• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA

3.6 Kegiatan di Apotek Atrika

3.6.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.6.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik, dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek Atrika meliputi:

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek. Gambar Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 16.

c. Buku Penerimaan Barang

Buku penerimaan barang digunakan untuk mencatat surat faktur barang yang masuk. Dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan obat ethical dipisahkan.

d. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

e. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa.

f. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/masuk barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar, dan sisa stok barang pada lemari.

g. Buku Pemasukan Obat Ethical

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam buku ini tercantum nama barang, jumlah obat ethical satuan terkecil, dan tanggal kadaluarsa.

h. Buku Pemasukan Obat Over The Counter (OTC)

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC. i. Buku Resep Dokter

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep dokter. Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

j. Buku Penjualan Obat Bebas

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

k. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

l. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke Apotek Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa.

Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apotek juga dapat berfungsi sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Pada dasarnya komoditas bisnis apotek adalah seediaan farmasi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang yang mengkonsumsinya, sehingga apabila tidak dikelola oleh orang yang memiliki kompetensi ilmu kefarmasian, yaitu apoteker, maka hal tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Seorang apoteker di apotek juga dapat terlibat langsung dalam memberikan pertimbangan serta informasi yang benar mengenai pengobatan yang diterima maupun mengenai swamedikasi yang ingin dilakukan konsumen. Peran tersebut sangat penting dalam mewujudkan pengobatan yang rasional bagi masyarakat serta pencegahan terhadap penggunasalahan dan penyalahgunaan obat di masyarakat. Peran pelayanan kefarmasian tersebut semakin penting mengingat apotek merupakan terminal terakhir dalam pengadaaan obat yang diperlukan oleh masyarakat.

Apotek Atrika yang berlokasi di Jl. Kartini Raya No. 34 didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA 1387.01/KANWIL/SIA/010, berarti apotek ini telah beroperasi selama lebih kurang 12 tahun. Persyaratan yang penting dalam mendirikan apotek kerja sama adalah perjanjian kerja sama antara Pemilik Sarana Apoteker (PSA) yaitu Bapak Winardi Hendrayanta dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Dr. Harmita, Apt. yang ditandatangani di hadapan notaris.

Letak apotek ini cukup strategis karena dilalui kendaraan dari dua arah, merupakan daerah yang padat penduduk serta memiliki banyak tempat praktek dokter dan sarana kesehatan lainnya, seperti rumah sakit dan Puskesmas. Jarak dengan apotek lainnya cukup jauh sehingga dapat menjadi apotek andalan untuk daerah sekitarnya.

Sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika telah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya struktur organisasi (Lampiran

dengan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Adanya kerja sama yang baik antara bagian yang satu dengan yang lain akan menciptakan mekanisme kerja yang harmonis dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan organisasi apotek.

Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di apotek adalah pengadaan obat-obatan dan barang. Kegiatan pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan apotek. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencatat obat-obatan dan sediaan farmasi yang telah mencapai titik persediaan minimum ke dalam buku defekta. Informasi mengenai persediaan obat tercantum di dalam kartu stok. Setelah ditulis ke dalam buku defekta, dibuat surat pesanan sesuai kebutuhan obat. Tahap selanjutnya, apoteker melakukan pemesanan kepada PBF yang telah bekerja sama dengan apotek.

Kegiatan pengadaan barang di Apotek Atrika dilakukan melalui pembelian secara kredit dengan memperhatikan arus barang (fast moving atau slow moving) dan arus uang. Pemesanan obat dilakukan oleh apoteker setiap hari Senin, Rabu dan Jumat secara rutin, baik melalui telepon maupun melalui sales dari PBF yang datang ke apotek. Barang pesanan biasanya diantar dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 hari (24 jam), sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak PBF. Pemesanan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan prosedur berbeda, dengan menggunakan surat pesanan khusus. Surat pesanan diisi dan ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan (SP) untuk narkotika ditujukan kepada PT. Kimia Farma sebagai distributor narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan narkotika dilakukan secara COD (Cash On Delivery). Sementara untuk obat-obat psikotropika dapat melalui PBF lain yang menyediakan obat tersebut. Untuk pemesanan narkotika, SP harus diserahkan terlebih dahulu kepada distributor sebelum barang bisa diantarkan. Penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh APA, Apoteker Pendamping, atau Asisten Apoteker.

Selain melakukan pengadaan obat melalui pembelian secara kredit, Apotek Atrika juga menerima titipan (konsinyasi) perbekalan farmasi, dimana apotek menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu yang telah disepakati ataupun sampai batas kadaluarsa, maka

barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Perbekalan farmasi dengan sistem konsinyasi ini diletakkan pada rak terpisah di ruang depan apotek.

Administrasi pembelian dalam hal pembayaran terhadap sediaan atau perbekalan farmasi yang dipesan dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) sudah terencana dan terlaksana dengan baik. Pembayara dilakukan pada tanggal tukar faktur yaitu tanggal 5 dan 15 setiap bulannya sehingga apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak terbebani dengan tanggal pembayaran yag tidak teratur.

Keberhasilan fungsi pembelian suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan. Karena fungsi pembelian yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Hal tersebut penting di dalam menjaga kepercayaan pelanggan terhadap apotek, bahwa persediaan apotek tersebut lengkap, dan resepnya tidak pernah ditolak. Fungsi pembelian juga penting untuk mencegah apotek dari kerugian akibat stok barang yang menumpuk. Indikator keberhasilan dari fungsi pembelian adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil. Fungsi pembelian berfungsi dengan baik bila HPP yang diperoleh dan jumlah resep yang ditolak lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu, fungsi pembelian harus mengupayakan untuk menekan pembelian sekecil mungkin namun diusahakan selengkap mungkin.

Kegiatan pertama yang dilakukan ketika barang pesanan diantar ke apotek adalah pengecekan untuk memeriksa barang yang diterima sesuai antara surat pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain) yang dilakukan oleh petugas apotek. Penerimaan obat dilakukan oleh APA, Apoteker Pendamping, atau Asisten Apoteker. Jika sesuai, maka faktur akan ditandatangani dan diberi cap apotek oleh apoteker/asisten apoteker. Tahap berikutnya adalah pemindahan data-data dari faktur ke dalam buku penerimaan barang yang berisi nama obat dan jumlah barang yang masuk berserta tanggal kadaluarsanya. Pencatatan meliputi tanggal pembelian, nomor urut faktur, nama distributor (PBF), jumlah barang, nama barang, nomor bets, harga, diskon/potongan harga, dan tanggal kadaluarsa. Selanjutnya, dilakukan pencatatan ke dalam kartu stok besar, yang kemudian

dipindahkan lagi ke dalam kartu stok kecil (kartu stok harian). Kartu stok besar berfungsi mencatat barang-barang yang masuk atau baru dibeli apotek. Kartu stok kecil berfungsi mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk, serta berisi informasi mengenai sisa stok barang di lemari penyimpanan. Agar memudahkan penelusuran pergerakan barang, maka dilakukan perbedaan warna kartu stok (baik besar maupun kecil) berdasarkan bentuk sediaan. Sediaan solid menggunakan kartu stok warna putih, sediaan semisolid menggunakan kartu stok warna hijau, dan sediaan liquid menggunakan kartu stok warna merah.

Apotek Atrika memiliki lemari penyimpanan untuk sediaan Over The Counter (OTC) dan obat ethical. Lemari peyimpanan sediaan OTC berada di bagian depan apotek, sedangkan lemari penyimpanan obat ethical berada di bagian dalam apotek. Penyimpanan obat dibedakan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan secara alfabetis. Sediaan obat oral padat disimpan di satu lemari, kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas terapi obat. Untuk sediaan cair, penyimpanan dipisahkan dari sediaan oral padat, begitu juga untuk sediaan topikal. Tujuan dari penyimpanan dengan metode ini adalah untuk memudahkan dalam pengambilan obat pada saat pasien membeli obat. Namun terkadang terjadi kesulitan pengambilan obat jika petugas apotek tidak mengetahui kelas terapi obat yang akan diambil. Untuk itu, sebaiknya penyimpanan obat cukup dengan menyusun sesuai bentuk sediaan dan merek dagang obat secara alfabetis. Hal ini akan lebih memudahkan dalam pengambilan obat dan memberikan efisiensi waktu. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus dan terpisah dengan obat-obat yang lain. Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Apotek Atrika tidak memiliki sistem pergudangan. Dengan demikian dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan barang di gudang dan terhindar dari risiko penumpukan barang yang menyebabkan kerusakan akibat obat yang dibiarkan terlalu lama hingga mencapai waktu kadaluarsa (stok mati).

Kegiatan pengendalian obat narkotika dan psikotropika di Apotek Atrika sudah dilakukan dengan baik. Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diberikan kepada pasien yang membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang dan jika tidak ditebus semua, sisa obat yang belum diambil hanya boleh dibeli di apotek yang sama (apotek asal yang

menyimpan resep asli). Obat golongan psikotropika dapat diberikan berdasarkan resep asli dari dokter atau salinan resep (Lampiran 17). Resep yang mengandung psikotropika dapat diulang jika perlu. Laporan penjualan dan pemakaian narkotika dan psikotropika dibuat oleh apoteker dan dilaporkan sebelum tanggal 10 setiap bulannya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.

Kegiatan pengelolaan obat yang dilaksanakan oleh Apotek Atrika masih secara manual. Hal ini terkadang akan menimbulkan kendala. Kendala tersebut dapat berupa terjadinya kesalahan dalam pencatatan stok obat oleh petugas di apotek. Untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut, hendaknya pengelolaan obat di Apotek Atrika menggunakan sistem komputerisasi. Pemakaian sistem komputer akan membantu proses pemberian atau pemeriksaan harga dan dalam proses pengecekan stok obat. Sistem komputerisasi juga dapat menghindari kesalahan dalam perencanaan barang, serta meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek.

Seluruh kegiatan dalam sistem pelayanan resep, mulai dari penerimaan resep, pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, koreksi, hingga penyerahan resep dibantu dengan suatu alat bantu sederhana berupa selembar kertas kecil berisi paraf tiap kegiatan yang sudah dilakukan (kertas HTKP) sehingga mempermudah pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing bagian. Selain penyimpanan resep yang mengandung narkotika dengan resep obat non narkotika dipisahkan, kemudian dilakukan pula penempelan kertas HTKP dengan warna yang berbeda, yaitu warna kuning untuk resep yang mengandung narkotika dan warna putih untuk resep obat non narkotika. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat dan memudahkan penelusuran kembali bila sewaktu-waktu terjadi kekeliruan/masalah yang berkaitan dengan obat dalam resep atau adanya keluhan dari pasien.

Pengelolaan resep di Apotek Atrika menurut pengamatan saya sudah dilakukan dengan baik. Resep dokter yang sudah dilayani, disimpan per hari berdasarkan nomor urut masuknya resep. Selain itu, dicatat pula informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan dalam buku catatan resep. Penyimpanan resep dilakukan selama 3 tahun. Setelah 3 tahun, dilakukan pemusnahan resep oleh apoteker dengan

disaksikan oleh wakil dari Suku Dinas Kesehatan dan Balai POM. Berita acara pemusnahan resep dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat (Lampiran 18).

Dari segi kewirausahaan, apotek Atrika selalu berusaha meningkatkan penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu didukung dengan adanya hubungan kerjasama yang senantiasa dijaga dengan baik oleh apotek Atrika terhadap apotek pesaing maupun dengan dokter. Sebagai contoh, apabila suatu obat tidak tersedia di Apotek Atrika, maka apotek dapat berusaha memperolehnya dari apotek lain. Selain itu, apotek Atrika telah melakukan pelayanan dengan baik, di antaranya pelayanan resep yang cepat dan tepat yang didukung dengan pemberian informasi obat kepada pasien. Akan tetapi, kegiatan konseling di apotek Atrika belum berjalan dengan baik atau masih jarang dilakukan. Sedangkan kegiatan monitoring penggunaan obat dan terhadap efek yang tidak diinginkan dari penggunaan obat di apotek Atrika belum dilakukan, padahal kegiatan tersebut merupakan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan Apoteker di apotek secara profesional dalam menerapkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

5.1 Kesimpulan

a. Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertugas dan bertanggung jawab memimpin dan mengatur seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan resep hingga pemberian informasi kepada pasien. Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi kegiatan administrasi keuangan, personalia dan kegiatan administrasi lainnya.

b. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Atrika telah melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.2 Saran

a. Penyimpanan obat sebaiknya dilakukan secara alfabetis sesuai dengan bentuk sediaan obat. Hal ini akan memudahkan petugas apotek dalam pengambilan obat dan meningkatkan efisiensi pelayanan obat kepada pasien.

b. Untuk memudahkan pengelolaan obat dan menghindari risiko kerugian pengelolaan barang seperti kelebihan pemesanan atau barang habis tetapi belum dipesan, sebaiknya sistem penjualan, penghitungan harga dan stok obat dibuat secara komputerisasi.

c. Perlunya dilakukan kegiatan konseling dan monitoring penggunaan obat oleh apoteker untuk meningkatkan keberhasilan terapi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, the Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed Revised and Expanded. Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.

Widiyanti, T. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen Persediaan di Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Lampiran 9. Denah Ruang Apotek Atrika

KASIR COUNTER OBAT OTC SOLID

COUNTER OBAT

OTC SOLID

MEJA

RAK OBAT OTC LIQUID LIQUID DAN TOPIKALRAK OBAT OTC RAK OBAT KONSINYASI

TOILET

RAK OBAT GENERIK

MEJA KERJA MEJA RACIK

MEJA KERJA

LEMARI PSIKOTROPIKA

LEMARI NARKOTIKA (DITANAM ATAS) DAN ALAT GELAS

(BAWAH) MEJA KOMPUTER RAK OBAT KARDIOVASKULAR (BAWAH) DAN PERNAFASAN(ATAS) RAK OBAT PENCERNAAN DAN SIRUP

RAK OBAT KONTRASEPSI, HORMON, ANTIPSIKOSIS, KARDIOVASKULAR, ANTIHISTAMIN, DAN

PENCERNAAN

RAK OBAT

KORTIKOSTEROID DAN FAST MOVING

RAK OBAT ANALGETIK / ANTIPIRETIK (BAWAH) DAN ANTIBIOTIK(ATAS) RAK OBAT ANTIMIKROBA / ANTIVIRUS (BAWAH)

DAN VITAMIN DAN SUPLEMEN(ATAS)

RAK OBAT BAHAN BAKU (BAWAH) DAN OBAT TETES TELINGA, HIDUNG, DAN MATA (ATAS KIRI

-ATAS KANAN)

MEJA KARTU STOK GUDANG DAN PEMBUKUAN TIMBANGAN GRAM HALUS TIMBANGAN GRAM KASAR KARTU STOK

Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Kasir Kurir Petugas

Kebersihan Juru Resep Asisten Apoteker Apoteker Pendamping Pemilik Sarana

Lampiran 18. Berita Acara Pemusnahan Resep

POM.53.OB.53.AP.53.P1 BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari ini …… tangggal ……… bulan ……. tahun ………. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 280/Men.Kes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Apoteker Pengelola Apotek :

S.I.P.A Nomor :

Nama Apotek :

Alamat Apotek :

Dengan disaksikan oleh :

1. Nama : Jabatan : S.I.K. Nomor : 2. Nama : Jabatan : S.I.K. Nomor :

Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas penyimpanan selama tiga tahun, yaitu:

Resep dari tanggal …………... sampai dengan tanggal ……… seberat ……….. kg.

Tempat dilakukan pemusnahan :

Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara ini dibuat dalam rangkap empat dan dikirimkan kepada:

1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi

3. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan 4. Satu sebagai arsip di Apotek.

……, ……… 20….

Saksi-saksi: Yang membuat berita acara,

1. ( ) ( )

S.I.K No: S.I.P.A. No:

2. ( ) S.I.K No:

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKA

JL. KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT

DAFTAR JARINGAN PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

(PPK) DI DKI JAKARTA YANG AKAN TERLIBAT DALAM

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)

ZETMI, S.Farm.

1206330261

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Jaminan Sosial Nasional ... 3 2.1.1 Jaminan Kesehatan ... 3 2.1.2 Jaminan Kecelakaan Kerja...……… 4 2.1.3 Jaminan Hari Tua ... 5 2.1.4 Jaminan Pensiun ………...………6 2.1.5 Jaminan Kematian ... 7 2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 7 2.2.1 Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPJS ... 8 2.2.2 PT Askes (Persero) Sebagai BPJS Kesehatan ……… 10 2.3 Fasilitas Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) ….... 12

2.3.1 Pengertian Fasilitas Kesehatan dan Pemberi Pelayanan

Dokumen terkait