• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan kita sehari- hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu yang sudah wajar dilakukan oleh masyarakat. Kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) di Indonesia dapat dikatakan semakin berkembang. Dengan demikian dasar hukum perundang- undangan yang mengaturnya harus mengalami penyesuaian dengan perkembangannya. Namun, tetap saja peraturan itu dilanggar oleh masyarakat. Telah menjadi suatu kebiasaan, sebuah aturan dianggap menjadi sesuatu yang harus dilanggar oleh masyarakat, bukan untuk ditaati ataupun dijalankan.

Tindak kejahatan dan pelanggaran pasti menyebabkan suatu kerugian yang bersifat material atau signifikan dalam kehidupan kita. Demikian pula dalam bidang akuntansi, terdapat suatu tindak kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) yang oleh para akuntan dikenal sebagai kecurangan (fraud).

Di Indonesia kecenderungan kecurangan akuntansi sudah menjadi hal yang biasa terjadi dari beberapa tahun silam. Banyak lembaga yang melakukan praktik kecurangan baik sektor publik maupun sektor swasta.

Kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, kelicikan atau mengelabui dengan cara yang tidak jujur lainnya (Shintadevi,

xiii

2015:2-3). Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Menurut Widjaja (2013) dalamAprishella (2014:11) Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang diilakukan pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintahan, sedangkan kecurangan internal adalah tindakan tidak legal yang dilakukan oleh karyawan, manager dan eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Kecurangan ini menimbulkan kerugian besar bagi organisasi atau lembaga itu sendiri.

Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia. Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Alison, 2006 dalam Rahmawati, 2012:2).

Tindakan kecurangan dalam akuntansi terjadi karena beberapa kondisi seperti yang dijelaskan oleh Cressey (1953) dalam Tuanakotta (2007:207)menyebutkan Teori Fraud Triangle, bahwa korupsi disebabkan karena adanya 3 faktor yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (razionalization). Tindakan tersebut dilakukan oleh manajemen untuk melakukan suatu perbuatan curang didalam suatu instansi, tekanan yang paling utama adalah tuntutan ekonomi dimana karyawan akan berlaku curang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Peluang sendiri berarti terdapat situasi didalam suatu instansi atau lembaga dimana manajemen dapat

xiv

melakukan tindak kecurangan dan rasionalisasi adalah sikap instansi atau lembaga yang merasionalkan tindakan curang atau tidak jujur.

Di Indonesia dalam bidang akuntansi, kecurangan yang paling sering terjadi ialah kejahatan kerah putih (white-collar crime) atau bisa juga disebut korupsi. Kejahatan ini dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan penting dilingkungan organisasinya.Menurut kalangan masyarakat, korupsi sudah menjadi suatu budaya dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini disebabkan oleh mulai banyaknya kasus- kasus korupsi yang mulai diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan banyak pihak dari semua kalangan. Namun kecurangan (fraud) dalam bidang akuntansi bukan hanya soal korupsi saja, namun lebih luas lagi seperti pengambilan aset secara ilegal dan bahkan dalam penyusunan laporan keuangan sekalipun dapat ditemui kecurangan (fraud) yang biasa disebut salah saji. Dalam hal ini, laporan keuangan menyajikan aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya atau sebaliknya.

Kecurangan (fraud)dapat terjadi pada sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Di sektor pemerintahan contohnya adalah praktik mark up dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh pemerintah. Pada sektor swasta kecurangan (fraud) yang sering terjadi, contohnya pemalsuan jumlah gaji dalam pembayaran gaji karyawan.

Penanganan fraud dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mencegah dan mendeteksi fraud. Upaya utama seharusnya dengan melakukan pencegahan pada kecurangan (fraud), dimulai dengan pengendalian intern

xv

selanjutnya dilakukan pencegahan dengan dua konsep penting lainnya yaitu menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan.

Dengan dilakukannya pencegahan kecurangan di bidang akuntansi tersebut perusahaan dapat menekan, mencegah bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya kecurangan yang dilakukan karyawan dan mengurangi unsur karena adanya peluang yang timbul di perusahaan.

Menurut penanganan fraud tersebut, pencegahan kecurangan akuntansi memang sangat diperlukan untuk memajukan sebuah perusahaan kearah yang lebih baik. Pencegahan kecurangan akuntansi ini dapat dilihat dan disadari keberadaannya dalam beberapa aspek. Contohnya dari bagian bidang akuntansi perusahaan, terkontrolnya pekerjaan karyawan yang menangani keuangan perusahaan. Dapat juga dilihat dari faktor kemakmuran karyawan, karena karyawan yang memiliki etika dan gaji yang sesuai jarang akan mengambil resiko untuk melakukan suatu kecurangan yang merugikan diri sendiri serta perusahaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, seperti pada penelitianSimanjuntak (2013:31) dapat dilihat bahwa keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dari hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa apabila hanya pengendalian intern bidang akuntansi saja yang ditingkatkan ataupun diutamakan pada suatu perusahaan dibandingkan pengendalian intern secara keseluruhan dari segala

xvi

aspek, bukanlah menjadi suatu hal yang sangat efektif dalam mencegah kecurangan akuntansi di perusahaan yang dilakukan oleh karyawan. Di lain variabel yaitu pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan, dengan demikian sebuah pengembang mutu karyawan berperan dalam pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006:32-33) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dikurangi jika system pengendalian internal yang efektif diterapkan dalam perusahaan. Semakin tinggi sistem pengendalian internal maka semakin menurun kecenderungan kecurangan akuntansi. Pada variabel kesesuainan kompensasi memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Sebuah pemberian kompensasi kepada karyawan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan, memperoleh, memelihara dan menjaga karyawan dengan baik tetapi tidak memberikan pengaruh yang berarti pada kecenderungan kecurangan akuntansi.

Demikian pula hasil dari penelitian Shintadevi (2015:160-163) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara keefektifan pengendalian internal, dan kesesuaian kompensasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi pada Universitas Negeri Yogyakarta.Hal ini mengandung implikasi bahwa sebaiknya instansi memperhatikan

xvii

Pengendalian Internal yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Pada penelitian terdahulu, seperti pada Wilopo (2006) dan Shintadevi (2015), menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yaitu pengendalian intern bidang akuntansi dan kesesuaian kompensasi berpengaruh dalam pecegahan kecurangan akuntansi. Namun hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dari Simanjuntak (2013) menunjukkan bahwa pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi melainkan dengan adanya penggabungan dari beberapa aspek yaitu pengembangan mutu karyawan menghasilkan pencegahan kecurangan akuntansi yang lebih kuat. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, ketiga penelitian ini memiliki kombinasi variabel independent yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dianggap perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih mendapatkan referensi atas faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan, khususnya di Jakarta yang memang belum banyak penelitian tentang hal ini. Penelitian ini juga dilakukan karena semakin dikhawatirkan maraknya kasus- kasus kecurangan akuntansi yang terjadi belakangan ini yang terus diinformasikan melalui media massa dan juga Komisi Pemberantasan Korupsi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang

xviii

Akuntansi, Pengembangan Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan tehadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi Pada PerusahaanPengolahan Air Minum Swasta di Jakarta”.

Dokumen terkait