• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Apoteker perlu memperkenalkan eksitensi, fungsi, tugas dan tanggung

jawabnya baik pada tenaga kesehatan yang lain maupun pada masyarakat.

2. Apoteker perlu meningkatkan jalinan komunikasi dan kerjasama dengan

3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan responden yang berbeda, misalnya dokter spesialis, perawat atau apoteker sendiri.

4. Sebelum memulai penelitian hendaknya dilakukan orientasi terhadap peran

apoteker di rumah sakit yang bersangkutan, guna memperoleh gambaran mengenai peran yang telah dijalankan oleh apoteker di rumah sakit tersebut dan juga bagaimana hubungan kerjasama antara apoteker dan tenaga kesehatan lain di rumah sakit tersebut.

5. Pengambilan data tidak hanya melalui kuisioner saja, tetapi juga perlu melalui wawancara secara langsung dengan responden supaya diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jawaban yang diberikan responden.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79, Granit, Jakarta.

Anonim, 1989, Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/Menkes/Per/I/1989 tentang

Kewajiban Menulis Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1992, Undang-Undang No. 23 tentang Kesehatan, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah No. 32 tentang Tenaga Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1997, Undang-Undang No. 5 tentang Psikotropika, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1997, Undang-Undang No. 22 tentang Narkotik, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pendirian Apotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasani di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004b, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004c, Pharmacists supplementary prescribing,

www.rpsgb.org.uk/scotland, Diakses tanggal 29 April 2007.

Anonim, 2004d, Standar kompetensi Apoteker Indonesia, 1-19, ISFI, Yogyakarta.

Anonim, 2005, Patient Oriented Tantangan Apoteker kini,

http://www.fk.unpad.ac.id, Diakses 23 Februari 2007.

Anonim, 2006, Clinical Pharmacy Defined, http://www.accp.com/clinical

Anonim, 2007, Board of Pharmaceutical Specialties Announces New Board and Specialty Council Members and Officers for 2007, www.activematter.com, Diakses pada 11 Maret 2007.

Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek, Rineka

Cipta, Jakarta.

Aslam M., Tan. K. W., Prayitno. A., (ED), 2003, Farmasi Klinik (Clinical

Pharmacy): Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 3-25, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Azwar, 1999, Penyusunan Skala Psikologi, 6, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Helper, D.D., and Strand, L.M., 1989, Opportunities and Responsibilities in

Pharmaceutical Care, Am.J. Pharm.Educ., 53, 7S-15S.

Manurung, N., 2002, Studi Tentang Pendapat Dokter, Perawat dan Apoteker

Mengenai Gagasan Pelaksanaan Pelayanan Farmasi klinik di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, http://fa.lib.itb.ac.id/go.php, Diakses 22 Februari 2007.

Matsumoto, Y., Shimizu, M., Fukuoka, M., 2003, What doctors expect of a

pharmacist's work-how a pharmacist is evaluated by doctors, Yakugaku

Zasshi, Mar;123(3):173-8.

Miyazaki, N., Sekine, Y., Aoyama, T., Yasuno, N., Nakamura, H., Iga, T., 2004, Development and Evaluation Of Pharmaceutical Services In The ICU/CCU by Medical Staffs, Yakugaku Zasshi, May; 124(5):279-86.

Moberly, T., 2005, Will Community Pharmacists Really be Able to Prescribe

Independently?, The Pharmaceutical Journal, 274, 294.

Nawawi, 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, 31, 117, 141, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Nurdiati, T, 2005, Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dalam Perspektif Dokter

Spesialis di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Nurgiantoro, Gunawan, Marzuki, 2002, Statistik Terapan, 8, 316-320, Gajah

Mada University Press, Yogyakarata.

Poter, C., 2005, Non-medical prescribing: Where are we now and where are we heading?, www.dh.gov.uk, Diakses tanggal 29 April 2007.

Praktiknya, A.W., 2003, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-14, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Savitri, R, 2005, Persepsi Dokter Umum terhadap Profesi Apoteker Terkait Konsep Farmasi Klinik di Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta,

Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Siregar, C. J. P., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teoti dan Penerapan, 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalon, T. E., Regala, B. P., and Uriartc, G. G., ,1993, An Introduction to Research Methods, diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi 1, 136, Universitas indonesia Press, Jakarta.

Usman, H., 1995, Metodologi Penelitian Sosial, 4, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Yusmainita, 2001, Perlindungan Pasien Melalui Pelayanan Asuhan Kefarmasian

di Rumah Sakit Pemerintah,

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/huk-1.htm, Diakses pada 03 Maret 2006.

Yusmainita, 2003, Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah,

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012003/top-1.htm, Diakses pada 03 Maret 2006.

Yusmainita, 2002, Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/122002/top-1.htm, Diakses pada 03 Maret 2006.

Lampiran 1. Kutipan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Tujuan pelayanan farmasi, adalah:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai

obat.

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku.

e. Melakukan dan memberikan pelayanan bermutu melalui analisa,

telaah dan evaluasi pelayanan.

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah

dan evaluasi pelayanan.

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode. Tugas pokok apoteker dalam pelayanan farmasi di rumah sakit adalah:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional yang

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

d. Memberikan pelayanan yang bermutu melalui analisa dan evaluasi

untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunya standar pengobatan dan

Fungsi apoteker di rumah sakit meliputi:

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a.Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit

b.Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c.Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada

perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d.Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit

e.Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian

g.Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a.Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

b.Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan

c.Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan

d.Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan

e.Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga

g.Melakukan pencampuran obat suntik

h.Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i. Melakukan penanganan obat kanker

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k.Melakukan pencatatan setiap kegiatan l. Melaporkan setiap kegiatan

Kebijakan dan prosedur pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi: 1. pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi adalah untuk mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan prinsip farmako ekonomi dalam pelayanan, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

2. pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker, serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.

Kegiatan yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan, terdiri dari:

a. pengkajian resep

Pengkajian resep merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap amaupun rawat jalan.

b. dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validitas, interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai serta sistem dokumentasi. Tujuan dispensing adalah mendapat dosis yang tepat dan aman; menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara

oral atau enteral; menyediakan obat kanker secara efektif, efisien, dan bermutu; dan menurunkan total biaya obat.

Dispensing dibedakan menjadi dua berdasarkan atas sifat sediaannya, yaitu dispensing sediaan farmasi khusus dan dispensing sedian farmasi berbahaya. Dispensing sediaan farmasi khusus meliputi dispensing sediaan nutrisi parenteral dan pencampuran obat steril. Dispensing sediaan nutrisi parenteral merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Kegiatan ini dilakukan secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Dispensing sediaan obat steril merupakan kegiatan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien dengan menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.

Dispensing sedian farmasi berbahaya berupa penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun prosedur pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.

c. pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak

diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang; menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan; selain itu juga bertujuan untuk mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat.

d. pelayanan informasi obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia Farmasi dan Terapi; meningkatkan profesionalisme apoteker; serta menunjang terapi obat yang rasional.

e. konseling

Konseling merupakan suatu proses kegiatan yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling biasa dilakukan dengan cara membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. Dengan konseling apoteker dapat mengecek pemahaman

pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, guna mengoptimalkan tujuan terapi.

Tujuan dari konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, dan penggunaan obat-obat lain.

f. pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan memeriksa kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit, dengan tujuan mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.

g. visite pasien

Visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

bersama dengan tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan dapat yang

dilakukan apoteker sehubungan dengan visite pasien adalah memberikan

keterangan pada formulasi resep untuk menjamin penggunaan obat yang benar, melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian obat, selain itu dapat juga membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku setelah melakukan kunjungan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pemilihan obat yang tepat bagi pasien, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, dan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

h. pengkajian penggunaan obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efikasi, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu, membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain, penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, dan menilai intervensi atas pola penggunaan obat.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 disebutkan pula bahwa seluruh kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh rumah sakit ditentukan oleh sebuah organisasi yang disebut Panitia Farmasi dan Terapi. Panitia Farmasi dan Terapi beranggotakan dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya, sehingga mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi.

Tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah untuk menertibkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya, serta melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat. Fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi adalah:

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya,

pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subyektif terhadap efek terapi,

keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.

b. Melakukan evaluasi sebelum menyetujui atau menolak produk obat

baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan

yang termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada

staf medis dan perawat.

Peran apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi adalah:

a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris)

b. Menetapkan jadwal pertemuan

c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan

d. Menyiapkan dan membarikan semua informasi yang dibutuhkan

untuk pembahasan dan pertemuan

e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan

pada pimpinan rumah sakit

f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan

kepada seluruh pihak yang terkait

g. Melaksanakan keputusan yang telah disepakati dalam pertemuan

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman

penggunaan antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain

i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan

Panitia Farmasi dan Terapi

j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

l. Melaksanakan umpan balik baik hasil pengkajian pengelolaan dan

Lampiran 2. Kuisioner LEMBAR KUISIONER Identitas responden Nama : ………. Alamat : ………. Usia : ……….

Rumah sakit tempat praktek : ……….

Lama praktek di rumah sakit : ………. Petunjuk :

Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat dan keyakinan Anda.

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Respon No Pertanyaan

SS S TS STS

1. Apoteker adalah sebuah profesi yang menekuni ruang lingkup obat dan bertanggung jawab penuh pada pelayanan obat dan alat kesehatan. 2. Apoteker pada perkembangannya harus mulai

berorientasi pada pasien lebih dari berorientasi pada produk.

3. Apoteker harus memberikan perhatian pertama dan utama kepada kesejahteraan pasien dengan segala aspeknya.

4. Apoteker bertanggung jawab dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

5. Apoteker bertanggung jawab dalam

6. Apoteker tidak harus ikut bertanggung jawab dalam formularium obat.

7. Apoteker harus dapat berkomunikasi dengan dokter dan staf medis lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien.

8. Apoteker harus mendokumentasi setiap kegiatan untuk dilakukan evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian.

9. Apoteker harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

10. Apoteker bertanggung jawab dalam

memberikan informasi mengenai obat kepada staf medis dan perawat.

11. Apoteker harus bertanggung jawab mengenai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drugs related problem).

12. Apoteker tidak bertanggung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (terapeutic drugs monitoring).

13. Apoteker tidak harus menangani pencampuran obat suntik.

14. Apoteker tidak harus menangani nutrisi parenteral.

15. Apoteker harus menangani obat kanker atau sitostatistika.

16. Apoteker dapat mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.

17. Apoteker dapat membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan pada dokter dalam peresepan.

18. Apoteker tidak perlu memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

19. Keterlibatan apoteker seperti yang telah disebutkan di atas sangat membantu dokter dan staf medis lain dalam memaksimalkan proses terapi.

20. Pada perkembangan farmasi di masa

mendatang, apoteker dapat medampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat.

21. Pada perkembangan farmasi di masa mendatang apoteker dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien.

22. Pada perkembangan farmasi di masa

mendatang, apoteker dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju.

23. Pada perkembangan farmasi di masa

mendatang, apoteker dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assasement-nya di

medical record.

24. Pada perkembangan farmasi di masa

mendatang, apoteker dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis.

25. Keterlibatan apoteker secara langsung pada pasien bersama-sama dengan dokter dan staf medis lain sangat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Diah Regziana, merupakan anak pertama dari pasangan Suryadi dan Rubiah. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 27 Agustus 1985. Penulis Telah menyelesaikan studi di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Bogor pada tahun 1990, Sekolah Dasar Negeri 2 Jenarwetan Purworejo pada tahun 1997, SLTP Negeri 2 Ungaran pada tahun 2000, dan SMF Yayasan Farmasi Semarang pada tahun 2003. Setelah lulus dari SMF Yayasan Farmasi Semarang penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Darma pada tahun 2003. Selama Kuliah penulis aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti UKF Paduan Suara Fakultas (PSF) Veronica pada tahun 2003-2005, dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Islam Paingan pada tahun 2004-2005.

Dokumen terkait