• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Agribussiness Expert System Based On Android

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Agribussiness Expert System Based On Android"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR AGRIBISNIS CABAI

(

CAPSICUM ANNUUM.L

) BERBASIS ANDROID

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum annuumm. L) Berbasis Android” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di Bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2012

(3)

ABSTRACT

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN, Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Agribussiness Expert System Based On Android. Under supervisioning of KUDANG BORO SEMINAR, AZIZ KUSTIYO, and WIDODO.

The objective of the research was to develop a consultation system for Chili Pepper (Capsicum annuum. L) agribusiness based on android. The method included problem identification, the search knowledge sources, knowledge acquisition, knowledge representation and consultation system development based on android. Knowledge from the expert and other’s materials has been captured and represented to develop the system. The system development was done by using extreme programming (XP) which included the stages of analysis, design and implementation. The results of this research is a chili pepper agribusiness expert system based on android which consists of nine consultation modules like choosing the best cultivar, fertilizing recommendation, land preparation, identified disease, controlling insect pest, farmers income and profit gain, after harvest’s technique, government policy, and price information

based on user’s location. The system was running well on the android phone. Users can download the application from http://apps.cs.ipb.ac.id or http://appsriset.ipb.ac.id as a mirror link, then install it on their smartphone or computer tablet .

(4)

RINGKASAN

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN, Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Android. Dibawah bimbingan KUDANG BORO SEMINAR, AZIZ KUSTIYO, dan WIDODO.

Penelitian yang berkaitan dengan teknik penyebarluasan informasi pertanian khususnya agribisnis cabai dilakukan oleh Supriyanto (2011), yaitu Sistem Konsultasi Online Agribisnis cabai (Capsicum annuum L.). Sistem konsultasi tersebut merupakan sistem konsultasi yang berbasis web dan membahas mengenai analisis kebutuhan materi konsultasi sampai dengan perancangan sistem konsultasi secara online. Erlan (2011) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama, hanya saja sistem yang dibangun berbasis wap yang diperuntukkan bagi pengguna mobile phone (ponsel).

Akses terhadap sistem konsultasi berbasis web dan wap memerlukan koneksi jaringan/ internet. Kebutuhan akan internet berarti kebutuhan akan biaya akses internet. Penelitian ini dilaksanakan untuk meminimalisasikan penggunaan internet dalam pengaksesan konten informasi yang dibutuhkan sehingga bisa mengurangi biaya. Pengembangan sistem pakar ini dilakukan dengan teknologi mobile yang saat ini perkembangannya sangat pesat yaitu android. Modul dan basis data pada aplikasi berbasis Android ini akan diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan aplikasi android siap pakai. Calon pengguna aplikasi bisa menginstal sistem ini ke dalam perangkat android kemudian menggunakannya. Koneksi melalui jaringan internet hanya diperlukan ketika pengguna melakukan pengunduhan aplikasi ataupun melakukan proses update sistem. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan fungsi-fungsi yang akan memaksimalkan akses terhadap informasi misalnya akses data real time berbasis lokasi pengguna perangkat Android.

(5)

dilakukan meliputi identifikasi masalah, studi literatur dan konsultasi pakar yang tertuang dalam representasi pengetahuan, dan pengembangan sistem pakar itu sendiri. Penelitian dilaksanakan pada Januari 2012 sampai dengan September 2012 di Departemen Ilmu Komputer dan Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB

(7)

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR AGRIBISNIS CABAI

(

CAPSICUM ANNUUM

.L) BERBASIS ANDROID

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN

G651100251

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Komputer pada Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Android

Nama : Safaruddin Hidayat Al Ikhsan

NRP : G651100251

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc Ketua

Dr. Widodo, MS Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Komputer

Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Magister Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga senantiasa di berikan kepada Nabi Muhammad, SAW, keluarganya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak yang mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kuliah maupun penelitian yang dilaksanakan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Tri Waluyi, Ayahanda Sunarno, dan Adinda Muh. Irfan Jaya atas dukungan materil dan non materil selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. Nasihat dan bimbingan ketiganya yang tak pernah tergantikan turut menemani langkah penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc atas bimbingan dan arahan kepada penulis. Nasihat dan motivasi beliau yang selalu dinantikan dan menjadi pemicu terselesaikannya penulisan tesis ini.

3. Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom atas bimbingan dan masukan selama kuliah dan bimbingan di Pascasarjana Ilmu Komputer IPB.

4. Dr. Widodo, MS atas masukan dan diskusinya terkait dengan budidaya dan proteksi tanaman cabai merah. Masukan dan arahan yang diberikan sangat membantu dalam terselesaikannya penelitian ini.

5. Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT atas dukungannya kepada seluruh mahasiswa pascasarjana Ilmu Komputer IPB untuk segera menyelesaikan pendidikan.

6. Mushthofa, S.Kom, M.Sc selaku penguji luar komisi yang memberikan banyak masukan terhadap tesis yang dilaksanakan.

(11)

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XII S2 Ilmu Komputer IPB (Pak Kodar, Pak Dedi, Pak Ilyas, Pak Komar, Pak Andi, Pak Fikri, Pak Asep, Pak Imam, Mr. Ghani, Pak Irwan, Bu Anna, Bu Kania, Bu Husna, Bu Sari, Bu Dian, Bu Verra, Mbak Yudith, Mbak Mila, Mbak Gibtha, Mbak Ami, Mbak Yustin, Pritasari) atas kebersamaan dan bantuannya selama kuliah dan penelitian di Pasca Sarjana Komputer IPB.

9. Pak Yadi, Pak Ruhyan, Mbak Ning selaku TU di departeman Ilmu Komputer IPB yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian administrasi pendidikan selama penulis menempuh S2.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan. Kritik, saran dan masukan dalam penelitian ini sangat penulis harapkan, demi sempurnanya penelitian ini di kemudian hari.

Bogor, Desember 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Safaruddin Hidayat Al Ikhsan) dilahirkan di Klaten pada 4 November 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sunarno dan Tri Waluyi. Penulis mendapatkan pendidikan dasar di SDN Tibayan II (1992 – 1998). Pendidikan menengah penulis didapatkan di SMP Negeri 2 Jatinom (1998 – 2001) dan SMA Negeri 1 Karanganom Klaten (2001-2004). Setelah lulus SMA pada tahun 2004, penulis melanjutkan jenjang pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2010 – sekarang, penulis melanjutkan ke Magister (S2) Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.

(13)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 5

1.3. Ruang Lingkup ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pakar ... 7

2.2. Android... 8

2.1.1. Application Framework ... 8

2.1.2. Android Runtime ... 9

2.1.3. Varian Versi Android ... 10

2.3. Eclipse ... 16

2.4. Location Based ... 17

2.5. SQLite ... 17

2.6. Manajemen Pengetahuan ... 18

2.6.1. Sumber Pengetahuan ... 18

2.6.2. Transformasi Pengetahuan ... 19

2.7. Extreme Programming (XP) ... 20

2.8. Agribisnis ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah ... 22

3.2. Studi Literatur dan Konsultasi Pakar ... 22

3.3. Analisis dan Perancangan Sistem ... 22

3.4. Pengujian Sistem di Lapangan ... 26

(14)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah ... 25

4.2. Studi Literatur dan Konsultasi Pakar... 30

4.2.1. Pencarian Sumber Pengetahuan ... 31

a. Pengetahuan Tacit ... 32

b. Pengetahuan Eksplisit ... 33

4.2.2. Akuisisi Pengetahuan ... 34

4.2.3. Representasi Pengetahuan ... 35

a. Pengetahuan Pemilihan Varietas Unggul ... 35

b. Pengetahuan Dosis Pupuk Dasar ... 36

c. Pengetahuan Standar Operational Procedure (SOP) Budidaya.. 37

d. Diagnosa Penyakit ... 38

e. Identifikasi Pengendalian Hama ... 40

f. Pengetahuan Pascapanen ... 41

g. Pengetahuan Teknik Analisis Usaha Tani ... 42

h. Pengetahuan Harga Pasar Berbasis Lokasi ... 45

i. Kebijakan, Dukungan dan Program-program Pemerintah ... 46

4.3. Analisis ... 46

4.3.1. Analisis Kebutuhan SDM ... 47

4.3.2. Analisis Kebutuhan Pengguna... 48

4.3.3. Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem ... 49

4.3.4. Analisis Kebutuhan Non Fungsional Sistem ... 50

4.4. Desain dan Perancangan ... 51

4.4.1. Use Case Diagram ... 51

4.4.2. Aktor ... 52

4.4.3. Class Diagram ... 53

4.4.4. Sequence Diagram (Diagram Sekuensial) ... 54

4.4.5. Activity Diagram (Diagram Aktivitas)... 60

4.4.6. Desain Basis Data ... 67

(15)

4.5. Implementasi dan Pengujian ... 69

4.5.1. Implementasi Basis Data ... 71

4.5.2. Implementasi Halaman Utama ... 73

4.5.3. Implementasi Modul Sistem Android ... 74

a. Modul Sekilas Cabai Merah ... 74

b. Modul Kebijakan Pemerintah ... 75

c. Modul Penentuan Varietas Unggul ... 76

d. Modul Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 77

e. Modul Teknik Budidaya Cabai ... 79

f. Modul Identifikasi Penyakit ... 80

g. Modul Pengendalian Hama ... 83

h. Modul Penanganan Pascapanen ... 84

i. Modul Informasi Harga Cabai ... 85

j. Modul Analisis Usaha Tani ... 90

k. Modul Tentang Kami ... 91

l. Modul Umpan Balik Pengguna ... 92

4.5.4. Pengujian Internal ... 92

4.6. Peluncuran Aplikasi ... 94

4.7. Pengujian Lapangan dan Evaluasi ... 95

4.7.1. Proses Pengunduhan ... 95

4.7.2. Proses Instalasi ... 96

4.7.3. Proses Pengujian Modul-modul ... 97

4.7.4. Pemeliharaan Sistem dan Update Konten ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 102

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Global Smartphone Market (Cumscore 2012) ... 3

2 Struktur Sistem Pakar (Turban 2007) ... 7

3 Arsitektur Android (Safaat 2012) ... 8

4 Tampilan Emulator Android (www.developer.com) ... 9

5 Logo Android Versi 1.1 ... 10

6 Logo Android Versi 1.5 (Cupcake) ... 11

7 Logo Android Versi 1.6 (Donut) ... 12

8 Logo Android Versi 2.0 / 2.1 (Eclair) ... 12

9 Logo Android Versi 2.2 (Froyo) ... 14

10 Logo Android Versi 2.3 (Gingerbread)... 14

11 Logo Android Versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb) ... 15

12 Logo Android Versi 4.0 (IceCream) ... 16

13 Logo Eclipse ... 16

14 Metodologi Penelitian ... 23

15 Kegiatan Utama Agribisnis Cabai ... 31

16 Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih ... 36

17 Diagram Pohon Konsultasi Teknologi Budidaya Cabai ... 38

18 Skema Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah ... 39

19 Skema Penyebab Penyakit Pada Tanaman Cabai ... 39

20 Pohon Keputusan Identifikasi Penyakit Cabai (Widodo, et al., 2012) ... 40

21 Skema Serangan Hama Cabai dan Cara Pengendaliannya ... 41

22 Skema Pengetahuan Kegiatan Pascapanen ... 42

23 Kolaborasi Pengembang Sistem Pakar ... 48

24 Skema Calon Pengguna Sistem Pakar Berbasis Android ... 49

25 Rancangan Use Case Diagram ... 52

26 Class Diagram Sistem Pakar Agribisnis Cabai... 54

27 Diagram Sekuensial Pemilihan Varietas Unggul ... 55

28 Diagram Sekuensial Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 55

(17)

30 Diagram Sekuensial Identifikasi Penyakit ... 57

31 Diagram Sekuensial Pengendalian Hama ... 58

32 Diagram Sekuensial Penanganan Pascapanen ... 58

33 Diagram Sekuensial Analisis Usaha Tani ... 59

34 Diagram Sekuensial Informasi Harga Pasar ... 60

35 Diagram Aktivitas Pemilihan Varietas Unggul ... 61

36 Diagram Aktivitas Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 62

37 Diagram Aktivitas Identifikasi Penyakit ... 63

38 Diagram Aktivitas Penentuan Jenis Hama dan Pengendaliannya ... 64

39 Diagram Aktivitas Teknik Budidaya Cabai ... 64

40 Diagram Aktivitas Penanganan Pascapanen ... 65

41 Diagram Aktivitas Informasi Harga Berbasis Lokasi ... 66

42 Diagram Aktivitas Analisis Usaha Tani ... 67

43 Desain Object Relational Database ... 67

44 Desain Antarmuka Sistem Pakar Berbasis Android ... 68

45 Desain Halaman Konsultasi ... 69

46 Desain Halaman Konsultasi Berbentuk List View Dialog ... 69

47 Implementasi Basis Data Sistem Pakar ... 73

48 Implementasi Halaman Utama Sistem ... 74

49 Pilihan Modul Informasi Umum dan Modul Konsultasi ... 75

50 Halaman Sekilas Tentang Cabai Merah... 75

51 Halaman Kebijakan Pemerintah Tentang Agribisnis Cabai ... 75

52 Halaman Inputan Penentuan Varietas Unggul Cabai... 76

53 Halaman Rekomendasi Varietas Unggul Cabai ... 77

54 Halaman Penentuan Dosis Pupuk Dasar... 78

55 Rekomendasi Pupuk Dasar Untuk Agribisnis Cabai ... 79

56 Halaman Teknik (SOP) Budidaya Cabai ... 79

57 Halaman Rekomendasi SOP Budidaya Cabai Merah ... 80

58 Halaman List View Diagnosa Penyakit ... 82

59 Penggunaan Fasilitas Pencarian ... 82

(18)

61 Halaman Pemilihan Jenis Hama dan Penggunaan Pencarian ... 83

62 Halaman Penjelasan Jenis Hama dan Cara Pengendaliannya ... 84

63 Halaman Kategori Penanganan Pascapanen Cabai ... 85

64 Halaman Rekomendasi Penanganan Pascapanen Cabai ... 85

65 Halaman Informasi Harga Cabai dan Koordinat GPS ... 86

66 Halaman Informasi Harga Cabai Berdasarkan Lokasi Pengguna ... 89

67 Share Informasi Harga Cabai Melalui Jejaring Sosial ... 89

68 Halaman Input Parameter Analisis Usaha Tani ... 90

69 Halaman Hasil Analisis Usaha Tani ... 91

70 Halaman Tentang Kami ... 92

71 Halaman Umpan Balik Pengguna Sistem Pakar ... 92

72 Pengemasan Paket Sistem Pakar Berbasis Android ... 94

73 Halaman Pengunduhan Sistem Android ... 96

74 Proses Instalasi Sitem Konsultasi Berbasis Android ... 96

(19)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit ... 32

2 Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit ... 33

3 Basis Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 36

4 Dosis Pupuk Dolomit Berdasarkan pH Tanah... 37

5 Komponen Pembiayaan Produksi Cabai... 43

6 Rumusan Analisis Usaha Tani ... 43

7 Kebutuhan Fungsional Sistem Pakar ... 50

8 Aktor Sistem Pakar ... 53

9 Dasar Penentuan Dosis Pupuk ... 78

10 Hasil Pengujian Internal Sistem Pakar Berbasis Android ... 93

11 Skenario Pengujian ... 98

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum.L) merupakan komoditas yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Cabai juga merupakan komoditas yang keberadaannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah Indonesia karena cabai termasuk ke dalam political comodity. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi cabai nasional tahun 2009 adalah 1.378.727 dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5,89 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Potensi hasil cabai merah lokal dapat mencapai 12-20 ton/ha dan potensi hasil cabai merah hibrida dapat mencapai 36 ton/ha (Prajnanta, 2007).

Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara produsen cabai segar dunia (FAOSTAT 2012), namun kenyataannya produktivitas cabai di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Hal ini bisa ditunjukkan dengan adanya impor cabai yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2011 lalu. Faktor yang menyebabkan produktivitas cabai rendah di Indonesia adalah kurangnya informasi tentang varietas berdaya hasil tinggi, penerapan teknologi budidaya yang sesuai, kurang optimalnya penanganan pasca panen, penanganan serangan hama penyakit, dan kurangnya akses terhadap informasi dan sumber pengetahuan terkait agribisnis cabai bagi petani (Tamba 2007).

(21)

pedesaan, sedangkan desa pintar merupakan program penyediaan fasilitas komputer beserta printer yang bisa dipergunakan oleh masyarakat pedesaan untuk mencetak informasi-informasi yang ada. Program PLIK merupakan program penyediaan fasilitas internet beserta aksesorisnya yang ditempatkan pada setiap kecamatan di Indonesia khusus nya kecamatan-kecamatan pada daerah yang terpencil. Program pemerintah dalam bentuk KPU/USO ini bisa menjadi sarana penyebar luasan informasi termasuk informasi bidang pertanian.

Penelitian yang berkaitan dengan pengemasan informasi kegiatan agribisnis cabai bagi pelaku agribisnis (dalam hal ini adalah petani) dilakukan oleh Supriyanto (2011), yaitu Sistem Konsultasi Online Agribisnis cabai (Capsicum annuum L.). Sistem konsultasi tersebut merupakan sistem konsultasi yang berbasis web dan membahas mengenai analisis kebutuhan materi konsultasi sampai dengan perancangan sistem konsultasi secara online. Erlan (2011) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama, hanya saja sistem yang dibangun berbasis wap yang diperuntukkan bagi pengguna mobile phone (ponsel). Kedua penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faihah et al. (1999) tentang Sistem Pakar Identifikasi Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Merah. Selain itu juga terdapat penelitian terkait lainnya seperti penelitian Ya-Feng et al. (2007) mengenai pembuatan sistem pakar untuk diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Gonzalez-Diaz et al. (2009) juga membuat sistem pakar untuk pengambilan keputusan dalam proteksi tanaman cabai merah.

(22)

Gambar 1 Global Smartphone Market (Cumscore 2012)

Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa jumlah pengguna telepon pintar berbasis android di seluruh dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah pengguna android yang sangat tinggi terjadi pada bulan pertama tahun 2011. Peningkatan pangsa pasar telepon pintar berbasis android yang sangat pesat tersebut menyebabkan adanya peningkatan jumlah pihak ketiga (third party) dalam menyediakan dan mengembangkan layanan aplikasi yang berjalan pada platform teknologi berbasis android. Namun sampai saat ini, belum banyak aplikasi berbasis android yang berhubungan dengan kegiatan agribisnis dan pertanian, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud mengangkat topik yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pengguna telepon secara keseluruhan di Indonesia mencapai 159.248.000 orang. Pada perkembangan teknologi pada akhir tahun 2012 ini, jeni telepon pintar yang mendominasi pasar penjualan perangkat komunikasi di Indonesia adalah android, blackberry, dan iPhone (www.teknojurnal.com). Sangat disayangkan bahwa perangkat dengan berbagai fitur canggih tersebut di Indonesia sebagian besar masih digunakan hanya untuk penggunaan standar seperti berkirim pesan maupun memutar musik (hasil survei dari www.discovermobilelife.com).

Pada penelitian ini, sistem yang dibangun merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Kebaruan dari penelitan ini adalah sistem akan diimplementasikan berbasis android, berbeda dengan model sebelumnya yang

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0%

2010 -12 2011 - 3 2011 - 6 2011 - 9 2011 - 12 2012 - 3

P e r c e n t o f M a r ke t Time Periode

(23)

dibangun berbasis web dan wap. Akses terhadap sistem konsultasi berbasis web dan wap memerlukan koneksi jaringan agar bisa terhubung ke jaringan internet. Pengembangan modul dan basis data pada aplikasi berbasis android ini akan diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan aplikasi android siap pakai. Calon pengguna aplikasi bisa menginstalasi sistem ini ke dalam perangkat android, kemudian menggunakannya. Koneksi melalui jaringan internet hanya diperlukan ketika pengguna melakukan pengunduhan aplikasi ataupun melakukan proses update basis data. Selain itu, kebaruan penelitian juga dilakukan pada penambahan fungsi-fungsi yang akan memaksimalkan akses terhadap informasi misalnya akses data real time berbasis lokasi pengguna perangkat android.

Modul konsultasi yang dikembangkan dalam penelitian ini merujuk pada modul-modul konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Supriyanto (2011) dengan melakukan penambahan modul dan fasilitas track back (pencarian). Modul utama tersebut meliputi konsultasi pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, identifikasi penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha tani, informasi harga, dan informasi kebijakan pemerintah terkait kegiatan agribisnis cabai. Modul-modul tersebut diintegrasikan dengan basis data dalam sebuah aplikasi android sehingga dapat langsung dipergunakan (dalam hal ini adalah pelaku agribisnis).

Android merupakan salah satu sistem operasi baru yang sekarang ini sangat popular di kalangan pengembang aplikasi untuk telepon pintar dan komputer tablet. Di samping itu, android juga terkenal karena fitur-fitur program yang ditawarkan. Pengetahuan-pengetahuan yang sudah didefinisikan sebelumnya akan disimpan ke dalam basis pengetahuan dengan menggunakan basis data.

(24)

dengan versi pengembangannya. Frekuensi yang tidak terlalu sering akan koneksi internet melalui komputer tablet ataupun perangkat android lainnya akan menghemat biaya. Sistem berbasis android ini juga akan menjadi solusi bagi pengguna yang berada pada wilayah yang koneksi jaringan internetnya kurang baik. Dengan platform android, pengguna bisa mengakses informasi dan pengetahuan mengenai kegiatan agribisnis cabai setiap saat, kapan pun dan dimana pun.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan evaluasi terhadap sistem yang sudah dibuat sebelumnya. 2. Mengembangkan sistem pakar agribisnis cabai berbasis android. 3. Mengimplementasikan layanan data berbasis lokasi (location based).

1.3. Ruang Lingkup

Sistem pakar berbasis android yang dikembangkan pada penelitian ini merujuk pada modul-modul konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh Supriyanto (2011). Dari modul-modul tersebut dilakukan penambahan modul-modul yaitu modul-modul informasi harga cabai pada daerah tertentu sehingga bisa menjadi panduan bagi pengguna untuk keperluan kegiatan agribisnisnya. Modul-modul konsultasi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah:

1. Pemilihan varietas unggul 2. Penentuan dosis pupuk dasar 3. Pengendalian hama

4. Identifikasi penyakit 5. Teknologi budidaya cabai 6. Penanganan pasca panen 7. Informasi harga

8. Analisis usaha tani

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi solusi blank spot terhadap akses informasi agribisnis cabai. 2. Menjadi solusi kepada pelaku agribisnis dan para penyuluh sehingga

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang memanfaatkan pengetahuan dari pakar untuk melakukan pengambilan keputusan pada permasalahan khusus. Sementara itu expert (pakar) adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus, pengalaman, cara-cara pengambilan keputusan, dan metode yang digunakan untuk memberikan saran dan pemecahan masalah (Turban 2007). Sementara keahlian (expertise) adalah pengetahuan khusus yang dimiliki oleh pakar. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk memudahkan pekerjaan, penggabungan ilmu dan pengalaman beberapa ahli (Marimin 2005).

Modul pakar dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam sistem konsultasi. Pada sistem pakar, sistem pakar agribisnis berbasis android pada telepon pintar diposisikan sebagai pakar. Pengguna sistem pakar dapat berkonsultasi layaknya berkonsultasi dengan pakar. Pada Gambar 2 diperlihatkan struktur sistem pakar (Turban 2007).

PENGGUNA

Antarmuka Fasilitas Penjelas

Mesin Inferensi Interpreter

Scheduller Consistency Enfocer

Basis Pengetahuan Fakta : Apa yang diketahui Logika : Logical Inference

Rekayasa Pengetahuan

Pengetahuan Ahli

Penyaring Penegetahuan

Blackboard

Rencana Agenda Solusi Deskripsi Aksi yang

direkomendasikan

Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan

(27)

2.2 Android

Android adalah perangkat lunak yang menyertakan sistem operasi, middleware, dan kunci aplikasi ponsel dengan sekumpulan Application Programming interface (API) library untuk pembuatan aplikasi ponsel yang sesuai kebutuhan (Meier 2009). Android awalnya dikembangkan oleh android Inc., kemudian perusahaan ini dibeli oleh perusahaan Google pada tahun 2005. Android dibuat berdasarkan kernel linux yang dimodifikasi. Aplikasi android ditulis dengan bahasa pemrograman Java, menggunakan Java Core Libraries. Aplikasi android dijalankan di atas mesin virtual (VM) bernama Dalvik Virtual Machine. Pada Gambar 3 diperlihatkan arsitektur android (Safaat 2012).

Gambar 3 Arsitektur Android (Safaat 2012)

Komponen utama seperti terlihat pada arsitektur android tersebut adalah sebagai berikut:

Applications

Application Framework Libraries

Runtime Android Linux Kernel

2.2.1 Application Framework

(28)

mengembangkan aplikasi berbasis android menggunakan bahasa pemrograman Java. Pada saat ini android SDK telah menjadi alat bantu dan API (Application Programming Interface) untuk mengembangkan aplikasi bebasis android. Pengembang akan memiliki akses penuh framwork API yang sama yang digunakan oleh aplikasi inti. Arsitektur aplikasi dirancang agar komponen dapat digunakan kembali (reuse) dengan mudah. Setiap aplikasi dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Aplikasi lain juga bisa memanfaatkan fasilitas tersebut (sesuai dengan batasan keamanan yang didefinisikan oleh framework). Mekanisme yang sama memungkinkan komponen untuk diganti oleh pengguna.

Komponen yang sangat penting dalam android SDK adalah emulator. Emulator merupakan tools yang memiliki antarmuka yang persis sama dengan tampilan android pada telepon pintar maupun komputer tablet. Pada emulator ini terdapat fitur yang sama pula seperti tombol navigasi, tombol keypad, dan layar antarmuka untuk menampilkan beragam aplikasi android. Satu kekurangan dari emulator ini adalah tidak bisa menerima panggilan seperti layaknya perangkat android sesungguhnya. Emulator ini akan sangat memudahkan pengembang aplikasi android dalam mengimplementasikan programnya. Pengembang tidak harus memiliki perangkat android untuk melihat hasil programnya, tetapi bisa langsung dilihat menggunakan emulator. Pada Gambar 4 diperlihatkan tampilan emulator android.

Gambar 4 Tampilan Emulator Android (www.developer.com) 2.2.2 Android Runtime

(29)

dibandingkan dengan JVM untuk perangkat mobile. Perbedaan utamanya adalah DVM dirancang untuk perangkat yang memiliki memori rendah, sehingga sangat cocok diimplementasikan untuk perangkat mobile seperti telepon pintar dan komputer tablet. DVM didesain dan ditulis Dan Bornsten dan beberapa Engineers Google lainnya. Dalam mengatasi fungsionalitas tingkat rendah, DVM menggunakan kernel Linux untuk keamanan, threading, proses dan manajemen memori. Hal tersebut memungkinan developer bisa menggunakan bahasa C/ C++ dalam membuat aplikasi sama halnya dengan sistem operasi Linux pada umumnya.

Para pengembang tidak perlu khawatir apabila tidak memiliki perangkat android, karena android memiliki virtual machine untuk melakukan eksekusi aplikasi. DVM bisa mengeksekusi berkas executeable, artinya sebuah format yang dioptimalkan untuk memastikan memori yang digunakan sangatlah kecil. Hal ini dimungkinkan karena berkas executeable mengubah kelas bahasa pemrograman Java dan dikompilasi dengan menggunakan tools yang sudah ada. 2.2.3 Varian Versi Android

Android memiliki beragam versi sistem operasi sejak awal perkembangannya. Berikut adalah perkembangan versi android:

 Android versi 1.1

Android versi 1.1 dirilis oleh Google pada Februari 2009. Android versi ini dilengkapi dengan fitur-fitur seperti: Estetika pada aplikasi, Alarm, Voice search (pencarian suara), Pengiriman pesan dengan Gmail, dan Pemberitahuan email (notifikasi email). Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Logo Android Versi 1.1  Android versi 1.5 (Cupcake)

(30)

dirilis bersamaan dengan penggunaan SDK (Software Development Kit) yang dibangun di atas Linux berkernel 2.6.27. Pada versi cupcake ini terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur yaitu:

 Kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera  Mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari

ponsel

 Dukungan bluetooth A2DP

 Kemampuan terhubung secara otomatis ke headset bluetooth, animasi layar, dan keyboard (papan ketik) pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem

 Adanya dukungan 27 bahasa.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6Logo Android Versi 1.5 (Cupcake)  Android versi 1.6 (Donut)

Versi donut ini dirilis Google pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2009. Android versi ini dikembangkan di atas Linux dengan Kernel 2.6.29. Kebaruan dari versi donut ini adalah:

 Menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya  Penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN

 Galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus.

 Kamera, video rekaman dan galeri yang diintegrasikan.

 CDMA / EVDO, 802.1x, VPN, gestures, dan text-to-speech engine  Kemampuan dial contact

 Teknologi text to change speech  Pengaturan resolusi VWGA.

(31)

Gambar 7Logo Android Versi 1.6 (Donut)  Android versi 2.0 / 2.1 (Eclair)

Pada oktober 2009, kembali dirilis android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair) yang dibangun di atas Linux berkernel 2.6.29. Perubahan yang dilakukan dan penambahan fiturnya adalah:

 Pengoptimalan hardware (perangkat keras)  Peningkatan Google maps 3.1.2

 Perubahan User Interface (UI) dengan browser baru dan dukungan HTML5

 Daftar kontak yang baru

 Dukungan flash untuk kamera 3,2 MP  Digital zoom, dan bluetooth 2.1.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8Logo Android Versi 2.0 / 2.1 (Eclair)  Android versi 2.2 (Froyo)

(32)

 Peningkatan performa meningkat sampai dengan dua kali lipat dari sistem sebelumnya (Eclair). Pengujian kinerja prosesor dalam mengolah multimedia, hingga kemampuan grafis untuk menangani konten 3D.

Free memory yang ada juga lebih besar dari sebelumnya. Jika biasanya pengguna hanya mendapatkan sekitar 100 MB, kini dapat menggunakan sekitar 250 MB dari total 512 MB memory yang ada. Otomatis hal tersebut semakin meningkatkkan performa meskipun pengguna menjalankan beragam aplikasi sekaligus (multitasking).

 Penyimpanan aplikasi pada kartu penyimpanan eksternal (SD Card). Hal ini berbeda dengan sitem operasi terdahulu yang hanya dapat meletakkan semua aplikasi pada memory utama. Dengan sistem operasi Froyo, pengguna dapat meletakkan seluruh berkas instalasi pada media penyimpanan eksternal.

 Merekam video dengan kualitas High Definition (HD). Jika sebelumnya pengguna hanya dapat merekam gambar bergerak pada resolusi maksimal 800x480 piksel, kini dengan Froyo, resolusi pengambilan video dapat ditingkatkan hingga 1280x720 piksel yang setara dengan kualitas HD.

 Setelah upgrade ke Froyo, pengguna akan menemukan icon baru pada deretan aplikasi yang ada yaitu Wi-Fi Hotspot. Seperti namanya, aplikasi ini memungkinkan ponsel pengguna dijadikan sebagai access point.

 Selain itu masih ada lagi aplikasi tambahan seperti Flashlight, App Sharing, dan Navigation. Khusus untuk navigasi peta, baru tersedia dalam versi beta dan belum dapat digunakan di beberapa lokasi.

(33)

Gambar 9 Logo Android Versi 2.2 (Froyo)  Android versi 2.3 (Gingerbread)

Desember 2010, Google merilis Android 2.3 dengan sebutan Gingerbread, yang dibangun di atas Linux dengan kernel 2.6.35. Android versi ini memiliki beberapa pembaharuan diantaranya adalah sebagai berikut:

 Perubahan User Interface (UI)  Mendukung ukuran layar WXGA  Mendukung nativ SIP VoIP

 Mendukung WebM/ VP8 playback video, dan AAC audio encoding  Audio efek baru seperti equalization, headphone virtualization, dan

bass boost.

 Peningkatan grafis, suara dan input untuk pengembang game  Mendukung Near Field Communication (NFC)

 Peningkatan fungsi copy-paste

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Logo Android Versi 2.3 (Gingerbread)

(34)

operasi android. Aplikasi terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi android adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug.

 Android versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb)

Android Honeycomb dirilis pada maret 2011 dan dirancang khusus untuk tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User Interface (UI) pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk tablet. Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat untuk menjalankan Honeycomb adalah Motorola Xoom.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11Logo Android Versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb)  Android versi 4.0 (IceCream)

Android IceCream dirilis pada Oktober 2011. IceCream merupakan penyempurnaan dari android untuk tablet versi sebelumnya (Honeycomb). Berikut adalah pembaharuan fitur pada IceCream:

 Jenis huruf (font) baru yang diadaptasi sistem operasi android terbaru ini adalah font roboto, dimana font ini tampak lebih bagus karena bentuk hurufnya yang bulat-bulat dan sesuai dengan kualitas HD pada layar Nexus. Meskipun hanya sekadar sebuah font baru, perbedaannya terasa lebih nyaman di mata.

Widget di homescreen disempurnakan. Selain menyediakan widget yang bisa dikecil-besarkan ukurannya, IceCream memberikan fitur membuat new folder dan kustomisasi action bar. Hal ini tentunya akan semakin memudahkan pengguna.

(35)

dibagikan ke jejaring sosial seperti facebook, pengguna juga bisa langsung mengedit foto dengan aplikasi bernama Instagram.

 Terintegrasi Google Plus (Google+). Google+, situs jejaring sosial yang baru diluncurkan Google dan disebut-sebut sebagai pesaing terbesar facebook ini sudah ditanamkan dalam android IceCream. Fitur hangout yang menjadi andalan Google+ bisa dinikmati pengguna android IceCream ini. Selain hangout, fitur-fitur standar seperti di facebook juga bisa ditemukan di Google+.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Logo Android Versi 4.0 (IceCream) 2.3 Eclipse

Eclipse merupakan Integrated Development Environment (IDE) yang sering dipergunakan pengembang perangkat lunak termasuk android. IDE sendiri adalah program komputer yang memiliki beberapa fasilitas yang diperlukan dalam membangun perangkat lunak. Eclipse merupakan perangkat lunak berbasis Open Source yang tersedia secara bebas. Eclipse merupakan IDE yang paling populer di kalangan pengembang aplikasi android karena Eclipse memiliki android plugin lengkap yang tersedia untuk pengembangan aplikasi android. Selain itu, Eclipse juga mendapat dukungan langsung dari Google untuk menjadi IDE pengembangan android dan pembuatan proyek android. Pada Gambar 13 diperlihatkan logo dari Eclipse.

(36)

Sampai saat ini Eclipse memiliki 4 versi package, yaitu: Indigo Package, Helios Package, Galileo Package, Ganymade Package, dan Europa Package. Dari total pengunduh pada situs resmi Eclipse (http://www.eclipse.org), terdapat sebanyak 988.945 pengunduh Eclipse Classic Indigo per tanggal 20 Agustus 2011.

2.4 Location Based Services

Location Based Services (layanan berbasis lokasi/ LBS) adalah teknologi yang digunakan untuk menemukan lokasi suatu perangkat yang digunakan oleh pengguna. Ada dua unsur utama layanan berbasis lokasi yaitu (Safaat 2011): 1. Location Manager (API Maps)

Location Manager menyediakan layanan sumber untuk LBS, Application Programming Interface (API) Maps yang menyediakan fasilitas untuk menampilkan, memanipulasi peta beserta fitur-fitur lain seperti tampilan satelit, jalan, maupun kombinasi keduanya. Paket ini berada pada com.google.android.maps.

2. Location Providers (API Location)

Location Providers menyediakan teknologi pencarian lokasi yang digunakan oleh perangkat. API Location berhubungan dengan data GPS (Global Positioning System) dan data lokasi real time. API Location berada pada paket android yaitu paket android.location. Dengan API Location kita dapat menentukan lokasi kita saat ini, perpindahannya (trackback), serta kedekatan dengan lokasi tertentu dengan mendeteksi perpindahan.

2.5 SQLite

(37)

seperti ini akan memberikan keuntungan karena dapat mereduksi overhead, latency times, dan secara keseluruhan lebih sederhana. Seluruh elemen basisdata (definisi data, tabel, indeks, dan data) disimpan sebagai sebuah berkas. Kesederhanaan dari sisi desain tersebut bisa dicapai dengan cara mengunci keseluruhan berkas basis data pada saat sebuah transaksi dimulai.

SQLite mengimplementasikan hampir seluruh elemen-elemen standar yang berlaku pada SQL-92 (SQL standar yang berlaku secara umum), termasuk transaksi yang bersifat atomic, konsistensi basisdata, isolasi, dan durabilitas (ACID), trigger, dan kueri-kueri yang kompleks. Pada SQLite tidak ada pengecekan tipe data sehingga data bisa dientrikan dalam bentuk string untuk sebuah kolom bertipe integer. Hal ini bisa merupakan sebuah inovasi yang menambah nilai guna dari sebuah basisdata, utamanya ketika digunakan dalam bahasa pemrograman berbasis script (PHP, Perl). Di sisi lain, kondisi tersebut merupakan sebuah kekurangan. Beberapa proses ataupun thread dapat berjalan secara bersamaan dan mengakses basisdata yang sama tanpa mengalami masalah. Hal ini dikarenakan akses pembacaan data dilakukan secara paralel. Sementara itu akses penulisan data hanya bisa dilakukan jika tidak ada proses penulisan lain yang sedang dilakukan.

2.6 Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah konsep yang telah muncul dalam komunitas bisnis beberapa tahun terakhir. KM merupakan suatu disiplin yang mempromosikan pendekatan integrasi untuk mengidentifikasi, menangkap, dan mengevaluasi pengambilan dan penggunaan bersama (sharing) seluruh aset informasi dari suatu organisasi. Aset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur dan keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja (Srikantaiah, et al., 2000). 2.6.1. Sumber Pengetahuan

Terdapat dua jenis sumber pengatahuan yang dapat digunakan suatu organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :

(38)

2. Tacit: Pengetahuan yang diperoleh dari keahlian organisasi dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Developer knowledge mengumpulkan pengetahuan tacit dalam rangka membangun basis pengetahuan.

2.6.2. Transformasi Pengetahuan

Proses pengalihan pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan dan strategi yang meliputi:

1. Tacit menjadi Tacit

Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang maka dapat dilakukan melalui teleconference antar cabang membahas topik tertentu.

2. Tacit menjadi Eksplisit

Transformasi knowledge dari tacit manjadi eksplisit dapat dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi, membuat electronic blackboard sehingga pakar dibidangnya (produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan) dapat memposting knowledge tacit yang dimilikinya ke papan elektronik. 3. Eksplisit menjadi Eksplisit

Teknik ini adalah mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan dalam satu server sehingga mempermudahkan manajemen pengetahuan dan dapat berbentuk website.

4. Eksplisit menjadi Tacit

(39)

dokumen dan report dimana pengawai dapat menyerap knowledge dan diolah berdasarkan kondisi dan situasi.

2.7 Extreme Programming (XP)

Extreme Programming (XP) merupakan salah satu metode Agile yang cocok digunakan untuk pengembangan sistem secara cepat. Pengembangan sistem dengan menggunakan metode ini dilakukan ketika data, informasi dan gambaran sistem yang akan dibangun sistem telah tersedia. Menurut Satzinger, et al. (2007) terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap tahapan proses pengembangan sistem Informasi yaitu communication (komunikasi), courage (kepercayaan), simplicity (kesederhanaan), dan feedback (umpan balik). XP memiliki empat tahapan utama yaitu:

1) Tahap analisis

Tahap ini merupakan tahap yang penting sebelum program atau sistem dibuat atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek bagi kebutuhan sistem seperti lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement (input, output, proses, storage, dan kontrol).

2) Tahap desain

Tahap desain melibatkan rancangan antarmuka dan prosedur yang mendukung fungsional sistem. Tahap desain memiliki tiga kegiatan utama yaitu:

 Desain antarmuka. Desain antarmuka fokus pada interaksi sistem dengan pengguna, yaitu bagaiamana merancang komponen input dan output yang interaktif serta efisien bagi penggunanya.

 Desain fisik. Desain fisik sistem adalah desain basis data dan berkas. Desain fisik ini fokus pada struktur dan data yang digunakan sistem secara terinci. Data yang terkumpul akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan.

(40)

penyimpanan database, aktivitas kontrol secara umum, sesuai dengan yang direncanakan pada tahap analisis.

3) Tahap Pengujian

Pada tahapan in sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsionalitas sistem dan terkait dengan hal-hal teknis sistem secara internal.

4) Rilis Akhir Perangkat Lunak

Tahapan ini merupakan tahap akhir dalam pengembangan sistem dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian diimplementasikan dalam uji perangkat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perangkat lunak yang diaplikasikan merupakan versi akhir hasil dari revisi versi sebelumnya.

2.8 Agribisnis

Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), sedangkan pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang dikelompokkan ke dalam kegiatan luar usaha tani (offfarm activites). Setidaknya terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu (1) Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), (2) Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), (3) Sub-sistem pengolahan hasil pertanain (processing sub-system), (4) Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), dan (5) Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system).

(41)
(42)

BAB III METODOLOGI

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada metode pengembangan sistem secara Extreme Programming/ XP (Satzinger, et al., 2007). XP dipilih karena keberadaan informasi dan pengetahuan, pakar agribisnis cabai, dan berbagai kebutuhan yang mendukung secara umum sudah tersedia sehingga pengembangan sistem pakar agribisnis cabai berbasis android ini dapat dilakukan dengan cepat. Pada Gambar 14 ditunjukkan metodologi penelitian yang digunakan.

Identifikasi Masalah

Analisis dan Perancangan Sistem Pakar (Metode Extreme Programming)

Analisis Desain Implementasi dan Pengujian Studi Literatur

TIDAK

YA

Rilis Aplikasi

Pengujian Lapangan & Evaluasi Sesuai

Tidak Sesuai

Konsultasi Pakar

Data dan Pengetahuan

Selesai Mulai

[image:42.595.103.475.172.755.2]

Berhasil

(43)

3.1 Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini akan dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap permasalahan terkait dengan kebutuhan pelaku agribisnis terhadap solusi tepat guna. Di samping itu juga dilakukan identifikasi masalah berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) dan Erlan (2011) tentang sistem konsultasi online agribisnis cabai baik yang berbasis web maupun wap. Hasil identifikasi ini akan digunakan untuk tahapan selanjutnya, yaitu studi literatur dan konsultasi dengan pakar.

3.2 Studi Literatur dan Konsultasi Pakar

Tahapan berikutnya adalah studi literatur dan konsultasi pakar. Kedua tahapan ini bisa dilaksanakan secara paralel. Studi literatur dilakukan dengan menggali pengetahuan dari buku, jurnal dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan kegiatan agribisnis cabai dan teknologi android. Konsultasi dilakukan dengan pakar dari Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pakar yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun dan memiliki pengalaman lapangan yang cukup. Pengetahuan yang didapatkan dari konsultasi ini diharapkan adalah pengetahuan yang valid dan dapat digunakan dalam pengembangan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum annuum. L).

Studi literatur dan konsultasi pakar dimaksudkan untuk menyesuaikan kebaruan informasi dan pengetahuan tentang konsultasi kegiatan agribisnis dengan informasi dan pengetahuan yang sudah dibuat pada penelitian sebelumnya. Harapannya adalah sistem yang dikembangkan ini akan lebih up-to-date sehingga informasi yang terdistribusikan kepada pengguna sistem ini akan lebih lengkap dan akurat. Hasil dari kedua tahapan ini dituangkan dalam data dan pengetahuan yang merupakan penyempurnaan sumber basis data dari penelitian sebelumnya dan akan digunakan untuk mengembangkan sistem pakar pada tahapan selanjutnya.

3.3 Analisis dan Perancangan Sistem

(44)

dan pengujian, dan yang terakhir adalah rilis. Perangkat lunak dibangun mulai dari tahap pertama sampai dengan sistem dapat diterima dan dapat diimplementasikan secara penuh. Penjelasan dari setiap tahapan pada metode XP tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tahap analisis

Pada tahapan ini akan dilakukan analisis kebutuhan sistem untuk memenuhi kebutuhan sekarang yang dilakukan dengan memahami teknologi terkini untuk pengembangan sistem yang lebih usable dan general (beredar luas di masyarakat), teknologi yang bisa dipergunakan secara masal, murah, kapan pun dan di manapun. Analisis kebutuhan sistem dilakukan dengan mengkombinasikan antara analisis permasalahan yang didapatkan dengan solusi teknologi pengembangan sistem terkini, yaitu kebutuhan pengembangan sistem berbasis android. Android menjadi solusi terkini untuk menjawab permasalahan biaya dan sinyal (jaringan). 2) Tahap desain dan Implementasi

Pada tahap ini dilakukan perancangan antarmuka dan perancangan basis data untuk sistem yang akan dikembangkan. Perancangan antarmuka dititik beratkan pada interaksi sistem dengan pengguna, yaitu desain input dan output yang interaktif, mudah dan efisien bagi penggunanya. Perancangan basis data dilakukan dengan merancang struktur dan data yang digunakan sistem android. Data dan pengetahuan yang didapatkan pada tahap sebelumnya akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan untuk keperluan perancangan basis data.

Proses desain dan implementasi sistem dilakukan dengan perangkat lunak seperti yang telah didefinisikan pada ruang lingkup penelitian. Implementasi dan pengembangan sistem pada tahap ini dilakukan dengan dukungan perangkat lunak bernama android Emulator, yaitu suatu perangkat lunak yang dikondisikan menyerupai telepon pintar sehingga memudahkan pengembang dalam merancang dan menguji coba secara internal sebelum akhirnya diuji coba pada perangkat telepon pintar sungguhan.

3) Tahap Pengujian (testing)

(45)

Perangkat lunak yang telah berhasil diuji secara internal pada tahap ini nantinya akan diujikan pada perangkat telepon pintar sungguhan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk mendapatkan feedback dari pengguna.

4) Peluncuruan Perangkat Lunak

Sistem yang sudah berhasil diuji coba secara internal berarti sistem ini siap dirilis ke pasar. Rilis sistem ini akan berupa package system yang siap diunduh dan diinstalasikan ke perangkat pengguna secara langsung.

3.4 Pengujian Sistem di Lapangan

Pengujian sistem di lapangan dilakukan dengan melakukan pengecekan keberhasilan proses pengunduhan package system dari internet dan proses instalasinya di dalam perangkat android (dalam hal ini adalah telepon pintar dan komputer tablet berbasis android). Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi dengan baik seperti ketika proses pengujian secara internal. Pengujian ini juga bertujuan mendapatkan feedback dari pengguna untuk penyempurnaan sistem yang lebih baik. Pengujian sistem di lapangan akan dilaksanakan dengan beberapa pengguna perangkat android di lingkungan kampus IPB.

3.5 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut:

1. Perangkat lunak:

a. Eclipse dan android Emulator: untuk pembuatan desain, pengkodean, dan ujicoba internal

b. SQLite: untuk layanan basis data portable

c. Adobe photoshop CS, untuk desain gambar dan icon. 2. Perangkat keras:

a. Notebook dengan Prosesor Intel core i5 3.0 Ghz b. Mouse optik (Tetikus)

c. Modem HSDPA 7,2 Mbps untuk koneksi internet

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Tuntutan kebutuhan informasi pertanian dapat berpengaruh positif terhadap keberdayaan petani khususnya dalam hal merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis. Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai sumber informasi pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produksinya. Informasi peningkatan produksi dan mutu mencakup antara lain informasi teknologi usaha tani, pola tanam, iklim/ cuaca, teknologi usahatani. Teknologi usahatani berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usahatani yang didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, pupuk, pestisida, memelihara tanaman dan memungut hasilnya. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi berdaya (Tamba 2007).

Sumber informasi pertanian sebenarnya telah banyak disediakan oleh lembaga/ institusi terkait dengan kegiatan agribisnis. Menurut Supriyanto (2011), lembaga/ institusi tersebut diantaranya adalah:

1. Badan Koordinasi Penyuluhan

Badan Koordinasi Penyuluhan (BKP) merupakan lembaga penyuluhan di provinsi yang akan mengkaji dan mengolah berbagai data/informasi yang berasal dari berabgai instansi terkait. Selanjutnya BKP menghasilkan informasi yang siap disalurkan kepada petani. BKP juga bertanggung jawab menghasilkan informasi pertanian dalam bentuk cetak dan digital yang disebarkan ke dinas pertanian provinsi/ kabupaten/ kota.

2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

(47)

3. Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kota

Dinas pertanian provinsi/ kabupaten/ kota merupakan lembaga yang menyusun program pembangunan pertanian di wilayahnya, baik program jangka panjang maupun jangka pendak berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan meperhatikan kelsetarian sumber daya pertanian.

4. Lembaga/ Unit penelitian sayuran

Lembaga/ unit penelitian sayuran merupakan lembaga yang melakukan penelitian terutama bidang teknologi, sosial, dan ekonomi, diharapkan melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian spesifik lokasi ke instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan, dan lain-lain sehingga bermanfaat bagi pembangunan.

5. Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian merupakan lembaga yang bertugas: (1) menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan, (2) melaksanakan pernyuluhan berdasarkan program penyuluhan, (3) menyebarkan informasi pertanian seperti informasi: teknologi, sarana produksi, permodalan (pembiayaan), pasar dan informasi lainnya, (4) memfasilitasi pengembangan kelembagaan serta kemitraan pelaku utama (petani) dan pelaku usaha, dan (5) memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

6. Perguruan Tinggi Pertanian

(48)

strategi penyebaran dan pemanfaatan media-media penyebaran informasi yang efektif agar informasi pertanian dapat sampai.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga yang menjadi penyedia informasi pertanian (misalnya adalah lembaga penyuluh pertanian, dan lain-lain) adalah belum adanya suatu perangkat/ media yang baik dalam penyebaran informasi yang komprehensif, berbasis produk, berbasis lokasi lokal, dan dapat dengan mudah diakses di manapun. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut dalam rangka mendorong petani agar lebih berdaya. Keberdayaan petani pada akhirnya akan berimplikasi pada kemajuan sektor bidang pertanian, dan dapat menjadi penopang perekonomian bangsa.

Supriyanto (2011) dan Erlan (2011) mengembangkan sistem informasi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung akses terhadap kebutuhan informasi bidang agribisnis khususnya informasi yang terkait tanaman cabai merah. Kedua sistem yang dibangun tersebut adalah sistem konsultasi yang barbasis web dan wap. Model sistem berbasis web dan wap menyaratkan beberapa kondisi untuk mengakesnya. Syarat keberlangsungan akses terhadap sistem berbasis web dan wap adalah sebagai berikut:

 Sistem berbasis web, membutuhkan komputer/ laptop untuk mengakesnya sehingga memiliki kecenderungan mengurangi mobilitas penggunanya.  Sistem berbasis wap, membutuhkan perangkat berupa handphone atau

perangkat mobile lainnya yang memiliki fasilitas browser.

 Kedua sistem tersebut selalu membutuhkan koneksi internet untuk mengakses semua jenis informasi yang ada di dalamnya.

(49)

 Kebutuhan akan koneksi internet berarti kebutuhan akan adanya cost (biaya) yang harus dikerluarkan untuk mengakses sistem tersebut. Hal ini menjadi pertimbangan dalam pengaksesan terhadap informasi tersebut.

Ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang teknologi informasi berkembangan sangat pesat. Tren teknologi dewasa ini adalah teknologi berbasis mobile yang banyak diaplikasikan pada perangkat mobile seperti komputer tablet dan telepon pintar. Contoh pengaplikasian teknologi ini adalah mobile apps. Teknologi aplikasi berbasis mobile ini sangat populer dan banyak dikembangkan. Mobile apps merupakan kategori untuk aplikasi-aplikasi yang dikembangkan dan diinstalasikan pada perangkat mobile. Teknologi semacam ini akan menjadi solusi portable terhadap kebutuhan informasi yang bisa dipergunakan kapan pun dan di manapun. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem informasi untuk kebutuhan konsultasi dalam kegiatan agribisnis cabai. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi solusi yang lebih baik terhadap kekurangan pada sistem informasi yang sudah dibangun sebelumnya.

Dalam penyampaian informasi pertanian, penyuluh pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan penyuluh pertanian sangat dekat dengan petani. Petani dapat berkonsultasi dengan penyuluh pertanian terdekat untuk mendapatkan informasi-informasi terkait dengan kegiatan agribisnis cabai. Produk dari penelitian ini adalah sebuah sistem yang diinstalasikan di telepon pintar berbasis android sehingga bisa dipergunakan baik oleh para penyuluh maupun oleh petani langsung dengan praktis (akses informasi cukup dari telepon pintar dan tidak harus selalu terkoneksi dengan internet).

4.2 Studi Literatur dan Konsutasi Pakar

(50)

4.2.1. Pencarian Sumber Pengetahuan

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit (Satzinger et al. 2007). Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang tidak tampak secara fisik yang biasanya diperoleh dari keahlian suatu organisasi dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Sedangkan pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang dapat ditemukan secara fisik, mudah dipelajari dan diperoleh dari berbagai repositori atau media.

Sumardjo (2004) menyatakan bahwa kegiatan agribisnis merupakan kombinasi dari kegiatan di lahan (on farm) dan pendukung di luar lahan (off farm). Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang melingkupi kedua kegiatan tersebut. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pengetahuan terkait kegiatan agribisnis yang mengacu pada praktek Good Agricultural Practices (GAP) sehingga dapat meningkatkan daya saing, produktivitas, nilai tambah dan kemandirian. Kegiatan agribisnis cabai sendiri pada dasarnya terdiri dari kegiatan-kegiatan dalam pertanian yang terencana dan terkontrol dengan baik. Kegiatan tersebut meliputi empat kegiatan utama yaitu: (1) perencanaan dan analisis usaha tani, kegiatan penyediaan sarana dan budidaya, (2) pengendalian hama dan penyakit, (3) panen dan penanganan pasca panen, dan (4) pemasaran produk. Pada Gambar 15 ditunjukkan urutan dari tahapan dalam agribisnis tanaman cabai pada satu musim tanam.

Gambar 15 Kegiatan Utama Agribisnis Cabai

Pada penelitian ini dilakukan kegiatan pengumpulan pengetahuan tacit yaitu pengetahuan yang bersumber dari pakar dan pengetahuan eksplisit yaitu pengetahuan yang bersumber dari buku dan literatur lain. Data dan pengetahuan dari kedua sumber ini nantinya akan disusun pada basis data dalam pengembangan sistem pakar yang berbasis android. Kedua kegiatan ini bisa dilaksanakan secara paralel. Hasil studi literatur akan dikonsultasikan dengan

Perencanaan dan Analisis Usaha Tani

Penyediaan Sarana dan Budidaya

Pengendalian Hama dan

Penyakit

Panen dan

(51)

pakar dan begitupun sebaliknya dengan harapan agar pengetahuan dari literatur dan pakar bisa saling melengkapi.

a. Pengetahuan Tacit

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, kebutuhan akan pengetahuan tacit pada penelitian ini diperoleh/ bersumber dari pakar. Pakar merupakan orang yang dianggap telah memiliki kemapuan dan pengalaman yang baik dan diakui dalam kegiatan agribisnis cabai (Capsicum annuuum. L). Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Dr. Widodo sebagai pakar proteksi tanaman cabai.

Pengetahuan tacit diperoleh dengan melakukan kegiatan diskusi (Forum Group Discussion/ FGD) dengan pakar. Diskusi yang dilakukan adalah metode diskusi terbuka agar pakar dapat menyampaikan pengetahuan yang dimiliki secara lebih leluasa sehingga dapat ditransformasikan menjadi pengetahuan yang dapat disimpan pada tahapan selanjutnya dari penelitian ini. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan maka pengetahuan tacit yang diperoleh meliputi pengetahuan budidaya tanaman cabai dan proteksi tanaman. Pada Tabel 1 dijelaskan secara detail pengetahuan, metode pencarian pengetahuan yang digunakan, dan sumber pengetahuan pakar.

Tabel 1. Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit

No Pengetahuan

Metode Pencarian Pengetahuan

Sumber Pengetahuan

1 Budidaya Tanaman Cabai Pakar:

Dr. Ir. Widodo, Lokasi:

Klinik tanaman Departemen Proteksi Tanaman IPB

a. Pemilihan benih cabai dan kesesuaian lahan.

Diskusi dan wawancara b. Penentuan dosis pupuk

dasar berdasarkan jenis tanah dan ketersediaan hara di lokasi penanaman cabai.

Diskusi dan wawancara

c. Penentuan dosis nutrisi (pupuk) tambahan dalam bentuk kocor ataupun semprot melalui daun pada

(52)

Lanjutan

No Pengetahuan

Metode Pencarian Pengetahuan Sumber Pengetahuan kegiatan budidaya.

2 Proteksi Tanam Pakar:

Dr. Ir. Widodo, Lokasi:

Klinik tanaman Departemen Proteksi Tanaman IPB

a. Diagnosa penyakit dan penanggulangannya

Diskusi dan wawancara b. Identifikasi dan

Penanggulangan

Diskusi dan wawancara

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit terkait kegiatan agribisnis cabai adalah pengetahuan yang diperoleh dari berbagai media dan repositori, yaitu literatur-literatur yang disusun oleh pakar, best practice budidaya cabai, publikasi ilmiah, buku-buku, Standar Operating Prosedur (SOP) dan sumber-sumber lain yang relevan. Literatur-literatur tersebut dikumpulkan, dipelajari dan direpresentasikan dalam bentuk yang mudah dipahami sehingga dapat diimplementasikan ke dalam pengembangan sistem pakar. Hasil penyusunan tersebut kemudian didiskusikan dengan pakar untuk menjadi keabsahan dari pengetahuan yang telah disusun oleh peneliti.

Pengetahuan eksplisit lebih terstruktur dibandingkan dengan pengetahuan tacit. Hal ini dikarenakan pengetahuan tacit bergantung pada cara/ kemampuan pakar dalam menjelaskan suatu permasalahan. Keterbatasan waktu untuk mengambil pengetahuan dari pakar langsung membuat studi ini juga mengoptimalkan pengetahuan tacit dalam pencarian pengetahuan untuk memperkaya basis pengetahuan (knowledge based) dari sistem yang dibangun. Pada Tabel 2 ditunjukkan jenis dan sumber pengetahuan eksplisit yang digunakan.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit

No Pengetahuan Sumber

Pengetahuan 1 Analisis Usaha Tani.

a. Analisis usaha dalam bentuk musiman.

- Buku

(53)

Lanjutan

No Pengetahuan Sumber

Pengetahuan b. Analisis nilai B/C rasio yang sesuai dan

menguntungkan bagi petani. Dengan mempertimbangkan besarnya pendapatan bulanan yang akan didapatkan oleh petani.

relevan

2 Budidaya Tanaman Cabai - Buku

- Publikasi ilmiah (jurnal)

- Peraturan

pemerintah terkait - SOP budidaya cabai

dan sumber-sumber lain.

a. Pemilihan benih cabai dan kesesuaian lahan. b. Penentuan dosis pupuk dasar berdasarkan

jenis tanah dan ketersediaan hara di lokasi penanaman cabai.

c. Penentuan dosis nutrisi (pupuk) tambahan dalam bentuk kocor ataupun semprot melalui daun pada kegiatan budidaya.

3 Proteksi Tanam - Buku

- Publikasi ilmiah - SOP proteksi

tanaman

- Webdan lainnya a. Diagnosa penyakit dan penanggulangannya

b. Identifikasi hama dan penanggulangannya

4 Informasi – Informasi Lain a. Informasi harga pasar b. Kelembagaan pertanian

c. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah

- Buku - Website

- Peraturan-peraturan pemerintah.

4.2.2. Akuisisi Pengetahuan

(54)

Pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan sistem pakar ini termasuk jenis pengetahuan eksplisit. Oleh karena itu pada tahap akuisisi pengetahuan penelitian ini dilakukan transformasi pengetahuan tacit menjadi eksplisit dan eksplisit menjadi eksplisit.

4.2.3. Representasi Pengetahuan

Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan untuk membentuk basis pengetahuan. Basis pengetahuan terdiri atas pengetahuan yang dimaksud dan spesifikasi dari pokok persoalan yang akan diselesaikan (Marimin 2005). Metode representasi pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan sistem pakar ini disesuaikan dengan masing-masing pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi aturan-aturan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik representasi pengetahuan dari masing-masing modul sistem pakar yang dikembangkan pada penelitian ini:

a. Pengetahuan Pemilihan Varietas Unggul

(55)

Lokasi Dataran (Rendah, sedang,

Tinggi) Teritorial

Daftar Varietas Cabai yang Direkomendasikan

Rule Base

Gambar 16 Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih b. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu. Penentuan dosis pupuk yang optimal dan dibutuhkan perlu dilakukan agar petani dapat melakukan kegia

Gambar

Gambar 14 Metodologi Penelitian
Gambar 18 Skema Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah
Gambar 21 Skema Serangan Hama Cabai dan Cara Pengendaliannya
Tabel 5. Komponen Pembiayaan Produksi Cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anda diminta untuk merancang jaringan pada salah satu sekolah yang terdiri dari 2 lab masing-masing 5 PC dan satu ruang kantor.. Diinginkan jaringan terkoneksi internet

Mahasiswa mendaftar ujian seminar proposal skripsi di SIAKAD dengan mengupload deskripsi singkat/ proposal skripsi.. Mahasiswa menyerahkan berkas persyaratan ujian seminar

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama pemulihan fisiologis (denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal), konsumsi pakan dan bobot badan pada domba muda dan

TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus di RSUP Dr. METODE: Penelitian ini merupakan penelitian analitik

sebagai sebuah srategi oleh partai politik maupun ulama yang berpolitik dalam3. menjalankan proses

Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode Capacity Requirement Planning (CRP), Capacity Requirement Planning (CRP) adalah suatu metode yang

Skripsi Perlindungan Hukum bagi Pramuniaga yang Bekerja Shift Malam pada Indomaret 24 Jam di Kota Semarang ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan Hukum

Melihat hasil penelitian di atas, tampak bahwa Aspek Keterampilan untuk Profesionalisme Birokrasi belum dimiliki sepenuhnya oleh pegawai, karena para pegawai belum memiliki