• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Disarankan kepada Kantor SAMSAT Medan Selatan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan pegawai yang ramah agar konsumen merasakan kemudahan saat pengurusan STNK dan pajak kendaraan bermotor.

2. Diharapkan kepada Kantor SAMSAT Medan Selatan untuk tetap berinovasi semakin meningkatkan pelayanan dan memprioritaskan konsumen saat pengurusan STNK dan pajak kendaraan bermotor.

3. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan adanya penelitian yang berbeda, maka akan semakin banyak pula referensi hasil penelitian yang dapat digunakan dan memperkaya khasanah oleh para calon peneliti berikutnya.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori adalah tujuan utama dari ilmu.Teori memiliki peran penting sebagai pendorong pemecahan masalah. Teori adalah pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja. Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. (Nawawi, 2001: 39).

2.1.1 Komunikasi Organisasi

Istilah organisasi dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa inggris bersumber pada perkataan Latin organization yang berasal dari bahasa Latin pula, organizare, yang berarti to form as or into a whole consisting interdependence or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). Jadi, secara harfiah organisasi itu berarti panduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung.

Event M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya, Communication in Organization, mendefenisikan organisasi sebagai berikut: “a stable system of individuals who work together to achieve, through a hierarchy of ranks and division of labour, common goals.” (Suatu system yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas).

Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dimana operasi dan interaksi diantara bagian yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti. Menurutnya, kemampuan struktur organisasi yang melangsungkan prosesnya secara system seperti itu akan dapat menyelesaikan tujuan secara efektif, dalam arti kata masukan (input) yang diperoses akan menghasilkan

(output) yang diharapkan tujuan yang sesuai dengan biaya, personel, dan waktu yang direncanakan (Effendy, 2007:114).

Namun untuk memahami arti suatu organisasi secara sederhana dan sistematis, peneliti mengutip pengertian dari Robbins (1991) yang mengatakan bahwa:

Organisasi adalah sebuah bentuk kerja sama yang sistematik antara sejumlah orang untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan karena didalamnya terbentuk jalinan, hubungan, relasi, dan komunikasi antara sejumlah orang yang mempunyai tugas dan fungsi yang sama atau berbeda-beda (sub sistem) untuk memenuhi tujuan (ideal dan kongkret) yang telah disepakati bersama (Liliweri, 2004:11).

Ada beberapa pengertian komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Wayne Pace dan Don F. Faules (1998)

Mendefenisikan komunikasi organisasi sebagai sebuah proses penciptaan dan pengiriman pesan oleh komunikator serta penerimaan dan penafsiran pesan komunikan yang dilaksanakan secara berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama para anggota organisasi (Suranto, 2005:33).

2. Redding dan Sanborn

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, dimana di dalam bidang tersebut terdapat komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program (Muhammad, 2009:65).

3. Deddy Mulyana

Komunikasi organisasi (organization communiacation) komunikasi yang terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok dimana komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar-pribadi dan adakalanya juga komunikasi publik (Mulyana, 2005:75).

Dari bermacam-macam persepsi para ahli mengenai komunikasi organisasi diatas, ada yang beberapa hal umum yang dapat disimpulkan sebagai pengertian komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal yang saling bergantung anatara satu dengan lainnya dimana komunikasi organisasi tersebut meliputi pesan dan arus, tujuan, arah, dan media serta meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skillnya (Muhammad, 2009:67).

2.1.1.1 Pentingnya Komunikasi Organisasi

Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil dalam membangun iklim organisasi juga membangun budaya organisasi. Jika dipahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan-perbedaan individu dan ketidakmengertian (misunderstanding) dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang ada pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar itulah maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam organisasi. Apabila komunikasi yang terdapat di dalam suatu organisasi tersebut efektif maka haltersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi.

Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarpegawai merupakan suatu kegiatan yang penting sehingga semua pegawai yang terdapat di dalam suatu kegiatan yang penting sehingga semua pegawai yang terdapat di dalam suatu perkantoran harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik-sebaiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja kantor meningkatkan dan tujuan kantor dapat tercapai (Suranto, 2005:35).

Judy C. Pearson mengemukakan ada dua alasan individu mengadakan komunikasi di dalam suatu organisasi yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran manfaat individu, seorang pegawai dalam satu kantor maupun organisasi dapat menumpuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang pegawai dalam suatu kantor maupun organisasi dapat member manfaat bagi kantor tersebut, misalnya dengan saling berkomunikasi pegawai kantor dapat menyelesaikan tugas-tugas kantor, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unit-unit kerja di dalam suatu perkantoran tersebut (Mulyana, 2005:4).

2.1.1.2 Tujuan Komunikasi Organisasi

Adapun empat tujuan dari komunikasi organisasi adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan pikiran, pandangan, dan pendapat. Memberi peluang bagi para pemimpin organisasi dan anggotanya untuk menyatakan pikiran, pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan fungsi yang mereka lakukan.

b. Membagi informasi (information sharing). Memberi peluang kepada seluruh aparatur organisasi untuk membagi informasi dan member makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi organisasi, sub organisasi, individu, maupun kelompok kerja dalam organisasi.

c. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberi peluang bagi para pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

d. Tindakan koordinasi. Bertujuan mengordinasikan sebagian atau seluruh tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi, yang telah dibagi habis ke dalam bagian atau sub bagian organisasi. Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerja sama.

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi Organisasi

Adapun dua fungsi komunikasi organisasi, yakni fungsi umum dan fungsi khusus.

a. Fungsi umum

1. To tell. Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan. 2. To sell. Komunikasi berfungsi menjual gagasan dan ide, pendapat, fakta,

termasuk menjual sikap organisasi dan sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

3. To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa belajar dari orang lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang dijual atau yang diceritakan oleh orang lain tentang organisasi. 4. To decide. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana

organisasi membagi pekerjaan, atau siapa yang menjadi atasan dan siapa yang menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, serta mengalokasikan manusia, mesin, metode, dalam organisasi.

b. Fungsi khusus

1,Membuat para karyawan melibatkan dari ke dalam isu-isu organisasi, lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah komando.

2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antarsesama bagi peningkatan produk organisasi.

3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti.

2.1.1.4 Jaringan Komunikasi Formal

Sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu di dalam suatu organisasi melakukan aktivitas pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu dapat terjadi melalui jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi di dalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang di dalam organisasi. Ada dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat di dalam suatu organisasi yaitu jaringan formal dan ionformal. Jaringan komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi.Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi yaitu:

1. Komunikasi kebawah (Downward communication)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas kebawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan: pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan, dan keterangan umum. Menurut Lewis (Dalam Muhammad, 2009:108), komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, dan mempersiapkan anggota organisasi untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam

bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku

pedomankaryawan/anggota. Komunikasi ke bawah dapat didefinisikan sebagaikomunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan (Wursanto,2005:162).

2. Komunikasi ke atas (upward communication)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi/ bawahan kepada pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukkan, saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota/karyawan untuk menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan, pemberian saran/pendapat, baik secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan simbol dan gambar. Komunikasi ke atas dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke atasan (Wursanto,2005:161).

3. Komunikasi ke samping (horizontal communication)

Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling memberi informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi. Koordinasi diperlukan untuk mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara keharmonisan dalam organisasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara: rapat-rapat komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. Komunikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi atau komunikasi antar satuan organsiasi yang setingkat dalam suatu organisasi (Wursanto, 2005:164).

2.1.1.5Jaringan Komunikasi Informal

Selain jaringan komunikasi formal, di dalam sebuah organisasi juga terdapat jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi informal ini berkomunikasi secara informal yang timbul karena organisai kurang atau tidak dapat memenuhi kepuasan anggotanya, misal kebutuhan sosial, emosional/psikologis. Perasaan tersebut ada pada semua anggota sehingga para anggota menggabungkan diri ke dalam suatu unit atas dasar kesamaan interest lalu membagi sikap yang sama untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling minimal. Pola komunikasi yang mereka lakukan selalu informal dan tidak mengikuti struktur formal. Jaringan komunikasi informal bukan hubungan antara atasan terhadap bawahan melainkan hubungan antara anggotanya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak mereka dapatkan dari organisasi tersebut. Fungsi dari kelompok informal ini antara lain sebagai media komunikasi formal yang menyalurkan informasi dari organisasi secara tidak tertulis yaitu melalui kegiatan bersama seperti olahraga, minum kopi bersama karyawan, acara kekeluargaan dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat ketidakpaastian, kecemasan antar pekerja terhadap metode kerja baru. Namun disisi lain kelompok jaringan komunikasi informal ini juga dapat menjadi benalu dalam organisasi, dimana mereka menyebarkan gosib atau isu-isu yang tidak benar sehingga mempengaruhi semua anggotanya.

2.1.2 Teori Birokrasi

Weber mengatakan bahwa tidak mungkin sebuah aktivitas akan bertumbuh dengan cepat dan efektif kalau tanpa komunikasi. Birokrasi adalah bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang diharapkan untuk melaksanakan aktivitas antaepersonal yang terkoordinasikan. Teori ini juga mengatakan bahwa kewenangan dalam organisasi itu datang dari peraturan dan perundang-undangan (Liliweri, 2004:529). Kewenangan birokrasi menekankan supervisor dan manajer dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Rules – atau aturanlah yang mengatur bagaimana manajer memecahkan masalah, menetapkan standardisasi dan keseimbangan-keseimbangan dalam organisasi.

2. Iklim kompetensi – pembagian kerja dilakukan secara sistematik di mana setiap peran akan didefenisikan dengan jelas, benar, sesuai dengan hukum dan kekuasaan.

3. Hirarki – adalah susunan kekuasaan dan kewenangan yang dapat dilihat dalam peta organisasi.

4. Kompetensi – seseorang dapat dipromosikan berdasarkan pengetahuan mereka dan pola promosi dilakukan secara merits.

5. Non – ownerhip, prinsip bahwa organisasi birokrasi itu tidak ada pemiliknya, kita semua adalah pemilik organisasi itu.

6. Kebebasan untuk mengalokasikan sumberdaya oleh manajer. 7. Mempunyai catatan pemeliharaan secara hati-hati.

8. Kepemimpinan yang bersifat non-birokratis.

Suatu hal yang patut diingat bahwa dalam pandangan birokrasi, komunikasi dalam organisasi tidak dapat dilihat sebagai variabel yang mengancam tetapi harus dilihat sebagai bagian penting dari teori ini.

Menurut Weber dalam Morissan (2013:393-397) ada tiga faktor yang harus dimiliki organisasi untuk mewujudkan birokrasi rasional yaitu:

(1) Otoritas

Otoritas biasanya muncul bersama – sama dengan kekuasaan, pada organisasi otoritas haruslah sah atau legitimate yang berarti pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal oleh organisasi. Ketika seseorang menjadi anggota suatu organisasi maka orang tersebut akan setuju untuk mengikuti segala aturan yang menjamin kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki oleh orang –

orang tertentu dalam organisasi.

Menurut Weber, cara terbaik untuk mengelola kewenangan legal rasional adalah melalui hirarki, dengan kata lain atasan memiliki atasan lagi, dan atasan dengan kedudukan lebih tinggi memiliki atasan yang lebih tinggi lagi kedudukannya, begitu seterusnya.

Spesialisasi berarti sejumlah individu dibagi menurut pembagian pekerjaan, dan mereka mengetahui pekerjaan mereka masing – masing dalam organisasi. Weber menyatakan bahwa spesialisasi adalah hal penting bagi birokrasi yang rasional, garis batas yang jelas dan tegas memisahkan satu fungsi bagian dengan bagian lainnya dalam organisasi harus dinyatakan dengan aturan dan prosedur yang jelas.

(3) Peraturan

Aspek ketiga dari birokrasi adalah kebutuhan terhadap peraturan. Apa yang membuat koordinasi organsiasi dimungkinkan adalah, karena adanya pelaksanaan dari seperangkat aturan bersama yang mengatur perilaku setiap orang. Menurut Weber, aturan organisasi haruslah rasional yang berarti bahwa aturan dirancang untuk mencapai tujuan organisasi dan supaya organisasi dapat mengikuti segala hal yang terjadi maka setiap kegiatan operasional organisasi perlu dicatat agar dapat dievaluasi.

2.1.3 Pelayanan Prima

Pelayanan prima itu sendiri secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik, sesuai dengan standar yang berlaku atau yang dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Menurut Supriyanto dan Sugiyanti (2001:15) pelayanan prima adalah pelayanan publik yang sesuai, atau bahkan dapat melampaui standar pelayanan. Keprimaan sebuah pelayanan yang diberikan dilihat dari kecepatan waktu suatu produk layanan yang dibuat tanpa menunda-nunda produk layanan tersebut. Pemberian layanan yang baik dapat dilakukan dengan kemampuan, sikap, perhatian, dan tanggung jawab. Dengan demikian, konsep pelayanan ini yang membedakan antara pelayanan biasa dengan pelayanan prima karena melalui konsep ini pelanggan dapat merasakan suatu pelayanan yang optimal dimana awalnya pelanggan hanya memiliki harapan sederhana namun ternyata adanya pelayanan lebih diberikan dari organisasi.

Sinambela (2008:6) untuk mencapai kepuasan pelayanan dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak dan mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

c. Kondisional, pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan yang tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif, pelayanan yang dapat mendorong pesan serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak, pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.

2.1.3.1 Tujuan Pelayanan Prima

Terdapat beberapa tujuan pelayanan prima dalam (Rahmayanty, 2013:12-13) yaitu:

a. Memberikan rasa puas dan kepercayaan pada konsumennya. Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan.

b. Kemudian adanya pelayanan prima tetap menjaga dan merawat pelanggan merasa diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhannya atau keinginannya.

c. Serta upaya mempertahankan pelanggan agar tetap loyal untuk menggunakan produk barang atau jasa yang ditawarkan.

Dengan adanya pelayanan prima perusahaan dapat membuat pelanggan merasa puas dan percaya atas apa yang diberikan oleh perusahaan. Pelanggan akan merasa bahwa perusahaan telah melakukan pelayanan prima yang membuat pelanggan merasa diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhannya serta dengan adanya pelayanan prima pelanggan akan memilih perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang dipercaya dan perusahaan mendapatkan nilai positif dari pelanggannya.

2.1.3.2Aspek-aspek dalam pelayanan prima

Salah satu cara dalam menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dan harmonis dengan para kolega dan pelanggan adalah dengan melakukan konsep pelayanan prima berdasarkan A3 (attitude, attention, dan action). Pelayanan prima berdasarkan konsep A3, artinya pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dengan menggunakan pendekatan sikap (attitude), perhatian (attention), dan tindakan (action).

Konsep Dasar Pelayanan Prima Ada tiga konsep dasar (A3) yang harus diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan prima, yakni:

1. Konsep sikap (attitude)

Menurut W.J Thomas dikatakan bahwa sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan nyata ataupun yang akan mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Selanjutnya Eagly

dan Himmerflab (dalam Barata, 2003:208) menyatakan bahwa, “Sikap

adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relatif berlangsung lama dan ditujukan kepada orang, ide, objek dan

kelompok orang tertentu”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa

sikap meliputi tiga aspek, yaitu keyakinan (aspek kognitif), perasaan (aspek afektif), dan kecenderungan perilaku (aspek kognitif).

Menurut Barata (2003:212), pelayanan prima berdasarkan konsep sikap (attitude) adalah suatu layanan kepada pelanggan dengan menonjolkan sikap yang baik dan menarik, antara lain meliputi:

2. Konsep perhatian (attention)

Menurut Barata (2003:230), perhatian atau atensi (attention) adalah sikap yang menunjukkan kepedulian terhadap sesuatu atau minat seseorang terhadap sesuatu. Kepedulian atau minat seseorang terhadap sesuatu biasanya muncul karena rasa ketertarikan atau kebutuhan yang terjadi karena ada dorongan dari

hatinya atau karena pngaruh situasi yang dihadapinya atau dengan kata lain perhatian (attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan

Dalam melakukan kegiatan layanan, seorang petugas pada perusahaan industri jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan. Apabila pelanggan sudah menunjukkan minat untuk membeli suatu barang/jasa yang kita tawarkan, segera saja layani pelanggan tersebut dan tawarkan bantuan, sehingga pelanggan merasa puas dan terpenuhi keinginannya. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian adalah sebagai berikut: 1) Mengucapkan salam pembuka pembicaraan. 2) Menanyakan apa saja keinginan pelanggan. 3) Mendengarkan dan memahami keinginanpelanggan. 4) Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah. 5) Menempatkan kepentingan pelanggan pada kepentingan utama.

3. Konsep tindakan (action)

Barata (2003:272) mengemukakan bahwa, “Tindakan (action) adalah

perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau

untuk menghasilkan sesuatu”. Bila dikaitkan dengan pelaksanaan pelayanan,

yang dimaksud dengan tindakan disini adalah upaya-upaya atau perbuatan nyata yang ditujukan untuk memberikan pelayanan yang wajar atau pelayanan yang baik, yang tentunya akan dapat dicapai bila didalam diri pemberi layanan terdapat sense of service attitude dengan mengedepankan perhatian (attention) yang ditunjang oleh kemampuan melayani (service ability) dan tampilan layanan (service appearance) yang baik.

2.1.4 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membanding kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya (Oliver, 1980). Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya (J.Supranto, 2001: 233-234).

Di lingkungan organisasi pemerintah, aparat instansi pemerintah mungkin

Dalam dokumen Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Konsumen (Halaman 85-134)

Dokumen terkait