BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan property dan real estate sebaiknya lebih
memperhatikan nilai debt ratio dan current ratio yang merupakan hasil
signifikan terhadap financial distress dengan terus memperbaiki dan
mempertahankan kinerja yang baik.
2. Memperbesar sampel penelitian, tidak hanya terbatas pada perusahaan
property dan real estate, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya seperti
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel lain
yang mempengaruhi financial distress atau dengan menggunakan rasio
keuangan lainnya.
4. Tidak semua perusahaan property dan real estate yang menyediakan laporan
keuangan yang dipublikasikan pada tahun 2011 sampai dengan 2014 dan
jumlah perusahaa setiap tahunnya berubah-ubah. Oleh sebab itu pada
penelitian selanjutnya diharapkan mendapatkan informasi yang lengkap dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan
menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk
mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan
interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi
untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2009:105) laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang
semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode
penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau
lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan (financial statement). Menurut
Harahap (2010: 121) bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai
berikut:
Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak
diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif
dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi
dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi
mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan
perubahaan di dalamnya.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain
termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon
investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat
analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah
perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan
ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian
Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami
laba selama dua tahun berturut-turut.
2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan ada
4 (empat) yaitu :
1. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik
yang terjadi selama periode tertentu.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas
selama peroide waktu tertentu.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
1. Mudah dipahami
Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya.
Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya
dengan wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang
secara wajar di harapkan dapat di sajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative
agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan
laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu
informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan.
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami
dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan
keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam
menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut
baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain
pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan
dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend
tertentu dalam laporan keuangan.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai
sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk
perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah
dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi
leader dalam industri.
3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan
analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data
keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat
rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan
analisis rasio.
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih
(2010) antara lain :
a) sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya.
b) sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasI ataumerger,
c) sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa
datang,
d) sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang
dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan
keuangan, yaitu:
a. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen
dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang
terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan
yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga
menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan
tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.
b. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di
luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya
diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan
kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.
c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan
data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain
mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode
waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode
dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan
maupun penurunan operasional perusahaan.
d. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada
satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk
mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
dua macam data keuangan. Menurut Riyanto (2010:329), analisa rasio keuangan
dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain
yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard)
untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali
karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto
(2010:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar (kewajiban Lancar).
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar
persediaan.
3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets
ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer (kewajiban lancar).
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana
efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang
termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi
uang tunai.
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa
kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam
dalam persediaan.
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana
efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan
kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau
solvabilitas diantaranya:
1. Rasio hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri.
3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan
membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau
dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban bunga.
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa
besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan
lancar.
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas
diantaranya:
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok
meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan
penjualan yang dilakukan perusahaan.
2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.
3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau
usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan
penjualan.
4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai
laba bersih yang diinginkan.
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan.
Menurut Harahap (2010:298) keterbatasan analisis rasio adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau
b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias
diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio
keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman (1968), yaitu:
1. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva
Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka
pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer
perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar
dikurangi dengan hutang lancar.
2. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan
dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi
perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya
peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan.
3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva
EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan
bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT
perusahaan dengan menggunakan total aktivanya.
4. Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang
Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan
nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik
perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan
akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya.
2.1.5.1 Current Ratio (Rasio Lancar)
2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio (Rasio Lancar) menurut kasmir (2008:134) merupakan “rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.’’ Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan suatu perusahaan.
Menurut Kuswadi (2005:78) rasio lancar merupakan “perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya.’’
Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu (2011) “rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.’’ Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa
menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur
yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka
pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau
rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir (2008:135) dari hasil pengukuran rasio apabila rasio
lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar
utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi
perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin.
2.1.5.2 Komponen Current Ratio (Rasio Lancar) 2.1.5.2.1 Current Assets (Aktiva Lancar)
Menurut Kasmir (2008:134) pengertian Current Assets atau aktiva lancar merupakan “ harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun).’’ Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat
berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih
harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:220) menyebutkan bahwa “kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi
dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling lama.’’
Aktiva lancar menurut Munawir (2004:117-119) yang termasuk dalam
kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut:
a) Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank (yang dapat di ambil setiap
saat)
b) Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi
jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau
harga pasar mana yang lebih rendah.
c) Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang.
d) Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya
penjualan barang secara kredit.
e) Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal
neraca masih di gudang atau belum terjual.
f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima:
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan
g) Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari
pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain
tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada
periode lainnya.
2.1.5.2.2 Current Liabilities (Hutang Lancar)
Menurut Kasmir (2008:134-135), hutang lancar merupakan “kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).’’ Artinya hutang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar
terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang
pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah
hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Menurut Munawir (2004:18) defenisi hutang lancar adalah “kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,”
Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain:
a) Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara
kredit.
b) Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan
pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating.
c) Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan
d) Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang
telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar.
f) Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan
menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa
belum dilaksanakan.
2.1.5.3 Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) 2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio
Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan “rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.’’ Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
Menurut Darsono (2005:54), Debt to asset ratio yaitu “ rasio total kewajiban terhadap asset.’’ Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan
dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan
peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam
Sedangkan menurut Lukman (2007:54) debt ratio merupakan “pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.’’
Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir (2008:156) dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi,
artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang
dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik