• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Penelitian yang dilakukan masih memiliki fokus pada pengembangan sistem pakar agribisnis cabai merah (Capsicum annuum. L). Sistem pakar yang dibangun belum mengakomodasi pengetahuan-pengetahuan budidaya semua cabai secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Sistem yang ada saat ini masih terpisah satu sama lain, yaitu sistem yang berbasis web dan sistem yang berbasis android. Pada penelitian berikutnya diharapkan bisa dilakukan integrasi sistem secara menyeluruh terhadap sistem pakar agribisnis yang sudah dikembangkan, sehingga menjadi suatu kesatuan framework untuk mendukung pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian. Selain itu juga sebagai media update konten basis data untuk kedua sistem tersebut.

2. Pengunaan database harga yang terkoneksi secara online dengan suatu web site yang menyediakan informasi harga secara terupdate dengan pemanfaatan teknologi JSON sehingga bisa dilakukan parsing untuk beberapa parameter tertentu yang dibutuhkan.

3. Dikembangkan sistem pakar untuk beberapa komoditi pertanian lain yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat, sehingga model/ pilihan konsultasinya bisa lebih luas dan menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, 2009. www.bps.go.id [21 Mei 2012].

Berke, T., et al. 2005. Suggested Cultural Practices for Chili Pepper. AVRDC - World Vegetable Center. Publikasi. Vol 05, No.620, Februari 2005. Erlan. 2011. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuun L)

Berbasis WAP. Tesis Master. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB.

Faihah, Siti Eha. Kudang B.S. dan Suryo Wiyono. 1999. Sistem Pakar untuk Identifikasi Penyakit Tanaman Cabal Besar Merah (Capsicum annuum L.). Buletin Keteknikan Pertanian. Vol. 13, No.3, Desember 1999.

FAOSTAT. 2012. Food and Agricultural commodities production 2009. Food Agricultural Organisation (FAO). http://faostat.fao.org [4 Maret 2012]. Galitz, Wilbert O. 2007. The Essential Guide to User Interface Design-An

Introduction to GUI Design Principles and Techniques. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Gonzalez-Diaz, P. Mart L, nez-Jimenez, F. Bastida, and J. L. Gonzalez-Andujar. 2009. Expert system for integrated plant protection in pepper (Capsicum annuun L.). Expert Syst. Appl. 36, 5 (July 2009), 8975-8979. http://dx.doi.org/10.1016/j.eswa.2008.11.038 [06 Januari 2012].

Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Bogor : IPB press.

Meier, R. 2009. Professional Android 2 Application Development. Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.

Owens, Mike. 2010. Oracle Berkeley DB SQL API vs. SQLite API – Integration, Benefits and Differences. USA: Oracle Corporation.

Prajnanta, F. 1999. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim hujan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Safaat H, Nazruddin. 2012. Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika.

Satzinger, John, et al. 2007. System Analys and Design, 4th Ed., Thomson Course Tech., Canada.

Srikantaiah, T. Kanti & Michael E.D. Koenis (ed). 2000. Knowledge Management for The Information Professional, New Jersey: Information Today. Sumardjo. 2004. Teori & Praktek Kemitraan Agribisnis. Bogor: Penebar

Swadaya.

Supriyanto. 2011. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuun L). Tesis Master. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB.

Tamba, Mariati. 2007. Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya Bagi Petani Sayuran: Pengembangan Model dalam Pemberdayaan petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat. Disertasi Doktor. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB. Turban, Efrain, Jay E. Aroson, dan Ting-Peng Liang. 2007. Decission Support

System and Intelligence System sevent edition. United State of America: Prentise Hall.s

Wardani, N. Purwanta, Jamhari H. 2010. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung: Agroinovasi.

Widodo, et al., 2012. Pengenalan beberapa gangguan penting dalam produksi cabai dan kemungkinan pengendaliannya. Bogor. IPB.

Ya-Feng, Qi. WU Li-ming. WEN Jin-fen. Chen-yuan. 2007. Design and Implementation of Expert System for Hot-Pepper Nutrition Diagnosis Based on Index Lists. Journal of Kunming University of Science and Technology (Science and Technology) 2007-2.

http://www.cumscore.com [Anonim, Diakses pada 30 April 2012]. http://www.developer.com [Anonim, Diakses pada 16 Februari 2012]. http://www.eclipse.org [Anonim, Diakses pada 17 Januari 2012].

http://www.teknojurnal.com/2011/06/24/perilaku-pengguna-handphone-di-indonesia/ [Firman Nugraha, Diakses pada 1 Desember 2012] http://discovermobilelife.com [Anonim, Diakses pada 24 November 2012]

LAMPIRAN

PENGENALAN BEBERAPA GANGGUAN PENTING DALAM PRODUKSI CABAI DAN KEMUNGKINAN PENGENDALIANNYA

Widodo, Suryo Wiyono, dan Hermanu Triwidodo Departemen Proteksi Tanaman

Tanaman cabai, sebagaimana tanaman lain dalam proses produksinya banyak mengalami gangguan, diantaranya hama dan penyakit. Untuk mencapai hasil pengendalian yang optimal diperlukan strategi yang baik yang berkaitan pemahaman terhadap komponen-komponen penyusun terjadinya gangguan tersebut. Pemahaman ini sangat penting dalam menyusun strategi pengendalian berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu yang diharapkan memberikan hasil optimal dan ramah terhadap lingkungan ekosistem sehingga produksi cabai dapat berkelanjutan.

Langkah awal dalam pengendalian terhadap gangguan pada tanaman adalah pengenalan penyebabnya, karena pengenalan tersebut dapat memahami lebih baik terhadap sifat-sifatnya. Buku panduan ini disusun dengan harapan setiap pembacanya yang berasal dari berbagai kalangan dapat memahami dengan mudah, terutama dalam mengindentifikasi penyebab gangguan tersebut dengan mudah. Dalam buku ini juga diberikan secara sederhana tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan gangguan tersebut, sehingga pemakai dapat menentukan cara pengendalian yang lebih strategis. Dalam identifikasi penyebab gangguan tersebut, lebih ditekankan pada pengenalan gejala di lapang dengan cara yang sangat sederhana. Untuk identifikasi penyebab-penyebab tertentu tidak dapat dilakukan secara tepat dengan menggunakan buku ini.

A. Kecambah yang muncul Keadaan tanah pesemaian normal Benih tidak berkecambah, - Benih terlalu lama

hanya sedikit membusuk, gagal muncul - Ditamam terlalu dalam/dangkal - Tanah memadat/retak-retak

- Terkena pupuk anorganik

- Benih dimakanburung/ serangga tanah

Tanah pesemaian basah Tanah terendam lebih dari 1 hari Benih kekurangan oksigen Cuaca dingin atau cahaya kurang Benih tampak Masalah cuaca atau normal naungan

Benih busuk patogen tular tanah Kecambah serangan belatung muncul tidak lalat bibit

merata

Kecambah muncul dan terlihat cendawan seperti kapas Rebah kecambah oleh cendawan cepat membusuk ; terutama di pagi hari Pythium atau Sclerotium

cuaca lembab

busuk kering berwarna kecoklatan Rebah kecambah oleh cendawan Rhizoctonia atau Fusarium (Gambar 1A, B)

tidak terlihat penampakan apapun Kerusakan karena pupuk (anorganik) atau kandungan garam tanah tinggi

pertumbuhan terhambat seluruh bedeng daun belang warna hijau muda; - penempatan pupuk (anorganik)/pestsida daun memutih; pangkal kecambah pada kedalaman yang tidak sesuai

membengkak - penanaman benih dengan kedalaman yang tidak sesuai

daun berbintik, terlihat berbercak; - polusi udara

pinggiran daun seperti terbakar - keracunan bahan kimia

pinggiran dan ujung daun seperti pupuk anorganik yang terlalu banyak atau terbakar ; perakaran kecoklatan kandungan garam tanah yang terlalu tinggi dan sedikit membusuk

tanaman kerdil; terdapat belatung kerusakan karena serangga (lalat bibit) pada perakaran

gejala berkelompok

kecambah terpotong di permukaan serangan ulat tanah tanah

perakaran berbintil nematoda bintil akar

perakaran busuk cendawan tanah atau kandungan garam tanah tinggi batang mengecil pada

bagian dekat tanah

terlihat cendawan seperti kapas cendawan Pythium

busuk kering berwarna kecoklatan Fusarium atau Rhizoctonia

A. Tanaman bergejala pangkal batang warna coklat tua atau hitam ; benang- busuk batang , cendawan Phytophthora

berkelompok membusuk benang cendawan tidak tampak jelas capsici (Gambar 2A, B )

warna coklat ; batang di atas dan di busuk pangkal batang,

bawah garis tanah rusak ; terlihat cendawan Sclerotium rolfsii (Gambar 3A,B) benang-benang cendawan berwarna

putih dan butiran-butiran berwarna putih sampai coklat di sekitar pangkal batang

pembusukan menggelangi di dekat di daerah berhawa sejuk cendawan permukaan tanah ; warna coklat Pythium

di daerah berhawa panas cendawan Rhizoctonia / Fusarium

cabang atau warna coklat tua – hitam; cendawan Phytophthora

ranting mati agak kebasahan; terlihat lapisan tipis capsici

berwarna putih terutama pada pagi hari

bercak warna putih di bagian tengah dan cendawan Stemphylium solani atau dikelilingi warna yang lebih gelap ; terlihat Colletotrichum capsici atau C.

bintik-bintik hitam atau merah jambu gloeosporioides (Gambar 4 A,B ) gejala dimulai dari pucuk atau bunga; penyakit sentik disebabkan cendawan warna coklat sampai hitam ; koloni cendawan Choanephora cucurbitarum

bergejala atau warna tajuk pada awal gejala ; jika pangkal batang Pseudomonas

berkelompok berubah jika batang dibelah dipotong dan dicelupkan solanacearum berwarna coklat ke dalam air bening (Gambar 6 A, B) keluar lendir

kelayuan pelan-pelan

didahului penguningan Layu Fusarium daun bawah ; jika pangkal cendawan Fusarium

batang dipotong dan oxysporum atau dicelupkan ke air bening F. solani

tidak keluar lendir (Gambar 7 A, B )

kondisi perakaran jelek ; tempat ditemukan tanaman akar kekurangan jika batang dibelah sakit tanahnya tergenang / oksigen karena

tidak terlihat warna coklat sangat becek lebih dari tanah terlalu

1 hari banyak air

akar terpotong drainase tanah nematoda perusak akar;

atau membusuk baik kerusakan karena pupuk; kadar garam tanah tinggi

drainase tanah cendawan dalam tanah; jelek kadar garam tanah tinggi

terlihat bintil-bintil nematoda puru akar pada akar Meloidogyne (Gambar 8 A,B )

Tanaman warna daun berubah; daun pucuk tanaman sakit awalnya virus yang ditularkan oleh serangga bergejala tumbuh tidak normal; lebih banyak terlihat (Gambar 9, 10, 11)

berkelompok terlihat adanya warna hijau tua di bagian pinggir lahan bercampur dengan warna

atau hijau muda (mosaik); awalnya tanaman terlihat virus yang terbawa benih dan daun terpilin atau melengkung; secara acak kemudian ditularkan serangga

pertumbuhan terhambat menyebar di sebelahnya (Gambar 12 ) membentuk kelompok

bercak atau hawar daun ; cabang bercak membulat atau atau ranting juga terserang ; bersudut dengan

gejala lebih banyak pada daun lingkaran konsentris dan bercak daun Alternaria tua pinggiran kuning ; cendawan Alternaria

umumnya dari daun tua

bercak membulat, bagian tengah

berwarna putih / coklat jerami mati ranting ; bercak daun dengan pinggiran berwarna gelap; cendawan Cercospora atau di tengah bercak terlihat bintik- Colletotrichum

bintik hitam kecil

bergejala buah busuk atau masih terjangkau berair, kemudian buah lembek capsici (Gambar 13 ) berkelompok oleh percikan tanah dan berkerut

buah yang busuk tidak umumnya dimulai dari tangkai

berhubungan dengan buah; buah melunak dan berair; bakteri Erwinia (Gambar 14 ) letaknya pada tanaman buah terkulai dan tetap tergantung

gejala awal buah melunak, warna

hijau kecoklatan; massa cendawan cendawan Botrytis

seperti tepung berwarna abu-abu (Gambar 15 ) terlihat jelas

busuk lunak pada ujung buah;

ditutupi oleh massa cendawan cendawan Choanephora

berwarna hitam

gejala seperti berair dimulai dari

ujung buah, kemudian berubah. busuk ujung buah, menjadi coklat terang (warna kekurangan kalsium (Ca) jerami) dan terlihat mengeras; (Gambar 16 )

B. Di lahan tanaman gejala pada semua umur bercak berkembang cepat, sakit tersebar acak ; pada daun daun, terutama bentuk tidak beraturan, cendawan

perakaran baik dekat permukaan tanah warna hijau tua, kebasahan Phytophthora capsici berwarna coklat muda

dimulai dari terlihat gejala mosaik; daun terpilin

daun pucuk atau melengkung; pertumbuhan penyakit yang disebabkan terhambat; dijumpai serangga trips, oleh virus

kutu kebul, wereng daun, atau (Gambar 9, 10, 11, 12 ) kutu daun

dijumpai serangga daun salah bentuk,

atau tungau melengkung ke bawah, kerusakan oleh mengkerut di bagian kutu daun

pinggir, terlihat jelaga (Gambar 17 A,B ) daun melengkung

ke bawah seperti sendok kerusakan terbalik; daun menyempit oleh tungau kadang seperti tali, (Gambar 18 ) menebal; permukaan bawah

berwarna seperti perunggu daun salah bentuk,

melengkung ke atas seperti

bentuk perahu; mengkerut kerusakan kadang seperti tali; bagian oleh Thrips permukaan bawah daun (Gambar 19) berwarna keperakan, mengkilat

kemudian berubah warna coklat mengkilat di dekat tulang daun

sakit tersebar acak, pada daun pada daun yang dengan lingkaran konsentris dan cendawan Alternaria perakaran baik lebih tua pinggiran kuning

bercak membulat, bagian tengah

berwarna putih / warna jerami, bercak daun oleh pinggiran berwarna gelap; cendawan Cercospora

di tengah bercak terlihat bintik- atau Coletotrichum

bintik kecil berwarna hitam (Gambar 20 )

bercak kecil (kurang dari 3 mm),

membulat, pusat bercak putih bercak daun oleh dengan pinggiran gelap; jika cendawan Stemphylium

bercak sangat banyak daun akan solani (Gambar 21) menguning dan gugur

mula-mula nampak bintik / bercak warna kuning (klorosis) di atas

permukaan daun, warna berubah embun tepung oleh menjadi coklat; kadang-kadang cendawan Oidiopsis

terlihat lapisan tepung warna sicula (Gambar 22, 23 ) putih / abu-abu di permukaan

bawah daun

Di lahan, tanaman sakit gejala terjadi pada bercak kebasahan, melekuk, antraknosa, yang disebabkan tersebar acak, perakaran pada buah buah menjelang warna merah tua sampai oleh cendawan Colletotrichum

baik masak coklat, ukuran 3 – 4 cm, capici atau C. gloeosporioides

ditutupi oleh bintik-bintik (Gambar 24 ) hitam atau merah jambu

terjadi pada buah mengecil, salah bentuk, disebabkan serangan tungau semua umur buah permukaan buah burik dan (Gambar 25 )

kasar

buah salah bentuk, permukaan disebabkan serangan Thrips kasar, terlihat alur-alur seperti (Gambar 26 )

jaring-jaring

No. Jenis gangguan Faktor-faktor yang memperparah Kemungkinan cara pengendalian 1.

2.

3.

Benih busuk, tidak banyak yang muncul

Rebah kecambah

Busuk batang / buah

Phytophthora

- tanah pesemaian terlalu padat

- penggunaan pupuk anorganik atau pestisida ke tanah yang terlalu banyak

- tanah terlalu becek/tergenang atau terlalu kering - kedalaman penanaman benih yang tidak tepat - tanah pesemaian terlalu becek

- benih tidak sehat dan disimpan terlalu lama pada suhu kamar

- naungan pesemaian terlalu rapat sehingga aliran udara kurang baik

- penggunaan pupuk organik yang belum matang

- drainase lahan kurang bagus

- banyak terjadi pada musim hujan atau dilakukan penyiraman dari atas

- pemupukan nitrat (urea) terlalu banyak

- penanaman cabe terus menerus, atau dirotasi dengan terong, timun-timunan atau tomat

- pengolahan tanah yang cukup dan penambahan bahan organik yang matang agar tanah gembur - drainase tanah pesemaian diperhatikan agar tidak terjadi penggenangan atau terlalu becek

- bedengan pesemaian dibuat agak tinggi

- memilih lokasi pesemaian yang baik drainasenya - menggunakan benih yang terjamin kualitasnya, jika membenihkan sendiri dipilih dari tanaman yang tumbuhnya terbaik dan dari buah yang tidak bergejala penyakit

- membuat bedengan yang lebih tinggi dari tanah - menyimpan benih pada suhu dingin (di kulkas) - pupuk organik yang digunakan sudah matang - menjaga bedengan pesemaian jangan terlalu lembab - bedengan pesemaian ditutup dengan plastik bening selama 2 – 3 minggu dan dibiarkan terkena sinar matahari sebelumbenih ditebar (solarisasi tanah) - jika diperlukan benih dapat diberi perlakuan fungisida berbahan aktif mancozeb, benomyl atau metalaxyl

- menghindari tanah tergenang atau terlalu becek - menanam pada bedengan yang lebih tinggi - tidak terlalu banyak menggunakan pupuk nitrat jika kondisi tanah tidak terlalu masam dapat digunakan pupuk ammonium sulfat (ZA)

No. Jenis gangguan Faktor-faktor yang memperparah Kemungkinan cara pengendalian

4.

5.

Busuk pangkal batang

Sclerotium

Layu Fusarium

- banyak terjadi di daerah berudara hangat dan lembab - kandungan air tanah yang terlalu tinggi

- sisa-sisa tanaman yang banyak tertinggal menjadi sumber makanan untuk bertahan

- penyakit banyak terjadi pada tanah yang kandungan airnya tinggi (drainase jelek) dan suhu udara panas

- bedengan ditutup dengan jerami atau mulsa plastik untuk menghidari cipratan tanah oleh air hujan atau penyiraman

- penggunaan pupuk kandang yang sudah matang - rotasi dengan tanaman famili graminae (jagung sorghum, rumput gajah dll) dapat membantu mengurangi penyakit

- pengolahan tanah yang dalam sehingga sklerotia cendawan dan sisa tanaman terkubur untuk mengurangi serangan, karena hanya sklerotia yang terletak di permukaan yang dapat menyerang

- penutupan bedengan dengan jerami untuk mencegah kontaknya sklerotia dengan batang

- jika memungkinkan, sebelum penanaman bedengan dapat ditutup dengan plastik bening (ketebalan 0.5 mm) selama 3 minggu dan dibiarkan terkena sinar matahari (solarisasi tanah)

- perbaikan drainase tanah

- penggunaan pupuk kandang yang matang untuk memperkaya mikroba antagonis tanah

- penambahan sisa-sisa kulit udang, kulit kerang yang dicampur dengan pupuk kandang ke dalam lubang tanam dan dibiarkan selama 1-2 minggu - jika memungkinan dapat dilakukan solarisasi tanah

5.

6.

7.

Layu bakteri Pseudomonas Solanacearum

Busuk buah Erwinia

Nematoda

- banyak terjadi di daerah dengan curah hujan tinggi atau pada musim hujan

- serangan berat jika pemupukan N (nitrat), mis. urea terlalu tinggi

- drainase tanah jelek

- penanaman cabai terus menerus atau rotasi dengan famili solanaceae (terong, kentang, tomat, dll.)

- penyakit ini lebih banyak terjadi pada pasca panen, walaupun dapat juga menyerang di lapang terutama kondisi lembab dan hangat atau curah hujan tinggi - kerusakan oleh serangga di lapang mempercepat infeksi

- pencucian buah setelah panen akan memperbesar terjadinya serangan dalam pengangkutan

- banyak terjadi di daerah dengan suhu hangat dengan kondisi tanah yang gembur (berpasir tinggi)

- penanaman cabai terus menerus atau rotasi dengan tanaman solanaceae lainnya (tomat, terung)

- menghindari pemupukan nitrat yang terlalu tinggi; penggunaan mulsa plastik perak mempertinggi kemampuan serap nitrogen oleh tanaman menjadi lebih tinggi, oleh karena itu jika menggunakan mulsa ini, dosis nitrogen perlu dikurangi (kurang lebih 30 persen dari anjuran untuk setiap lokasi) - penggunaan pupuk ammonium sulfat (ZA) dilaporkan dapat mengurangi penyakit ini - rotasi tanaman dengan famili graminae (jagung, sorgum, dll.)

- jika memungkinkan, solarisasi tanah dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pengendalian - menghindari kerusakan buah oleh serangga di lapang

- memperkecil pelukaan pada saat pemanenan - jika perlu dicuci, sebaiknya air ditambah dengan klorin (pemutih) dengan konsentrasi 0.5 % kemudian dikering anginkan

- rotasi dengan tanaman rumput-rumputan (jagung, sorgum, atau padi gogo)

- jika tanah dapat disawahkan, rotasi dengan padi sawah

- jika diperlukan penggunaan nematisida dapat

No. Jenis gangguan Faktor-faktor yang memperparah Kemungkinan cara pengendalian 8.

9.

Penyakit oleh virus

Antraknosa

- umumnya banyak terjadi pada musim kemarau, karena terkait dengan populasi vektornya

- menanam tanaman inangnya secara terus menerus - menanam di dekat lahan yang terserang berat

- menanam benih yang telah terinfeksi, beberapa virus dapat terbawa benih (misal tobacco mosaic virus /TMV)

- banyak terjadi pada musim hujan, atau kondisi lahan yang terlalu lembab

- dapat bertahan pada sisa tanaman yang jatuh di tanah dan akan menjadi sumber infeksi, oleh karena itu penanaman terus menerus akan meberi peluang semakin besar untuk terserang bagi tanaman berikutnya

- penggunaan benih yang tidak sehat (penyebabnya dapat terbawa benih)

Pengendalian virus lebih banyak diarahkan kepada penggunaan varietas tahan (sedang dikembangkan) dan pencegahan terjadinya kontak dengan vektor - menanam tanaman penahan (barier) seperti jagung sebelum penanaman dapat mengurangi peluang terserang oleh penyakit ini

- eradikasi terhadap tanaman bergejala akan mengurangi sumber infeksi

- untuk virus yang dapat terbawa benih, benih dapat direndam dengan larutan 10 % trisodium fosfat selama 2 jam

- untuk virus yang dapat ditularkan secara mekanis (sepertii TMV), sebaiknya pemangkasan tunas tidak dilakukan pada tanaman yang sakit dahulu, atau setelah memangkas tanaman sakit tangan dicuci dahulu dengan dterjen atau alkohol 70 % - menghindari lahan yang terlalu lembab

- buah sakit yang jatuh sebaiknya tidak dibiarkan berada di lapang

- tidak menanam terus menerus di satu lahan (perlu rotasi)

- menggunakan benih yang terjamin kesehatannya, jika membenihkan sendiri pilih buah yang sehat (misal mengambil benih dari tanaman pada musim kemarau akan memperkecil peluang benih membawa penyebab penyakit)

- jika diperlukan dapat digunakan fungisida yang dianjurkan, dengan menggilir jenis bahan aktifnya

10. Tungau, Thrips, Kutu Daun, Kutu Kebul

- Banyak terjadi pada musim kemarau /curah hujan, tanaman terlindung

- Menanam di sekitar lahan yang terserang berat oleh hama-hama tersebut

- Khusus untuk kutu daun, ledakan sering terjadi karena aplikasi insektisida yang intensif untuk mengendalikan hama lainnya yang dapat membunuh predator kutu daun

- Jika tidak banyak hujan, tungau dan thrips dapat dikendalikan dengan penyemprotan tajuk tanaman dengan air dari arah bawah

- Untuk kutu kebul, penyemprotan dengan sabun mandi (bukan deterjen)

- Tumpang sari dengan bawang-bawangan dapat membantu mencegah kutu daun dan tungau - Penanaman bunga Tagetes (jawer kotok) di sekitar pertanaman membantu mencegah serangan Thrips dan kutu kebul

- Penyemprotan dengan cairan bawang putih diketahui dapat mengendalikan tungau dan kutu daun

- Pemasangan papan/plastik berwarna kuning dan diolesi perekat untuk menjebak kutu daun dan kutu kebul, sedangkan yang berwarna biru muda untuk menjebak thrips

- Jika diperlukan penggunaan pestisida, digunakan secara tepat dan pastikan bahan aktifnya tidak membunuh predator kutu daun

Gambar 1 A. Gejala rebah kecambah Gambar 1B. Gejala rebah kecambah

Gambar 2 A. Busuk batang Phytophthora

Gambar 2B. Gejala pada pangkal batang

Gambar 3A. Busuk pangkal batang Sclerotium

Gambar 3B. Cendawan Sclerotium Pada pangkal batang

Gambar 4A. Gejala mati ranting

oleh Colletotrichum

Gambar 4B. Gejala bercak Stemphylium

pada cabang

Gambar 5A. Gejala penyakit sentik pada cabang /ranting

Gambar 5B. Cendawan penyebab sentik

Choanephora cucurbitarum

Gambar 6A. Gejala layu bakteri

Pseudomonas solanacearum

Gambar 6B. Lendir bakteri yang keluar air bening

Gambar 7A. Gejala layu Fusarium di lapang (terlihat penguningan tajuk)

Gambar 7B. Warna coklat pada pembuluh akibat serangan Fusarium

Gambar 8A. Gejala serangan nematoda (tanaman merana seperti kekurangan hara)

Gambar 8B. Sistem perakaran yang terserang nematoda (akar berbintil-bintil kecil)

Gambar 11. Gejala virus Gambar 12. Gejala oleh TMV

Gambar 13. Busuk buah oleh

Phytophthora capsici

Gambar 14. Busuk lunak pada buah oleh bakteri Erwinia

Gambar 15. Busuk buah oleh cendawan

Botrytis cinerea (daun sakit yang menempel adalah sumber infeksi)

Gambar 16. Busuk ujung buah karena kekurangan kalsium (Ca)

Gambar 17A. Kerusakan oleh kutu daun Gambar 17B. Penampakan tanaman Terserang kutu daun

Gambar 18. Gejala serangan tungau pada daun (daun

melengkung ke bawah)

Gambar 19. Gejala serangan Thrips pada daun (daun melengkung ke atas

Gambar 22. Gejala awal embun tepung Gambar 23. Gejala lanjut embun tepung

Dokumen terkait