• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Pengetahuan kewirausahaan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap minat berwirausaha dalam penelitian ini. Pada penelitian ini pengetahuan yang dimiliki oleh siswa SMK Panca Budi 2 Medan sudah cukup baik. Pengetahuan yang dimiliki sudah sesuai dengan minat yang mereka pelajari. Pada penelitian ini peneliti memberi masukan agar siswa lebih mengembangkan pengetahuan dari segi pemasaran, MSDM, dan keuangan dari yang mereka miliki dan tidak takut untuk belajar hal-hal yang baru agar menambah wawasan dalam mempelajari ilmu berwirausaha sesuai dengan minatnya, dan siswa harus lebih giat lagi mempraktekkan hasil yang telah dipelajari disekolah.

2. Pada penelitian kemandirian pribadi memiliki pengaru positif terhadap minat berwirausaha, peneliti melihat kemandirian pribadi siswa SMK Panca Budi 2 Medan sudah cukup baik, ada baiknya terus mengenal, menggali, dan mengembangkan potensi diri agar siswa lebih produktivitas dan percaya diri dalam berwirausaha.

3. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini agar menjadi lebih luas dan menjadi suatu perbandingan bagi peneliti selanjutnya antara pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi terhadap Minat Berwirausaha khususnya di SMK. Serta diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menganalisis faktor-faktor lain terhadap minat berwirausaha untuk semakin memperkuat penilaian terhadap minat berwirausaha di remaja SMK.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoristis

2.1.1 Pengetahuan Kewirausahaan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Sudijono (2009: 50) pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang sudah pernah dialami, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Menurut Winkel (2004: 274) pengetahuan itu mencakup ingatan akan hal atau peristiwa yang pernah terjadi, dipelajari, disimpan dalam ingatan dan digali pada saat dibutuhkan. Sedangkan menurut Djaali (2007: 77) pengetahuan (knowledge) merupakan salah satu faktor kognitif yang merupakan kemampuan menghafal, mengingat sesuatu atau melakukan pengulangan suatu informasi yang sudah diresapi atau ditangkap.

Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih berkembang dan terus-menerus dikembangkan. Kewirausahaan muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Daryanto (2012: 2) kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sedangkan menurut Hendro (2011: 30) kewirausahaan adalah kemampan diri untuk mengelola sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan sehingga akan berguna dimasa depan. Menurut Soertyanto (2009: 3) kewirausahaan adalah salah satu usaha

kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan pekerjaan dan hasilnya berguna bagi orang lain. Sedangkan menurut Suryana (2010: 2) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan.

Premaratne (dalam Widding, 2005) menyatakan bahwa “pengetahuan kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengetahuan multifungsi yang terdiri dari produk, pasar, organisasi dan pendanaan. Dapat diasumsikan bahwa pengusaha tidak secara pribadi memegang semua “pengetahuan bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif”. Sedangkan Kuntowicaksono (2012) menyatakan bahwa pengetahuan wirausaha adalah pemahaman seseorang terhadap wirausaha dengan berbagai karakter positif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan peluang-peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang menguntungkan dirinya dan konsumennya”. Nursito dan Nugroho (2013) menyatakan bahwa “pengetahuan kewirausahaan didefinisikan sebagai tingkat pengetahuan sebagai hasil belajar setelah mengikut proses pendidikan kewirausahaan yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan usaha”.

Suryana dan Bayu (2010 : 66-67) menyatakan bahwa seorang wirausaha perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat mengarahkan dirinya guna memperoleh peluang usaha, menyusun konsep usaha, membuat perencanaan, masuk pasar, beroperasi (organisasi/sendiri), dan dengan demikian menikmati nilai tambah dan mengembangkan diri.

Menurut Suryana (2003:4) memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak disertai dengan kemauan, tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah:

1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.

2. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab. 3. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Dalam Bradstreet Business Credit Service (1993) 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan, yaitu :

1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. 2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar

pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien. 3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap

industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan/mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat. 6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien

mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan/ memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.

8. Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9. Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.

10.Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat (Triton, 2007). Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaaan yang bebas.

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan pelajaran adaptif yang berupa teori yang terdapat pada setiap Sekolah Menengah Kejuruan kelas X, XI, dan XII. Adapun tujuan dari mata pelajaran kewirausahaan menurut Kumara (2013) adalah:

1) Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-sehari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.

2) Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan seharihari di lingkungan masyarakatnya.

3) Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya.

4) Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha mikro/kecil dalam bidangnya.

2.1.1.2 Indikator Pengetahuan Kewirausahaan

Notoatmodjo (2010 : 27–28) menyatakan pengetahuan mencangkup enam tingkatan, yaitu :

1. Mengetahui (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantara mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan ini menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi, atau kondisi real, yaitu dengan menggunakan hukum, rumus, metode, prinsip dan situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

5. Tesis (Syntesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

Kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Kewirausahaan menurut Hendro (2011 : 30) adalah “suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri Anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup Anda di masa mendatang”. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2010 : 237) “kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses memulai suatu bisnis baru, biasanya dalam menjawab peluang yang muncul”.

2.1.2 Kemandirian Pribadi

2.1.2.1 Pengertian Kemandirian Pribadi

Menurut Erikson (dalam Desmita, 2011:185), kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Menurut Ranto (2007), kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan. Menurut Suryana (2013:34), kemandirian pribadi adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri.

Kemandirian mengandung pengertian :

1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi

3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya 4. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain (Suryana, 2006:33-34). Kemandirian ini juga dibutuhkan oleh seorang wirausaha, dia harus bisa mengatur dirinya sendiri dengan membuat keputusan bagaimana dia akan menjalankan usahanya. Kemandirian merupakan bagian penting sepanjang hidup manusia. Dari sekian banyak karateristik seorang wirausaha yang dikemukakan Frinces (2011-15,30), salah satunya adalah kemandirian.

Menurut Irwin (dalam Ranto 2007), di dalam kemandirian terdapat kedewasaan yang merubah pandangan seseorang dan mempengaruhi kehidupannya, orang yang tidak mandiri akan bereaksi hanya jika ada penghargaan dari orang lain. Sebaliknya, seseorang yang mandiri bereaksi untuk kepuasannya sendiri tanpa tergantung dari yang difikirkan orang lain. Itulah sebabnya bahwa seseorang yang mandiri akan melakukan apa saja yang

diinginkan merupakan kebebasan berfikir untuk memuaskan dirinya dan orang lain.

Kemandirian pribadi untuk memulai usaha, adalah (Riyanti, 2003:19) : a. Mengandalkan kemampuan sendiri

b. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri c. Keberanian menghadapi tantangan

d. Kebebasan berfikir

Dengan demikian kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan.

2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Dimiliki Dalam Kemandirian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian seseorang menurut Parker (2005: 87), yaitu:

1. Tanggung Jawab

Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta pertanggung jawaban atas hasil kerjanya. Anak-anak sebaiknya tumbuh dengan pengalaman tanggung jawab yang sesuai dan terus meningkat, misalnya anak-anak diberi tanggung jawab yang dimulai dengan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri. Anak-anak yang diberi tanggung jawabsesuai dengan usianya akan merasa dipercaya, berkompeten dan dihargai.

2. Mandiri

Percaya diri dan mandiri adalah dua hal yang saling menguatkan. Semakin anak dapat mandiri, dia akan semakin mampu mengelola kemandirian, kemudian mengukuhkan kepercayaan diri dan ketrampilan untuk mengembangkan kemandirian.

Mula-mula, anak didorong untuk menyelesaikan urusan mereka sendiri di rumah, mengerjakan keperluannya sendiri, tanpa pengarahan yang terus menerus, jadi ketika mereka pergi ke sekolah mereka akan mampu untuk melakukan dan hasilnya mereka bisa berkembang lebih cepat dan merasa percaya diri. Orang tua harus memberikan kesempatan dan waktu agar anak-anak bisa memiliki tugas-tugas praktis, mereka harus memahami metode atau cara bagaimana untuk menyelesaikannya dan bagaimana menghadapi frustasi yang tidak bisa dihindarkan.

3. Pengalaman Praktis dan Akal sehat yang Relevan

Akal yang sehat berkembang melalui pengalaman yang praktis dan relevan. Seseorang yang memiliki kemandirian akan memahami diantaranya mampu untuk;

a. Memenuhi kebutuhan makan untuk dirinya sendiri, lebih-lebih tahu bagaimana cara memasaknya.

b. Membuat keputusan rasional bagaimana membelanjakan uang sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

c. Menggunakan sarana transportasi umum dan menyeberang jalan. d. Bereaksi secara cepat dan tepat dalam berbagai situasi dan kondisi.

4. Otonomi

Merupakan kemampuan untuk menentukan arah sendiri (self determination) yang berarti mengendalikan atau mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Dalam pertumbuhannya, anak-anak semestinya memakai pengalaman dalam menentukan pilihan tentunya dengan pilihan yang terbatas dan terjangkau yang dapat mereka selesaikan dan tidak membawa mereka membawa masalah besar.

Sikap otonomi terkait adanya kontrol yang berlebihan dari orang dewasa, maka jangkauan anak untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri menjadi sangat terbatas. Ketika orang tua berdiri terlalu jauh di belakang dan melepaskan tanggung jawabnya untuk memberikan perhatian yang semestinya, anak-anak bisa menyalah gunakan tanggung jawab dan kontrol yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian dan pengamatan terhadap perkembangan dan kondisi anak supaya orang tua tidak terlalu menekan ataupun terlalu melepaskan tanggung jawabnya sebagai proses upaya meningkatkan perkembangan kemandirian anak.

5. Kemampuan Memecahkan Masalah

Dengan adanya dukungan dan arahan yang memadai, anak-anak akan terdorong untuk mencari jalan keluar bagi persoalanpersoalan yang praktis dan berhubungan dengan mereka sendiri. Misalnya ketika kita ditanya oleh anak-anak usia sekolah, apa yang bisa mereka lakukan ketika mereka bosan, maka kita bisa membantu mereka dengan hal-hal yang ingin

mereka kerjakan atau lakukan baik sendiri maupun bersama orang lain. Cukup dijelaskan saja jika mereka tidak bisa, sehingga mereka bisa mengingatnya agar dimasa mendatang mereka bisa menemukan jawaban sendiri dan membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.

2.1.2.3Indikator Kemandirian Pribadi

Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa substansi kemandirian terdiri atas:

1. Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan lingkungan,

2. Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan.

3. Kemampuan menerima konsekuensi atas segala keputusan yang di ambil.

2.1.3 Minat Berwirausaha

2.1.3.1 Pengertian Minat Berwirausaha

Minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari lingkungan. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginan (Qym, 2009).

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya merupakan

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat (Slameto, 2010: 180). Menurut Winkel (2004: 650) minat yaitu kecenderungan yang menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu sendiri. Sedangkan menurut Walgito (2004: 51) minat merupakan suatu keadaan dimana individu menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginannya untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikan lebih lanjut mengenai situasi tersebut. Menurut Purwanto (2006: 56) minat adalah perbuatan yang berpusat kepada suatu tujuan dan merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu sendiri. Dalam diri manusia terdapat motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya (Slameto, 2010: 180).

Mudjiarto dan Wahid (2005: 42) menyatakan bahwa bahwa umumnya orang berminat membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini:

1. Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan. 2. Memenuhi minat dan keinginan pribadi.

3. Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri.

Wirausaha memiliki arti menjalankan usaha. Menurut Ating Tedjasutisna (2004: 14) Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber data yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan tindakan yang tepat guna dalam memastikan kesuksesan. Menurut Suryana (2010: 6) wirausaha adalah orang yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (Opportunity) dan perbaikan (Preparation) hidup.

Subandono (2007), minat wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yangkemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Menurut Fuadi (2009), minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.

Minat berwirausaha muncul karena didahului oleh suatu pengetahuan dan informasi mengenai wirausaha yang kemudian dilanjutkan pada suatu kegiatan berpatisipasi untuk memperoleh pengalaman dimana akhirnya muncul keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut (Yekti Prasetyani, 2008: 13). Menurut Vebriyanti yang dikutip oleh Yekti Prasetyani (2008: 13) minat berwirausaha merupakan sesuatu ketertarikan pada diri seseorang terhadap kegiatan wirausaha dan keinginan untuk mempelajarinya lebih lanjut dengan cara memanfaatkan

sumber-sumber daya yang dimilki untuk memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada (Yekti Prasetyani, 2008: 13).

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah perasaan menyukai sesuatu yang kemudian ia ingin lebih mengetahuinya dan akan membuktikannya dengan melakukan kegiatan untuk meningkatkan hasil karyanya (meningkatkan penghasilan) dan mendorong individu untuk memusatkan perhatiannya, serta mempunyai perasaan senang dan mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan pengambilan resiko untuk menjalankan bisnis/usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang peluang bisnis yang ada untuk menciptakan bisnis baru dengan pendekatan inovatif.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat merupakan sesuatu hal yang sangat menetukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap siswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, menurut Ristanti sebagaimana yang dikutip dalam Sumarni (2006: 42-43) yaitu:

1. Kebutuhan Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi hidupnya. Keinginan untuk memperoleh

pendapatan itulah yang akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha (Sumarni, 2006: 42).

2. Harga Diri

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, karena dikaruniai akal, pikiran dan perasaan. Hal ini menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Berwirausaha dalam suatu bidang usaha dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi dan menghindari ketergantungan terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan seseorang berminat untuk berwirausaha (Sumarni, 2006: 42).

3. Perasaan Senang

Perasaan (feeling) adalah suasana batin yang tenang tesembunyi dan tertutup, seperti senang-tidak senang, suka-tidak suka (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 78). Perasaan bersifat subjektif dan temporer, dipengaruhi kondisi di dalam diri individu serta kekuatan faktor luar. Perasaan tertentu muncul dari kebiasaan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 78). Perasaan juga dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri (Wasty Soemanto, 2006: 37). Jadi perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tangggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidaklah sama antara orang yang satu dengan yang lain.

Rasa senang berwirausaha akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan menimbulkan minat berwirausaha.

4. Peluang

Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut untuk berwirausaha (Sumarni, 2006: 43). Dalam mengidentifikasi peluang usaha yang akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut untuk berwirausaha, untuk menggali peluang seorang wirausahawan harus berpikir secara positif dan kreatif diantaranya:

a) Harus percaya dan yakin bahwa usaha atau bisnis bisa dilaksanakan. b) Harus menerima gagasan-gagasan baru di dalam dunia usaha

c) Harus bertanya kepada diri sendiri

d) Harus mendengarkan saran-saran orang lain (Ating Tejdasutisna, 2005: 17)

5. Lingkungan keluarga

Merupakan lingkungan pendidikan pertama, karena di dalam keluarga inilah anak-anak pertama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga (Hasbullah 2009: 38). Rasa

tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Salah satu unsur kepribadian adalah minat (Maman Suryaman, 2006: 25). Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung (Maman Suryaman, 2006: 25). Orang tua

yang berwirausaha dalam bidang tertentu dengan cara melibatkan anak secara langsung, maka akan menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha.

6. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik dikawasan tempat tinggalnya maupun di kawasan lain (Maman Suryaman, 2006:26). Kehidupan masyarakat akan memberikan

Dokumen terkait