• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, perlunya perhatian dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam penanganan dan pelayanan klien/korban KDRT. Sebaiknya ada rekrutmen pegawai dari alumni Kesejehteraan Sosial. Karena dengan adanya Pekerja Sosial di P2TP2A akan dapat lebih memaksimalkan pelayanan bagi klien/korban KDRT. Staf Penerima Pengaduan yang menerima laporan pengaduan klien sementara Pekerja Sosial yang melakukan asesmen (menggali permasalahan klien/korban KDRT untuk membantu pemecahan masalahnya).

Dan juga dalam hal sarana dan prasarana, perlu adanya kendaraan operasional untuk mengantar klien/korban KDRT dalam hal ini pendampingan ke kepolisian atau rumah sakit agar lebih efektif dan efisien dalam penanganan dan pelayanan. Misalnya klien/korban KDRT yang datang terluka harus segera dibawa ke rumah sakit dan klien/korban KDRT yang harus didampingi melapor ke Polres Tigaraksa yang cukup jauh lokasinya akan lebih mudah apabila ada kendaraan operasional (mobil) untuk mengantar klien/korban KDRT.

93

Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2002.

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Dyawati. Belajar Teori

Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,

2011.

Ciciek, Farha. Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999.

Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Ghony, M. Junaidy dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Gunawan, Iman. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hawari, Dadang. Penyiksaan Fisik dan Mental dalam Rumah Tangga (Domestic

Violence). Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.

Johnston, Mary. Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam

Setting Rumah Sakit. Solo: Sri Laksana Purna, 1988.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.

Tangerang Selatan: BPMPPKB, 2015.

Komalasari, Gantina. dkk. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks, 2011. Luhulima, Achie Sudiarti, ed. Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan

terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Bandung: PT. Alumni,

2000.

Mansur, Dikdik M. Arief dan Gultom, Elisatris. Urgensi Perlindungan Korban

Kejahatan Antara Norma dan Realita. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2008.

Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Nurhayati, Eti. Bimbingan, Konseling & Psikoterapi Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Purnianti dan Kolibonso, Rita Serena. Menyingkap Tirai Kekerasan dalam Rumah

Tangga. Jakarta: Mitra Perempuan, 2003.

Ridwan. Kekerasan Berbasis Gender. Purwokerto: Pusat Studi Gender, 2006. Saraswati, Rika. Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009.

Shinta, Dewita Hayu dan Bramanti, Oetari Cintya. Kekerasan dalam Rumah Tangga Reduksi Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam

RUU KUHP. Jakarta: LBH APIK, 2007.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010. Suharto, Edi, ed. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi.

Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004.

Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung: Alfabeta, 2009. Sulistyo, Sumar, dkk. Pengkajian Kebutuhan Pelayanan Sosial Bekas Anak

Negara. Yogyakarta: B2P3KS, 2005.

Surjadi, Erna. Bagaimana Mencegah KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011.

Susan, Novri. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Warto, dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial di Panti dan Non Panti

Rehabilitasi Korban NAPZA. Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009.

Willis, Sofyan S. Konseling Keluarga. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011. Brosur P2TP2A Kota Tangerang Selatan.

Dokumen P2TP2A Kota Tangerang Selatan.

JURNAL

Kholifah. “Sikap Islam terhadap Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga.” Kordinat, Volume IX, No.2 (Oktober 2008): h. 121-136.

Kurniasih, Nani. “Kajian Yuridis Sosiologis terhadap Kekerasan yang Berbasis Gender,” h. 5.

Manan, Mohammad „Azzam. “Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Sosiologis,” Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5, No. 3 (September 2008): h. 9-34.

Nurmadiansyah, M. Thoriq. “Membina Keluarga Bahagia sebagai Upaya Penurunan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam Perspektif Agama Islam dan Undang-undang.” Musawa, Vol. 10, No. 2 (Juli 2011): h. 215-227.

SKRIPSI

Ahmad, Irwan. “Adat dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Watanhura II, Solor Timur, Flores Timur, NTT.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Hendrya, Pepi. “Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Dalam Perspektif Ketahanan Individu Studi Kasus Perempuan Korban KDRT Klien P2TP2A DKI Jakarta.” Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Strategik Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia, 2011.

Lubis, Momba Donna Sari. “Advokasi Sosial untuk Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di LBH APIK Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Nafi’an, Ilman. “Analisis Faktor Penyebab dan Bentuk Kekerasan (Studi Kasus Pada Klien Woman Crisis Center Tahun 2008 Di Cirebon).” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Nasuha, Fitrah. “Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita Paraplegia di Instalasi

Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.

WEBSITE

Alquran-Indonesia. “Surah an-Nisa/4: 34.” Data diakses pada 06 Juni 2015 dari http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/4/30

Mardiani, Dewi dan Safitri, Ahmad Reza. “Kasus KDRT Meningkat.” Artikel

diakses pada 24 Februari 2015 dari

http://m.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/27/m34tjt/-kasus-kdrt-meningkat

Riani. “Hingga Agustus, KDRT Tangsel Sebanyak 36 Kasus.” Artikel diakses pada 01 Maret 2015 dari http://www.bantenhits.com/metropolitan/1841-hingga-agustus-kdrt-tangsel-sebanyak-36-kasus

Ulfiah, Ufi. “Islam, Perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Al Arham Edisi 41 (A).” Artikel diakses pada 24 Februari 2015 dari http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id= 840:islam-perempuan-dan-kekerasan-dalam-rumah-tangga&catid=19:al-arham&Itemid=328

103

Lampiran I

HASIL OBSERVASI

DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) KOTA TANGERANG SELATAN

Hari, Tanggal : Senin, 16 Februari 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti datang ke Kantor P2TP2A pukul 10.20 WIB untuk memberikan surat izin penelitian. Sesampainya di Kantor P2TP2A, peneliti melihat ada 2 staf perempuan yang standby di kantor. Peneliti berkenalan dengan mereka, keduanya yaitu bertugas sebagai Penerima Pengaduan. Staf Penerima Pengaduan bernama Bu Dini dan Bu Nur, yang keduanya memakai jilbab. Peneliti mengamati di ruang penerima pengaduan terdapat 1 meja, 4 kursi, jam dinding, meja komputer, komputer, dan lemari berkas. Peneliti mendengar dari Staf Penerima Pengaduan bahwa klien mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Apabila kekerasan yang diterima sangat parah dirujuk ke konselor hukum. Apabila korban (istri) masih ingin tetap bertahan artinya tidak ingin bercerai/melaporkan suami ke kepolisian, maka dirujuk ke konselor psikis. Peneliti menanyakan mengenai kasus KDRT yang dilaporkan ke P2TP2A. Peneliti mendengar dari Staf Penerima Pengaduan bahwa ada 2 kasus, yang pertama KDRT yang dialami seorang Ibu dimana si suami mempunyai wanita idaman lain. Ibu ini mempunyai 3 orang anak (anak pertama berusia 23 tahun, dan anak terakhir masih SD), semua anaknya memihak ke suaminya, dan pada 18 Februari 2015 nanti baru mau datang langsung ke kantor. Kasus kedua yaitu KDRT yang dialami seorang ibu yang dipukuli anaknya. Tetapi anaknya juga mengalami kekerasan berupa psikis akibat perceraian kedua orangtuanya. Setelah beberapa lama berbincang-bincang, peneliti berpamitan.

Hari, Tanggal : Rabu, 18 Februari 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Hari ini peneliti datang ke kantor P2TP2A sekitar pukul 10.00 WIB, peneliti melihat hanya ada 1 Staf Penerima Pengaduan yaitu Bu Dini yang duduk di ruang penerima pengaduan. Peneliti mendengar dari Bu Dini bahwa di P2TP2A konselor perkawinan yaitu Bu Tati, konselor hukum yaitu Pak Rizky yang datang setiap hari Rabu, konselor psikis yaitu Bu Wenny, Pak Iqbal, dan Bu Zeezee (1 tim), konselor medis itu akan dirujuk ke rumah sakit, dan konselor rehabilitasi sosial akan dirujuk ke Dinas Sosial. Sekitar pukul 11.00 datang seorang laki-laki ke kantor P2TP2A, peneliti berkenalan dengan Beliau yaitu Pak Rizky, Konselor Hukum yang memang jadwalnya setiap hari Rabu. Peneliti melihat Bu Dini menelepon klien yang sudah dijanjikan untuk konsultasi dengan konselor hukum, tetapi peneliti mendengar bahwa klien sedang ada diluar kota dan tidak bisa datang ke kantor dan Bu Dini memberitahu klien untuk datang Rabu depannya. Peneliti melihat ada ruangan khusus untuk konselor hukum yaitu ruang konsultasi. Peneliti melihat didalamnya ada meja, kursi, jam dinding, dan AC. Peneliti mengamati hari ini tidak ada klien yang datang melapor. Selain ruang konsultasi, peneliti melihat satu ruangan yang terdapat kasur, lemari, perlengkapan sholat. Peneliti mendapat informasi dari Bu Dini bahwa Kantor P2TP2A berfungsi juga sebagai rumah aman (shelter) bagi klien yang membutuhkan perlindungan. Peneliti melihat di Kantor P2TP2A selain sarana rumah aman, terdapat juga kulkas, dapur (lengkap dengan peralatan masak), dan toilet, terdapat juga ruangan yang cukup luas, didalamnya ada 2 rak berisi buku-buku, yang satu tertutup ada kacanya, yang satu lagi tidak, ada lemari penyimpanan berkas-berkas, meja dan kursi, sofa, televisi, dan kipas angin. Peneliti mendengarkan ketika Bu Dini dan Pak Rizky membicarakan klien yang tidak jadi datang, dan membicarakan kasus lainnya di ruang konsultasi.

Hari, Tanggal : Rabu, 25 Februari 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti melihat ada 2 Staf Penerima Pengaduan yang standby di kantor yaitu Bu Dini dan Bu Nur sedang berada di ruang besar, Konselor Hukum berada di Ruang Konsultasi, dan peneliti duduk menunggu di ruang penerima pengaduan. Peneliti menyaksikan Pukul 10.10 WIB seorang perempuan datang ke kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan untuk melapor. Peneliti mendengar Klien Windu kasusnya adalah KDRT yang datang atas rujukan dari Komnas Perempuan. Klien Windu datang sendiri menggunakan mobil pribadi yang diparkir di halaman depan kantor. Peneliti mengamati Klien Windu keturunan Cina, berkulit putih, tinggi, rambut pendek dan menggunakan kacamata. Peneliti menyaksikan Bu Dini dan Bu Nur mempersilahkan Klien Windu duduk dan memberi formulir kepada Klien Windu lalu Klien Windu mengisi formulir pelaporan berupa identitas diri, identitas pelaku, kronologi kejadian, pelayanan yang diharapkan dipandu oleh Bu Dini dan Bu Nur (Staf Penerima Pengaduan). Klien Windu duduk berhadapan dengan Staf Penerima Pengaduan dan peneliti duduk disamping Klien Windu. Peneliti mendengar Klien Windu sambil mengisi formulir pengaduan (Klien Windu berusia 42 Tahun dan bekerja sebagai karyawan) menceritakan kronologi kejadian KDRT yang menimpanya kepada Staf Penerima Pengaduan. Klien Windu bercerita bahwa dia mengetahui suaminya punya selingkuhan. Lalu Klien Windu mengadu ke mertuanya (ibu pelaku) dan ibu pelaku menegor pelaku via telepon. Pelaku tidak suka ditegor oleh ibunya. KDRT yang menimpa Klien Windu terjadi pada 22 Juni 2014 pukul 01.00 WIB dini hari, Klien Windu dibekap oleh suaminya yang mengakibatkan bibir bawah dan lengan kirinya memar. Selain mengalami kekerasan fisik, Klien Windu mengalami kekerasan psikis juga berupa ancaman dan caci maki, pengusiran, dan penelantaran (pelaku yang berstatus masih suami sewaktu itu tidak mau membayar tagihan kartu kredit atas nama Klien Windu). Klien Windu ingin mengurus surat cerai, disarankan oleh pengacaranya untuk mengambil dokumen-dokumen. Klien Windu malah dilaporkan balik oleh suaminya karena KDRT (mencakar suami) dan pencurian dokumen (ketika suami Klien Windu sedang membutuhkan dokumen untuk mengurus paspor/visa yang mati untuk digunakan pergi ke Singapura mengantar ibunya yang sakit). Klien Windu beralasan mencakar suaminya untuk membela diri dan mengambil dokumen untuk mengurus surat cerai. Staf Penerima Pengaduan menanyakan Klien Windu menginginkan bantuan apa dan Klien Windu mengisinya dengan perlindungan hukum. Setelah selesai mengisi formulir pengaduan, Staf Penerima Pengaduan mempersilahkan Klien Windu untuk konsultasi ke konselor hukum. Sebelumnya peneliti melihat Staf Penerima Pengaduan memberikan berkas yang sudah diisi Klien Windu ke Konselor Hukum. Peneliti mengamati Klien Windu konsultasi dengan konselor

hukum sekitar 30 menit, lalu berpamitan. Peneliti menanyakan kepada Konselor Hukum bagaimana menangani kasus Klien Windu dan Konselor Hukum menjelaskan bahwa Klien Windu sudah mempunyai pengacara sendiri, jadi Konselor Hukum P2TP2A hanya sebatas memberikan konsultasi untuk langkah-langkah berikutnya.

Selama Klien Windu berkonsultasi dengan Konselor Hukum, sekitar pukul 10.40 WIB datang lagi klien, seorang Ibu tua (Klien Warni) yang memakai jilbab dan terlihat kurus. Peneliti melihat dan mendengar bahwa Klien Warni diantar oleh seorang anak muda yang ternyata anak Pak RT. Peneliti diberitahu oleh Staf Penerima Pengaduan bahwa Klien Warni ini sebelumnya menelepon ke kantor dan baru hari ini bisa datang ke kantor (lihat observasi tanggal 16 Februari 2015). Kasus Klien Warni yaitu KDRT. Peneliti menyaksikan, Staf Penerima Pengaduan mempersilahkan Klien Warni duduk sambil menanyakan kabar. Peneliti mengamati proses pealayanannya sama yaitu Staf Penerima Pengaduan memberikan formulir pengaduan dan Klien Warni mengisi formulir pengaduan berupa identitas diri, identitas pelaku, kronologi kejadian, pelayanan yang diharapkan dipandu oleh Staf Penerima Pengaduan. Posisi duduknya sama yaitu Klien Warni duduk berhadapan dengan Staf Penerima Pengaduan dan peneliti duduk disamping Klien Warni. Peneliti mendengar Klien Warni mengisi formulir pengaduan sambil menceritakan masalahnya kepada Staf Penerima Pengaduan. Klien Warni menceritakan kronologi kasusnya, tahun 2008 Klien Warni mengetahui suaminya mempunyai wanita idaman lain (WIL). Pada tahun 2013 suami menalak Klien Warni karena si WIL sudah menceraikan suaminya jadi Klien Warni digantung statusnya oleh suami selama 5 tahun. Klien Warni diusir dari rumah dan diancam mau ditebas lehernya oleh suami, sekarang Klien Warni tinggal di rumah kakaknya. Mobil Klien Warni dirampas suaminya di tempat umum, menurut pengakuan Klien Warni suami bertindak tidak wajar. Klien Warni sudah tidak diberi gaji selama 2 tahun. Klien Warni menginginkan pelayanan berupa bantuan dan perlindungan hukum karena ingin pulang ke rumahnya dengan aman dan menginginkan anaknya (ketiga anaknya membela suami dengan istri baru suami). Kepada Staf Penerima Pengaduan dan peneliti, Klien Warni menunjukkan foto suami dan ketiga anak laki-lakinya bersama istri baru suaminya dan anak-anaknya. Setelah selesai mengisi formulir pengaduan, peneliti melihat Staf Penerima Pengaduan memberikan berkas kepada Konselor Hukum. Lalu Klien Warni dipersilahkan konsultasi langsung ke Konselor Hukum. Peneliti mengikuti Klien Warni masuk ke ruang konsultasi dan meminta izin kepada Klien Warni dan Konselor Hukum untuk ikut dalam proses konsultasi dan diperbolehkan. Peneliti menyaksikan Konselor Hukum menanyakan kronologi kasusnya, Klien Warni menjelaskan seperti yang tadi Klien Warni ceritakan kepada Staf Penerima Pengaduan, lalu

Konselor Hukum memberi saran untuk masalah Klien Warni. Karena Klien Warni belum bercerai dengan suaminya, Klien Warni bisa melaporkan suami sudah bertindak zinah dan menuntut gaji suami 1/3 untuk Klien Warni dan 1/3 untuk anak. Konselor Hukum memberi saran bahwa mantan suami WIL bisa menjadi saksi, Klien Warni tidak diberi nafkah sudah 2 tahun bisa digugat secara perdata. Konselor Hukum juga menyarankan kepada Klien Warni bisa menulis surat ke Dinas Pendidikan (karena suami PNS) apakah nanti dari instansi si suami bisa dipecat, diturunkan jabatan atau mutasi. Keputusan semua ada di tangan Klien Warni apakah mau menggugat secara pidana (karena suami berzinah) atau perdata (tidak diberi nafkah sudah 2 tahun). Peneliti melihat Klien Warni terlihat bingung dan labil, pertama menjawab mau menggugat secara pidana lalu kemudian berubah menjadi perdata, dan berubah lagi menjadi pidana. Akhirnya Konselor Hukum menyarankan agar Klien Warni merundingkan dulu dengan pihak keluarga baiknya bagaimana. Peneliti mengamati bahwa Klien Warni berkonsultasi sekitar 1 jam lebih. Setelah itu Klien Warni berpamitan.

Hari, Tanggal : Rabu, 04 Maret 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti datang ke P2TP2A sekitar pukul 10.15 WIB ternyata gerbang masih di kunci. Pukul 11.00 WIB peneliti kembali ke Kantor P2TP2A ternyata sudah buka, dan mengobrol dengan Bu Dini bahwa tadi Bu Dini dan Bu Nur sedang mengambil berkas di Rumah Konseling jadi mereka baru sampai pukul 10.40 WIB. Peneliti diberitahu oleh Staf Penerima Pengaduan bahwa ada klien yang akan datang, tetapi setelah Bu Dini mengkonfirmasi ke klien, klien tidak jadi datang. Peneliti mengamati hanya ada 2 Staf Penerima Pengaduan yang

standby di kantor yaitu Bu Dini dan Bu Nur. Peneliti mengamati ketika tidak

ada klien yang datang, maka Staf hanya standby di kantor sampai jam tutup kantor.

Hari, Tanggal : Senin, 09 Maret 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti datang ke Kantor P2TP2A pukul 10.15 WIB, peneliti melihat hanya ada 1 Staf Penerima Pengaduan yaitu Bu Nur, sementara Bu Dini sedang pergi keluar mengurus sesuatu. Peneliti mengamati Bu Nur sedang membuat laporan di ruang besar. Peneliti mengamati hari ini tidak ada klien yang datang melapor. Peneliti mendengar dari Bu Nur bahwa pengurus P2TP2A adalah sukarelawan, para pengurus tidak diberi gaji, kecuali Staf Penerima Pengaduan dan Konselor Hukum.

Hari, Tanggal : Selasa, 10 Maret 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti datang ke Kantor P2TP2A pukul 11.00 WIB dan melihat ada 2 Staf Penerima Pengaduan yang standby di kantor yaitu Bu Dini dan Bu Nur yang duduk di ruang besar. Bu Nur sedang menerjakan laporan dan Bu Dini duduk berhadapan dengan Bu Nur. Peneliti duduk disamping Bu Dini dan mendengar percakapan Bu Dini dan Bu Nur yaitu untuk klien yang membutuhkan bantuan hukum, konselor hukum P2TP2A hanya memberikan konsultasi kepada klien untuk langkah-langkah berikutnya. Jadi misalnya dalam pengadilan, konselor hukum P2TP2A bertindak bukan sebagai pengacara klien tetapi hanya mendampingi klien (menyimak proses di pengadilan untuk selanjutnya bisa memikirkan saran bagi klien dalam langkah berikutnya). Peneliti mendengar juga ada klien yang menelepon ingin konsultasi psikologis minggu ini tetapi karena jadwal untuk konsultasi psikologis minggu ini sudah penuh, klien tersebut dijadwalkan oleh Bu Dini untuk minggu berikutnya. Karena untuk konseling psikologis, seminggu dijadwalkan hanya 2 kali. Dari hasil pengamatan peneliti beberapa hari, di kantor P2TP2A ini kekurangan sumber daya manusia, karena yang standby di kantor hanya 2 orang staf setiap harinya (kecuali hari Rabu ada konselor hukum). Jadi ketika ada urusan seperti mengantar surat ke BPMPPKB dan mengurus keperluan lain, hanya satu orang yang ada di kantor bahkan pernah ketika 2 staf ini mengurus keperluan, kantor jadi tutup karena tidak ada yang jaga. Pukul 12.50 WIB peneliti melihat salah satu pengurus dari BPMPPKB yaitu Pak Hairul datang ke Kantor P2TP2A. Peneliti menyaksikan Staf Penerima Pengaduan berdiskusi dengan Pak Hairul tentang siapa pengurus mewakili P2TP2A yang akan menghadiri acara dari BPMPPKB mengenai pelatihan pengaduan (P2TP2A mendapat undangan dari BPMPPKB). Peneliti melihat Bu Dini sedang menghubungi/memberitahu pengurus untuk datang ke acara tersebut. Pak Hairul menyuruh Bu Dini untuk mengajak peneliti ke acara pelatihan pengaduan tersebut dan peneliti mengiyakan. Hari ini peneliti mengamati tidak ada klien yang datang untuk melapor.

Hari, Tanggal : Rabu, 11 Maret 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Hari ini kantor tutup karena P2TP2A diundang oleh BPMPPKB menghadiri acara Pelatihan Petugas Pelayanan Pengaduan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak di Telaga Seafood Restaurant, BSD. Peneliti diajak menghadiri acara ini yang dimulai pukul 09.00 WIB. Peneliti menyaksikan dalam acara itu, narasumbernya yaitu Bu Listya, S.Sos, MKM Kabid Pemberdayaan Perempuan BPMPPKB, Pak Sudarmaji, S.E perwakilan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Dra. Diana Mutiah, M.Si salah satu pengurus P2TP2A Kota Tangerang Selatan. Dalam acara ini, yang hadir ada perwakilan dari kepolisian, puskesmas, dan lembaga lain yang bergerak di bidang penanganan tindak kekerasan. Secara garis besar, acara ini membahas mengenai kasus KDRT dan cara penanganannya. Peneliti mendengar Bu Dini memberitahu Pak Rizky (konselor hukum) bahwa di kantor tidak ada orang karena sedang menghadiri acara BPMPPKB. Acara ini selesai sekitar pukul 12.00 WIB dilanjutkan makan siang bersama.

Hari, Tanggal : Kamis, 12 Maret 2015

Tempat : Kantor P2TP2A Kota Tangerang Selatan

Observasi :

Peneliti datang ke kantor dan melihat ada 2 Staf Penerima Pengaduan yang standby di kantor yaitu Bu Dini dan Bu Nur sedang duduk di ruang penerimaan pengaduan. Peneliti menyaksikan pukul 12.18 WIB datanglah seorang ibu dan bapak tua yang ternyata adalah orang tua dari seorang klien

Dokumen terkait