• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan kajian yang sama dengan waktu dan musim yang berbeda agar mendapatkan musim pemijahan dari udang mantis. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian yang terkait dengan daur hidup udang mantis H.

raphidea di perairan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Safei DS, Rahardjo MF, & Sulistiono. 1992. Ikhtiologi: suatu pedoman kerja laboratorium. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Azmarina. 2007. Karakteristik morfometrik udang mantis, Harpiosquilla raphidea (Fabricius 1798) di perairan Bagansiapiapi [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru.

Berrill M. 1975. The burrowing, aggressive and early larval behavior of Neaxius vivesi (Bouvier) (Decapoda, Thalassinidea). Crustaceana. 29: 92-98.

Bird EM. 1982. Population dynamics of thalassinidean shrimps and community effects through sediment modification [Tesis]. University of Maryland. USA.

Carmona-Osalde C, Rodrı´guez-Serna M, Olvera-Novoa MA, & Gutie´rrez-Yurrita PJ. 2004. Effect of density and sex ratio on gonad development and spawning in the crayfish Procambarus llamasi. Aquaculture. 236: 331–339.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut: aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 115-116 p.

Devine CE. 1966. Ecology of Callianassa fiholi Milne-Edwards 1878 (Crustacea, Thalassinidea). Transactions of the Royal Society of New Zealand. 8: 93-110.

Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 p.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan dasar pengembangan teknik perikanan. Rineka Cipta.

Jakarta. 179 p.

Hailstone TS. 1962. They’re a good bait!. Australian Natural History. 14: 29-31.

Halomoan M. 1999. Beberapa aspek biologi reproduksi udang ronggeng (Squilla harpax de Haan) di perairan Teluk Banten, Serang, Jawa Barat [Skripsi].

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hamano T & Matsuura S. 1984. Egg laying and egg mass nursing behaviour in the Japanese Mantis Shrimp. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries. 50(12): 1969-1973.

Kusumasari MF. 2007. Biologi reproduksi dan kebiasaan makanan ikan siumbut (Labiobarbus leptocheilus) di Sungai Musi, Sumatera Selatan [Skripsi].

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jennings S, Kaiser M, & Reynolds JD. 2001. Marine fisheries ecology. Alden Press Ltd. Blackwell Publishing. United Kingdom. 417 p.

Lagler KF. 1972. Freshwater Fishery Biology. W.M.C. Brown Company Publisher.

Dubuque, Iowa. 421 p.

Lawal-Are AO. 2010. Reproductive biology of the Blue Crab, Callinectes amnicola (De Rocheburne) in the Lagos Lagoon, Nigeria. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 10: 1-7.

Moyle PB & Cech JJJr. 2004. Fishes an introduction to ichthyology, 5th ed. Prentice Hall, Englewood. New Jersey. 98 p.

Muzammil W. 2010. Studi morfometrik dan meristik udang mantis (Oratosquillina ravieri dan Harpiosquilla raphidea) di daerah pantai berlumpur Kuala Tungkal, Provinsi Jambi [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Ohtomi J, Kawazoe H, Furota T. 2005. Temporal distribution of the Japanese Mantis Shrimp Oratosquilla oratoria larvae during transition from good catch period to poor catch period in Tokyo Bay, Japan. Mem. Fac. Fish.

Kagoshima Univ. 54: 1-6.

Ott JA, Fuchs B, & Malasek A. 1976. Observations on the biology of Callianassa stebbingi Borrodaille and Upogebia litoralis Risso and their effect upon the sediment. Senckenbergiana maritima. 8: 61-79.

Pezzuto PR. 1998. Population dynamics of Sergio mirim (Rodrigues 1971) (Decapoda: Thalassinidea: Callianassidae) in Cassino Beach, southern Brazil. P.S.Z.N.: Marine Ecology. 19: 89-109.

Pinheiro AP & Lins-Oliveira JE. 2006. Reproductive biology of Panulirus echinatus (Crustacea: Palinuridae) from São Pedro and São Paulo Archipelago, Brazil.

Nauplius. 14(2): 89-97.

Pratiwi E. 2010. Segregasi spasial udang mantis Harpiosquilla raphidea dan Oratosquillina gravieri pada pantai berlumpur Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi [Skripsi]. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumiono B & Priyono BE. 1998. Sumberdaya udang peneid dan krustase lainnya dalam: Widodo J. Azis KA. Priyono BE. Tampubolon GH. Naamin N.

Djamali A, eds. Potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut dan P2O-LIPI. Jakarta.

Suwandi E. 1978. Beberapa aspek biologi udang peneeid yang tertangkap oleh trawl di laut Arafura, Irian Jaya, dan Teluk Carpentaria, Australia [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tamaki A, Ingole B, Ikebe K, Muramatsu K, Taka M, Tanaka M. 1997. Life history of ghost shrimp, Callianassa japonica Ortmann (Decapoda: Thallassinidea), an intertidal sandflat in western Kyushu, Japan. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 210: 223-250.

Walpole RE. 1993. Pengantar statistika. Edisi ke-3. PT. Garmedia Pustaka Utama.

Jakarta. 515 p.

Wardiatno Y. 2002. Study on the biology of the ghost shrimp, Nihonotrypaea japonica (Ortmann 1981) (Decapoda: Thallassinidea: Callinassidae), distributed on intertidal sandflat in Ariake Sound, Kyushu, Japan [Disertasi].

Graduate School of Marine Sciene and Engineering, Nagasaki University.

Nagasaki.

Wardiatno Y, Fajarallah A, & Mashar A. 2009. Kajian aspek reproduksi dan genetika udang mantis (Harpiosquilla raphidea, Fabricius 1798) di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi sebagai upaya lanjutan domestifikasi udang mantis. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Widodo J, Suadi. 2008. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 74 p.

Wortham-Neal JL. 2002. Reproductive morphology and biology of male and female mantis shrimp (Stomatopoda: Squillidae). Journal of Crustacean Biology.

22(4): 728-741.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi stasiun pengambilan udang contoh

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Global Postioning System (GPS) Timbangan Digital

Kaliper Penggaris

Kamera Digital Udang Mantis

Lampiran 3. Proses pembuatan preparat histologi gonad mengacu pada Banks (1986) in Kusumasari (2007)

Fiksasi

Gonad difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam, setelah itu dipindahkan ke alkohol 70 % selama 24 jam

Dehidrasi 1

Gonad direndam dengan alkohol 70 % (24 jam), alkohol 80 % (2 jam), alkohol 90 % (2 jam), alkohol 95 % (2 jam), alkohol 100 % (12 jam)

Clearing 1(Penjernihan)

Gonad direndam dalam alcohol 100 % + Xylol (1 : 1) selama 30 menit, kemudian direndam dalam Xylol I, Xylol II, Xylol III masing-masing 30 menit

Embedding (Infiltrasi)

Gonad direndam dalam Paraffin – Xylol ( 1 : 1) selama 45 menit dalam oven dengan suhu 650 - 750C, selanjutnya direndam dalam Parafin I, Parafin II, Parafin III selama

masing-masing 45 menit yang dipanaskan dalam oven suhu 650 - 750C dan kemudian jaringan dicetak dalam cetakan selama 12 jam (proses blocking)

Pemotongan

Spesimen dipotong sebesar 4 – 6 µ dengan mikrotom, diapungkan dalam air suam kuku dan diletakkan di atas hot plate 400C sampai agak kering

Defarafinasi

Preparat direndam berturut-trut dalam Xylol I, Xylol II masing-masing selama 5 menit

Dehidrasi 2

Preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 100 % I, alkohol 100 % II, alkohol 95 %, alkohol 90 %, alkohol 80 %, alkohol 75 %, alkohol 71 %, alkohol 50 % masing-masing 3 menit, setelah itu preparat dibersihkan dengan akuades sampai

putih

Pewarnaan

Preparat direndam dalam larutan Haematoxylin selama 5 -7 menit, selanjutnya direndam dengan larutan eosin selama 3 menit dan cuci dengan air mengalir

Dehidrasi III

Preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 50 %, alkohol 70 %, alkohol 80 %, alkohol 85 %, alkohol 90 %, alkohol 95 %, alkohol 100 % I, alkohol 100 % II

masing-masing selama 2 menit

Clearing II

Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I, Xylol II, Xylol III masing-masing selama 2 menit

Mounting

Jaringan dilekatkan dengan gelas penutup dan zat perekat

Lampiran 4. Uji t nilai b hubungan panjang-bobot udang mantis betina SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.9691796

R Square 0.939309

Adjusted R

Square 0.9391234

Standard Error 0.1063356

Observations 329

ANOVA

Df SS MS F Significance F

Regression 1 57.22551 57.22551 5060.952 5E-201

Residual 327 3.697475 0.011307

Total 328 60.92299

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower

95.0%

Upper 95.0%

Intercept -2.007161 0.041308 -48.5899 1.2E-151 -2.08842 -1.9259 -2.08842 -1.9259

X Variable 1 2.9338996 0.041241 71.14037 5E-201 2.852768 3.015031 2.852768 3.015031

t hitung =

0412 , 0

9340 . 2 3

=1,6028, ttabel = t0,05(0,05,327)=1,9672→Gagal Tolak Ho, Isometrik

Lampiran 5. Uji t nilai b hubungan panjang-bobot udang mantis jantan SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.9828098

R Square 0.9659152

Adjusted R Square 0.9657777 Standard Error 0.0691777

Observations 250

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1 33.6327 33.6327 7027.961 5.6E-184

Residual 248 1.186818 0.004786

Total 249 34.81952

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Upper 95%

Lower 95.0%

Upper 95.0%

Intercept -2.0788373 0.036792 -56.502 1.2E-143 -2.1513 -2.00637 -2.1513 -2.00637 X Variable 1 3.0090908 0.035894 83.83294 5.6E-184 2.938395 3.079787 2.938395 3.079787

t hitung =

0359 , 0

3 0091 ,

3 

=0,2533, ttabel = t0,05(0,05,248)=1,9696→Gagal Tolak Ho, Isometri

Lampiran 6. Uji t hubungan panjang tubuh dengan panjang penis udang mantis jantan menggunakan program Minitab

Difference = mu (kiri) - mu (kanan) Estimate for difference: -0.196

95% CI for difference: (-0.848, 0.455)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.59 P-Value = 0.554

DF = 498

Both use Pooled StDev = 3.7081

Lampiran 7. Contoh perhitungan indeks kematangan gonad (IKG)

Jantan (TKG 2, PT = 150 mm) IKG = X100

BT BG

= 100 55

96 ,

6 X

= 12,65

Betina (TKG 3, PT = 260 mm) IKG = X100

BT BG

= 100 179

59 ,

14 X

= 8,15

xii

Halaman 1. Udang Mantis H. raphidea ... 4 2. Morfologi udang mantis H. raphidea dilihat dari bagian dorsal

(Wardiatno et al. 2009) ... 6 3. Anatomi organ reproduksi udang mantis S. empusa betina

(Wortham-Neal 2002) ... 9 4. Perkembangan kelenjar semen pada udang mantis S. empusa betina

(Wortham-Neal 2002) ... 9 5. Anatomi organ reproduksi udang mantis S. empusa jantan

(Wortham-Neal 2002) ... 10 6. Penampang histologi gonad udang Panuliru echinatus jantan (a)

dan betina (b) (Pinheiro & Lins-Oliveira 2006) ... 13 7. Peta lokasi penelitian di perairan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat,

Jambi.. ... 14 8. Sebaran frekuensi udang mantis H. raphidea selama penelitian .. ... 20 9. Sebaran frekuensi udang mantis H. raphidea berdasarkan jenis

kelamin selama penelitian ... 21 10. Grafik hubungan panjang-bobot udang mantis jantan (a) dan betina

(b) di perairan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi ………… 22 11. Letak alat kelamin udang mantis H. raphidea jantan (a) dan

betina (b) ... 24 12. Kurva hubungan antara panjang tubuh dengan panjang penis kanan (a)

dan penis kiri (b) .. ... 25 13. TKG H. raphidea jantan (a) dan betina (b) di lokasi penelitian... 29 14. Kurva penentuan ukuran pertama kali matang gonad pada udang

mantis betina ... 33

xiii

Halaman 1. Lokasi stasiun pengambilan udang contoh ... 41 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian .. ... 42 3. Proses pembuatan preparat histologi gonad mengacu pada Banks

(1986) in Kusumasari (2007) ... 43 4. Uji t nilai b hubungan panjang-bobot udang mantis betina ... 45 5. Uji t nilai b hubungan panjang-bobot udang mantis jantan ... 47 6. Uji t hubungan panjang tubuh dengan panjang penis udang mantis

jantan menggunakan program Minitab ... 49 7. Contoh perhitungan indeks kematangan gonad (IKG) ... 50

Dokumen terkait