• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Sistem konsultasi ini dapat dikembangkan untuk lebih dari satu jenis / varietas pertanian, karena sistem ini dirancang untuk memudahkan update dan penambahan menu-menu baru yang diperlukan, tentunya diperlukan tenaga ahli yang menguasai bahasa pemrograman PHP, WML, dan MySQL untuk dapat membuat versi berikutnya.

102 2. Sistem konsultasi online berbasis mobile ini akan lebih optimal dengan adanya link terhadap beberapa jejaring sosial (social network) yang bergerak dibidang agribisnis komoditas cabai dibeberapa daerah bahkan di setiap daerah di Indonesia, sehingga diperlukan pembentukan kelompok / komunitas yang terkoordinasi.

3. Peranan Kementrian Dirjen Pertanian sangat penting sebagai pihak yang memberikan arahan, membentuk, dan mengkoordinasikan jejaring sosial mengenai kegiatan agribisnis cabai ini, sehingga memudahkan dan dapat menjadikan sistem konsultasi online berbasis mobile ini sebagai fasilitator dalam berbagi informasi antara jejaring sosial tersebut.

PEDOMAN UMUM

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN

HORTIKULTURA TAHUN 2011

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2010

ABSTRACT

ERLAN DARMAWAN. Online Chili (Capsicum annuum. L) Agribusiness

Consultation Based On Mobile System. Under direction of KUDANG BORO

SEMINAR, SRIANI SUJIPRIHATI dan HENDRA RAHMAWAN.

A mobile based Chili online agribusiness consultation system is a consultation system which serves the information and knowledge for farmers and stake holder involved in chili Agribusiness so they can access all needed information in processing, marketing, and developing their agricultural products by using mobile device such as: hand phone, PDA that have GPRS (General Packet Radio Services). The purpose of the research is to make the farmers as direct independent users in getting the information, by using information technology, so the mobile device it can be communication media and knowledge based consultation devices. The developing of mobile based consultation system is for supporting the activities of Agribusiness that include market information, weather information, and government policy about the farm production result that will be observed to give solution for Agribusiness doers, especially for the chili farmers in consulting all information needed to develop the result of Agriculture. This system is built by using System Development Life Cycle (SDLC) approach. It is an adaptive extreme Programming which is one of Agile’s methodologies that consist of explorating, planning, iteration launching software. The source of knowledge is gotten from the experts, police makers, customer, research institution, University, and from books, research journals, bulletin, and online information system.

Key words: System, Consultation, Online, Agribusiness, Chili, mobile, Farmer, Information, Extreme programming, tacit, explicit.

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan informasi sangat penting pada era informasi sekarang ini. Informasi sama pentingnya dengan faktor produksi utama seperti tanah, tenaga kerja, dan modal. Informasi merupakan salah satu syarat yang diperlukan bagi pembangunan pertanian atau agribisnis, karena sumber daya yang ada tanpa didukung oleh informasi tidak akan memberikan hasil yang optimal. Selain itu informasi juga mempunyai efek ganda yang besar terhadap efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya lainnya.

Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities) dan kegiatan luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi, agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu : 1. Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system)

2. Sub sistem produksi pertanian (production sub-system)

3. Sub sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system)

4. Sub sistem pemasaran (marketi sub-system)

5. Sub sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system) Kegiatan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pelaku agribisnis. Salah satu komoditas agribisnis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah cabai.

Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5.21

Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49 % per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha (BPS, 2011). Angka konsumsi cabai jika dibandingkan dengan produksinya

2 maka terjadi surplus sebesar 141.058 ton (10.23% dari total produksi). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi agar produksi cabai dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi kegiatan agribisnis cabai.

Tantangan yang dihadapi petani dalam rangka mengoptimalkan kegiatan agribisnis cabai adalah kurangnya informasi dan pengetahuan terkait dengan kegiatan agribisnis cabai. Secara umum informasi yang dibutuhkan masyarakat terdiri dari empat bagian yaitu perencanaan usaha tani, pelaksanaan usaha tani, evaluasi usaha tani, dan mengatasi masalah usaha tani (Tamba, 2007).

Pertama, informasi perencanaan usaha tani terdiri dari: 1. Peningkatan produksi dan mutu sayuran

2. Ketersediaan sarana produksi

3. Ketersediaan permodalan

4. Teknologi pengolahan hasil pertanian, dan 5. Analisis usaha tani.

Kedua, informasi yang terkait dengan pelaksanaan usaha tani adalah 1. Cara pengorganisasian penyediaan sarana produksi

2. Pengorganisasian penyediaan dan penggunaan permodalan 3. Teknologi budidaya/produksi

4. Teknologi panen dan pasca panen, dan 5. Pengawasan produksi

Ketiga, informasi yang terkait dengan evaluasi usaha tani meliputi 1. Prosedur kerja usaha tani

2. Cara menilai proses pelaksanaan usaha tani

3. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan usaha tani. Keempat, informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah usaha tani yaitu

1. Teknik manajerial usaha tani 2. Rantai pemasaran sayuran 3. Proses produksi, dan 4. Perusahaan mitra

3 Untuk menyediakan informasi dan pengetahuan bagi petani dan stake holder yang terlibat dalam bidang pertanian maka perlu dibangun sebuah sistem konsultasi online agribisnis berbasis mobile. Hal ini dikarenakan semua lapisan masyarakat khususnya para pelaku agribisnis dalam hal ini adalah para petani cabai, rata- rata telah memiliki perangkat mobile seperti handphone. Sehingga sistem konsultasi ini dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi dan pengetahuan (knowledge) dalam kegiatan agribisnis dengan harapan dapat menjadi media diseminasi informasi dan pengetahuan agribisnis kapan saja dan dimana saja.

Ide dasarnya adalah merancang dan membuat sebuah aplikasi berbasis

mobile yang digunakan khusus bagi para petani cabai, dimana mereka nantinya dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam mengelola, memasarkan, dan mengembangkan hasil pertaniannya dimana pun mereka berada tidak terbatas dengan waktu dan tempat, sehingga telepon celuller tersebut dapat dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai alat konsultasi berbasis pengetahuan. Hal ini di dasarkan untuk menjawab hasil penelitian sebelumnya oleh Mariati Tamba dalam disertasinya mengenai kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani sayuran. Salah satu kelemahan dalam analisis SWOT mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sayuran dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan petani sayuran adalah (Tamba, 2007) 1. Ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan petani sayuran masih

terbatas

2. Kesadaran petani akan pentingnya informasi masih kurang

3. Kurangnya komitmen pemerintah daerah menyediakan informasi pertanian

bagi petani

4. Pengelola sistem informasi pertanian kurang tanggap terhadap informasi yang dibutuhkan petani, dan

5. Kondisi faktor-faktor fisik yang kurang mendukung seperti : luas lahan, modal, sarana dan prasarana, serta sistem pemasaran belum tertata dengan baik.

4

B. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini, ruang lingkup yang membatasinya adalah pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung kegiatan agribisnis meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan kebijakan- kebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian yang akan diteliti. Sistem konsultasi yang akan dibangun lebih spesifik pada komoditas cabai (Capsicum annuum. L.), Sehingga informasi yang tersedia dalam sistem ini dapat langsung diterima oleh petani sebagai pelaku bisnis tanpa harus melalui perantara atau pihak lain.

Adapun perangkat mobile yang akan digunakan sebagai alat konsultasi tentunya harus memiliki fasilitas akses internet seperti GPRS dan WAP (Wireless Application Protocol)

C. Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah merancang sebuah konsep pendistribusian informasi kepada para pelaku usaha tani khususnya petani cabai dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi, secara lebih spesifik tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisa dan mendesain sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annum.L.) berbasis mobile

2. Rancang bangun prototype sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai untuk dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya.

5 2. Petani dapat langsung menerima informasi yang diperlukannya melalui perangkat teknologi informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya

3. Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem untuk kegiatan

penyuluhan, sehingga para pelaku agribisnis dapat secara langsung membuktikan melalui perangkat mobile yang mereka miliki

6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Agribisnis

Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), dan kegiatan luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi, agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system),Sub sistem produksi pertanian (production sub-system), Sub sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system), Sub sistem pemasaran (marketi sub-system), Sub sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system).

Gambar 1 Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis

Faktor-faktor yang mendukung dalam kegiatan agribisnis baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Faktor ketersediaan sumber informasi (Agricultural Information Source

Factor).

Ketersediaan informasi menjadi faktor penting dalam kegiatan agribisnis. Jika dikaitkan dengan berbagai sub-sistem kegiatan agribisnis, maka seluruh kegiatan agribisnis membutuhkan faktor informasi dan

Agribisnis Faktor Input Pertanian Faktor Input Penunjang Kelembagaan Faktor Produksi Pertanian Faktor Pengolahan hasil Pertanian Faktor Pemasaran

7

pengetahuan (knowledge) dalam setiap kegiatan. Informasi yang

dibutuhkan petani meliputi berbagai kegiatan agribisnis dari Hulu sampai Hilir. Kebutuhan informasi dan pengetahuan itu adalah (Margaret J. et.al, 2007) :

a. Teknik pengolahan tanah, teknik pengolahan tanah menjadi penting bagi petani. Pengolahan tanah yang baik menjadi faktor utama suksesnya kegiatan budidaya pertanian

b. Benih, informasi mengenai benih meliputi benih apa yang harus digunakan untuk spesifikasi lokasi

c. Cuaca dan Iklim, kondisi cuaca dan iklim yang berubah-ubah saat ini menjadikan petani sulit untuk memprediksi cuaca dan iklim pada spesifik lokasi. Petani membutuhkan informasi yang real time terkait dengan cuaca dan iklim untuk merencanakan kegiatan budidaya. d. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman, informasi kebutuhan nutrisi

tanaman dibutuhkan oleh petani untuk memproyeksikan kebutuhan dari tanaman. Petani saat ini hanya mengira-ngira dosis pupuk yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Hal ini menjadikan kegiatan pertanian tidak presisi dan terasa tidak efektif. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diinginkan karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi

e. Informasi dan pengetahuan terkait past management. Penggunaan pestisida akhir-akhir ini menjadi pilihan utama bagi petani dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan yang berlebih akan merusak lingkungan dan akan meninggalkan residu pada tanaman yang ditanam. Hal ini akan membahayakan bagi

konsumen akhir produk pertanian. Pengetahuan mengenai

pengendalian hama yang ramah lingkungan dan tepat sasaran diperlukan oleh petani agar dapat mengendalikan hama dan penyakit dengan meminimalkan penggunaan pestisida.

f. Informasi harga pertanian. Informasi harga pertanian pada berbagai pasar disekitar spesifik lokasi diperlukan oleh petani dalam rangka mendapatkan harga yang baik. Harga pertanian saat ini umumnya

8 ditentukan oleh tengkulak. Hal ini menjadikan hasil yang diperoleh kurang optimal.

g. Informasi dan pengetahuan mengenai analisis usaha tani. Analisis usaha tani diperlukan untuk menentukan biaya investasi yang dibutuhkan dan strategi penyediaannya. Kegiatan agribisnis merupakan kegiatan yang membutuhkan modal yang besar. Informasi mengenai kebutuhan pendanaan (investasi) dan sumber kredit dengan bunga ringan bagi petani dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan agribisnis agar dapat bersaing.

2. Faktor kesediaan peralatan (Agricultural Equipment Factor)

Kesediaan peralatan pendukung kegiatan pertanian sangat

dibutuhkan oleh petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Mekanisasi pertanian menjadi kebutuhan utama bagi petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Informasi dan pengetahuan mengenai ketersediaan peralatan pertanian mulai dari alat dan mesin pengolahan lahan, aplikator pestisida, alat dan mesin pemanenan, serta alat dan mesin pada kegiatan pasca panen pertanian.

Kebutuhan informasi dan pengetahuan pada berbagai kegiatan agribisnis pertanian tersebut sulit didapatkan oleh petani. Petani umumnya mendapatkan informasi dari mulut ke mulut antar petani yang pernah melakukan budidaya yang sama. Hal ini tentu menjadi tidak efektif, sehingga perlu dibuat sebuah sistem konsultasi agribisnis online berbasis mobile serta bebasis pengetahuan. Penyediaan akses informasi ini dilakukan seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang begitu pesat.

Salah satu dari berbagai kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi yang di inginkan dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti telepon celuller, dimana pada saat ini penggunaan telepon celuller sudah memasuki semua kalangan masyarakat luas, mulai dari anak-anak, orang dewasa, bahkan para orang tua pun sudah tidak asing lagi dengan adanya penggunaan

9 telepon celuller, tentunya dengan fasilitas-fasilitas yang lebih canggih yang tersedia di setiap perangkat telepon celuller seperti halnya fasilitas Internet, GPRS, dan lain sebagainya.

B. Tanaman Cabai

Tanaman cabai diklasifikasikan kedalam spesies Capsicum anuum. L.

Berikut adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai secara detail (USDA, 2011) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum dan lain-lain

Varietas : Capsicum annuum L. var. annuum

Cabai (Capsicum annum. L) merupakan komoditas yang sangat penting

bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5.21 Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49 % per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha (BPS, 2011).

C. Terminology Data, Informasi, dan Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) dibangun dari data, data sendiri merupakan fakta hasil observasi atau persepsi. Data belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa,

10 ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep. Misalkan data jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian perlu diproses dan diubah menjadi informasi. informasi sendiri adalah data yang sudah diproses, di kumpulkan, dan memiliki makna dalam suatu konteks tertentu.

Sumber : Turban, 2007 .

Gambar 2 Hubungan antara Data, Informasi, dan Pengetahuan

Pengetahuan sendiri merupakan hasil internalisasi dari informasi ataupun data yang tersimpan yang menjadi dasar untuk melakukan aksi. Skema hubungan antara data, informasi, dan pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 2.

D. Sistem Informasi

Definisi sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) di dalam suatu proses yang terorganisasi (Satzinger, 2007). Sistem Informasi merupakan suatu kumpulan komponen yang bekerja sama untuk mengatur perolehan, penyimpanan, manipulasi, dan distribusi informasi. Sistem Informasi dapat didefinisikan pula sebagai sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen, dan pengambilan keputusan serta basis data. Sistem informasi secara umum memiliki tiga fungsi utama yaitu mengambil

DATA INFORMATION KNOWLEDGE

Proses

Data yang dapat digunakan untuk aksi Informasi yang relevan

11 data (capturing/input), mengolah, mentransformasikan, dan mengkonversikan

data menjadi informasi, serta mendistribusikan informasi

(reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi. Database dan sistem informasi mempunyai unsur-unsur yang saling terkait seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Komponen Sistem Informasi (Mannino, 2001)

Berikut adalah tipe-tipe sistem yang digunakan dalam suatu organisasi (Satzinger et al. 2007) :

a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem informasi yang menangkap dan mengumpulkan informasi tentang segala transaksi pada suatu organisasi

b. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang bertugas mengolah data yang dikumpulkan oleh TPS. Hasil yang diperoleh dari MIS adalah laporan-laporan yang berguna bagi manajemen untuk perencanaan dan kontrol bisnis.

c. Decision Support and Knowledge – Base System (DSS/KBS) adalah sistem yang digunakan sebagai penunjang pengambilan keputusan. Sistem ini akan membantu user dalam mengambil keputusan yang cermat, namun pengambilan keputusan tetap kepada pengguna sistem. Sistem akan

Process Performance Control System Data Info Data Store S O F T W A R E H A R D W A R E DATAWARE BRAINWARE NETWARE

12 membantu dalam membuat pilihan-pilihan keputusan dan akibat-akibat yang akan ditimbulkan dari keputusan yang akan diambil. Sistem ini juga memungkinkan otomatisasi terhadap pengambilan keputusan yang sifatnya rutin.

d. Enterprise Application System adalah sistem yang terintegrasi guna melakukan operasi terhadap data yang besar. Umumnya sistem ini merupakan kombinasi dari TPS, MIS, dan DSS/KBS.

e. Communication Support System merupakan sistem yang memfasilitasi komunikasi antara pelanggan dan produsen

f. Office Support System merupakan sistem yang memungkinkan pekerja pada suatu perusahaan untuk membuat dan membagi dokumen.

E. Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah

konsep yang telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. KM merupakan

suatu disiplin yang mempromosikan pendekatan integrasi untuk

mengidentifikasi, menangkap, dan mengevaluasi pengambilan dan

penggunaan bersama (sharing) seluruh asset informasi dari suatu organisasi. Asset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur, dan keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja (T.Kanti Srikantatiah & Michael E.D. Koenis).

1. Sumber Pengetahuan

Terdapat dua jenis sumber pengetahuan yang dapat digunakan suatu organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :

a. Tacit Knowledge adalah pengetahuan yang sifatnya belum terdokumentasi karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau pengalaman seseorang. Pada umumnya, Tacit Knowledge masih berhubungan dengan hal–hal yang bersifat praktek, dimana transfer knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialization (orang

ke orang). Tacit Knowledge dapat didokumentasikan, tetapi

membutuhkan penjelasan rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman kepada orang yang membaca dokumentasi dari tacit knowledge

13 tersebut. Jadi adakalanya Tacit Knowledge tidak dapat digantikan dengan dokumentasi atau teknologi.

Yang menjadi tacit knowledge dalam penelitian ini adalah pakar,

policy maker, produsen, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi b. Explicit Knowledge: pengetahuan yang formal, sistematis dan mudah

untuk ditransfer atau dibagikan ke orang lain dalam bentuk dokumentasi. Pada umumnya, Explicit Knowledge merupakan pengetahuan yang bersifat teori dimana memudahkan para ahli untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui buku, artikel dan jurnal tanpa harus datang langsung untuk mengajari orang tersebut. Asalkan para ahli dapat dengan jelas dalam mendokumentasikan pengetahuannya, maka kemungkinan untuk terjadi kesalapahaman dalam transfer knowledge akan kecil sekali.

Yang menjadi explicit knowledge dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, bulletin, proceeding, dan sistem informasi online.

2. Strategi Transformasi Pengetahuan

Akhir-akhir ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge. Menurut Nonaka dan Takeuci (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation).

Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan

terhadap hubungan synergistic dari tacit dan explicit knowledge dalam organisasi, serta melalui desain dari proses sosial yang menciptakan

knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge.

Knowledge adalah pengetahuan, pengalaman, informasi factual, dan pendapat para pakar yang digunakan untuk aksi. Organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tasit ke eksplisit dan kemudian ke tasit kembali yang dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing

14 Gambar 4 Strategi Transformasi Pengetahuan

Pendekatan dan strategi pengalihan pengetahuan tentu perlu dilakukan organisasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Perlu langkah-langkah strategis untuk mentransformasikan dan mengubah berbagai bentuk pengetahuan yang ada. Gambar 4 menggambarkan secara skematis teknik konversi (pengalihan) knowledge. Proses pengalihan pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan dan strategi yang meliputi :

a. Tacit menjadi Tacit (Socialization)

Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming

secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran, pengiriman, dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang maka dapat dilakukan melalui teleconference antar cabang untuk membahas topik tertentu.

b. Tacit menjadi Explicit (Externalization)

Transformasi knowledge dari tacit menjadi explicit dapat dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi. Membuat

elektronik blackboard sehingga pakar dibidangnya (produksi,

pemasaran, pengiriman, dan keuangan ) dapat memposting knowledge

15 c. Explicit menjadi Explicit (Combination)

Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan

Dokumen terkait