BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar memperhatikan umur umbi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan dekstrin.
b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pembuatan dekstrin yang lebih murni sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan farmasi dan sesuai persyaratan Farmakope Indonesia, USP dan lain-lain.
44
DAFTAR PUSTAKA
Agra, I.B., Warnijati, S., dan Pujianto, B. (1973). Hidrolisa Pati Ketela Rambat pada Suhu Lebih dari 100 oC. Forum Teknik, 3. Di dalam Lubis, R.M. (2012). Hidrolisis Pati Sukun dengan Katalisator H2SO4 untuk Pembuatan Perekat. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 9 (2) : 63.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 748.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 1212, 1157.
Gunawan, D., dan Mulyani, S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 38, 39.
Groggins, P.H. (1997). Unit Processes in Organic Synthesis 5th edition. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Hal. 751-783. Herawati, H. (2012). Teknologi Proses Produksi Food Ingredient dari Tapioka
Termodifikasi. Jurnal Litbang Pertanian. 31 (2) : 69, 73, 74, 75.
Humprey, A. E. (1979). The Hidrolysis of Cellulosis Material of Useful Product. 181: 25. Di dalam Jati, P.W. (2006). Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi HCl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 10.
Jati, P.W. (2006). Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi HCl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 1, 10, 27, 49, 56.
Koswara, S. (2009). Teknologi Modifikasi Pati.
McKee, T., dan McKee, J.R. (2004). Biochemistry: The Moleculer Basis of Life,
3th Edition. New York : McGraww-Hill. Hal. 188
Meyer, L.H. (1973). Food Chemistry. New Delhi : Affiliated East-West Press PVT. Hal. 78.
Niazi, S.K. (2009)a. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Compressed Solid Products 2nd Edition Volume 1. New York : Informa Healthcare USA, Inc. Hal. 585.
45
Niazi, S.K. (2009)b. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Semisolid Products 2nd Edition Volume 4. New York : Informa Healthcare USA, Inc. Hal. 77.
Ningsih, D.R., Asnani, A., dan Fantoni, A. (2010). Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu Menggunakan Enzim Amilase dari Azospirillum sp. JG3 Dan Karakterisasinya. Molekul. 5 (1) : 16, 17.
Nurcahya, H. (2014). Budidaya dan Cara Olah Talas Untuk Makanan dan Obat. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Hal. 1 - 21.
Perwitasari, D.S., dan Cahyo, A. (2009). Pembuatan Dekstrin Sebagai Bahan Perekat Dari Hidrolisis Pati Umbi Talas Dengan Katalisator HCl.
Chemical Engineering Seminar Soebardjo Brotohardjono. 4: 4, 6, 7. Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T. (2009). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Press. Hal. 158 - 163.
Pudiastuti, L., dan Pratiwi, T. (2013). Pembuatan Dekstrin dari Tepung Tapioka Secara Enzimatik dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2 (2) : 170, 173.
Rahmawati, W., Kusumastuti, Y.A., dan Aryanti, N. (2012). Karakterisasi Pati Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) Sebagai Sumber Pati Industri di Indonesia. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1 (1) : 347-348.
Ridal, S. (2003). Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Tepung dan Pati Talas (Colocasia esculenta) dan Kimpul (Xanthosoma sp.) dan Uji Penerimaan α-amilase terhadap Patinya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 1 - 33.
Robyt, J.F. (1984). Enzymes In The Hydrolysis and Synthesis of Starch. Disunting oleh Whistler, R.L., Bemiller, J.N., dan Paschall, E.F. London : Academic Press. Hal. 89, 105.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal. 220, 221, 223, 685.
Santosa, H. (2010). Hidrolisis Enzimatik Pati Tapioka Dengan Kombinasi Pemanas Mikrowave-Water Bath Pada Pembuatan Dekstrin. Momentum. 6
(2) : 31-33.
Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Surabaya : Airlangga University Press. Hal. 54.
46
Setyawan, B. (2015). Budidaya Umbi-umbian Padat Nutrisi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Hal. 70-71.
Sun, J., Li, X., Zeng, J., Liu, B., dan Li, G. (2010). Characterization Of Dextrin Prepared By Common Neutral And Thermostable α-Amilases. Journal of Food Processing and Preservation. 34 : 622.
Standar Nasional Indonesia. (1992). Dekstrin Industri Pangan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Turang, A.C., dan Matindas, L.A. (2011). Mengenal Tanaman Talas/Bete (bhs :
Minahasa) dan Kegunaannya Bagi Manusia.
pertanian.go.id. Diakses 27 April 2015.
Triyono, A. (2006). Upaya Memanfaatkan Umbi Talas (Colocasia esculenta) Sebagai Sumber Bahan Pati Pada Pengembangan Teknologi Pembuatan Dekstrin. Prosiding Seminar Nasional Iptek Solusi Kemandirian Bangsa. 98, 99.
Triyono, A. (2007). Peningkatan Fungsional Pati dari Ubi Jalar (Ipomea batatas
L.) dengan enzim α-amilase (Bacillus subtilis) Sebagai Bahan Substitusi Pengolahan Pangan. Jurnal Sains MIPA. 13 (1) : 60-61.
USP 30-NF 25. (2007). United States Pharmacopeia and The National Formulary. Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention. Hal. 1109.
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 27.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott)
48
Lampiran 3. Oven
49
Lampiran 5. Tanur
50
Lampiran 7. Melting point
51
52
53
Lampiran 11. Skema pembuatan pati umbi talas
Dikupas dan dicuci dengan air bersih Dipotong melintang dengan ukuran ± 1 cm
Dimasukkan ke dalam blender dan tambahkan akuades secukupnya hingga menutupi permukaan talas (1 kg : 5 L)
Diblender hingga halus
Disaring dengan saringan kain halus sambil diperas hingga didapatkan suspensi pati
Ditambahkan sisa akuades sambil diperas
Disaring dan diperas lagi hingga air sarian bening
Digabungkan filtrat I dan II
Dibiarkan hingga mengendap selama ± 24 jam Dibuang bagian atas yang keruh dan ditambahkan dengan 2L akuades, biarkan selama ± 24 jam Dibuang cairan bening bagian atas
Dikeringkan endapan yang diperoleh pada suhu ruangan
Diperoleh pati kering dan dihaluskan dengan blender dan ayak dengan ayakan 80 mesh
Dilakukan pengujian kualitatif dengan larutan lugol
Umbi talas 8 kg
Filtrat I Ampas
Filtrat II Ampas
54
Lampiran 12. Skema pembuatan dekstrin metode katalis asam
Dibuat suspensi pati 20 % (300 gr ad 1,5 L akuades)
Ditambahkan HCl 1 N 150 ml dan diaduk hingga homogen
Dipanaskan dalam autoklaf selama 10 menit pada suhu 110 oC
Ditambahkan Na2CO3 1 N (217 ml) sampai pH=7 dan didinginkan pada suhu ruangan
Ditambahan etanol absolut p.a sebanyak 300 ml (1:1) dan diaduk
Didinginkan dalam freezer selama ±12 jam hingga terbentuk dua lapisan dan disaring
Dikeringkan dalam oven pada suhu 80oC selama 3 jam
Dihaluskan dengan blender dan ayak dengan ayakan 80 mesh
Dilakukan pengujian kualitatif dengan larutan lugol
Pati umbi talas
Filtrat Endapan
Serbuk Dekstrin
55
Lampiran 13. Skema pembuatan dekstrin metode enzimatis
Dibuat suspensi pati 20 % (50 g ad 250 ml akuades)
Dilakukan cek pH (pH=6,8)
Dipanaskan suspensi pati diatas hot plate stirer pada suhu 95oC
Diaduk hingga didapat gel bening
Diturunkan suhu hingga 40 oC dan tambahkan enzim α-amilase 0,025 g/50 g pati
Dilakukan hidrolisis selama 24 jam sambil terus diaduk
Dilakukan pengujian kualitatif dengan larutan lugol tiap 3 jam
Dirusak enzim dengan memanaskan dekstrin hingga mendidih
Dikeringkan dalam oven pada suhu 80 oC selama 7 jam
Dihaluskan dengan blender dan ayak dengan ayakan 80 mesh
Pati umbi talas
Gelatinisasi
Likuifaksi
Serbuk Dekstrin
56
Lampiran 14. Pengujian kualitatif dengan larutan lugol pati umbi talas
57
Lampiran 15. Perhitungan rendemen
Dimana : a = Berat pati yang digunakan (g) b = Berat dekstrin yang diperoleh (g)
a. Secara metode katalis asam
Berat pati : 300,0012 g Berat dekstrin : 125,1999 g Randemen = � �
x 100 %
= 125,1999 g 300,0012 gx 100 %
= 41,73 %b. Secara metode enzimatis
Berat pati : 50,0015 g Berat dekstrin : 33,5522 g Randemen = � �
x 100 %
= 33,5522 g 50,0015 gx 100 %
= 67,10 % Rendemen = � � x 100 %58
Lampiran 16. Warna dekstrin
Dekstrin metode katalis asam Dekstrin metode enzimatis
A B
Keterangan :
Gambar A : Dekstrin kekuning-kuningan Gambar B : Dekstrin putih
59
Lampiran 17. Pengujian kualitatif dengan larutan lugol
Dekstrin metode katalis asam Dekstrin metode enzimatis
A B
Keterangan :
Gambar A : Ungu kecoklat-coklatan Gambar B : Ungu kecoklat-coklatan
1 2 3
4 5 6
60
Lampiran 18. Perhitungan kehalusan 80 mesh
Dimana: a= persentase dari bagian yang tidak melewati ayakan 80 mesh
a. Secara metode katalis asam
1. Berat serbuk dekstrin : 10,0674 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,5278 g a = 0,5278 g
10,0774 g x 100 % = 5,24 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 5,24) % = 94,76 %
2. Berat serbuk dekstrin : 10,0431 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,5324 g a = 0,5324 g
10,0431 g x 100 % = 5,30 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 5,30) % = 94,7 %
3. Berat serbuk dekstrin : 10,0211 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,5379 g a = 0,5379 g
10,0211 g x 100 % = 5,37 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 5,37) % = 94,63 %
Kehalusan 80 mesh rata-rata = 94,76 % + 94,7 % + 94,63 %
3
= 94,7 % Kehalusan 80 mesh = (100 – a) %
61
Lampiran 18. (Lanjutan)
b. Secara metode enzimatis
1. Berat serbuk dekstrin : 10,0363 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,6040 g a = 0,6040 g
10,0363 g x 100 % = 6,02 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 6,02) % = 93,98 %
2. Berat serbuk dekstrin : 10,0215 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,6062 g a = 0,6062 g
10,0215 g x 100 % = 6,05 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 6,05) % = 93,95 %
3. Berat serbuk dekstrin : 10,0150 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan : 0,6067 g a = 0,6067 g
10,0150 g x 100 % = 6,06 %
Kehalusan 80 mesh = (100 – 6,06) % = 93,94 %
Kehalusan 80 mesh rata-rata = 93,98 % + 93,95 % + 93,94 %
3
62
Lampiran 19. Perhitungan kadar air
a. Secara metode katalis asam
1. Bobot serbuk dekstrin : 2,0177 g Penyusutan bobot : 0,1805 g Kadar air = 0,1805 g
2,0177 g
x 100 % = 8,94 %
2. Bobot serbuk dekstrin : 2,0040 g Penyusutan bobot : 0,1761 g Kadar air = 0,1761 g
2,0040 g
x 100 % = 8,79 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 2,0097 g Penyusutan bobot : 0,1737 g Kadar air = 0,1737 g
2,0097 g
x 100 % = 8,64 %
Kadar air rata-rata = 8,94 % + 8,79 % +8,64 %
3 = 8,79 %
b. Secara metode enzimatis
1. Bobot serbuk dekstrin : 2,0081 g Penyusutan bobot : 0,1531 g Kadar air = 0,1531 g
2,0081 g
x 100 % = 7,62 %
Kadar air
=
Penyusutan bobot serbuk dekstrin (g)63
Lampiran 19. (Lanjutan)
2. Bobot serbuk dekstrin : 2,0055 g Penyusutan bobot : 0,1575 g Kadar air = 0,1575 g
2,0055 g
x 100 % = 7,85 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 2,0089 g Penyusutan bobot : 0,1485 g Kadar air = 0,1485 g
2,0089 g
x 100 % = 7,39 %
Kadar air rata-rata = 7,62 % + 7,85 % + 7,39 %
64
Lampiran 20. Perhitungan kadar abu
a. Secara metode katalis asam
1. Bobot serbuk dekstrin : 2,0028 g Bobot abu : 0,0091 g Kadar abu = 0,0091 g
2,0028 g
x 100 % = 0,45 %
2. Bobot serbuk dekstrin : 2,0018 g Bobot abu : 0,0085 g Kadar abu = 0,0085 g
2,0018 g
x 100 % = 0,42 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 2,0063 g Bobot abu : 0,0094 g Kadar abu = 0,0094 g
2,0063 g
x 100 % = 0,47 %
Kadar abu rata-rata = 0,45 % + 0,42 % + 0,47 %
3
x 100 % = 0,45 %
b. Secara metode enzimatis
1. Bobot serbuk dekstrin : 2,0023 g Bobot abu : 0,008 g Kadar abu = 0,008 g
2,0023 g
x 100 % = 0,39 %
Kadar abu = Bobot abu (g)
65
Lampiran 20. (Lanjutan)
2. Bobot serbuk dekstrin : 2,0015 g Bobot abu : 0,0083 g Kadar abu = 0,0083 g
2,0015 g
x 100 % = 0,41 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 2,0016 g Bobot abu : 0,0093 g Kadar abu = 0,0093 g
2,0016 g
x 100 % = 0,46 %
Kadar abu rata-rata = 0,39 % + 0,41 % + 0,46 %
3
x 100 % = 0,42 %
66
Lampiran 21. Perhitungan kelarutan dalam air dingin
Dimana : a = Bobot kering dari 10 ml larutan fp= Faktor pengenceran = 50/10 ml = 5
Kelarutan dalam air dingin pati umbi talas
1. Bobot serbuk dekstrin : 0,5008 g Bobot kering : 0,0034 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0034 g
0,5008 g
x 5 x 100 % = 3,39 %
2. Bobot serbuk dekstrin : 0,5008 g Bobot kering : 0,0037 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0037 g
0,5008 g
x 5 x 100 % = 3,69 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 0,5008 g Bobot kering : 0,0038 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0038 g
0,5008 g
x 5 x 100 % = 3,79 %
Kelarutan dalam air dingin rata-rata= 3,39 % + 3,69 % + 3,79 %
3
= 3,62 % Kelarutan dalam air dingin = a (g)
67
Lampiran 21. (Lanjutan)
a. Secara metode katalis asam
1. Bobot serbuk dekstrin : 0,5069 g Bobot kering : 0,058 g Kelarutan dalam air dingin = 0,058 g
0,5069 g
x 5 x 100 % = 57,21 %
2. Bobot serbuk dekstrin : 0,5069 g Bobot kering : 0,0583 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0583 g
0,5069 g
x 5 x 100 % = 57,5 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 0,5069 g Bobot kering : 0,0585 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0585 g
0,5069 g
x 5 x 100 % = 57,7 %
Kelarutan dalam air dingin rata-rata= 57,21 % + 57,5 % + 57,7 %
3
= 57,47 %
b. Secara metode enzimatis
1. Bobot serbuk dekstrin : 0,5056 g Bobot kering : 0,0638 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0638 g
68
Lampiran 21. (Lanjutan)
2. Bobot serbuk dekstrin : 0,5056 g Bobot kering : 0,0639 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0639 g
0,5056 g
x 5 x 100 % = 63,19 %
3. Bobot serbuk dekstrin : 0,5056 g Bobot kering : 0,0637 g Kelarutan dalam air dingin = 0,0637 g
0,5056 g
x 5 x 100 % = 62,99 %
Kelarutan dalam air dingin rata-rata=63,09 % + 63,19 % + 62,99 %
3
69
Lampiran 22. Perhitungan kadar dekstrosa ekuivalen (DE)
Kebutuhan titran : 10,1 ml Berat glukosa : 2,5 g
Faktor Fehling (FF) = 10,1 ml x 2.5 gram
1000
= 0,02525
a. Secara metode katalis asam
1. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,6 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,6 ml
=
14,02 2. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,7 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,7 ml=
13,65Faktor Fehling (FF) = Kebutuhan titran (ml )x berat glukosa (g)
1000
DE = FF X 100
70 Lampiran 22. (Lanjutan) 3. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,8 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,8 ml
=
13,29 DE rata-rata = 14,02 + 13,65 + 13,29 3 =13,65b. Secara metode enzimatis
1. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,2 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,2 ml
=
15,78 2. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,3 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,3 ml=
15,3071 Lampiran 22. (Lanjutan) 3. FF : 0,02525 Konsentrasi pati : 2,5 g/50 ml Kebutuhan titran : 3,4 ml DE = 0,02525 x 2,5 g100 50 mlx 3,4 ml
=
14,85 DE rata-rata = 15,78 + 15,30 + 14,85 3 = 15,3172
Lampiran 23. Hasil pengujian titik lebur
a. Secara metode katalis asam
1. Titik lebur serbuk dekstrin = 184 oC 2. Titik lebur serbuk dekstrin = 185 oC 3. Titik lebur serbuk dekstrin = 186 oC
Titik lebur dekstrin rata-rata = (184 + 185 + 186)
3 = 185
o
C
Sebelum Sesudah
b. Secara metode enzimatis
1. Titik lebur serbuk dekstrin = 182 oC 2. Titik lebur serbuk dekstrin = 182 oC 3. Titik lebur serbuk dekstrin = 183 oC
Titik lebur dekstrin rata-rata = (182 + 182 + 183)
3 = 182
o
C
73
Lampiran 24. Perhitungan derajat asam
Dimana : fp = faktor pengenceran = 100/50 ml = 2
a. Secara metode katalis asam
1. Bobot serbuk dekstrin : 5,0052 g Hasil titrasi : 0,75 ml
Derajat asam = 2 x 0,75 ml x 0,1 N x 100 g
5,0052 g
= 2,99
2. Bobot serbuk dekstrin : 5,0078 g Hasil titrasi : 0,65 ml
Derajat asam = 2 x 0,65 ml x 0,1 N x 100 g
5,0078 g
= 2,59
3. Bobot serbuk dekstrin : 5,0081 g Hasil titrasi : 0,75 ml
Derajat asam = 2 x 0,75 ml x 0,1 N x 100 g
5,0081 g
= 2,99
Derajat asam rata-rata = 2,99 + 2,59 + 2,99
3 = 2,86
Derajat asam = fp x ml titrasi x N NaOH x 100 g
74
Lampiran 24. (Lanjutan)
b. Secara metode enzimatis
1. Bobot serbuk dekstrin : 5,0042 g Hasil titrasi : 1 ml
Derajat asam = 2 x 1 ml x 0,1 N x 100 g
5,0042 g
= 3,99
2. Bobot serbuk dekstrin : 5,0092 g Hasil titrasi : 1,1 ml
Derajat asam = 2 x 1,1 ml x 0,1 N x 100 g
5,0092 g = 4,39
3. Bobot serbuk dekstrin : 5,0003 g Hasil titrasi : 1,2 ml
Derajat asam = 2 x 1,2 ml x 0,1 N x 100 g
5,0003 g = 4,79
Derajat asam rata-rata = 3,99 + 4,39 + 4,79