya Nanti kita membuat objektif sasaran-sasaran K3 per tahun dan kita membuat program kerja untuk bisa tercapai sasaran-sasaran K3 itu sehingga risikonya terkendali dengan harapan tidak terjadinya KK, PAK di perusahaan.”(QHSE Head)
Informan 4: “Rencana K3 disusun harus mengacu pada kebijakan K3” (Assisten Cenex Plant)
4.3.3 Pelaksanaan Rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 dilakukan dengan memastikan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten atas dasar pendidikan yang sesuai, pelatihan atau pengalaman dan harus memiliki catatan. Berdasarkan SOP Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran, HR Area dan para Department Head/Manager wajib mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan mengenai Sistem Manajemen bagi para karyawan di dalam departemennya sesuai rencana, budget dan persetujuan dari top manajemen. Sesuai laporan hasil audit internal SMK3 tahun 2015 Cenex Plant belum memiliki sistem izin kerja/operasi atau surat penunjukkan dari instalansi yang berwenang pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi misalnya pada operator mesin, bejana uap, kerja panas dan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Bunut Rubber Factory sudah memiliki organisasi/unit yang bertanggung
63
staf sebagai DCC Controller yang bertanggung jawab untuk mengontrol dokumen-dokumen K3 baik dari Palm Oil dan Rubber Factory. Assisten Lapangan Cenex dan Block Skim Rubber (BSR) dipegang oleh 1 orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan K3 di unit kerjanya masing-masing.
Berdasarkan laporan audit internal SMK3 tahun 2015 dan laporan rapat tinjauan manajemen tahun 2015, penyediaan alat pelindung diri masih terbatas atau tidak memenuhi sesuai kebutuhan dan dibuktikan dengan kondisi di pabrik dimana beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD lengkap sesuai dengan pekerjaannya. Sesuai dengan telaah dokumen yang dilakukan peneliti bahwa seharusnya semua karyawan yang bekerja di semua lokasi Pabrik Bunut yang oleh karena sifat/jenis pekerjaannya harus menggunakan APD/perlengkapan K3 berupa safety shoes, safety helmet, sarung tangan, masker, dan kaca mata pengaman.
Berdasarkan SOP Kesiagaan dan Tanggap Darurat, Cenex Plant telah menunjuk personil dan memberi pelatihan/simulasi untuk pelaksanaan tanggap darurat dan pencegahaannya agar selalu dalam kesiagaan, siap sewaktu-waktu jika menghadapi keadaan darurat atau kondisi yang tidak diinginkan berupa kebakaran, ledakan, huru-hara, gempa bumi, banjir, atau kondisi lain yang menimbulkan kerusakan terhadap properti atau menimbulkan cedera terhadap manusia atau pencemaran lingkungan dan terganggunya operasional perusahaan. Personil yang ditunjuk dan yang bertanggung jawab adalah Tim Tanggap Darurat yang terdiri dari Tim Bakortiba (Badan Koordinator Ketertiban Kebakaran) dan Group Leader (Komandan Satuan Pengamanan/ Satpam/ Security). Simulasi yang
64
tetapi kondisi yang terjadi di perusahaan belum melaksanakan simulasi di tahun ini dan terakhir dilakukan pada 2 tahun yang lalu. Berdasarkan studi dokumentasi layout titik rawan kecelakaan dan kebakaran di pabrik Cenex pada lampiran 10, sudah disediakan 2 buah APAR di pintu utama dan pintu darurat dekat dengan lokasi yang rawan kebakaran. Uraian di atas dirangkum sesuai dengan bukti dokumen dan pernyataan dari tiga orang informan sebagai berikut :
Informan 1: “...pelaksanaan rencana K3 berarti kita harus melaksanakan seluruh program K3 yang sudah kita rencanakan dalam perencanaan K3. Dimulai dari penyediaan sumber daya manusia dimana kita mempunyai prosedur kompetensi kerja dan kegiatan pelatihan K3 sesuai dengan pekerjaannya..” (Manager BRF)
Informan 3: “...kondisi sekarang untuk penyediaan sumber daya tadi baik itu uang ataupun yang lainnya itu memang agak sedikit banyak berkurang karena perusahaan Bakrie ini sedang mengalami kesulitan financial, memang untuk kondisi sekarang banyak perusahaan yang mengalami itu. Tetapi bukannya tidak ada training, training tetap kita laksanakan, APD tetap kita sediakan meskipun masih sangat-sangat terbatas, harusnya menyediakan 100 masker tapi karena kurang dana paling disediakan setengahnya. Itulah keadaanya.”(Staf DCC)
Informan 4: “...pelaksanaanya didukung penuh oleh top manajemen dengan penyediaan Tim Bakortiba yaitu regu kesiagaan dan tanggap darurat kebakaran” (Assisten Cenex Plant)
4.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
65
lingkungan kerja, dan pemeriksaan kesehatan melalui pemeriksaan audiometri dan spirometri. Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan dengan menggunakan jasa pihak lain yaitu Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Medan.
Berdasarkan hasil audit internal SMK3 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun 2015 menyatakan bahwa BRF belum melakukan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran pada aspek ergonomi dan psikologis.
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 juga dilaksanakan melalui audit internal SMK3 yang berpedoman pada PP No.50 Tahun 2012 hal ini dapat dilihat dari adanya laporan audit internal SMK3 pada tahun 2015. Audit internal SMK3 dilakukan oleh internal auditor yang berkompeten di bidang K3, terdapat 54 orang yang sudah mengikuti pelatihan internal auditor sampai di tahun 2015 yang sesuai dengan dokumen pelatihan internal auditor PT. BSP, Tbk Area 1 (Sumut 1). Sistem audit internal SMK3 yang dilakukan adalah cross internal audit artinya audit internal dilakukan oleh auditor yang berasal dari lokasi lain. Audit internal SMK3 dilakukan secara berkala yaitu 1 tahun sekali.
66
timbulnya kecelakaan dari bahaya tersebut. Uraian di atas sesuai dengan rangkuman dari hasil studi dokumentasi dan pernyataan dari tiga orang informan sebagai berikut :
Informan 1: “Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ini pasti kita lakukan melalui pemeriksaan, pengukuran, audit internal SMK3. Auditornya masih dari Bunut, tentunya yang sudah berkompeten dibidangnya, tepatnya cross interal audit yaitu yang mengaudit dari lokasi lain, bisa dari pabrik sawit atau kebun.., di Bunut Rubber Factory dilaksanakan audit internal setahun sekali. ” (Manager BRF)
Informan 2: “...Biasanya kita melakukan pengumpulan-pengumpulan data Kecelakaan dan juga kita melakukan pemantauan dan evaluasinya dalam bentuk investigasi KK, ya kalau terjadi KK maka kita mengevaluasi kenapa bisa terjadi KK tersebut, apa akar permasalahannya. Lalu juga dalam bentuk inspeksi tempat kerja apakah memang kondisi Pabrik Cenex sudah aman sesuai standar baik itu lingkungan kerjanya apakah sudah terkendali, mesin-mesin juga terawat dengan baik, apakah rambu-rambu saftey sign terpasang baik ataupun juga dari sisi manusianya apakah sudah komit, sudah menggunakan APD, sudah bekerja dengan aman.”(QHSE Head)
Informan 3: “...Kalau pengujian dan pengukuran misalnya kebisingan, getaran, dsb itu dilakukan oleh Balai K3 Medan karena alat-alat kita belum dikalibrasi dan tidak ada petugas kita yang berkompeten di bidang itu.”(Staf DCC)
4.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
67
Bunut Rubber Factory untuk melakukan tahap perbaikan dan peningkatan kinerja.
Hal ini dirangkum sesuai dengan pernyataan tiga orang informan sebagai berikut: Informan 1: “...Jadi semua pihak manajemen berkumpul dan meninjau ulang dari
evaluasi pelaksanaan SMK3 yang kita terapkan, kebijakan K3, tujuan dan sasaran K3nya, dan hasil temuan audit internal tadi.”
(Manager BRF)
Informan 2: “...kita tinjau sasaran-sasaran K3 apakah tercapai atau nggak misalkan ada sasaran mengurangi jumlah KK 50% dari tahun sebelumnya, evaluasi peraturan per-UU K3 nanti disitu dilihat ada misalkan 200 per UU K3, apa saja peraturan yang belum kita penuhi, intinya nanti bagaimana kita meninjau pelaksanaan SMK3 dalam satu tahun. Setelah kita tinjau bentuknya sesuai dengan roof di SMK3 continiual improvement artinya perbaikan apa lagi yang harus kita perbaiki supaya lebih bagus. Itu nantinya kita perbaiki di tahun selanjutnya.”(QHSE Head)
Informan 4: “...berdiskusi meninjau evaluasi penerapan SMK3nya, meninjau ulang dari evaluasi penerapan kebijakan K3nya, meninjau ulang tujuan, sasaran, dan kinerja K3nya, serta meninjau ulang hasil temuan audit internal SMK3nya.” (Assisten Cenex Plant)
Berdasarkan notulen Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Manajemen Terpadu Periode 2015 (QHSE and Suistainability Management System) pada 19 Januari 2016 di Bakrie Club terdapat beberapa pembahasan yang terkait sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
1. Hasil internal audit
a. Perlu ditingkatkan kemampuan internal auditor untuk melaksanakan audit Sistem Manajemen Terpadu (QHSE and Suistainability Management System) melalui pelaksanaan pelatihan internal auditor dan memberikan
questioner kepada seluruh interal auditor untuk memilih spesialisasi
bidang auditnya yang ditanggungjawabi oleh HR Area.
68
2. Hasil dari komunikasi, partisipasi dan konsultasi dari pihak internal/eksternal termasuk keluhan
a. Masih ada miskomunikasi yang terjadi dalam menyikapi hasil keputusan rapat Bipartide, oleh karena itu setiap Head/asisten/Officer harus mengambil tanggungjawab yang cukup (proaktif) dalam mensosialisasikan hasil keputusan Bipartide terutama yang bersifat urgen dan diharapkan membuat jadwal untuk melakukan sosialisasi ke kebun dan pabrik terkait dengan Hubungan Industrial.
b. Rapat P2K3 berlangsung 6 kali di tahun 2015. Pelaksanaan rapat P2K3 seharusnya dilaksanakan setiap bulan dan wajib dihadiri oleh Head department.
3. Evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya.
Beberapa peraturan K3 yang belum dipenuhi : a. Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang APD.
b. Kepdirjenaker No. 53 Tahun 2009 tentang Lisensi Petugas P3K.
c. Permenakertrans No. 1 Tahun 1979 tentang Pelatihan Hyperkes untuk Paramedis
d. Permenakertrans No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan TK e. Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik
f. Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
69
Jumlah kecelakaan kerja terbanyak selama 5 tahun terakhir terjadi di Tanah raja estate, oleh karena itu perlu ditekankan sosialisasi K3 ke estate tersebut. 5. Status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan
Adanya double pelaporan kecelakaan yang memuat maskud yang sama. 6. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya.
Masih ada point keputusan rapat tinjauan manajemen belum terlaksana berupa reward K3 yang belum terpenuhi, sehingga perlut dibuatkan standar pemberian reward K3.
7. Perubahan termasuk perkembangan dan persyaratan perundang-undangan dan persyartan lain yang terkait aspek mutu, lingkungan, dan K3.
Adanya perubahan versi sistem manajemen mutu dan lingkungan (ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015).
8. Rekomendasi untuk peningkatan. Tidak ada rekomendasi untuk peningkatan tentang K3
4.3.6 Lembar Check List Pelaksanaan SMK3
Lampiran II PP No. 50 Tahun 2012 tentang krietria audit SMK3 yang harus diterapkan perusahaan, maka Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk termasuk perusahaan besar dengan tingkat risiko tinggi dan harus menerapkan 166 kriteria dari 12 elemen SMK3.
Tabel 4.4 Check List Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran Tahun 2016.
No. Elemen-elemen SMK3 Pelaksanaan
A B C D
1. Pembangunan Dan Pemeliharaan Komitmen