SKRIPSI
Oleh :
ALFONCO RONI BURJU SIMANGUNSONG 101000216
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ALFONCO RONI BURJU SIMANGUNSONG 101000216
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Latar belakang: PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan karet, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya sehingga perlu penerapan SMK3. Metode penelitian : jenis penelitian adalah observasi deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014 yang berjumlah 220 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian: tingkat pencapaian penerapan SMK3 berdasarkan 166 kriteria Audit SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014 diperoleh pemenuhan tingkat pencapaian SMK3 prinsip 1 (Penetapan Kebijakan K3) sebanyak 15 (9.0%) kriteria, prinsip 2 (Perencanaan K3) sebanyak 13 (7,8%) kriteria, prinsip 3 (Pelaksanaan Rencana K3) sebanyak 48 (28,9%) kriteria, prinsip 4 (Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3) sebanyak 23 (13,9%) kriteria, prinsip 5 (Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3) sebanyak 12 (7,2%) kriteria. Kesimpulan : Tingkat pencapaian penerapan SMK3 yang dapat dipenuhi adalah 110 (66.3%) kriteria. Saran: Perusahaan sebaiknya harus memprioritaskan dan peduli terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan cara menjaga kesinambungan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah ada di perusahaan sehingga senantiasa diperoleh tempat kerja yang aman dan produktifitas dapat ditingkatkan, melakukan evaluasi dari setiap dokumen yang ada, sehingga dokumen lama dan baru dapat dipisahkan, serta perusahan sebaiknya lebih menyesuaikan dalam mengadakan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Back ground : PT Madjin Crumb Rubber Factory is a company engaged in rubber process, in which employee over 100 worker and have a high risk of danger so it’s need the application of Occupational Health and Safety Management System. Research Method : The type of this research is a descriptive observation. Population in this study were all worker at PT. Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Batubara 2014 with number 220 worker with purposive sampling technique.The result : The rate of application of Occupational Health and Safety Management System 166 audit criteria in PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Batubara 2014 compliance level of achievement obtained principle 1 (Commitments and Policy) was 15 (9.0%) criteria. Principle 2 (Occupational Health and Safety Planning) was 13 (7,8%) criteria, principle 3 (Occupational Health and Safety Planning Application) was 47 (28,3%) criteria, principle 4 (Measurement and evaluation) was 23 (13.9%) criteria, principle 5 (Revisted) was 12 (7.2%) criteria. Conclusion: The rate of application can be met Occupational Health and Safety Management System are 110 (66,3%) criteria. Advices: The company have to prioritize and concerned with the application of Occupational Health and Safety Management System, the method is always keep continuity of implementation Occupational Health and Safety Management System that has been exist until be a safe place to work and productivity can be enhanced. Moreover, so that old and recent documents can be separated, then the company should more suit in establishing training of occupational health and safety.
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT MADJIN CRUMB RUBBER
FACTORY INDRAPURA KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama menjalani masa perkualiahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sampai kepada masa penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat doa, dorongan smangat, bantuan, nasehat dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban,M.Kes, sebagai Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga sekaligus sebagai Dosen Penguji atas pengarahan yang
diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Dosen Pembimbing I atas
5. Ibu Ir. Kalsum M.Kes, sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan arahan,
masukan, dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Maya Fitria SKM, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan.
7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, khususnya departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Ibu Safrida Yani yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di PT Madjin Crumb Rubber Factory.
9. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
Ayah N P. Simangunsong dan Ibu E.Sitorus yang setiap saat mendoakan dan memberi smangat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Serta penulis mengucapkan banyak terimakasih pada abang-abang penulis, abang dr. Raja
Simangunsong, abang Rio Simangunsong SH, dan abang Adly Simangunsong SE, buat doa dan motivasi yang selalu diberikan, dan terkhusus kepada kakak
11.Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman seperjuangan penulis di
kampus selama masa perkuliahan, yang sering mengingatkan penulis, dan sangat mengerti bagaimana penulis selama masa perkuliahan jev boris dan
natal fisman, serta kepada teman-teman saya lainnya dikelompok PBL: samuel, kk henny, kk sisca, kk neneng, desi, johanna, dan kepada teman-teman dikelompok LKP : kk dina, kk fira, jhon, imam, roni, indra, juga tidak
lupa kepada teman-teman, kakak, dan abg penulis lainnya dikampus : kk sailent, kk putri, kk astri, marcel, armanda, eko, dian, andi, arif, clintomi, ivan,
raja, martin, frans, sandro, merlyn, palma, mey, sri novianti, dya ayu, hermin, riska, bg artian, bg dicky, bg khoirul, bg alex, bg mareza, bg dunia terang, serta seluruh teman teman, abg, kakak, adk lainnya yang ada di departemen
K3 dan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terkhusus dalam ilmu kesehatan masyarakat dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
Medan, Januari 2015
Penulis,
Tempat/Tanggal Lahir : Tanah Tinggi ,17 Agustus1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 5 dari 5 bersaudara
Alamat Rumah : Tanah Tinggi, kec. Air Putih, Kab. Batubara
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1998-2004 SD Negeri 010214 Air Putih
2. Tahun 2004-2007 SMP Negeri 1 Air Putih
3. Tahun 2007- 2010 SMA Negeri 1 Air Putih
4. Tahun 2010-1015 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT…... . i
ABSTRAK…... . ii
KATA PENGANTAR…... . iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI…... vii
DAFTAR TABEL…... ix
DAFTAR LAMPIRAN…... x
BAB I PENDAHULUAN……….……… . 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.3.1. Tujuan Umum... 7
1.3.2. Tujuan Khusus... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Konsep K3... 9
2.2. Konsep SMK3………..………...….. 9
2.2.1. Tujuan SMK3 ..………...….. 11
2.3. Penerapan SMK3………... 13
2.3.1. Faktor Penghambat dan Keberhasilan SMK3………… 15
2.3.2. Dasar Hukum Penerapan SMK3……… 17
2.3.3. Pedoman Penerapan SMK3………... 17
2.3.4. Pedoman Penilaian Penerapan SMK3………... 37
2.4. Variabel yang diamati…….………..………. 61
2.5. Kerangka Konsep…………..………. 61
BAB III METODE PENELITIAN... 62
3.1. Jenis Rancangan Penelitian... 62
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN …... 67
4.1. Gambaran Umum Perusahaan…... 67
4.1.1. Jumlah Tenaga Kerja…... 67
4.1.2. Waktu Kerja …... 67
4.1.3. Proses Produksi …... 68
4.2. Gambaran Penerapan SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014... .69
4.3. Deskripsi Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 berdasarkan Penerapan 5 Prinsip SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014... 72
BAB V PEMBAHASAN……….…... 82
5.1. Gambaran Penerapan SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014 ... 82
5.2. Deskripsi Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 berdasarkan Penerapan 5 Prinsip SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014... 85
5.3.1. Penetapan Kebijakan K3... 85
5.3.2. Perencanaan K3... 86
5.3.3. Pelaksanaan Rencana K3... 87
5.3.4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3... 89
5.3.5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3... 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91
6.1. Kesimpulan…... 91
6.2. Saran …... 92
Latar belakang: PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan karet, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya sehingga perlu penerapan SMK3. Metode penelitian : jenis penelitian adalah observasi deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014 yang berjumlah 220 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian: tingkat pencapaian penerapan SMK3 berdasarkan 166 kriteria Audit SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014 diperoleh pemenuhan tingkat pencapaian SMK3 prinsip 1 (Penetapan Kebijakan K3) sebanyak 15 (9.0%) kriteria, prinsip 2 (Perencanaan K3) sebanyak 13 (7,8%) kriteria, prinsip 3 (Pelaksanaan Rencana K3) sebanyak 48 (28,9%) kriteria, prinsip 4 (Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3) sebanyak 23 (13,9%) kriteria, prinsip 5 (Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3) sebanyak 12 (7,2%) kriteria. Kesimpulan : Tingkat pencapaian penerapan SMK3 yang dapat dipenuhi adalah 110 (66.3%) kriteria. Saran: Perusahaan sebaiknya harus memprioritaskan dan peduli terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan cara menjaga kesinambungan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah ada di perusahaan sehingga senantiasa diperoleh tempat kerja yang aman dan produktifitas dapat ditingkatkan, melakukan evaluasi dari setiap dokumen yang ada, sehingga dokumen lama dan baru dapat dipisahkan, serta perusahan sebaiknya lebih menyesuaikan dalam mengadakan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Back ground : PT Madjin Crumb Rubber Factory is a company engaged in rubber process, in which employee over 100 worker and have a high risk of danger so it’s need the application of Occupational Health and Safety Management System. Research Method : The type of this research is a descriptive observation. Population in this study were all worker at PT. Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Batubara 2014 with number 220 worker with purposive sampling technique.The result : The rate of application of Occupational Health and Safety Management System 166 audit criteria in PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Batubara 2014 compliance level of achievement obtained principle 1 (Commitments and Policy) was 15 (9.0%) criteria. Principle 2 (Occupational Health and Safety Planning) was 13 (7,8%) criteria, principle 3 (Occupational Health and Safety Planning Application) was 47 (28,3%) criteria, principle 4 (Measurement and evaluation) was 23 (13.9%) criteria, principle 5 (Revisted) was 12 (7.2%) criteria. Conclusion: The rate of application can be met Occupational Health and Safety Management System are 110 (66,3%) criteria. Advices: The company have to prioritize and concerned with the application of Occupational Health and Safety Management System, the method is always keep continuity of implementation Occupational Health and Safety Management System that has been exist until be a safe place to work and productivity can be enhanced. Moreover, so that old and recent documents can be separated, then the company should more suit in establishing training of occupational health and safety.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia
yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi
Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun
2013 yaitu 419.097 ha, dengan hasil produksi pada tahun 2011 yaitu 280.446 ton dan
tahun 2012 yaitu 387.366 ton. Data tersebut menunjukkan industri pengolahan karet
di Sumatera Utara berkembang pesat (Sumut.bps.go.id, 2014).
Sekarang ini pembangunan nasional telah memasuki era industrialisasi dan
globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkat nya proses produksi yang
menggunakan proses dan teknologi yang lebih maju. Berbagai alat dan teknologi
buatan manusia disamping bermanfaat juga dapat menimbulkan bencana atau
kecelakaan. Penggunaan mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi
sumber bahaya yang dapat mencelakakan. Karena itu, di abad modern ini, aspek
keselamatan telah menjadi tuntutan dan kebutuhan umum. Walaupun keselamatan
telah menjadi kebutuhan, namun dalam kenyataannya manusia masih mengabaikan
keselamatan (Ramli, 2009).
Kegiatan produksi barang dan jasa pada berbagai jenis usaha tidak terlepas dari
penggunaan mesin-mesin, peralatan, pesawat, instalasi, dan bahan baku (berbahaya).
kerja yang tidak aman, tindakan (perbuatan) yang tidak aman yang disebabkan
disfungsi manajemen terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keaadaan ini
potensial peyebab terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan kerja, yang menimbulkan kerugian bagi
tenaga kerja, perusahaan dan masyarakat luas (Silaban, 2009).
Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat
dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan
adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas dari upaya
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mendapat
perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja. SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif (Sastrohadiwiryo, 2002).
Penerapan SMK3 disetiap perusahaan atau tempat kerja perlu mendapat
perhatian semua pihak sesuai dengan amanat Undang-undang No. 13 tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan. Apabila penerapan SMK3 dilakukan secara benar akan
kerja sekaligus menciptakan hubungan kerja yang harmonis (Depnakertrans RI,
2008).
Sistem Manajemen secara keseluruhan yang memiliki fungsi perencanaan,
pengambilan keputusan, organisasi. SMK3 tersebut meliputi kebijakan, tanggung
jawab, wewenang, seleksi, pelatihan, pengenalan bahaya, dan penyelidikan
kecelakaan. Pada dasarnya SMK3 mencari dan mengungkapkan kelemahan
operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Terjadinya kecelakaan tidak
terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap dan praktek manajemen yang kurang
mantap. Kegagalan sistem menyebabkan kecelakaan karena kecelakaan kerja pada
dasarnya berakar pada manajemen (Ramli, 2009).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja
pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hal ini berarti
terdapat dua permasalahan penting yaitu kecelakaan adalah akibat langsung
pekerjaan, atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur,
1995)
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja yaitu: kondisi yang tidak aman
(unsafe condition), dan tindakan yang tidak aman (unsafe action). Kondisi yang tidak
aman terjadi apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang telah ditentukan, contonya: lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan
mampu/kurang terampil dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak mengikuti
prosedur dan peraturan yang ada pada perusahaan (Djati, 2006).
Kondisi yang tidak aman antara lain (unsafe condition) antara lain dalam
keadaan pengamanan yang berlebihan, alat dan peralatan yang sudah tidak layak,
terjadi kemacetan, sistem peringatan yang berlebihan, ada api dan ditempat yang
berbahaya, alat penjaga atau pengaman gedung kurang standar, kondisi suhu yang
membahayakan, terpapar bising, terpapar radiasi, pencahayaan dan ventilasi yang
kurang atau pun berlebihan. Dan tindakan yang tidak aman (unsafe action) berupa
menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan, gagal menciptakan keaadaan
yang baik sehingga menjadi tidak aman, menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kecepatan geraknya, memakai alat pelindung diri hanya berpura pura,
menggunakan peralatan yang tidak layak, pengerusakan alat pengaman peralatan
yang digunakan untuk melindungi manusia, bekerja berlebihan atau melebihi jam
kerja ditempat kerja, dan mengangkat atau mengangkut beban yang berlebihan
(Santoso, 2004).
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasar nya mencari dan
mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-musabab
sesuatu kecelakaan (akarnya), dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilaksanakan atau tidak. Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak
tepat, dan salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen
yang kurang mantap (Silalahi, 1985).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pada pasal 2, tujuan
penerapan SMK3 adalah meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Kemudian
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh,
serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan
memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha
atau pihak terkait lainnya. Dalam rangka upaya perlindungan dan pencegahan
kecelakaan kerja Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Keselamatan Kerja
No. 1 Tahun 1970 yang menjamin Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja, yang
diberlakukan pada tanggal 12 Januari 1970.
Kebijakan tersebut di atas dipertegas dengan dikeluarkanya Undang-undang RI
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87, mewajibkan setiap perusahaan
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan. Data 2007,
kecelakaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta 7 juta orang atau
sekitar 10% dari keseluruhan pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka
kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.00 pekerja setiap tahun. Menurut
penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di
Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.00 pekerja (Ramli, 2009).
PT Madjin Crumb Rubber Factory adalah perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan karet. Produk utama yang dihasilkan berupa ball yang dipenuhi sampai
Standart Indonesian Rubber. PT Madjin Crumb Rubber Factory menerima bahan
baku dari pengumpul yang berasal dari Rantau parapat, Sibolga, dan tempat lainnya.
PT Madjin Crumb Rubber Factory mempekerjakan 220 orang pekerja yang terdiri
dari manajer, suverpisor, operator, security, dan pekerja produksi.
PT Madjin Crumb Rubber Factory termasuk kedalam perusahaan besar dengan
tingkat resiko tinggi, terlihat dari proses produksi yang banyak menggunakan alat dan
mesin-mesin berteknologi tinggi sehingga mengandung bahaya yang berisiko besar
terjadinya kecelakaan kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan
undang undang yang berlaku mewajibkan PT Madjin Crumb Rubber Factory
Indrapura Kabupaten Batu Bara untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan tersebut.
Berdasarkan keterangan dari PT Madjin Crumb Rubber Factory pada tahun
2013, masih ada kecelakaan kerja yang menimpa perusahaan tersebut walaupun
hanya bersifat kecelakaan kecil atau cedera biasa. Untuk kecelakaan sedang (luka
cedera ringan sebanyak 11 kasus (luka tergores, luka ringan). Walaupun masalah
kecelakaan kerja tidak sampai berakibat yang fatal, akan tetapi dapat mengganggu
produktivitas kerja sehingga dapat mempengaruhi proses produksi perusahaan.
Dari uraian hal-hal tersebut penulis berkeinginan meneliti tingkat penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Madjin Crumb
Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batu Bara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana analisis Penerapan SMK3 di PT Madjin Crumb
Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalis penerapan SMK3 di PT Madjin
Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara, berdasarkan PP 50 Tahun
2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran penerapan SMK3 pada PT Madjin Crumb Rubber Factory
Indrapura Kabupaten Batubara.
2. Mengetahui tingkat pencapaian penerapan 5 prinsip penerapan SMK3 yaitu
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberi informasi kepada perusahaan tentang pentingnya penerapan SMK3
berdasarkan PP 50 Tahun 2012.
2. Sebagai masukan bagi perusahaan di bidang K3.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam bidang keilmuan dan
mengembangkan teori yang telah didapat dalam perkuliahan khususnya dibidang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan pada manusia pada umumnya beserta hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Hakikat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu bahwa
faktor K3 berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja pada tenaga kerja dan juga
berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri,sehingga
dengan demikian mempengaruhi tingkat pencapaiaan produktifitasnya. Karena pada
dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif, sehingga upaya pencapaian produktifitas yang
semaksimalnya dari suatu perusahaan industri dapat lebih terjamin.
Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan
menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman (Ramli, 2009).
2.2. Konsep Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dalam PP 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Menurut OHSAS 18001, Sistem Manajemen merupakan suatu set elemen yang
saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran. Elemen tersebut adalah proses
manajemen dan eleman-elemen implementasinya, mencakup tanggung jawab,
wewenang, hubungan antar fungsi, aktifitas, proses, praktis, prosedur, dan sumber
daya (Ramli, 2009).
Proses Sistem Manajemen K3 menggunakan pendekatan PDCA (
plan-do-check-action), yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan
perbaikan. Dengan demikian Sistem Manajemen akan berjalan terus menerus selama
aktivitas organisasi berlangsung.
Manfaat/keuntungan dari penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) adalah :
1. Meningkatnya produktivitas kerja karena dapat ditekannya angka kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja.
2. Dengan ditekannya angka kecelakaan di tempat kerja, maka karyawanpun akan
merasa aman dan nyaman dalam bekerja.
3. Dengan perasaan aman dan nyaman pada karyawan maka hubungan antara
perusahaan dan karyawanpun akan berlangsung harmonis.
4. Meningkatkan image perusahaan di pangsa pasar karena tidak jarang banyak
perusahaan rekanan kita yang mensyaratkan bahwa perusahaan kita harus
menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
2.2.1. Tujuan SMK3
Sesuai dengan PP 50 Tahun 2012, pasal 2, tujuan penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
Tujuan berbagai Sistem Manajemen K3 dapat digolongkan sebagai berikut
(Ramli, 2009):
1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerepan
K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan
prasyarat tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran
ini dilakukan melalui audit manajemen K3.
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Beberapa bentuk Sistem Manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya
ILO OHSMS Guidelines, API HSEMS Guidelines, Oil and Gas Producer Forum
(OGP) HSEMS Guidelines, ISRS dari DNV, dan lainnya.
3. Sebagai dasar penghargaan (awards)
Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian
penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3, penghargaan K3 diberikan oleh instansi
pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Swords of Honour dari
British Safety Council, Five Star Safety Rating System dari DNV atau National Safety
Council Award dan SMK3 dari Depnakertrans RI. Karena bersifat penghargaan maka
penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.
4. Sebagai sertifikasi
Sistem Manajemen K3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan Manajemen
K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah
2.3 Penerapan SMK3
Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) tercantum dalam PP 50 Tahun 2012 yaitu :
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 87 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Agar penerapan SMK3 dapat mencapai keberhasilan maka perlu
perencanaan program yang efektif dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Menurut Rudiyanto (2002), untuk melaksanakan SMK3 di tempat kerja terdapat
ketentuan ketentuan yang wajib dilakukan yaitu :
1. Menetapkan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta menjamin
komitmen terhadap SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Menetapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3.
4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.
harus dipraktekkan dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen
K3 harus dijaga dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan
dan fungsi dalam manajemen perusahaan (Suardi, 2005).
Kunci keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah (Ramli, 2009):
1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian
yang dilakukan.
2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu satunya cara untuk
pengendalian resiko dalam organisasi. Semua program K3 atau kebijakan K3 yang
diambil harus mengacu pada SMK3 yang ada.
3. SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang
sudah dilakukan.
4. SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandaskan siklus
proses manajemen (PDCA).
5. Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus memahami konsep
dan implementasi SMK3.
6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam
organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik.
7. SMK3 harus terintegrasi dalam Sistem Manajemen lainnya yang ada dalam
Dalam pembuktian penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan Audit melalui
badan Audit yang ditunjuk Menteri (Pasal 16 ayat 3 PP 50 Tahun 2012). Melalui
Audit SMK3 meliputi :
1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen.
2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3.
3. Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak.
4. Pengendalian dokumen.
5. Pembelian dan pengendalian produk.
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3.
7. Standar pemantauan.
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan.
9. Pengelolaan material dan perpindahannya.
10. Pengumpulan dan penggunaan data.
11. Pemeriksaan SMK3.
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.
2.3.1. Faktor Penghambat dan Keberhasilan SMK3
Menurut PT Sucofindo (Persero) dalam Seminar Nasional di Medan Tahun
2005 yang dikutip oleh Azmi (2008) faktor-faktor penghambat keberhasilan
penerapan SMK3 antara lain :
1. Belum adanya persyaratan dari konsumen mengenai pembuktian penerapan
3. Tidak terdapatnya konsekuensi bagi perusahaan yang menunda dan menolak
pelaksanaan untuk Audit SMK3.
4. Kekurangsiapan perusahaan dikarenakan ketidaktahuan perusahaan untuk
menerapkan SMK3.
5. Biaya Audit yang dianggap memberatkan perusahaan.
6. Frame koordinasi pelaksanan Audit dengan Departemen Teknis lain belum
terwujud.
Faktor-faktor keberhasilan penerapan SMK3 antara lain:
1. Telah diterapkannya beberapa sistem manajemen yang mendukung penerapan
SMK3.
2. Tingginya komitmen K3 dari manajemen puncak atau perusahaan induknya.
3. Melakukan studi banding.
4. Adanya tenaga ahli dibidang K3.
5. Adanya departemen atau bagian yang khusu mengenai K3.
6. Telah diperolehnya penghargaan di bidang K3 dari Instansi asing.
7. Telah dimilikinya Safety Committe yang berperan aktif dalam pelaksanaan K3.
8. Terdapatnya tuntutan dari pihak konsumen kepada perusahaan untuk menerapkan
SMK3.
9. Terpacunya suatu perusahaan dalam sektornya karena perusahaan lain telah
menerapkan SMK3.
10. Adanya upaya pembinaan mengenai SMK3 baik dari asosiasi profesi ataupun
2.3.2. Dasar Hukum Penerapan SMK3
1. PP 50 Tahun 2012
Pasal 5: Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaan nya,
kewajiban sebagaimana dimaksud berlaku bagi perusahaan adalah
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi
2. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 87: Mewajibkan setiap perusahaan menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan
manajemen perusahaan dan Pasal 190 tentang pemberian sanksi administratif.
3. Undang-undang RI No 1. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2.3.3 Pedoman Penerapan SMK3
Pedoman penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) menurut PP 50 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:
1. Penetapan kebijakan K3;
2. Perencanaan K3;
3. Pelaksanaan rencana K3;
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
1. Penetapan kebijakan K3
1.1 Penyusunan kebijakan K3
a. tinjauan awal kondisi K3; dan
b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
1.2. Penetapan kebijakan K3
a. disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b. tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c. secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor,
pemasok, dan pelanggan;
e. terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
f. bersifat dinamik; dan
g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih
sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.
1.3. Untuk melaksanakan ketentuan penetapan kebijakan k3, pengusaha
a. menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
perusahaan;
b. menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang K3;
c. menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
d. membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;
e. melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.
1.4. Ketentuan tersebut pada penetapan kebijakan k3 diadakan peninjauan
ulang secara teratur.
1.5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen
terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.
1.6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada di tempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
2. Perencanaan K3
2.1. Pengusaha menyusun rencana K3
Penyusunan rencana Keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan:
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan yang telah
dilakukan pada penyusunan kebijakan.
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus dipertimbangkan
pada saat merumuskan rencana.
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus:
1) ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan; dan
2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.
d. Sumber daya yang dimiliki
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
meliputi tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta
dana.
2.2. Rencana K3 yang disusun
Rencana Keselamatan dan Kesehatan kerja yang disusun oleh perusahaan paling
sedikit memuat:
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi:
b. satuan/indikator pengukuran; dan
c. sasaran pencapaian.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi dengan:
1) wakil pekerja/buruh;
2) ahli K3;
3) P2K3; dan
4) pihak-pihak lain yang terkait.
b. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko,
dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam
perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya
Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko
melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar
pelaksanaan K3 dapat berjalan.
Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu
pelaksanaan.
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter
yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3.
g. Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan
untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan
efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam
penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang
mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut
pengusaha harus:
1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk
bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;
2) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap
3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.
3. Pelaksanaan Rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus
perusahaan atau tempat kerja dengan:
1. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan
2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.
3.1 Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur
pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi
kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui:
a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan
b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang
berwenang.
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan
manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang
dibutuhkan;
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau
pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan
pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan
dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan
hasilnya.
Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha dan/atau
pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh tentang
bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat
menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut.
Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang
mengarah terjadinya insiden.
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus
dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan
2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan menjelaskan
kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung meliputi:
a. pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan
bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan;
b. pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya
yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan
SMK3;
3) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan
tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program
K3;
4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau
kejadian-kejadian lainnya.
d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3.
Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai
kebutuhan dengan:
2) memeriksa uraian tugas dan jabatan;
3) menganalisis tugas kerja;
4) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan
5) meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan program
pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan,
seleksi dan penilaian kinerja.
3.2 Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai
Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3
adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau
pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan
b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara
menyeluruh antara lain untuk:
1. keberlangsungan organisasi K3;
2. pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan
3. pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan
pengendalian, peralatan pelindung diri.
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat
melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil
yang kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:
a) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja
perusahaan;
b) melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar
perusahaan; dan
c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:
a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan internal/indikator
kinerja K3;
b) izin kerja;
c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang
meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya,
bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi;
d) kegiatan pelatihan K3;
e) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
f) pemantauan data;
g) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut;
h) identifikasi produk termasuk komposisinya;
i) informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
j) audit dan peninjauan ulang SMK3.
3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa
pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya
dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani:
(2) pelaporan ketidaksesuaian;
(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan
(4) pelaporan identifikasi sumber bahaya.
b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani:
(1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan; dan
(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.
Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah.
4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:
a) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3;
b) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;
c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur;
d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan
unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan; dan
e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah
diterapkan.
Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin bahwa:
a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab
di perusahaan;
c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang
berwenang;
d) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu;
e) semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan; dan
f) dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.
d. Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan
dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan melaksanakan
kebijakan:
a. standar bagi tempat kerja;
b. perancangan pabrik dan bahan; dan
c. prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan
2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi;
2) pendidikan dan pelatihan;
3) insentif, penghargaan dan motivasi diri;
4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi; dan
5) penegakan hukum.
2. Perancangan dan Rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :
a. pengembangan;
c. tinjauan ulang;
d. validasi; dan
e. penyesuaian.
Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-unsur:
a. identifikasi potensi bahaya;
b. prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja; dan
c. personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi
persyaratan SMK3.
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang
digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang memiliki
kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi
persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh personal
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
a. terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja;
b. menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3; dan
c. pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa
tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya
dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta
pemusnahannya.
7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri
Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan
darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:
a. penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai
sampai mendapatkan pertolongan medik; dan
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil
yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar
harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui
kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya.
8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap
perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat
untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga
kerja yang mengalami trauma.
4. Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi:
4.1 Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya
sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek
mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi:
a. personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup;
b. catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung
harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor
c. peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk
menjamin telah dipenuhinya standar K3;
d. tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran;
e. penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab
permasalahan dari suatu insiden; dan
f. hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
4.2 Audit Internal SMK3
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan SMK3.
Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil
yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah
ditetapkan.
Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria audit eksternal
sebagaimana tercantum pada Lampiran II peraturan ini, dan pelaporannya dapat
menggunakan format laporan yang tercantum pada Lampiran III peraturan ini.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya
dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan
pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin
pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen.
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja
harus:
1) melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala; dan
2) tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh
kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja
perusahaan.
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
1) evaluasi terhadap kebijakan K3;
2) tujuan, sasaran dan kinerja K3;
3) hasil temuan audit SMK3; dan
4) evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan
SMK3.
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:
2) tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3) perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4) perubahan struktur organisasi perusahaan;
5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
6) hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
7) adanya pelaporan; dan/atau
8) adanya saran dari pekerja/buruh.
2.3.4 Pedoman Penilaiaan Penerapan SMK3
A. Kriteria Audit SMK3
1. Pembangunan Dan Pemeliharaan Komitmen
1.1Kebijakan K3
1.1.1 Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal, ditandatangani oleh
pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran
K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3
1.1.2 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui
1.1.3 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan
pemasok dengan tata cara yang tepat.
1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.
1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara
berkalauntuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan
perundang-undangan
1.2Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan
melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan
dibidang K3 telah ditetapkan,diinformasikan dan didokumentasikan.
1.2.2 Penunjukan penanggung jawab K3 harus sesuai peraturan
perundang-undangan.
1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas
kinerja K3 pada unit kerjanya.
1.2.4 Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk
1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat
telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan.
1.2.6 Perusahaan mendapatkan saran saran dari para ahli dibidang K3 yang
berasal dari dalam dan/atau luar perusahaan.
1.2.7 Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain
yang setingkat.
1.3Tinjauan dan Evaluasi
1.3.1 Tinjauan terhadap penerapan SMK3 meliputi kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauaan dan evaluasi telah dilakukan, dicatat dan
didokumentasikan.
1.3.2 Hasil tinjauan dimasukkan dalam perencanaan tindakan manajemen.
1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala
untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3.
1.4Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
1.4.1 Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil
perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga
kerja.
1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan –
1.4.3 Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1.4.4 Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus.
1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan
prosedur mengendalikan risiko.
1.4.7 Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan kepada
tenaga kerja.
1.4.8 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya
disebarluaskan ditempat kerja.
1.4.9 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1.4.10 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dari wakil-wakil tenaga
kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab K3 di tempat kerjanya
dan kepadanya diberikan pelatihan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1.4.11 Susunan kelompok-kelompok kerja yang telah terbentuk
2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3
2.1 Rencana strategi K3
2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya,
penilaiaan, dan pengendalian risiko K3.
2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 sebagai
rencana strategi K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten.
2.1.3 Rencana strategi K3 sekurang kurangnya berdasarkan tinjauan awal,
identifikasi potensi bahaya, penilaian, pengendalian risiko, dan peraturan
perundang-undangan serta informasi K3 lain baik dari dalam maupun luar
perusahaan.
2.1.4 Rencana strategi K3 yang telah ditetapkan digunakan untuk
mengendalikan risiko K3 dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang
dapat diukur dan menjadi prioritas serta menyediakan sumber daya.
2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses,
proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat dengan menetapkan tujuan
dan sasaran yang dapat diukur, menetapkan waktu pencapaian dan
menyediakan sumber daya.
2.1.6 Rencana K3 diselaraskan dengan rencana sistem manajemen perusahaan.
2.2.1 Manual SMK3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, prosedur K3,
instruksi kerja, formulir, catatan dan tanggung jawab serta wewenang
tanggung jawab K3 untuk semua tingkatan dalam perusahaan.
2.2.2 Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan produk, proses, atau
tempat kerja tertentu.
2.2.3 Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan
sesuai kebutuhan.
2.3 Peraturan perundangan dan persyaratan lain dibidang K3
2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk mengidentifikasi,
memperoleh, memelihara dan memahami peraturan
perundang-undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain yang
relevan dibidang K3 untuk seluruh tenaga kerja di perusahaan.
2.3.2 Penanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan
informasi terbaru mengenai peraturan perundangan, standar,
pedoman teknis, dan persyaratan lain telah ditetapkan
2.3.3 Persyaratan pada peraturan perundang-undangan, standar,
pedoman teknis, dan persyaratan lain yang relevan di bidang K3
dimasukkan pada prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang-undangan, standar, pedoman
teknis, dan persyaratan lain yang relevan di bidang K3 digunakan
2.4 Informasi K3
2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan K3 disebarluaskan
secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor,
pelanggan, dan pemasok.
3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak
3.1 Pengendalian Perancangan
3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi
potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko yang dilakukan
pada tahap perancangan dan modifikasi.
3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk, pengoperasian
mesin dan peralatan, instalasi, pesawat atau proses serta informasi
lainnya yang berkaitan dengan K3 telah dikembangkan selama
perancangan dan/atau modifikasi.
3.1.3 Petugas yang berkompeten melakukan verifikasi bahwa perancangan
dan/atau modifikasi memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan
sebelum penggunaan hasil rancangan.
3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai
implikasi terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau
ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum
3.2 Peninjauan Kontrak
3.2.1 Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi
bahaya dan menilai risiko K3 bagi tenaga kerja, lingkungan, dan
masyarakat, dimana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok
barang dan jasa dalam suatu kontrak.
3.2.2 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tinjauan
kontrak oleh petugas yang berkompeten.
3.2.3 Kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat
memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan.
3.2.4 Catatan tinjauan kontrak dipelihara dan didokumentasikan.
4.Pengendalian Dokumen
4.1 Persetujuan, Pengeluaran dan Pengendalian Dokumen
4.1.1 Dokumen K3 mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal
pengeluaran dan tanggal modifikasi.
4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
4.1.3 Dokumen K3 edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat
yang ditentukan.
4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya sedangkan
dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda
4.2 Perubahan dan Modifikasi Dokumen
4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat, menyetujui perubahan terhadap
dokumen K3.
4.2.2 Dalam hal terjadi perubahan diberikan alasan terjadinya perubahan dan
tertera dalam dokumen atau lampirannya dan menginformasikan
kepada pihak terkait.
4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen
yang mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut, dalam upaya
mencegah penggunaan dokumen yang usang.
5. Pembelian dan Pengendalian Produk
5.1 Spesifikasi Pembelian Barang dan Jasa
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa
spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3 telah
diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.
5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa
harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan standar K3.
5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang kompeten pada saat keputusan
pembelian, dilakukan untuk menetapkan persyaratan K3 yang
dicantumkan dalam spesifikasi pembelian dan diinformasikan kepada
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan
terhadap prosedur kerja harus dipertimbangkan sebelum pembelian dan
penggunaannya.
5.1.5 Persyaratan K3 dievaluasi dan menjadi pertimbangan dalam seleksi
pembelian.
5.2 Sistem Verifikasi Barang dan Jasa Yang Telah Dibeli
5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi
pembelian.
5.3 Pengendalian Barang dan Jasa Yang Dipasok Pelanggan
5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih
dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai risikonya dan catatan
tersebut dipelihara untuk memeriksa prosedur.
5.4 Kemampuan Telusur Produk
5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam proses produksi dapat
diidentifikasi di seluruh tahapan produksi dan instalasi, jika terdapat
potensi masalah K3.
5.4.2 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk penelusuran produk yang
telah terjual, jika terdapat potensi masalah K3 di dalam
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
6.1 Sistem Kerja
6.1.1 Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai dan
mengendalikan risiko yang timbul dari suatu proses kerja.
6.1.2 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut
ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk
mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar
masukan dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait
dan disahkan oleh orang yang berwenang di perusahaan.
6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, standar serta
pedoman teknis yang relevan diperhatikan pada saat mengembangkan
atau melakukan modifikasi atau petunjuk kerja.
6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi.
6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara
benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai.
6.1.7 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak
pakai sesuai dengan standar dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6.1.8 Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara berkala apabila terjadi