• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berikut beberapa saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini: 1) Saran akademis:

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini hanya sebatas membahas tentang keterbukaan diri, komunikasi interpersonal, dan konsep pertemanan. Untuk itu penelitian selanjutnya dapat lebih memperdalam dengan gambaran konsep diri dan teori pertukaran sosial. Penelitian ini juga dapat dilakukan dengan metode kuantitatif untuk menambah data penelitian.

2) Saran praktis:

Komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah dalam pertemanan anak indigo dengan sesama indigo dan bukan indigo sangatlah penting untuk keberlangsungan hubungan pertemanan tersebut. Dengan hasil penelitian ini, peneliti berharap permasalahan

miscommunication yang terjadi antara masyarakat awam terhadap anak

indigo dapat terselesaikan. Serta diharapkan dapat berguna untuk diaplikasikan kepada kelompok masyarakat unik lainnya.

193

DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi

Antarpribadi. Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua. Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana.

DeVito, Joseph. 2009. The Interpersonal Communication Book, Twelfth Edition. Boston : Pearson Education, Inc.

DeVito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima. Tangerang : Karisma Publishing Group.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Morrisan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana.

194

Neuman, W. Lawrence. 2006. Social Research Methods. Edisi Keenam. Boston : Pearson Education, Inc.

Puguh, Omah. 2012. Buku Lengkap Tentang Anak Indigo. Jogjakarta : FlashBooks.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Ruben, Brent D. Dan Lea P. Stewart. 2006. Communication and Human

Behavior. Boston : Pearson Education, Inc.

Sarwono, S. W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial, Buku Sumber Untuk

Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiarti, Eko. 2013. Master EYD. Edisi Baru. Yogyakarta : Suaka Media.

Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

195

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2006. Understanding Interpersonal

Communication Making Choices in Changing Times. Cina : Thomson

Wadsworth.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2012. Introducing Communication Theory:

Analysis and Application, 3rd edition. Jakarta : Salemba Humanika.

Wood, Julia T. 2009. Communication in Our Lives. Edisi Kelima. Boston : Wadsworh Cengage Learning.

Sumber Internet:

Asmawati. 2009. “Anak Indigo, Istimewa Tapi Jangan Dianggap Aneh”. http://www.ummi-online.com/berita-16-anak-indigo-istimewa-tapi-jangan-dianggap-aneh.html. Diakses pada 26 Maret 2014, pukul 21.00.

Najmuddin, Muhammad. “Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi”. E-Journal Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar. 2013.

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/afbd7fea16628dc1c2a0aba11e72f693.pd f . Diakses pada tanggal 24 Maret 2014, pukul 15.00.

Pramudiarja, Uyung. 2012. “Ini Dia Si Anak-Anak Indigo”. http://health.detik.com/read/2012/10/03/172921/2053916/775/1/ini-dia-si-anak-anak-indigo. Diakses pada tanggal 12 Maret 2014, pukul 18.35.

196

Rizkia, Amarildo. 2009. “Anak Indigo: Siapakah Mereka?” http://ruangpsikologi.com/keluarga/indigo/ diterbitkan pada 12 September 2009, diakses pada 8 Maret 2014 pukul 22.35.

Rr. Aninditha P.S. “Studi Fenomenologi Mengenai Self Disclosure Remaja Pengguna Narkoba Kepada Orang Tua”. Tugas Akhir. Surabaya :

Universitas Kristen Petra.

http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=20047. Diakses pada 24 Maret 2014, pukul 13.55.

Sutikno, Raja Bambang. 2012. “Empat Tingkat Kesadaran Manusia (1)”. http://ekbis.sindonews.com/read/2012/12/10/39/695921/empat-tingkat-kesadaran-manusia-1. Diakses pada 26 Maret 2014, pukul 23.35.

Vincent, Yohanes. “Self Disclosure Transeksual Di Surabaya Terhadap Lingkungan Sekitarnya”. Tugas Akhir. Surabaya : Universitas Kristen Petra. http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=14421. Diakses pada 24 Maret 2014, pukul 12.45.

http://www.kpi.go.id/download/buku/demi_frekuensi_milik_publik_2012_FINAL .pdf Bab 2 Pembahasan atau Penanganan Kasus-Kasus Isi Siaran Tahun 2012 hal. 25-26. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 23.10.

197

198

TRANSKRIP WAWANCARA

WAWANCARA PENDAHULUAN

Sumber : Hamdani Tanggal : 10 Maret 2014 Waktu : 14.00-15.00 WIB

Tempat : Jl. H.R Rasuna Said, Jakarta Selatan (Kantor Epicentrum Kebangsaan)

Pakaian : Kaos broken white bergambar logo Apple dan celana jeans hitam

Peneliti : Selamat siang Kak Dani, terimakasih atas waktu yang diberikan Kak Dani. Sebelumnya saya akan melakukan wawancara pendahuluan dengan Kak Dani untuk melihat situasi kondisi dari anak-anak indigo sebelum memasuki ke bagian selanjutnya. Mmm.. Jadi seperti yang Kakak bilang, komunitas Keluarga Indigo ini Kakak yang buat ya?

Dani : Yang buat iya, jadi aku ngumpulin doang. Eee..itu tuh..eee.., Kan ada waktu itu program Indigo Trans TV kan, sebelum itu kita juga udah ngumpul, jadi udah cukup lama sih, karena waktu itu mama-mama sama papa-papanya itu, yang anaknya kebinggungan kaya gitu pada ngumpul di BBM. BBM, terus pada nanyain, “kok anak gw kaya gitu?”. “Eh sama, gini gw gini gini..”. Akhirnya mereka kaya bikin ya kaya arisan gitu, terus akhirnya pas ngumpul-ngumpul, jadi tahun 2008 atau sebelumnya juga udah kepecah-pecah gitu sih. Akhirnya sampai program Indigo itu, nyatulah mereka semua itu, dan paling gedenya pas lagi program Indigo Trans TV itu. Kaya gitu, dan akhirnya Indigo Trans TV minta bantuan ke

199

kita, untuk validasi, ini anak beneran Indigo atau hanya ngaku-ngaku doang.

Peneliti : Oh, jadi di situ ada tesnya ya? Dani : Iya.

Peneliti : Jadi Kak Dani sudah dites juga?

Dani : Engga sih, jadi tes itu ga ada di indigo, yang aura-aura. Sebenarnya cara paling gampang untuk tahu anak itu indigo atau bukan, tanya kepada anak indigo yang lain, yang udah benar-benar gitu. Mereka itu saling komunikasi lewat mata. Kaya gitu sih validasinya, bukan tes aura gitu, bukan. Aku di komunitas ini sebagai indikator aja, jadi pas lagi kumpul aku mikir untuk bikin komunitas ah. Apa ya? Kalo lagi ngumpul gitu udah bukan, apa ya, udah lebih dari keluarga deh. Tali temalinya itu, kadang mereka bukan curhat kepada keluarganya, tapi lebih memilih untuk curhat ke kita. Karena yang mereka rasain, kita lebih nyambung gitu, anak kecil, anak gedenya, sama semuanya kaya begitu. Giliran udah nyatu, kaya bikin lingkeran, uh udah enak banget deh ngobrolnya. Tek..tek..tek..

Peneliti : Oh, jadi suka ngumpul bareng ya? Lalu kalau berkomunikasi, tadi katanya kan ada twitter ya? facebook juga ada?

Dani : Pertama itu kita via BBM, BBM ibu-ibunya, zaman dulu kan masih zaman BBM, bikin group Keluarga Indigo, makin kesini kita mengikuti trend yang ada, oh, twitter, kita buat. Facebook juga kita buat, gitu sih. Peneliti : Oh begitu, lalu mmm..Jadi kalian itu pertama kali sebenarnya tidak

menyatakan kalau kalian indigo ya? Misalnya sama saya, yang baru pertama kali ketemu.

Dani : Mmm..Gak bakal. Kecuali kalau ngebantuin orang, ngebantuinnya kaya apapun. Kaya sekarang ini kan lebih ke skripsi, ngebantuin anak-anak supaya mereka terarah tentang informasi yang benar dari sumber langsung

200

gitu, bukan dari kata orang, kata internet, begini begitu, nah jadi kita mulai terbuka untuk riset dan segala macamnya. Habis itu ya itu sih paling, ya ga mungkin, anak indigo ga mungkin bilang “woi gw indigo.”, ga mungkin. Sama, ee..ato..ee..sampai akhirnya dia muncul di televisi, dan terpaksa terbuka. Ya udah fine gua, ya tapi kadang suka, “oo itu Dan, elo yang di TV?”. “Ah..engga bukan-bukan.”. Speak-speak gitu deh, gak mau terlalu apa ya..anak indigo ga boleh terlalu mengekspos sebenarnya. Ga boleh terlalu gitu. Ketika ada kesempatan gitu di media, ya kita menjelaskan ke media, apa yang harus kita luruskan sama masyarakat ini. Makanya

problem komunikasinya..kalau problem itu balik ke individual sebenarnya,

kaya gitu. Balik ke individual anak-anak masing-masing. Terus kalau misalnya ke masyarakatnya, itu tuh kaya gini, aku tuh udah ampir ketemu lima puluh sampai dengan seratus ada di database aku, lima puluh sampai seratus anak indigo tersebar di Indonesia, paling banyak. Ee..Jakarta sama Bandung, soalnya kita paling gencer ngelakuin ini. yang Semarang, “eh

please dong, ee..ayo dong buat di sini, nanti kita fasilitasin segala macem”.

Tapi ga ada waktunya, buat keliling Indonesia gitu. Ada yang di Semarang, Medan, segala macam. Tapi pas ketika misalnya, contohnya yang ada di Medan, ada yang nanyain di Medan, dan kebetulan kita punya koneksi di Medan, ya udah kita arahin di situ, ya kalian bikin gathering di situ aja, ya regional gitu. Terus, oke fine, bla..bla..bla..Segala macam. Udah hampir seratus anak indigo ditemuin sih, udah gitu dan em..Permasalahannya itu tuh, kalau masyarakat ada yang terlalu melebih-lebihkan, ada yang terlalu meremehkan. Jadi ketika misalnya terjun langsung ke ee..nyata gitu kan misalnya, yang satu tuh ada yang “Yah elah apaan sih anak indigo, speak gitu boong”, segala macam. Yang ini aga gampang untuk dinaikkinnya. Maksudnya diketengahin, kan kita mau menengahkan, kita pertengahkan persepsi masyarakat. Kalau misalnya meremehkan gampang. Mm..contohnya misalkan, “Oh, loe ga percaya?”. Ketemu sama kita, maen sama kita, tiga, empat anak lah dari kita, satu orang yang gak percaya itu main sama kita, tapi terkadang kalau misalnya

Dokumen terkait