• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Penyimpanan obat sebaiknya dilakukan secara alfabetis sesuai dengan bentuk sediaan obat. Hal ini akan memudahkan petugas apotek dalam pengambilan obat dan meningkatkan efisiensi pelayanan obat kepada pasien.

b. Untuk memudahkan pengelolaan obat dan menghindari risiko kerugian pengelolaan barang seperti kelebihan pemesanan atau barang habis tetapi belum dipesan, sebaiknya sistem penjualan, penghitungan harga dan stok obat dibuat secara komputerisasi.

c. Perlunya dilakukan kegiatan konseling dan monitoring penggunaan obat oleh apoteker untuk meningkatkan keberhasilan terapi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, the Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed Revised and Expanded. Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.

Widiyanti, T. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen Persediaan di Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Lampiran 9. Denah Ruang Apotek Atrika

KASIR COUNTER OBAT OTC SOLID

COUNTER OBAT

OTC SOLID

MEJA

RAK OBAT OTC LIQUID LIQUID DAN TOPIKALRAK OBAT OTC RAK OBAT KONSINYASI

TOILET

RAK OBAT GENERIK

MEJA KERJA MEJA RACIK

MEJA KERJA

LEMARI PSIKOTROPIKA

LEMARI NARKOTIKA (DITANAM ATAS) DAN ALAT GELAS

(BAWAH) MEJA KOMPUTER RAK OBAT KARDIOVASKULAR (BAWAH) DAN PERNAFASAN(ATAS) RAK OBAT PENCERNAAN DAN SIRUP

RAK OBAT KONTRASEPSI, HORMON, ANTIPSIKOSIS, KARDIOVASKULAR, ANTIHISTAMIN, DAN

PENCERNAAN

RAK OBAT

KORTIKOSTEROID DAN FAST MOVING

RAK OBAT ANALGETIK / ANTIPIRETIK (BAWAH) DAN ANTIBIOTIK(ATAS) RAK OBAT ANTIMIKROBA / ANTIVIRUS (BAWAH)

DAN VITAMIN DAN SUPLEMEN(ATAS)

RAK OBAT BAHAN BAKU (BAWAH) DAN OBAT TETES TELINGA, HIDUNG, DAN MATA (ATAS KIRI

-ATAS KANAN)

MEJA KARTU STOK GUDANG DAN PEMBUKUAN TIMBANGAN GRAM HALUS TIMBANGAN GRAM KASAR KARTU STOK

Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Kasir Kurir Petugas

Kebersihan Juru Resep Asisten Apoteker Apoteker Pendamping Pemilik Sarana

Lampiran 18. Berita Acara Pemusnahan Resep

POM.53.OB.53.AP.53.P1 BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari ini …… tangggal ……… bulan ……. tahun ………. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 280/Men.Kes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Apoteker Pengelola Apotek :

S.I.P.A Nomor :

Nama Apotek :

Alamat Apotek :

Dengan disaksikan oleh :

1. Nama : Jabatan : S.I.K. Nomor : 2. Nama : Jabatan : S.I.K. Nomor :

Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas penyimpanan selama tiga tahun, yaitu:

Resep dari tanggal …………... sampai dengan tanggal ……… seberat ……….. kg.

Tempat dilakukan pemusnahan :

Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara ini dibuat dalam rangkap empat dan dikirimkan kepada:

1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi

3. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan 4. Satu sebagai arsip di Apotek.

……, ……… 20….

Saksi-saksi: Yang membuat berita acara,

1. ( ) ( )

S.I.K No: S.I.P.A. No:

2. ( ) S.I.K No:

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKA

JL. KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT

DAFTAR JARINGAN PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

(PPK) DI DKI JAKARTA YANG AKAN TERLIBAT DALAM

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)

ZETMI, S.Farm.

1206330261

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Jaminan Sosial Nasional ... 3 2.1.1 Jaminan Kesehatan ... 3 2.1.2 Jaminan Kecelakaan Kerja...……… 4 2.1.3 Jaminan Hari Tua ... 5 2.1.4 Jaminan Pensiun ………...………6 2.1.5 Jaminan Kematian ... 7 2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 7 2.2.1 Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPJS ... 8 2.2.2 PT Askes (Persero) Sebagai BPJS Kesehatan ……… 10 2.3 Fasilitas Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) ….... 12

2.3.1 Pengertian Fasilitas Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) ... 12 2.3.2 Tahapan Persiapan Konsep Kredensialing Fasilitas Kesehatan……….……… 14 2.3.3 Persyaratan Fasilitas Kesehatan Untuk Menjadi Provider .... 14 2.3.4 Konsep Seleksi Fasilitas Kesehatan Primer (Kredensialing dan Re-kredensialing…...……… 15 2.3.5 Daftar Jaringan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)

3.2 Metode ... 23 BAB 4 PEMBAHASAN ... 24 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30 5.1 Kesimpulan ... 30 5.2 Saran ... 30 DAFTAR ACUAN ... 31 LAMPIRAN ... 32

Tabel 2.1. Persyaratan Fasilitas Kesehatan Untuk Menjadi Provider BPJS Kesehatan ... 14 Tabel 2.2. Daftar Jaringan Klinik Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)

Tingkat Pertama PT Askes (Persero) ... 16 Tabel 2.3. Daftar Jaringan Rumah Sakit Pemberi Pelayanan Kesehatan

(PPK) Tingkat Lanjutan PT Askes (Persero) ... 18 Tabel 2.4. Daftar Jaringan Apotek/Instalasi Farmasi Pemberi Pelayanan

Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjutan PT Askes (Persero) ... 20 Tabel 2.5. Daftar Jaringan Optik Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)

Lampiran 1 Aplikasi Pengajuan dan Formulir Penilaian (Credentialling) PT Askes (Persero) ... 32

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan produktif. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Kedua upaya ini adalah pelayanan berkesinambungan atau continuum care. Upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan pada sisi hulu untuk mempertahankan agar masyarakat tetap sehat dan tidak jatuh sakit, sedangkan upaya kesehatan perorangan dilaksanakan pada sisi hilir.

Dilandasi amanat Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang nomor 40 tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang nomor 24 tahun 2011, tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Indonesia melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional mulai tahun 2014, demi tercapainya jaminan kesehatan semesta. Dengan diselenggarakannya satu sistem jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk pada tahun 2014, maka berbagai jenis jaminan kesehatan akan melebur ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk maksud tersebut dilakukan penyiapan oleh semua pihak yang meliputi penyiapan: 1) fasilitas kesehatan, sistem rujukan dan infrastruktur, 2) pembiayaan dan transformasi program serta kelembagaan, 3) regulasi, 4) sumber daya manusia dan capacity building, 5) kefarmasian dan alat kesehatan, serta 6) sosialisasi dan advokasi.

Terkait dengan penyiapan fasilitas kesehatan dalam mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional, perlu dilakukan pendaftaran (kredensialing) dan perpanjangan kontrak (re-kredensialing) fasilitas kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS kesehatan. Kegiatan tersebut diperlukan untuk menunjang terlaksananya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang optimal. Untuk itu, PT Askes, sebagai BPJS kesehatan, perlu menyiapkan peraturan yang mengatur tata cara serta konsep kredensialing dan re-kredensialing fasilitas kesehatan yang akan

ikut dalam program Sistem Jaminan Sosial Nasional. Fasilitas kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi fasilitas kesehatan primer dan fasilitas kesehatan lanjutan.

Laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini akan memberikan informasi terkait dengan fasilitas kesehatan di DKI Jakarta yang akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Pertama dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini adalah:

1. Mengetahui konsep pendaftaran (kredensialing) dan perpanjangan kontrak (re-kredensialing) fasilitas kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

2. Mengetahui daftar fasilitas kesehatan di DKI Jakarta yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Pertama dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjutan.

2.1 Jaminan Sosial Nasional

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dimana Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jenis program jaminan sosial meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

2.1.1 Jaminan Kesehatan

Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip ekuitas yang dimaksud adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya (Kemenko Kesra, 2008). Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau orang yang iurannya dibayar oleh pemerintah. Anggota keluarga peserta

berhak menerima manfaat jaminan kesehatan. Setiap peserta dapat

mengikutsertakan anggota keluarga yang lain menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.

Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk

jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya.

Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam keadaan darurat, pelayanan dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang yang tidak menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta, Badan Penyelengggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi. Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.

Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

2.1.2 Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial. Peserta dari jaminan kecelakaan kerja adalah seseorang yang telah membayar iuran. Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia. Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatan. Untuk jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaan tertentu, pemberi kerja dikenakan urun biaya.

Manfaat jaminan kecelakaan kerja diberikan pada fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang memenuhi syarat dan menjalin kerja sama dengan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam keadaan darurat, pelayanan dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam hal kecelakaan kerja terjadi di suatu daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, maka guna memenuhi kebutuhan medis bagi peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi. Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas perawatan di rumah sakit diberikan kelas standar.

Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh pemberi kerja. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah. Besarnya iuran bervariasi untuk setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.

2.1.3 Jaminan Hari Tua

Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Peserta jaminan hari tua adalah peserta yang telah membayar iuran.

Manfaat jaminan hari tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap. Besarnya manfaat jaminan hari tua ditentukan berdasarkan seluruh akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya. Pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun. Apabila peserta meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua.

Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta penerima upah ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta yang tidak menerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala.

2.1.4 Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti. Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran.

Manfaat jaminan pensiun berwujud uang tunai yang diterima setiap bulan sebagai:

1. Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai meninggal dunia. 2. Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau akibat

penyakit sampai meninggal dunia.

3. Pensiun janda/duda, diterima janda/duda ahli waris peserta sampai meninggal dunia atau menikah lagi.

4. Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja atau menikah.

5. Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

Setiap peserta atau ahli warisnya berhak mendapatkan pembayaran uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iuran minimal 15 (lima belas) tahun, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan. Manfaat jaminan pensiun dibayarkan kepada peserta yang telah mencapai usia pensiun sesuai formula yang ditetapkan.

Apabila peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun atau belum memenuhi masa iur 15 (lima belas) tahun, ahli warisnya tetap berhak mendapatkan manfaat jaminan pensiun. Apabila peserta mencapai usia pensiun sebelum memenuhi masa iur 15 (lima belas) tahun, peserta tersebut berhak mendapatkan seluruh akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya. Hak ahli waris atas manfaat pensiun anak berakhir apabila anak tersebut menikah, bekerja tetap atau mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun. Manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang mengalami cacat total tetap meskipun peserta tersebut belum memasuki usia pensiun.

Besarnya iuran jaminan pensiun untuk peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan atau suatu jumlah nominal tertentu yang ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja.

2.1.5 Jaminan Kematian

Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial. Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia. Peserta jaminan kematian adalah setiap orang yang telah membayar iuran.

Manfaat jaminan kematian berupa uang tunai dibayarkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah klaim diterima dan disetujui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Besarnya manfaat jaminan kematian ditetapkan berdasarkan suatu jumlah nominal tertentu.

Iuran jaminan kematian ditanggung oleh pemberi kerja. Besarnya iuran jaminan kematian bagi penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan. Besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta bukan penerima upah ditentukan berdasarkan jumlah nominal tertentu dibayar oleh peserta.

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

BPJS dibagi dua menjadi BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. BPJS kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS

ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

2.2.1 Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPJS

BPJS kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun dan program jaminan hari tua.

2.2.1.1 Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja. c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah.

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program jaminan sosial.

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

2.2.1.2 Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

a. Menagih pembayaran iuran.

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai.

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi

kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

2.2.1.3 Hak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari dana jaminan sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6 (enam) bulan.

2.2.1.4 Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta.

b. Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta..

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya.

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku.

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan

hak dan memenuhi kewajibannya.

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum.

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan jaminan sosial.

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada presiden dengan tembusan kepada DJSN.

2.2.2 PT Askes (Persero) Sebagai BPJS Kesehatan

PT Askes ditunjuk oleh pemerintah sebagai BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dari aspek Kelembagaan dan Organisasi ada lima hal penting yang perlu dilakukan PT Askes yaitu: (a) proses transformasi dari PT Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, (b) pengembangan BPJS Kesehatan dalam mencapai kepesertaan semesta (universal coverage) bagi seluruh penduduk Indonesia, (c) pengembangan sistem informasi, (d) sosialisasi, edukasi dan advokasi serta (e) koordinasi dan monitoring.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) memberikan waktu sampai tanggal 1 Januari 2014 kepada PT Askes (Persero) agar: (a) menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan kesehatan dan (b) menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan. Pada 1 Januari 2014 penyelenggaraan progran jaminan kesehatan yang selama ini dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan PT Jamsostek (Persero) dialihkan ke BPJS Kesehatan. PT Jamsostek (Persero) ditugasi untuk: (a) menyiapkan pengalihan program jaminan pemeliharaan kesehatan kepada BPJS Kesehatan,

Dokumen terkait