• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Orangtua seharusnya lebih memberikan kesempatan bagi ank untuk menentukan pendidikan yang seperti apa yang diinginkannya. Orangtua jangan terlalu memaksakan kehendaknya agar anaknya kelak bekerja sebagai buruh pabrik. Orangtua harus memiliki pola pikir yang lebih luas bahwa pekerjaan bukan hanya menjadi buruh pabrik saja, dan pendidikan bukan hanya masuk ke STM saja.

Ketika orangtua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya ke STM maka akan terjadi kasus seperti Jamal yang akhirnya setengah- setangah dalam bersekolah. Anak-anak seperti Rian dan Wawan membutuhkan dukungan baik dari orangtua maupun lingkungan tempatnya tinggal. Lingkungan sekitar dalam hal ini para tetangga juga seharusnya fokus kepada membenahi keluarganya sendiri daripada mengurusi orang lain.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Gambaran Kota Medan Dalam Sektor Industri

Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (3,6% dari luas Provinsi Sumatera Utara). Secara administratif hampir seluruh wilayah Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, hanya bagian utara yang berbatasan dengan Selat Malaka. Secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, khususnya dibidang perkebunan dan kehutanan. Disamping itu Kota Medan mempunyai posisi yang strategis dimana berfungsi sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestic maupun luar negeri (ekspor-impor). Kondisi ini mendorong perkembangan Kota Medan dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Secara demografis jumlah penduduk Kota Medan saat ini sudah melebihi 2 juta jiwa (salah satu Kota Metropolitan di luar Pulau Jawa). Sebagai pusat perdagangan sejak awal Kota Medan sudah memiliki keragaman suku (etnis) dan agama. Oleh karenanya budaya masyarakat yang ada sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai budaya. Adanya pluralisme ini juga ternyata merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial.

Pengelolaan sektor industri pada dasarnya merupakan masalah yang dihadapi semua negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Walaupun intensitas dari masalah tersebut mungkin sekali berbeda karena adanya perbedaan pada faktor-faktor yang mempengaruhi seperti laju pertumbuhan ekonomi, teknologi yang dipergunakan dan kebijaksanaan pemerintah. dilihat dari sudut pandang makro ekonomi, perluasan sektor industri dapat terjadi melalui pertumbuhan ekonomi yaitu melalui proses kenaikan output produksi secara konstan dalam jangka panjang. Untuk itu kontribusi sektor industri sangatlah penting dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan peningkatan output dari sektor industri maka tentu saja berdampak postif terhadap PDRB.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahunn, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

Permasalahan yang ada di Kota Medan adalah kontribusi sektor industri terhadap PDRB berjumlah maksimal meskipun output dari sektor industri terus meningkat. Namun, peningkatannya masih kecil dibandingkan sektor lainnya seperti sektor perdagangan dan sektor Bank dan Keuangan lainnya. Untuk itu perlu adanya peran pemerintah untuk dapat meningkatkan output produksi yang maksimal agar kontribusinya terhadap PDRB semakin baik dan konsisten. Berkaitan dengan itu maka permasalahan pertumbuhan PDRB dan sektor industri di Kota Medan harus mendapat perhatian yang menyeluruh dan terpadu, karena salah satu esensi yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah pengelolaan sektor industri yang cukup, untuk mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang akan terus ke pasar kerja.

Kinerja perekonomian di Kota Medan selama periode tahun 2000-2010 secara keseluruhan menunjukkan prestasi yang positif. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berfluktuasi meningkat. Data pertumbuhan PDRB di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 : Pertumbuhan PDRB Kota Medan dari Tahun 2000 – 2010

Tahun PDRB (Trilyun Rupiah) Pertumbuhan (%)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 18,96 19,83 20,82 22,02 23,62 25,27 27,23 - 4,60 5,00 5,76 7,23 6,98 7,76

2007 2008 2009 2010 29,35 31,37 33,43 35,82 7,78 6,89 6,55 7,16

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tahun 2000-2004 pertumbuhan PDRB Kota Medan mengalami kenaikan dari 4,60% di tahun 2000 menjadi 7,23% di tahun 2004, dimana PDRB di tahun 2000 sebesar Rp 18,96 Trilyun dan di tahun 2004 menjadi sebesar Rp 23,62 Trilyun. Kemudian di tahun 2005 mengalami penurunan sedikit menjadi 6,98% pertumbuhannya dan mengalami kenaikan kembali di tahun 2006 dan tahun 2007 sebesar 7,76% dan 7,78%. Dan akhir di tahun 2010 pertumbuhan PDRB Kota Medan meningkat kembali menjadi sebesar 7,16%.

Output dari sektor industri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan tetapi pertumbuhannya berfluktuasi menurun. Pertumbuhan sektor industri yang paling tinggi pada tahun 2006 dan tahun 2007 sebesar 6,59% dan 6,08%. dan pertumbuhan yang paling kecil adalah pada tahun 2002 dan tahun 2009 sebesar 0,50% dan 1,71%. Nilai produksi sektor industri dan pertumbuhannya dapat diihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 2 : Pertumbuhan Sektor Industri di Kota Medan Tahun 2000 – 2010

Tahun Sektor Industri (Milyar Rp) Pertumbuhan (%)

2000 2001 2002 2003 2004 3.222,02 3.381,89 3.398,73 3.537,45 3.725,21 - 4,73 0,50 3,92 5,04

2005 2006 2007 2008 2009 2010 3.842,15 4.095,43 4.344,56 4.514,29 4.591,60 4.792,16 3.04 6,59 6,08 3,91 1,71 4,39

Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2012

Nilai produksi sektor industri Kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tetapi kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kota Medan mengalami penurunan. Ini di karenakan oleh semakin besarnya sektor-sektor lain yang memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDRB dan dikarenakan potensi ekonomi Kota Medan adalah pada sektor perdagangan, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor keuangan dan jasa.

2.2. Kawasan Industri Medan Sebagai Pusat Lapangan Kerja

Kehadiran sektor industri dituntut untuk menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi, artinya dengan kehadiran suatu kawasan industri akan menciptakan berbagai lapangan pekerjaan misalnya bidang jasa dan perdagangan, disamping lapangan pekerjaan disektor industri itu sendiri. Dengan membuka lapangan kerja berarti menigkatkan aktivitas ekonomi ekonomi, serta mendukung munculnya multiplier effects dari sektor lainya.

Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai

fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.

Di Kota Medan terdapat beberapa bidang usaha potensial. Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%. Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri. Seperti diketahui, dengan status Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia maka wajar bila arahan pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut, apalagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan yang modern dan terkelola secara professional. Kawasan Industri Medan (KIM) berlokasi di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli dengan areal seluas 524 hektar. PT. KIM resmi berdiri menjadi perseroan sejak tanggal 7 Oktober 1988. Areal kawasan ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju pelabuhan Belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke pelabuhan belawan, serta 10 kilometer ke pusat Kota Medan.

Berbagai fasilitas penunjang yang dimiliki kawasan industri medan antara lain pengolahan air limbah, air bersih, air hydran, listrik, telepon, gas, keamanan,

pemadan kebakaran dan poliklinik. Investor asing yang menanamkan modalnya di KIM antara lain berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Swedia, Filipina, Jerman, Swiss dan Yaman. Pada tahun 2004 berdasarkan Medan Dalam Angka 2007 Data Industri, Listrik, Gas dan Air Minum Kota Medan, jenis perusahaannya terdiri dari PMDN berjumlah 135, Perusahaan Non-PMDN berjumlah 78 dan Perusahaan BUMN/BUMD berjumlah 4. Dan Kota Medan dinilai sebagai kota yang aman untuk berinvestasi di Indonesia.

Aspek sosial ekonomi terlihat dari adanya mobilitas tenaga kerja yang tinggi ke daerah kawasan industri, Dampak ekonomi yang diterima oleh masyarakat sekitar kawasan industri dan daerah terdampak akan sangat mendominasi kehidupan sehari-hari dari perubahan pendapatan hingga mata pencahaRian. Pendapatan sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu daerah, semakin besar pendapatan perkapitanya maka akan semakin besar tingkat kemakmuran di daerah tersebut.

Pendapatan suatu daerah juga berpengaruh pada tingkat pengangguran dan tenaga kerja di daerah tersebut. Masalah ketenagakerjaan juga merupakan salah satu faktor penghambat kemakmuran dan pembangunan di suatu daerah. Beberapa masalah ketenagakerjaan yang sering terjadi ialah rendahnya kualitas tenaga kerja, jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja, persebaran tenaga kerja yang tidak merata, dan pengangguran.

Perubahan akibat pembangunan yang berlangsung dengan pesat, selain mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat juga memberi pengaruh terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya setempat. Untuk itu setiap pembangunan

industri harus memperhitungkan dampak yang mungkin ditimbulkan. Dampak ini meliputi dampak yang bersifat positif dan negatif. Dampak positif dari pembangunan industri diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hanya saja dampak yang bersifat positif ini hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat, yaitu mereka yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu.

2.3. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Kelurahan Tanjung Mulia Hilir yang terletak di Kecamatan Medan Deli. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir merupakan daerah yang mengalami perkembangan yang pesat dan sebagai kawasan industri dan pergudangan. Kelurahan ini diapit oleh dua jalan utama kota yaitu Tol Belmera disebelah timur dan Jalan Alumunium di sebelah barat.

Kelurahan ini mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu mencapai 35.000 jiwa dengan pembagian 22 Lingkungan (seperti unit RW di pulau Jawa). Rata-rata penduduk per Lingkungan berkisar antara 300-600 KK. Mayoritas penduduk di kelurahan ini bermata pencahaRian buruh (industri) dari perusahaan yang ada disekitarnya. Sedangkan dilihat dari segi etnis, terdapat beberapa etnis dengan didominasi oleh etnis Jawa. Meskipun demikian faktor keragaman etnis dan agama tidak menjadi faktor penghambat bagi interaksi sosial dari masyarakat kelurahan ini.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir sering sekali menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan terkait lokasi pabrik yang ada di sekitarnya. Kondisi yang tidak menyenangkan tersebut seperti bau

tidak sedap yang tercium hingga ke seluruh wilayah Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, bau tersebut berasal dari pabrik udang yang letaknya berada di KIM. Kemudian banyaknya abu dan polusi asap yang berasal dari mobil-mobil petikemas milik pabrik-pabrik yang lalu lalang di Jalan Pematang Pasir menuju pabrik-pabrik ataupun keluar melewati Jalan Tol Belmera.

Gambar 1. Peta Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

Sumber : googlemap.com

Bisa dikatakan masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir memiliki aktifitas ekonomi selama 24 jam. Banyaknya pabrik-pabrik yang beroperasi selama 24 jam baik yang berada di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, maupun di KIM membuat masyarakat yang bekerja di tempat tersebut akhirnya turut sibuk juga. Rumah makan di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir juga cukup banyak yang

membuka usahanya selama 24 jam, hal ini terjadi karena banyaknya buruh pabrik yang membeli makanan pada saat jam istirahat makan tengah malam. Kemudian banyaknya truk yang lalu-lalang dan berhenti untuk mencari makan akhirnya memacu tumbuh pesatnya usaha rumah makan yang buka 24 jam di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.

Foto 1 : Suasana Lalu Lintas Di Kelurahan Tanjung Mulia Yang Padat Dengan Kendaraan Besar

Sumber : Peneliti

Sementara itu jika dilihat dari komposisi jumlah penduduk, jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Mulia Hilir pada Tahun 2015 cukup banyak yaitu berjumlah 35.064 jiwa yang terdiri dari :

- Kepala Keluarga : 18.486 KK - Jumlah Pria : 18.009 Jiwa - Jumlah Wanita : 21.991 Jiwa

- Kewarganegaraan : - Warga Negara Indonesia 35.064 jiwa - Warga Negara Asing : 0 jiwa

Adapun perincian keadaan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir menurut kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun 2015

No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa

1. 04 – 06 2.000 2. 07 – 12 8.600 3. 13 – 18 7.000 4. 16 – 18 9.000 5. 19 Ke atas 13.400 Jumlah 40.000

Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Tahun 2015

Dari Tabel 3. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat umur 16 – 18 tahun yaitu 9.000 jiwa. Sementara itu untuk jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja adalah sebagai berikut:

• 20 – 26 tahun : 7.000 jiwa • 27 – 40 tahun : 6.400 jiwa

Dilihat dari komposisi penduduk menurut usia tenaga kerja Kelurahan Tanjung Mulia Hilir memiliki tenaga kerja produkti yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia dewasa dengan perbandingan 7.000 dan 6.400. artinya dari segi potensi sumber daya manusia Kelurahan Tanjung Mulia Hilir memiliki manusia-manusia yang berada dalam usia produktif yang siap untuk meningkatkan perekonomian daerahnya.

Kemudian ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana. Yang mana jumlah penduduk menurut jenis pendidikan adalah sebagai berikut:

• Landasan Pendidikan Umum : 20.900 jiwa • Landasan Pendidikan Khusus : 700 jiwa

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun 2015 No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Taman Kanak-kanak 2.000 2. Tamatan SD 4.200 3. Tamatan SMP 6.300 4. Tamatan SMA/SMK 8.000 5. Tamatan Akademi/Diploma 550 6. Tamatan Sarjana 450 Jumlah 21.600

Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Tahun 2015

Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 5. Adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2015

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Pondok Pesantren 150

2. Madrasah 500

3. Sekolah Luar Biasa 20

4. Kursus 30

Jumlah 700

Matapencaharian penduduk Kelurahan Tanjung Mulia Hilir sebagian besar adalah buruh pabrik, karena di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir terdapat banyak pabrik industri dan juga gudang-gudang ekspedisi. Faktor lainnya juga adalah dekatnya Kelurahan Tanjung Mulia Hilir dengan Kawasan Industri Medan (KIM) yang memiliki banyak sekali pabrik sehingga memancing banyaknya pekerja yang bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik tersebut. Untuk lebih jelasnya jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2015

Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Tahun 2015

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Tanjung Mulia Hilir sebahagian besar mata pencahariannya adalah menjadi buruh pabrik dengan jumlah 6.000 orang, kemudian disusul dengan pekerjaan tentara dan juga karyawan/PNS dengan masing-masing berjumlah 1.000 orang

No. Mata PencahaRian Jumlah Jiwa

1. Karyawan/PNS 1.000 2. Wiraswasta 600 3. Petani 100 4. Pensiunan 500 5. Jasa 100 6. Buruh 6.000 7. Tentara 1.000 Jumlah 9.300

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang berlipat ganda sehingga memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri menempati posisi yang penting di era globalisasi seperti sekarang ini.

Hampir keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dunia mengalami industrialisasi, misalnya saja aspek kebutuhan primer manusia yaitu sandang, pangan dan papan sudah mengalami industrialisasi dengan hadirnya pabrik tekstil, pabrik makanan instan, dan pabrik bahan bagunan. Berawal dari ditemukannya mesin uap pada tahun 1769 oleh ilmuwan berkebangsaan Skotlandia, James Watt (Hart : 1986). Dunia mengalami era revolusi industri yang mengubah keseluruhan wajahnya, baik wajah fisik maupun sosial. Dalam revolusi industri tenaga uap telah mampu menggantikan tenaga manusia dan juga mampu meningkatkan produktifitas dan keuntungan.

Revolusi industri adalah awal dari sebuah era industrialisasi yang lebih besar. Negara-negara kaya di Eropa dan Amerika semakin memperluas pasar dan memperbesar skala produksi. Pabrik-pabrik yang berdiri di seluruh dunia

membuat polusi lingkungan, produk-produk elektronik membawa radiasi yang tidak baik bagi kesehatan sampai masalah sosial yang berkaitan dengan kesenjangan antara kaum buruh dan majikan adalah contoh efek negatif dari industrialisasi. Industrialisasi juga mempunyai beberapa efek positif yaitu memberikan lapangan kerja luas bagi masyarakat, produk dari industri teknologi dapat mempermudah hidup kita, munculnya berbagai macam inovasi baru akibat dari iklim kompetisi industri.

Hubungan industri dan sistem pendidikan bersifat timbal balik, serta memiliki pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon tenaga kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk mendapatkan suatu latihan. Dipihak lain industri sendiri mempunyai suatu sub sistem “pendidikan” yang khas, termasuk kegiatan magang dan berbagai bentuk training. Terlepas dari berbagai sektor, industri ternyata secara tidak langsung telah mempengaruhi lingkungan sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Melimpahnya kesempatan kerja yang dibuka oleh industri-industri tersebut, seakan-akan menjadi berkah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah industri. Selalu dibarengi dengan kesiapan masyarakat dalam memanfaatkannya. Masyarakat yang merasa bahwa lapangan pekerjaan selalu tersedia bagi mereka, akhirnya menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang sifatnya formalitas atau bahkan tidak penting.

Kehadiran PT. Kawasan Industri Medan (KIM) pada tanggal 7 Oktober 1988, menandai dimulainya era industrialisasi di Kota Medan dan khususya pada Kecamatan Medan Deli. Hadirya PT. KIM DI Kelurahan Mabar secara langsung

membuat daerah-daerah disekitarnya menjadi ikut terbangun. Letak PT. KIM yang berdampingan dengan Kelurahan Martubung, Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kelurahan Kota Bangun dan Kelurahan Titi Papan membuat daerah-daerah tersebut mendapat keuntungan dari segi pembangunan ekonomi.

Arus keluar masuk barang produksi dari pabrik-pabrik yang berada di dalam kawasan PT. KIM, tentu membutuhkan akses jalan raya yang memadai. Sehingga kemudian dibangun infrastruktur jalan raya yang terbuat dari semen beton di daerah Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir dan Kelurahan Mabar. Sementara di Kelurahan lainnya hanya dibangun jalan yang berbahan dari aspal. Hal ini terjadi karena dua kelurahan ini lah yang paling sering dilalui kendaraan keluar masuknya ke dan dari pabrik, atau pergudangan untuk mengantar jemput barang produksi.

Pembangunan jalan raya kemudian diikuti pembangunan infrastruktur jalan lain seperti SPBU, Rumah Makan, perumahan penduduk dan Rusunawa untuk tempat tinggal buruh pabrik. Kesemuanya itu merupakan aktifitas pembangunan untuk memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik di PT. KIM. Banyaknya kesempatan kerja yang didapatkan oleh masyarakat sekitar kawasan PT. KIM, terutama masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir yang menjadi fokus pada penelitian ini, membuat masyarakatnya hidup nyaman dan berkecukupan.

Sebagaimana diketahui masyarakat di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir pada awalnya bekerja sebagai petani padi, sayur mayur, pedagang, dan sebagian juga ada yang menjadi buruh perkebunan di perusahaan Tembakau Deli. Namun, seiring berjalannya waktu lahan-lahan pertanian tersebut semakin berkurang dan

berubah menjadi areal perumahan, pergudangan, ataupun pabrik. Menyempitnya lahan pertanian dan sudah tidak beroperasinya perusahaan Tembakau Deli membuat masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir harus mencari pekerjaan lain selain bertani.

Seiring berjalannya waktu, pembangunan pabrik-pabrik lainnya terus dilakukan. Bahkan wilayah PT. KIM sendiri tidak mampu untuk menampung pabrik-pabrik baru yang akan dibangun. Akibatnya pembangunan pabrik meluber hingga daerah-daerah dekat pemukiman penduduk. Semakin dekatnya letak pabrik tentu akan lebih memudahkan akses masyarakat pergi ke pabrik untuk bekerja, sehingga semakin bertambah pula masyarakat yang memilih bekerja sebagai buruh pabrik.

Banyaknya masyarakat yang menjadi buruh pabrik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir sudah berlangsung puluhan tahun. Bahkan banyak sekali masyarakat yang mengundang saudara-saudaranya yang berasal dari luar daerah untuk datang, dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pekerjaan sebagai buruh pabrik ini, untuk sebagian masyarakat ternyata juga dianggap sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak bisa dihindari ketika sudah tamat sekolah. Anak-anak yang sudah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan dipersiapkan oleh orangtuanya untuk masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengambil pendalaman mengenai teknik mesin, industri ataupun elektronik. Tujuannya adalah agar memudahkan si anak untuk bisa masuk ke pabrik dan bekerja menjadi buruh.

Masyarakat Tanjung Mulia Hilir terutama para anak-anak hanya memandang pekerjaan buruh lah satu-satunya pekerjaan yang menjanjikan.

Padahal sebenarnya untuk mereka masih terbuka kesempatan luas untuk berkarya di bidang pekerjaan lain. Namun, kondisi sosial ternyata menjadi salah satu faktor yang membuat pandangan mereka tentang pendidikan menjadi lebih sempit. Hal

Dokumen terkait