SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI
(Capsicum annuum. L) BERBASIS MOBILE
ERLAN DARMAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Mobile adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2011
Erlan Darmawan
ABSTRACT
ERLAN DARMAWAN. Online Chili (Capsicum annuum. L) Agribusiness
Consultation Based On Mobile System. Under direction of KUDANG BORO
SEMINAR, SRIANI SUJIPRIHATI dan HENDRA RAHMAWAN.
A mobile based Chili online agribusiness consultation system is a consultation system which serves the information and knowledge for farmers and stake holder involved in chili Agribusiness so they can access all needed information in processing, marketing, and developing their agricultural products by using mobile device such as: hand phone, PDA that have GPRS (General Packet Radio Services). The purpose of the research is to make the farmers as direct independent users in getting the information, by using information technology, so the mobile device it can be communication media and knowledge based consultation devices. The developing of mobile based consultation system is for supporting the activities of Agribusiness that include market information, weather information, and government policy about the farm production result that will be observed to give solution for Agribusiness doers, especially for the chili farmers in consulting all information needed to develop the result of Agriculture. This system is built by using System Development Life Cycle (SDLC) approach. It is an adaptive extreme Programming which is one of Agile’s methodologies that consist of explorating, planning, iteration launching software. The source of knowledge is gotten from the experts, police makers, customer, research institution, University, and from books, research journals, bulletin, and online information system.
RINGKASAN
ERLAN DARMAWAN. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum
annuum. L) Berbasis Mobile. Di bawah bimbingan KUDANG BORO SEMINAR,
SRIANI SUJIPRIHATI dan HENDRA RAHMAWAN.
Sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile, merupakan sebuah sistem konsultasi yang menyediakan informasi dan pengetahuan bagi petani dan stake holder yang terlibat dalam agribisnis cabai, sehingga mereka dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam mengelola, memasarkan, dan mengembangkan hasil pertaniannya melalui mobile device yang dimilikinya seperti handphone, PDA dan lain sebagainya yang memiliki fasilitas GPRS (General Packet Radio Services), dengan tujuan menjadikan petani sebagai pengguna langsung yang independent terhadap informasi yang diperlukan dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehingga mobile device tersebut dapat dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai alat konsultasi berbasis pengetahuan. pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung kegiatan agribisnis meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian yang akan diteliti dengan harapan menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai untuk dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya. Sistem ini dibangun dengan menggunakan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) adaptif yaitu Extreme Programming yang merupakan salah satu metodology dari Agile yang terdiri dari tahapan explorasi, tahapan planning, iterasi peluncuran perangkat lunak dan peluncuran rilis akhir perangkat lunak. Sumber pengetahuan didapatkan secara tacit dari pakar, police maker, produsen, lembaga penelitian,perguruan tinggi, dan secara explicit diperoleh dari buku, jurnal, bulletin, dan sistem informasi online.
Penyampaian informasi tersebut dianalisa ,di desain dan dikemas dalam sebuah sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annum. L) berbasis
mobile dengan menggunanakan teknologi WAP yang dapat diakses melalui fasilitas GPRS, mengingat bahwa dari segi biaya teknologi WAP lebih murah karena memiliki Bandwith yang rendah, kemampuan CPU yang rendah, memori yang kecil, tampilan yang terbatas, catudaya (baterai) yang minimal, sehingga lebih cepat diakses dan cocok bagi masyarakat menengah kebawah terutama bagi petani, sehingga sistem konsultasi agribisnis cabai ini dapat diterapkan, dan dapat diterima oleh pelaku agribisnis khususnya petani cabai.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI
(Capsicum annuum. L) BERBASIS MOBILE
ERLAN DARMAWAN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Mobile
Nama : Erlan Darmawan
NRP : G 651090344
Program Studi : Ilmu Komputer
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Kudang B. Seminar, M.Sc. Hendra Rahmawan, S.Kom, MT.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Komputer
Dr. Ir. Agus Buono, M. Si, M. Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di Magister Sains, Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian mengenai sistem konsultasi online untuk agrobisnis cabai (capsicum anuum.l) berbasis mobile, dimana para pelaku bisnis dalam hal ini petani cabai dapat mengakses semua informasi yang diperlukan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan hasil produksi pertaniannya melalui perangkat mobile seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya.
Penulis menyadari, dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan dari berbagai pihak. Dan dengan tersusunnya hasil Tesis ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagi pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Komputer IPB.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing yang telah dengan tulus dan sabar membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan cepat. 3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.Sc dan Bapak Hendra Rahmawan, penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
5. Untuk kedua orang tua penulisyang telah tenang di Surga, kakak, serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dorongan dalam penyusunan laporan penelitian ini.
6. Sahabat dan rekan – rekan mahasiswa Program pendidikan Magister Sains Mayor Ilmu Komputer yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bahan yang diperlukan dan berbagai pengetahuan serta pengalaman dalam penyusunana laporan ini.
Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan Tesis ini.
Bogor, September 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis (Erlan Darmawan) dilahirkan di Kuningan pada tanggal5 September 1980 sebagai anak ke enam dari enam bersaudara dari pasangan Alm. Uka Sukari dan Alm. Siti Chodidjah. Pendidikan yang pernah ditempuh yaituSDN Kedungarum 1 Kuningan(1987-1993), SMPN 1 Kuningan (1993-1996) dan SMUN 2 Kuningan (1996-1999). Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Kuningan (UNIKU) jurusan Teknik Informatika dan lulus pada tahun 2008. Selama menempuh pendidikan S1, penulis mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), karena memperoleh penghargaan sebagai mahasiswa terbaik dengan yudisium Cum Laude. Selain itu penulis pernah mendapatkan penghargaan sebagai Juara Pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Kopertis Wilayah IV Jawa Barat & Banten dengan judul Aplikasi Situs Portal Berbasis WAP dengan PHP, WML, dan MySQL untuk Perguruan Tinggi. Pada Tahun 2009 Penulis melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana(S2) Ilmu Komputer (ILKOM), Institut Pertanian Bogor sampai dengan sekarang.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ……… iii
DAFTAR TABEL ……….. vi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1
B. RuangLingkup ………. 4
C. Tujuan ……….. 4
D. Manfaat ……… 4
TINJAUAN PUSTAKA A. Agribisnis ……….. 6
B. Tanaman Cabai……….. 9
C. Terminologi Data, Informasi, danPengetahuan ……… 9
D. Sistem Informasi……… 10
E. Manajemen Pengetahuan ………. 12
F. Kebutuhan Informasi Agribisnis ……….. 15
G. System Development Life Cycle ……….. 16
H. Wireless Application Protocol (WAP) ………. 24
I. Penelitian Terdahulu ………. 30
METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran ………. 31
B. Waktu dan Tempat ……….. 33
C. Metodologi Penelitian ……….. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahapan Eksplorasi……… 37
1. Dokumentasi atas Visi dan Ruang Lingkup Pekerjaan ……… 37
2. Dokumentasi Struktur Proyek Yang Akan Dikembangkan ………. 42
ii
B. Tahapan Planning...……… 62
C. Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak ……… 65
1. Tahap analisis………65
2. Tahap Desain ……….. 75
D. Tahap Pengujian (testing) ………. 80
E. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak ……….. 88
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..101
B. Saran………..101
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis ……….. 6
Gambar 2 : Hubungan antara Data, Informasi, dan Pengetahuan ………… 10
Gambar 3 : Komponen Sistem Informasi (Mannino, 2001) …………... 11
Gambar 4 : Strategi Transformasi Pengetahuan ……….. 14
Gambar 5 : Metode Waterfall (Satzinger. et.al,2007) ………. 18
Gambar 6 : Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007) ………. 19
Gambar 7 : Tahapan Extreme Programming(Abrahamsson, 2002) ……… 22
Gambar 8 : Wireless Aplication Protocol (WAP) ………... 26
Gambar 9 : Protokol WAP ……….. 28
Gambar 10 : Kebutuhan Informasi Agribisnis ……….. 33
Gambar 11 : Tahapan Pengembangan Sistem ……… 34
Gambar 12 : Susunan Fisik Sistem………. 64
Gambar 13 : Hierarki Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai Merah ……… 66
Gambar 14 : Use Case Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai 68 Gambar 15 : Activity Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai Besar Merah……… 72
Gambar 16 : Class Diagram Konsultasi Online Agribisnis Cabai ………… 74
iv
Gambar 18 : Desain Interface Menu Home Administrator ……… 76
Gambar 19 : Desain Interface Manajemen Menu ………. 77
Gambar 20 : Desain Interface Halaman Menu Page ………. 77
Gambar 21 : Desain Interface Menu Informasi Pasar………. 78
Gambar 22 : Desain iInterface Menu Prakiraan Cuaca ……….. 78
Gambar 23 : Rancangan Output Halaman Menu Utama ……….. 79
Gambar 24 : Rancangan Output Halaman Cabai……….………79
Gambar 25 : Rancangan Output Halaman Informasi Harga Pasar …………. 79
Gambar 26 : Rancangan Output Halaman Informasi Prakiraan Cuaca ……. 80
Gambar 27 : Rancangan Output Kebijakan/ Kemitraan ………. 80
Gambar 28 : Rancangan Output Teknologi Pra Dan Pasca Panen …………. 80
Gambar 29 : Halaman Menu Login Admin ……….. 88
Gambar 30 : Halaman Menu Admin ……….. 89
Gambar 31 : Halaman Input Data………... 89
Gambar 32 : Halaman Laporan Hasil Input Data………90
Gambar 33 : Halaman Menu Utama pada Browser ……….. 90
Gambar 34 : Menu Sejarah Pada Sub Menu Cabai ……… 91
Gambar 35 : Menu Klasifikasi Pada Sub Menu Cabai ……….……….. 91
Gambar 36 : Menu Morfologi Pada Sub Menu Cabai……….………... 92
Gambar 37 : Menu Syarat Tumbuh Pada Sub Menu Cabai……… 92
Gambar 38 : Halaman Menu Analisis Usaha Tani….……….93
v
Gambar 40 : Halaman Menu Penentuan Dosis Pupuk...……… 94
Gambar 41 : Halaman Menu Pemilihan Benih…..………. 95
Gambar 42 : Halaman Menu Pengendalian Hama …………..……….. 96
Gambar 43 : Halaman Menu Pengendalian Penyakit ……… 97
Gambar 44 : Halaman Menu Informasi Harga Pasar ………. 98
Gambar 45 : Halaman Menu Informasi Cuaca ………. 98
Gambar 46 : Halaman Menu Kebijkan ………. 99
Gambar 47 : Halaman Menu Kemitraan ………..100
Gambar 48 : Halaman Menu Teknologi Pra dan Pasca Panen ………..100
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 : Perkembangan Harga Pokok Cabai Merah Per BulanMaret
2010 Sampai Maret 2011 Di 33 Provinsi Di Indonesia ……… 50
Tabel 4.2 : Rata-Rata Perkembangan Harga Cabai Merah Nasional Maret
2010-Maret 2011……… 52
Tabel 4.3 : Produktivitas Cabai Merah Menurut Provinsii, 2005-2009…... 53
Tabel 4.4 : Produksi Cabai Merah menurut Provinsi, 2005-2009 ………. 54
Tabel 4.5 : Skenario User Mengakses Sistem Konsultasi Online Cabai …. 69
Tabel 4.6 : Pengujian Black Box Sistem Konsultasi Agribisnis Cabai ….. 81
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan informasi sangat penting pada era informasi sekarang ini.
Informasi sama pentingnya dengan faktor produksi utama seperti tanah,
tenaga kerja, dan modal. Informasi merupakan salah satu syarat yang
diperlukan bagi pembangunan pertanian atau agribisnis, karena sumber daya
yang ada tanpa didukung oleh informasi tidak akan memberikan hasil yang
optimal. Selain itu informasi juga mempunyai efek ganda yang besar terhadap
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya lainnya.
Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua
kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities) dan kegiatan
luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi,
agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya
terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu :
1. Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system)
2. Sub sistem produksi pertanian (production sub-system)
3. Sub sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system)
4. Sub sistem pemasaran (marketi sub-system)
5. Sub sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system)
Kegiatan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup pelaku agribisnis. Salah satu komoditas agribisnis yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah cabai.
Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5.21
Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan
118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49
% per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui
bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton
dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha
2 maka terjadi surplus sebesar 141.058 ton (10.23% dari total produksi). Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi agar produksi cabai dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Salah satu langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi kegiatan agribisnis cabai.
Tantangan yang dihadapi petani dalam rangka mengoptimalkan
kegiatan agribisnis cabai adalah kurangnya informasi dan pengetahuan terkait
dengan kegiatan agribisnis cabai. Secara umum informasi yang dibutuhkan
masyarakat terdiri dari empat bagian yaitu perencanaan usaha tani,
pelaksanaan usaha tani, evaluasi usaha tani, dan mengatasi masalah usaha tani
(Tamba, 2007).
Pertama, informasi perencanaan usaha tani terdiri dari:
1. Peningkatan produksi dan mutu sayuran
2. Ketersediaan sarana produksi
3. Ketersediaan permodalan
4. Teknologi pengolahan hasil pertanian, dan
5. Analisis usaha tani.
Kedua, informasi yang terkait dengan pelaksanaan usaha tani adalah
1. Cara pengorganisasian penyediaan sarana produksi
2. Pengorganisasian penyediaan dan penggunaan permodalan
3. Teknologi budidaya/produksi
4. Teknologi panen dan pasca panen, dan
5. Pengawasan produksi
Ketiga, informasi yang terkait dengan evaluasi usaha tani meliputi
1. Prosedur kerja usaha tani
2. Cara menilai proses pelaksanaan usaha tani
3. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan usaha tani.
Keempat, informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
usaha tani yaitu
1. Teknik manajerial usaha tani
2. Rantai pemasaran sayuran
3. Proses produksi, dan
3 Untuk menyediakan informasi dan pengetahuan bagi petani dan stake
holder yang terlibat dalam bidang pertanian maka perlu dibangun sebuah
sistem konsultasi online agribisnis berbasis mobile. Hal ini dikarenakan
semua lapisan masyarakat khususnya para pelaku agribisnis dalam hal ini
adalah para petani cabai, rata- rata telah memiliki perangkat mobile seperti
handphone. Sehingga sistem konsultasi ini dikembangkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan informasi dan pengetahuan (knowledge) dalam kegiatan
agribisnis dengan harapan dapat menjadi media diseminasi informasi dan
pengetahuan agribisnis kapan saja dan dimana saja.
Ide dasarnya adalah merancang dan membuat sebuah aplikasi berbasis
mobile yang digunakan khusus bagi para petani cabai, dimana mereka
nantinya dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam
mengelola, memasarkan, dan mengembangkan hasil pertaniannya dimana pun
mereka berada tidak terbatas dengan waktu dan tempat, sehingga telepon
celuller tersebut dapat dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai
alat konsultasi berbasis pengetahuan. Hal ini di dasarkan untuk menjawab
hasil penelitian sebelumnya oleh Mariati Tamba dalam disertasinya mengenai
kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani sayuran. Salah satu
kelemahan dalam analisis SWOT mengenai faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sayuran dalam
penyediaan informasi yang dibutuhkan petani sayuran adalah (Tamba, 2007)
1. Ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan petani sayuran masih
terbatas
2. Kesadaran petani akan pentingnya informasi masih kurang
3. Kurangnya komitmen pemerintah daerah menyediakan informasi pertanian
bagi petani
4. Pengelola sistem informasi pertanian kurang tanggap terhadap informasi
yang dibutuhkan petani, dan
5. Kondisi faktor-faktor fisik yang kurang mendukung seperti : luas lahan,
modal, sarana dan prasarana, serta sistem pemasaran belum tertata dengan
4
B. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini, ruang lingkup yang membatasinya adalah
pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung kegiatan
agribisnis meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan
kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian yang akan diteliti.
Sistem konsultasi yang akan dibangun lebih spesifik pada komoditas cabai
(Capsicum annuum. L.), Sehingga informasi yang tersedia dalam sistem ini
dapat langsung diterima oleh petani sebagai pelaku bisnis tanpa harus melalui
perantara atau pihak lain.
Adapun perangkat mobile yang akan digunakan sebagai alat konsultasi
tentunya harus memiliki fasilitas akses internet seperti GPRS dan WAP
(Wireless Application Protocol)
C. Tujuan
Tujuan utama penelitian ini adalah merancang sebuah konsep
pendistribusian informasi kepada para pelaku usaha tani khususnya petani
cabai dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi, secara lebih spesifik tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisa dan mendesain sistem konsultasi online agribisnis cabai
(Capsicum annum.L.) berbasis mobile
2. Rancang bangun prototype sistem konsultasi online agribisnis cabai
berbasis mobile
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai untuk
dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan
untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan memanfaatkan
5 2. Petani dapat langsung menerima informasi yang diperlukannya melalui
perangkat teknologi informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain
dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya
3. Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem untuk kegiatan
penyuluhan, sehingga para pelaku agribisnis dapat secara langsung
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agribisnis
Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua
kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), dan kegiatan
luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi,
agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya
terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu Sub
sistem faktor input pertanian (input factor sub-system),Sub sistem produksi
pertanian (production sub-system), Sub sistem pengolahan hasil pertanian
(processing sub-system), Sub sistem pemasaran (marketi sub-system), Sub
sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system).
Gambar 1 Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis
Faktor-faktor yang mendukung dalam kegiatan agribisnis baik pada
kegiatan on-farm maupun off-farm diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor ketersediaan sumber informasi (Agricultural Information Source
Factor).
Ketersediaan informasi menjadi faktor penting dalam kegiatan
agribisnis. Jika dikaitkan dengan berbagai sub-sistem kegiatan agribisnis,
maka seluruh kegiatan agribisnis membutuhkan faktor informasi dan Agribisnis
Faktor Input Pertanian Faktor Input
Penunjang Kelembagaan
Faktor Produksi Pertanian
Faktor Pengolahan hasil Pertanian Faktor
7 pengetahuan (knowledge) dalam setiap kegiatan. Informasi yang
dibutuhkan petani meliputi berbagai kegiatan agribisnis dari Hulu sampai
Hilir. Kebutuhan informasi dan pengetahuan itu adalah (Margaret J. et.al,
2007) :
a. Teknik pengolahan tanah, teknik pengolahan tanah menjadi penting
bagi petani. Pengolahan tanah yang baik menjadi faktor utama
suksesnya kegiatan budidaya pertanian
b. Benih, informasi mengenai benih meliputi benih apa yang harus
digunakan untuk spesifikasi lokasi
c. Cuaca dan Iklim, kondisi cuaca dan iklim yang berubah-ubah saat ini
menjadikan petani sulit untuk memprediksi cuaca dan iklim pada
spesifik lokasi. Petani membutuhkan informasi yang real time terkait
dengan cuaca dan iklim untuk merencanakan kegiatan budidaya.
d. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman, informasi kebutuhan nutrisi
tanaman dibutuhkan oleh petani untuk memproyeksikan kebutuhan
dari tanaman. Petani saat ini hanya mengira-ngira dosis pupuk yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Hal ini
menjadikan kegiatan pertanian tidak presisi dan terasa tidak efektif.
Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diinginkan karena
nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi
e. Informasi dan pengetahuan terkait past management. Penggunaan
pestisida akhir-akhir ini menjadi pilihan utama bagi petani dalam
kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan yang
berlebih akan merusak lingkungan dan akan meninggalkan residu
pada tanaman yang ditanam. Hal ini akan membahayakan bagi
konsumen akhir produk pertanian. Pengetahuan mengenai
pengendalian hama yang ramah lingkungan dan tepat sasaran
diperlukan oleh petani agar dapat mengendalikan hama dan penyakit
dengan meminimalkan penggunaan pestisida.
f. Informasi harga pertanian. Informasi harga pertanian pada berbagai
pasar disekitar spesifik lokasi diperlukan oleh petani dalam rangka
8 ditentukan oleh tengkulak. Hal ini menjadikan hasil yang diperoleh
kurang optimal.
g. Informasi dan pengetahuan mengenai analisis usaha tani. Analisis
usaha tani diperlukan untuk menentukan biaya investasi yang
dibutuhkan dan strategi penyediaannya. Kegiatan agribisnis
merupakan kegiatan yang membutuhkan modal yang besar. Informasi
mengenai kebutuhan pendanaan (investasi) dan sumber kredit dengan
bunga ringan bagi petani dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan
agribisnis agar dapat bersaing.
2. Faktor kesediaan peralatan (Agricultural Equipment Factor)
Kesediaan peralatan pendukung kegiatan pertanian sangat
dibutuhkan oleh petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan
baik. Mekanisasi pertanian menjadi kebutuhan utama bagi petani agar
kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Informasi dan pengetahuan
mengenai ketersediaan peralatan pertanian mulai dari alat dan mesin
pengolahan lahan, aplikator pestisida, alat dan mesin pemanenan, serta
alat dan mesin pada kegiatan pasca panen pertanian.
Kebutuhan informasi dan pengetahuan pada berbagai kegiatan
agribisnis pertanian tersebut sulit didapatkan oleh petani. Petani umumnya
mendapatkan informasi dari mulut ke mulut antar petani yang pernah
melakukan budidaya yang sama. Hal ini tentu menjadi tidak efektif,
sehingga perlu dibuat sebuah sistem konsultasi agribisnis online berbasis
mobile serta bebasis pengetahuan. Penyediaan akses informasi ini
dilakukan seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang begitu
pesat.
Salah satu dari berbagai kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat adalah dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi
yang di inginkan dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti telepon
celuller, dimana pada saat ini penggunaan telepon celuller sudah memasuki
semua kalangan masyarakat luas, mulai dari anak-anak, orang dewasa,
9 telepon celuller, tentunya dengan fasilitas-fasilitas yang lebih canggih yang
tersedia di setiap perangkat telepon celuller seperti halnya fasilitas Internet,
GPRS, dan lain sebagainya.
B. Tanaman Cabai
Tanaman cabai diklasifikasikan kedalam spesies Capsicum anuum. L.
Berikut adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai secara detail (USDA,
2011) :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum dan lain-lain
Varietas : Capsicum annuum L. var. annuum
Cabai (Capsicum annum. L) merupakan komoditas yang sangat penting
bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia
adalah 5.21 Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010
adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan
118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49
% per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui
bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton
dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha
(BPS, 2011).
C. Terminology Data, Informasi, dan Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) dibangun dari data, data sendiri merupakan
fakta hasil observasi atau persepsi. Data belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa
10 ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep. Misalkan data
jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian perlu diproses dan
diubah menjadi informasi. informasi sendiri adalah data yang sudah diproses,
di kumpulkan, dan memiliki makna dalam suatu konteks tertentu.
Sumber : Turban, 2007 .
Gambar 2 Hubungan antara Data, Informasi, dan Pengetahuan
Pengetahuan sendiri merupakan hasil internalisasi dari informasi
ataupun data yang tersimpan yang menjadi dasar untuk melakukan aksi.
Skema hubungan antara data, informasi, dan pengetahuan dapat dilihat pada
Gambar 2.
D. Sistem Informasi
Definisi sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan
dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima
masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) di dalam suatu proses
yang terorganisasi (Satzinger, 2007). Sistem Informasi merupakan suatu
kumpulan komponen yang bekerja sama untuk mengatur perolehan,
penyimpanan, manipulasi, dan distribusi informasi. Sistem Informasi dapat
didefinisikan pula sebagai sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin,
untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan
fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini
memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur
manual, model manajemen, dan pengambilan keputusan serta basis data.
Sistem informasi secara umum memiliki tiga fungsi utama yaitu mengambil
DATA INFORMATION KNOWLEDGE
Proses
Data yang dapat digunakan untuk aksi
11 data (capturing/input), mengolah, mentransformasikan, dan mengkonversikan
data menjadi informasi, serta mendistribusikan informasi
(reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi. Database
dan sistem informasi mempunyai unsur-unsur yang saling terkait seperti pada
Gambar 3.
Gambar 3 Komponen Sistem Informasi (Mannino, 2001)
Berikut adalah tipe-tipe sistem yang digunakan dalam suatu organisasi
(Satzinger et al. 2007) :
a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem informasi yang
menangkap dan mengumpulkan informasi tentang segala transaksi pada
suatu organisasi
b. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang
bertugas mengolah data yang dikumpulkan oleh TPS. Hasil yang
diperoleh dari MIS adalah laporan-laporan yang berguna bagi manajemen
untuk perencanaan dan kontrol bisnis.
c. Decision Support and Knowledge – Base System (DSS/KBS) adalah
sistem yang digunakan sebagai penunjang pengambilan keputusan. Sistem
ini akan membantu user dalam mengambil keputusan yang cermat, namun
12 membantu dalam membuat pilihan-pilihan keputusan dan akibat-akibat
yang akan ditimbulkan dari keputusan yang akan diambil. Sistem ini juga
memungkinkan otomatisasi terhadap pengambilan keputusan yang
sifatnya rutin.
d. Enterprise Application System adalah sistem yang terintegrasi guna
melakukan operasi terhadap data yang besar. Umumnya sistem ini
merupakan kombinasi dari TPS, MIS, dan DSS/KBS.
e. Communication Support System merupakan sistem yang memfasilitasi
komunikasi antara pelanggan dan produsen
f. Office Support System merupakan sistem yang memungkinkan pekerja
pada suatu perusahaan untuk membuat dan membagi dokumen.
E. Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah
konsep yang telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. KM merupakan
suatu disiplin yang mempromosikan pendekatan integrasi untuk
mengidentifikasi, menangkap, dan mengevaluasi pengambilan dan
penggunaan bersama (sharing) seluruh asset informasi dari suatu organisasi.
Asset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur, dan
keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja
(T.Kanti Srikantatiah & Michael E.D. Koenis).
1. Sumber Pengetahuan
Terdapat dua jenis sumber pengetahuan yang dapat digunakan suatu
organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :
a. Tacit Knowledge adalah pengetahuan yang sifatnya belum
terdokumentasi karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau
pengalaman seseorang. Pada umumnya, Tacit Knowledge masih
berhubungan dengan hal–hal yang bersifat praktek, dimana transfer
knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialization (orang
ke orang). Tacit Knowledge dapat didokumentasikan, tetapi
membutuhkan penjelasan rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman
13 tersebut. Jadi adakalanya Tacit Knowledge tidak dapat digantikan
dengan dokumentasi atau teknologi.
Yang menjadi tacit knowledge dalam penelitian ini adalah pakar,
policy maker, produsen, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi
b. Explicit Knowledge: pengetahuan yang formal, sistematis dan mudah
untuk ditransfer atau dibagikan ke orang lain dalam bentuk
dokumentasi. Pada umumnya, Explicit Knowledge merupakan
pengetahuan yang bersifat teori dimana memudahkan para ahli untuk
membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui buku, artikel dan
jurnal tanpa harus datang langsung untuk mengajari orang tersebut.
Asalkan para ahli dapat dengan jelas dalam mendokumentasikan
pengetahuannya, maka kemungkinan untuk terjadi kesalapahaman
dalam transfer knowledge akan kecil sekali.
Yang menjadi explicit knowledge dalam penelitian ini adalah buku,
jurnal, bulletin, proceeding, dan sistem informasi online.
2. Strategi Transformasi Pengetahuan
Akhir-akhir ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge.
Menurut Nonaka dan Takeuci (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang
ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan
pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation).
Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan
terhadap hubungan synergistic dari tacit dan explicit knowledge dalam
organisasi, serta melalui desain dari proses sosial yang menciptakan
knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit
knowledge.
Knowledge adalah pengetahuan, pengalaman, informasi factual, dan
pendapat para pakar yang digunakan untuk aksi. Organisasi perlu terampil
dalam mengalihkan tasit ke eksplisit dan kemudian ke tasit kembali yang
dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut
Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing
14 Gambar 4 Strategi Transformasi Pengetahuan
Pendekatan dan strategi pengalihan pengetahuan tentu perlu
dilakukan organisasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Perlu
langkah-langkah strategis untuk mentransformasikan dan mengubah
berbagai bentuk pengetahuan yang ada. Gambar 4 menggambarkan secara
skematis teknik konversi (pengalihan) knowledge. Proses pengalihan
pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan dan strategi
yang meliputi :
a. Tacit menjadi Tacit (Socialization)
Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi
adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming
secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran,
pengiriman, dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing
karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih
banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang
maka dapat dilakukan melalui teleconference antar cabang untuk
membahas topik tertentu.
b. Tacit menjadi Explicit (Externalization)
Transformasi knowledge dari tacit menjadi explicit dapat
dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi. Membuat
elektronik blackboard sehingga pakar dibidangnya (produksi,
pemasaran, pengiriman, dan keuangan ) dapat memposting knowledge
15 c. Explicit menjadi Explicit (Combination)
Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat
digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan
lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan
dalam satu server sehingga mempermudah manajemen pengetahuan
dan dapat berbentuk website
d. Explicit menjadi Tacit (Internalization)
Menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua keluhan
konsumen kemudian membuat jawaban terhadap keluhan konsumen,
sehingga operator bisa memberikan tanggapan terhadap keluhan
konsumen pada masa lalu. Menyediakan ruang baca yang berisikan
dokumen dan report dimana pegawai dapat menyerap knowledge dan
diolah berdasarkan situasi dan kondisi.
F. Kebutuhan Informasi Agribisnis
Tantangan yang dibutuhkan petani adalah informasi mengenai
berbagai informasi yang terkait dalam kegiatan agribisnis. Aspek-aspek
informasi yang dibutuhkan pada kegiatan usaha tani (merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengatasi masalah usaha tani). Secara
umum informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat terdiri dari empat bagian
yaitu perencanaan usaha tani, pelaksanaan usaha tani, evaluasi usaha tani, dan
mengatasi masalah usaha tani (Tamba, 2007).
Kebutuhan informasi dari keempat bagian tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama, informasi perencanaan usaha tani terdiri dari:
1. Peningkatan produksi dan mutu sayuran
2. Ketersediaan sarana produksi
3. Ketersediaan permodalan
4. Teknologi pengolahan hasil pertanian, dan
5. Analisis usaha tani.
Kedua, informasi yang terkait dengan pelaksanaan usaha tani adalah
16 2. Pengorganisasian penyediaan dan penggunaan permodalan
3. Teknologi budidaya/produksi
4. Teknologi panen dan pasca panen, dan
5. Pengawasan produksi
Ketiga, informasi yang terkait dengan evaluasi usaha tani meliputi
1. Prosedur kerja usaha tani
2. Cara menilai proses pelaksanaan usaha tani
3. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan usaha tani.
Keempat, informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
usaha tani yaitu
1. Teknik manajerial usaha tani
2. Rantai pemasaran sayuran
3. Proses produksi, dan Perusahaan mitra
G. System Development Life Cycle
Sebelum membangun sistem informasi, kita harus mengetahui
metodologi pengembangan yang tepat bagi sistem. Pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan pengembangan sistem informasi adalah
pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) prediktif, pendekatan
adaptif dan Unified Process (UP). Selain itu berkembang paradigma baru
dalam pengembangan sistem informasi yaitu Agile Methodology yang terdiri
dari Extreme Pragramming (XP) dan Scrum (Satzinger, et, al, 2007). Berikut
adalah penjelasan singkat dari metode-metode tersebut :
1. Pendekatan Prediktif (Tradisional)
Pendekatan prediktif adalah sebuah SDLC dengan pendekatan yang
mengasumsikan bahwa pembangun proyek dapat merencanakan,
mengorganisasikan dan membangun sistem informasi baru sesuai dengan
perencanaan. SDLC prediktif sangat baik digunakan dalam membangun
sistem yang sudah dapat diprediksi dan dapat didefinisikan dengan baik.
Terdapat lima tahapan yang sama dengan tahapan umum pemecahan
17 secara sekuensial yang merupakan ciri utama pendekatan sistem prediktif.
Berikut adalah tujuan dari masing-masing tahapan :
a. Project Planning, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi skup dari
sistem baru, menjamin proyek agar visible, dan membuat jadwal
perencanaan sumber daya, dan anggaran yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan proyek.
b. Analysis, bertujuan untuk memahami dan mendokumentasikan detail
dari kebutuhan bisnis dan kebutuhan proses dari sistem baru
c. Design, bertujuan untuk mendesain solusi sistem berbasis pada
kebutuhan yang didefinisikan dan pembuatan keputusan terhadap
hasil analisis
d. Implementation, bertujuan membangun, menguji, dan menginstall
sebuah sistem informasi yang dapat dipercaya. Sistem sudah siap
ditrainingkan terhadap pengguna untuk mendapatkan keuntungan
yang diharapkan bagi pengguna sistem
e. Support, bertujuan untuk menjaga agar sistem tetap berjalan dengan
produktif dan sistem dapat memiliki daya tahan selama
bertahun-tahun.
jika dipandang dari resiko teknis dalam pengembangan sistem dengan
pendekatan prediktif maka resikonya tidak besar, hal ini karena pada tahap
perencanaan seorang analis dapat melakukan perencanaan dengan presisi.
Salah satu pendekatan SDLC yang digunakan dalam pendekatan prediktif ini
adalah waterfall seperti terlihat pada Gambar 5. Ciri khusus dari pendekatan
ini adalah suatu proses harus sudah selesai dilaksanakan sebelum
18 Gambar 5 Metode Waterfall (Satzinger. et.al,2007)
2. Pendekatan Adaptif
Pendekatan adaptif adalah SDLC dengan pendekatan yang lebih
fleksibel, diasumsikan bahwa proyek tidak dapat direncanakan secara
lengkap diawal pelaksanaan proyek. Pemecahan masalah didasarkan pada
progress proyek yang telah dihasilkan. Developer dapat memberikan
solusi terhadap suatu masalah cenderung fleksibel dan adaptif terhadap
hasil yang didapatkan, sehingga pada setiap tahapan dapat dilakukan
penyesuaian. Artinya, seorang analis tidak dapat membuat perencanaan di
awal proyek secara tepat dikarenakan sistem yang akan dibangun bersifat
adaptif.
Lebih jauh pendekatan ini dikenal dengan spiral model. Model spiral
memiliki banyak elemen adaptif dalam pengembangan sistem. Daur hidup
direpresentasikan dalam bentuk spiral, dimulai dari tengah keluar, iterasi,
dan iterasi lagi, sampai proyek selesai. Proyek ini sangat berbeda dengan
pendekatan waterfall yang statik. Pendekatan spiral dapat di
implementasikan dengan berbagai cara. Gambar 6 memperlihatkan model
19 Gambar 6 Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007)
Pada pengembangan dengan pendekatan spiral, setelah planning
awal selesai, pekerjaan dimulai dengan membuat prototype. Sebuah
prototype adalah model sebagai persiapan pekerjaan suatu sistem yang
lebih besar. Dalam setiap prototype, proses pengembangannya terdiri dari
sebuah garis edar sekuensial analisis, design, konstruksi, pengujian,
integrasi dengan prototype sebelumnya, dan daurnya berulang lagi.
Ketika perencanaan pada prototype selanjutnya telah selesai maka iterasi
aktivitas dimulai lagi sampai didapatkan sistem yang diinginkan.
3. Unified Process
Ciri utama (fitur) UP didefinisikan dalam empat fase iterasi yaitu
inception, elaboration, construction, dan transition. UP sendiri adalah
sebuah metodologi dalam pengembangan sistem dengan pendekatan
Object Oriented yang ditawarkan oleh IBM (Satzinger et al 2007).
Unifield Modelling Language (UML) sering digunakan dalam permodelan
20
Object Oriented (OO), UP adalah pengembangan sistem OO yang tidak
standar dan merupakan salah satu penggunaan SDLC yang berada
diantara prediktif dan adaptif (Satzinger et al 2007).
4. Metode Agile
Metodologi pengembangan agile adalah proses yang digunakan
untuk meminimalkan jeda waktu antara analisis kebutuhan sistem dengan
pekerjaan desain dan implementasi (coding). Metode ini dipopulerkan
oleh Scott Ambler. Pengguna mendefinisikan kebutuhan dari sistem yang
akan dibangun dalam bentuk narasi. Setelah dilakukan satu iterasi maka
dilakukan pengujian terhadap sistem yang dibangun (Caserio, 2011).
Metode Agile umumnya dilaksanakan dalam potongan-potongan kecil.
Satu iterasi setidaknya mengandung satu aspek fungsional yang signifikan
dari aplikasi. Hal ini dilakukan agar team dapat berkonsentrasi untuk
mengerjakan pembangunan sistem secara optimal dan cepat. Berikut
adalah model praktek dari Agile :
a. Iterative
b. Teamwork
c. Simplicity
d. Validation
5. Extreme Programming
Extreme Programming (XP) merupakan salah satu metode adaptif
yang merupakan metode Agile yang diperkenalkan pada pertengahan
1990an. Terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap
tahapan proses pengembangan sistem informasi yaitu (Satzinger,
et.al,2007) ;
a. Komunikasi
XP memfokuskan pada hubungan komunikasi yang baik antar
anggota tim. Para anggota tim harus membangun saling pengertian,
mereka juga wajib saling berbagi pengetahuan dan keterampilan
21 yang biasanya cukup tinggi harus ditekan dan mereka harus
membuka diri untuk bekerjasama dengan programmer lain dalam
menuliskan kode program.
b. Courage
Para anggota tim dan penanggungjawab pengembangan
perangkat lunak harus selalu memiliki keyakinan dan integritas dalam
melakukan tugasnya. Integritas ini harus selalu dijaga bahkan dalam
kondisi adanya tekanan dari situasi sekitar ( misalnya oleh klien atau
pemilik perusahaan), untuk dapat melakukan sesuatu dengan penuh
integritas para anggota tim harus terlebih dahulu memiliki rasa saling
percaya. Rasa saling percaya inilah yang coba dibangun dan
ditanamkan oleh XP pada berbagai aspeknya.
c. Simplicity
Lakukan semua dengan sederhana. Hal tersebut adalah salah
satu nilai dasar dari XP. Gunakan method yang pendek dan simple,
jangan terlalu rumit dalam membuat desain, hilangkan fitur yang
tidak ada gunanya, dan berbagai proses penyederhanaan lain akan
selalu menjadi nilai utama dari setiap aspek XP.
d. Umpan balik (feedback)
Berikan selalu feedback kepada sesama anggota tim maupun
pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengembangan perangkat lunak.
Utarakan selalu pikiran anda dan diskusikan kesalahan-kesalahan
yang muncul selama proses pengembangan. Dengarkan selalu
pendapat rekan yang lain, dengan adanya feedback inilah seringkali
kita menyadari bagian mana yang salah atau bisa ditingkatkan lagi
dari perangkat lunak yang dikembangkan.
6. Tahapan SDLC Extreme Programming
Terdapat lima tahapan utama dalam pengembangan sistem
informasi dengan menggunakan Extreme programming (XP) yaitu
(Abrahamson, 2002) : Eksplorasi, planning, iterasi pengembangan sistem
22
dengan mengeluarkan final release. Akhir disetiap fase yang
dikembangkan merupakan milestone atas fase tersebut sebelum bergerak
ke fase berikutnya. Adapun tahapan-tahapan pengembangan sistem
dengan menggunakan XP dapat dilihat pada Gambar 7 :
Gambar 7 Tahapan Extreme Programming(Abrahamsson, 2002)
Secara rinci tahapan-tahapan XP adalah sebagai berikut :
a. Tahapan Ekplorasi
Pada tahap ini calon pengguna sistem menuliskan
kebutuhan-kebutuhan informasi yang akan dicover didalam sistem untuk release
pertama. Masing-masing cerita yang dituliskan oleh pengguna
kemudian dibuat menjadi sebuah modul program. Di lain sisi, tim
yang lain mengidentifikasi teknologi dalam pelaksanaan proyek.
Tahap ini dapat dilaksanakan dalam beberapa minggu, tergantung
pada kerumitan sistem yang akan dibangun. Hasil yang diinginkan
pada tahap ini adalah berupa :
1.Dokumentasi atas Visi dan ruang lingkup pekerjaan
2.Dokumentasi penaksiran resiko
3.Dokumentasi struktur proyek yang akan dikembangkan
23
b. Tahapan Planning
Pada fase planning, yang berorientasi kepada analisa dan desain
sistem, yang didalamnya berisikan kebutuhan akan analisa atas
kebutuhan bisnis, kebutuhan pengguna, kebutuhan operasi, dan
kebutuhan sistem. Setelah tahapan atas, tahapan ini dilalui, tim
pengembang akan menghasilkan :
1.Spesifikasi fungsional atas suatu sistem
2.Perencanaan jadwal pelaksanaan proyek
c. Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak
Pada tahapan ini terdiri dari beberapa iterasi peluncuran dari
perangkat lunak yang akan dikembangkan. Perangkat lunak
dikeluarkan mulai dari rilis pertama hingga sistem dapat diterima dan
dapat di implementasikan secara penuh. Tahapan-tahapan dalam
iterasi ini terdiri dari :
1.Tahap analisis
Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau
sistem ditulis atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa
aspek dalam sistem, seperti lingkungan organisasi, analisis sistem
untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system
requirement (input, output, process, storage, and control).
2.Tahap desain
Tahap desain juga melibatkan rancangan interface dan
prosedur yang mendukung fungsional sistem. Pada tahap ini
dilakukan koreksi pada sistem informasi, sehingga kesalahan pada
sistem bisa diperbaiki sedini mungkin. Aktivitas desain sistem
meliputi (1) desain interface. Desain interface berfokus pada
interaksi sistem dengan pengguna, input dan output yang interaktif
serta efesien bagi penggunanya. Konversi informasi dan data
menjadi bahasa yang bisa dibaca mesin dan manusia, kualitas
proses konversi informasi dan data ditentukan pada desain interface
sistem. (2). Desain fisik. Desain fisik sistem adalah desain database
24 secara rincian. Data yang diusulkan pengguna akan disusun
berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan. (3). Desain
logika. Desain logika adalah desain sistem bagaimana
mengembangkan secara umum input, proses pengolahan informasi,
output, penyimpanan database, aktivitas kontrol sesuai dengan
yang direncanakan pada tahap analisis.
d. Tahap pengujian (testing)
Pada tahap ini sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih
dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsional sistem dan terkait
dengan hal-hal teknis sistem. Pada setiap iterasi pekerjaan
diluncurkan untuk kemudian di evaluasi kembali untuk kemudian
dilakukan perbaikan oleh tim.
e. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak
Tahapan ini merupakan sesi akhir dalam pengembangan sistem
dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian di
implementasikan sesuai dengan kebutuhan client. Perangkat lunak
yang diaplikasikan merupakan rilis akhir, hasil dari iterasi dan
perbaikan dari versi-versi sebelumnya
H. Wireless Application Protocol (WAP)
WAP kependekan dari Wireless Application Protocol yang
merupakan sebuah protokol aplikasi komunikasi serta terminal wireless
yaitu mobile device, PDA, dan lain-lain. Dan digunakan sebagai media
untuk mengakses sebuah informasi dan sebagai biro jasa. Dengan kata lain
WAP adalah standarisasi yang digunakan pada jaringan tanpa kabel
(nirkabel) yang di dasarkan pada Internet Standar (HTML, XML, TCP/IP)
dan terdiri dari bahasa pemrograman WML, WMLScript, dan sebuah
telepon tanpa sebuah alat penghubung (nirkabel).
WAP juga merupakan suatu standar protocol yang dibuat untuk
mengatasi keterbatasan dari wirelessdevice seperti telepon selular dan PDA.
Keterbatasan itu antara lain :
25
B. Kemampuan CPU yang rendah
C. Memori yang kecil
D. Tampilan yang terbatas
E. Catudaya (baterai) yang ninimal, dan
F. Peralatan input yang berbeda
Ada beberapa versi WAP antara lain WAP 1.2.1 dan 2.0. WAP 1.2.1
hanya dapat menampilkan halaman sederhana saja dibandingkan dengan
WAP 2.0 yang mendukung bahasa XHTML (Extensible HyperText Markup
Language) dan gambar. WAP di buat pertama kali sebagai protokol
komunikasi bergerak yang tidak bergantung pada sistem tertentu. WAP
dirancang sebagai bagian dari sistem di masa depan sama halnya dengan
Bluetooth dan GPRS. WAP merupakan protokol komunikasi bergerak yang
terdiri dari beberapa layer dan dapat dijalankan pada sistem jaringan yang
berbeda. Dengan uraian singkat diatas dapat mengambil beberapa kutipan
sebagai berikut :
Ridwan Sanjaya ( 2001 : 2 ) “WAP adalah suatu protokol aplikasi
yang memungkinkan Internet dapat diakses oleh ponsel dan perangkat
wireless lainnya. WAP membawa informasi secara online melewati Internet
langsung menuju ke ponsel atau klien WAP lainnya. Dengan adanya WAP,
berbagai informasi dapat kita akses setiap saat hanya dengan menggunakan
ponsel”.
Cara kerja WAP hampir sama dengan cara kerja Internet saat ini.
Dibutuhkan WAP gateway untuk menjembatani ponsel dengan Internet
dalam mengirim data dan menerima data. Hal ini sama halnya dengan
pengguna PC (Personal Computer) yang membutuhkan ISP (Internet
Service Provider) sebagai gateway dalam menjembatani PC dengan
Internet. Disamping itu, ponsel yang digunakan juga harus WAP-enabled,
yaitu sudah dilengkapi dengan teknologi WAP yang bisa digunakan untuk
mengakses internet. Secara sederhana proses WAP dapat di gambarkan
26 Gambar 8 Wireless Aplication Protocol (WAP)
Selain beberapa hal diatas yang masih perlu di perhatikan adalah
bagaimana mengatur (setting) ponsel agar dapat melakukan koneksi
internet. Setiap merek handphone dan SIM-card memiliki cara pengaturan
yang berbeda pula. Pengaturan ponsel dengan merek Nokia akan berbeda
dengan pengaturan merek handphone Sony Ericsson. Demikian halnya
dengan pengaturan untuk masing-masing operator seluler GSM, akan
berbeda pula. Manual untuk melakukan pengaturan headset (handphone dan
SIM-card) dapat dilihat dimasing-masing situs resmi operator
telekomunikasi seluler.
WAP sendiri merupakan suatu teks biasa layaknya HTML (Hyper
Text Markup Language), hanya saja agar dapat ditampilkan ke browser
handphone HTML yang digunakan adalah HTML versi XHTML
(Extensible HyperText Markup Language). XHTML sebetulnya bukanlah
bahasa pemrograman, untuk mempermudah penulisan XHTML kita dapat
menggunakan aplikasi sehingga kita tidak perlu lagi mengingat kode-kode
XHTML. Kode-kode XHTML ditampilkan dalam warna yang berbeda.
Beberapa tool yang muncul dan kemudian sempat menjadi terkenal adalah
27 dan lain-lain. Khusus bagi penulis untuk memudahkan pembuatan
kode-kode XHTML, penulis menggunakan Dream Weaver 8.0 karena menurut
penulis aplikasi ini lebih baik dalam menulis tag-tag XHTML.
XHTML/HTML adalah bahasa interpreter, bukan bahasa pemrograman
yang sebenarnya seperti bahasa C++, Delphi, VisualBasic atau Java yang
harus dikompilasi terlebih dahulu sebelum dapat dieksekusi. Browser yang
digunakan untuk melihat dan menampilkan halaman-halaman web
umumnya seperti Netscap Comunicator, Mozilla Firefox, Opera, MS
Internet Explorer atau Mosaic. Sesungguhnya browser-browser tersebut
adalah interpreter yang menterjemahkan tag-tag yang diselipkan. Sementara
untuk sistem informasi yang penulis bangun, penulis menggunakan browser
simulator dari Openwave untuk mengurangi biaya saat membuat halaman
situs WAP pada situs localhost, kemudaian di-upload (dimasukkan) ke
hosting provider atau web hosting dan dicoba diakses dengan beberapa jenis
handphone yang telah disebutkan diatas tadi. Sesungguhnya halaman situs
yang dibangun dapat juga dilihat dengan browser biasa seperti Internet
Explorer atau Mozilla Firefox. Tetapi karena system yang dibangun khusus
untuk diaplikasikan di ponsel, maka penulis menggunakan fungsi pada
script PHP untuk membedakan browser pengunjung, mana yang
menggunakan browser handphone dan mana yang menggunakan browser
biasa kemudian mengalihkan halaman pengunjung ke halaman yang telah
ditentukan.
Pengguna mobile device bisa mengakses layanan internet based dengan
cara ketika mobile device ingin di koneksikan ke Internet, semua komunikasi
melalui WAP gateway, WAP gateway ini akan menerjemahkan semua
protokol yang digunakan pada WAP untuk protokol yang digunakan di
Internet [singelee dan preneel, 2003]. Wireless Markup Language (WML)
adalah suatu bagian integral arsitektur WAP [Oak, 2002]. Arsitektur WAP
menyediakan suatu lingkungan yang dapat diperluas dan scalable untuk
pengembangan aplikasi pada perangkat komunikasi mobile [LE, 2005]. Jenis
isi WAP dan protokol telah dioptimalkan untuk perangkat wireless hanheld.
28 Internet. WAP proxy biasanya dikompres mengikuti fungsionalitasnya
[Wapintro, 2005) :
a. Protokol gateway – protokol ini menerjemahkan permintaan dari stack
protokol WAP (WSP,WTP,WTLS, dan WDP)
b. Isi encoder dan decoder – isi decoder menerjemahkan isi WAP, halaman
WML, dan program WMLScript ke dalam format yang di sandikan untuk
mengurangi ukuran data pada wireless network
Protokol dapat di definisikan sebagai suatu cara atau aturan yang
dibakukan untuk melakukan komunikasi antara satu peralatan jaringan ( bisa
berupa komputer, switch, hub, dan lain-lain ) dengan peralatan jaringan
lainnya. Setiap protokol yang dibuat untuk aplikasi jaringan biasanya
mengikuti standar untuk desainnya. Desain atau standar protokol yang
ditetapkan secara Internasional oleh ISO ( International Standard
Organization ). Arsitektur tersebut dinamakan Open System Interconnection
(OSI Reference Model) seperti Gambar 9 berikut :
Gambar 9 Protokol WAP
Tahapan-tatahapan dalam arsitektur WAP terdiri atas :
a. Wireless Application Environment (WAE)
Wireless Application Environment ini memiliki fungsi dasar untuk
menggabungkan World Wide Web (WWW) dengan teknologi telepon
seluler. Objek pokok yang diterapkan pada WAE ini adalah mengatur
operasi-operasi yang diterapkan oleh operator dan penyedia layanan untuk
membangun aplikasi dan layanan yang dapat diraih melalui piranti
29 berhasil guna. WAE ini berisi Micro Browser yang berfungsi sebagai
pendukung WML. Namun bahasa ini dikhususkan untuk mobile terminal
b. Wireless Session Protokol (WSP)
Wireless Session Protokol ini berfungsi memeriksa format data,
konversi data, dan atau pengodean yang akan ditransmisikan, misalnya :
memeriksa kebenaran data antar user, memeriksa nomor pesan yang
dikirim, dan menyinkronkan data transaksi
c. Wireless Transport Layer Security (WTLS)
WTLS adalah protokol untuk keamanan data yang disesuaikan oleh
standar industri Transport Layer Security (TLS) yang mendukung Secure
Socket Layer (SSL). WTLS ini ditujukan pada penggunaan Aplikasi WAP
untuk :
1. Integritas data, yaitu menyangkut kebenaran isi pesan
2. Privasi, yaitu menyangkut kerahasiaan data, artinya data yang
dikirimkan tidak bisa dimengerti oleh orang lain yang tidak terkoneksi
oleh si pengirim.
3. Autentikasi, yang menyangkut kebenaran jati diri seseorang
d. Wireless Datagram Protokol (WDP)
WDP ini merupakan kelanjutan dari WTLS yang mampu
berkomunikasi dengan bearer . WDP bertugas untuk mentransmisikan
data dalam format biner melalui gateway, serta mendefinisikan
pengalamatan jaringan yang akan dikenali oleh bearer.
e. Bearer
Bearer ini terdiri dari data switch, pesan pendek (short message),
dan paket data (data packet) yang berfungsi untuk melakukan transfer data
dari suatu unit informasi yang berisi alamat ke unit lain dan melakukan
pemeriksaan kesalahan serta penundaan transfer hingga proses benar.
f. Aplikasi Pendukung
Selain dari layer-layer di atas, aplikasi pendukung juga dibutuhkan.
Aplikasi pendukung ini biasanya merupakan program aplikasi jaringan,
seperti email, notepad, buku telepon, kalender, e-commerce, mobile
30 Dengan memberikan informasi melalui WAP yang sifatnya statis tidak
akan menguntungkan bagi pengakses WAP site. Dengan isi yang dinamis,
WAP site akan lebih dibutuhkan para pengguna telepon seluler. Karena
informasi yang mereka cari adalah informasi yang realtime, yang saat itu juga
dibutuhkan tanpa bergantung pada lokasi dan keberadaan PC. Dibutuhkan
pemrograman aplikasi WAP untuk bisa menjawab kebutuhan tersebut. Model
pemrograman WAP terdiri atas tiga bagian, yaitu WAP Client yang mengirim
permintaan informasi, gateway sebagai penerjemah antara WAP dan HTTP
serta server yang memproses permintaan dan gateway untuk kemudian
menjawabnya. Jawaban yang merupakan proses dari CGI script ini akan
dikirim ke klien melalui gateway sebagai perantara. Hasil konversi yang
dilakukan oleh WAP gateway mampu memperkecil ukuran dan informasi
yang akan dikirimkan ke klien
I. Penelitian Terdahulu
Faihah ,et al. dari Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1999 melakukan penelitian
sistem pakar tanaman cabai. Pada penelitian tersebut dibangun sebuah sistem
pakar yang digunakan untuk mengidentifikasi penyakit yang menyerang
tanaman cabai (Capsicum annum.L). Domain pengetahuan sistem adalah 12
jenis penyakit tanaman cabai (Capsicum annuum L) yang umum menyerang.
Basis pengetahuan terkait dengan penyakit cabai di implementasikan ke
dalam perangkat lunak WINEXSYS. WINEXSYS menyediakan fasilitas
pemrograman berbasis logika (logic based programming) yang didukung oleh
Graphical User Interface (GUI) sehingga memudahkan user berkomunikasi
dengan sistem pakar. Sistem pakar yang dibangun berjalan secara offline di
satu komputer saja. Sistem pakar ini memiliki 46 kaidah (rules), 17
pengkualifikasi (qualifiers) dan 24 pilihan solusi (choice). Metode
indentifikasi penyakit yang diterapkan dalam sistem pakar menggunakan
kaidah-kaidah buku yang biasa digunakan dalam disiplin ilmu proteksi
31 tanaman cabai dan tindakan pengendalian reponsifnya berdasarkan input
gejala yang dimasukkan pemakai.
Ya-Feng, et al. (2007) melakukan penelitian pembuatan sistem pakar
untuk diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Pada penelitian ini basis
pengetahuan direpresentasikan ke dalam index. Mekanisme penalaran
(reasoning) yang digunakan adalah teknik forward chaining. Sistem pakar
yang dibangun di implementasikan dengan menggunakan VB dan SQL
Server. Namun demikian sistem masih dibangun untuk komputer stand alone.
L. Gonzales-Diaz, et al.(2009) membuat sistem pakar untuk
pengambilan keputusan dalam proteksi tanaman cabai. Pengetahuan diperoleh
dari literatur dan ahli. Pengetahuan selanjutnya direpresentasikan dalam
serangkaian aturan IF-THEN. Sistem ini meliputi identifikasi gulma, 20 jenis
serangga, 14 jenis penyakit, tiga faktor abiotic, dan tindakan pengendalian.
Sistem ini dilengkapi dengan 87 foto dan gambar yang membantu dalam
proses identifikasi. Tingkat kepuasan rata-rata berdasarkan hasil pengujian