• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai model pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Yayasan SLB-B Wantu Wirawan

Disediakan ruang khusus bina wicara bagi siswa tunarungu dan penyediaan ruang terpisah untuk SMPLB-B dengan SMALB-B dan penyediaan dana untuk lebih meningkatkan mutu sekolah.

125 2. Bagi Kepala Sekolah

a. Menyediakan atau mendatangkan tenaga ahli khusus secara rutin untuk membantu menangani kelainan anak tunarungu.

b. Melengkapi sarana dan prasarana SLB Wantu Wirawan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

c. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap instansi yang terkait.

d. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan manajemen yang baik

e. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali murid.

3. Bagi guru

Bagi guru di SMPLB-B Wantu Wirawan: a. Meningkatkan inovasi pembelajaran

b. Memanfaatkan media yang ada dalam menunjang pembelajaran c. Berlatih dan belajar menggunakan media yang telah disediakan.

Misalnya, alat bantu bicara.

d. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai kelas

e. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai keahlian atau keterampilannya dengan ekstrakurikuler

126 4. Bagi siswa

Bagi siswa tunarungu SMPLB-B Wantu Wirawan setelah mendapatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta lebih disiplin dan hidup mandiri sehingga tidak mengandalkan orang lain.

5. Bagi peneliti

Penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu memberikan gambaran karakteristik pembelajaran yang berupa kurikulum, pendekatan pembelajaran PAI, prinsip pembelajaran PAI SMPLB, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Selain itu juga memberikan gambaran mengenai hambatan, faktor pendukung serta solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pembelajaran PAI tersebut. Untuk itu, peneliti berharap penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini dapat dijadikan rujukan oleh pembaca dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran PAI sehingga siswa tunarungu mendapatkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tanpa adanya diskriminasi.

127 C. PENUTUP

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi Sang Maha Pengatur dan Pencipta Alam Semesta, yang telah memberikan hidayah dan taufiq-Nya. Sehingga penulis telah dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA SISWA TUNARUNGU DI SMPLB-B WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 “ yang masih jauh dari sempurna. Maka untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima masukan, kritik, dan saran. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari dosen pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi. Semoga segala amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT. Akhir penulisan ini penulis berharap dengan keridhoan Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat, terutama terhadap penulis sendiri dan para pembaca yang budiman pada umumnya. Aamiin.

128

DAFTAR PUSTAKA

Aphroditta, M. 2012. Panduan Lengkap Orangtua dan Guru untuk Anak dengan Disgrafia. Jogjakarta: Javalitera.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dwijanto. 2011. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. diakses dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-smpl.pdf. diakses pada tanggal 7 Agustus 2015.

Emirfan, TM. 2013. Panduan Lengkap Orangtua dan Guru untuk Anak dengan Diskalkulia (kesulitan menghitung). Jogjakarta: Javalitera.

Haenudin. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu. Jakarta: Luxima.

Hartono, Bambang. 2010. Pelaksanaan Pendidikan Agama di Sekolah Luar Biasa Kajian di Tiga Propinsi Indonesia: Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara. Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Anak Semarang. Hildayani, Rini. 2011. Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan

Khusus). Jakarta: Universitas Terbuka.

Lakshita, Nattaya. 2012. Belajar Bahasa Isyarat untuk Anak Tunarungu (Menengah). Jogjakarta: Javalitera.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Meimulyani, Yani dan Caryoto. 2013. Media Pembelajaran Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Luxima.

Misbach, D. 2012. Seluk Beluk Tunadaksa dan Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta: Javalitera.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

129

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin,et.al. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya.

Naim, Ngainun dan Achmad Patoni. 2007. Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ciputat press

Purwanta, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Quthb, Muhammad. 1993. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Alma‟arif.

Ramayulis. 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan

Khusus. Jogjakarta: Gosyen Publishing.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati. 1996. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Susanto. 2013. Teori Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Smart, Aqila. 2012. Seluk Beluk Tunadaksa dan Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta: Kata Hati.

Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:

Ciputat Pers.

Wasita, Ahmad. 2012. Seluk Beluk Tunarungu dan Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta: Javalitera.

Yasin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press jakarta.

130

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana sejarah berdirinya SMPLB-B Wantu Wirawan?

2. Berapa lama bapak menjadi

kepala sekolah SLB-B?

3. Apa keunggulan SLB-B Wantu

Wirawan?

4. Dari mana pendanaan SLB-B

Wantu Wirawan?

5. Apakah sama antara

kurikulum sekolah umum dengan Sekolah Luar Biasa (SLB)

6. Bagaimana hubungan sekolah

131

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

No Rumusan Masalah Pertanyaan

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?

1. Kurikulum apa yang diterapkan pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?

2. apa yang membedakan pembelajaran PAI di SMP dengan SMPLB B (Tujuan, isi/materi, Media,Strategi, dan Proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai penutup?

3. Apa karakteristik pembelajaran Pendikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga? 4. Pendekatan apa saja yang digunakan

dalam pembalajaran Pendidikan Agama Islam

5. Apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?

6. Bagaimanakah penggunaan sistem komunikasi siswa tunarungu dalam pembelajaran di kelas?

132 dan pendukung serta solusi permasalahan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?

pendukung dalam kegiatan belajar mengajar di SMPLB Negeri Salatiga? 2. Bagaimana menangani hambatan yang

terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PAI tersebut?

3. Apakah ada bimbingan rutin khusus siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga? Transkip Wawancara Kepada Kepala Sekolah

A. Identitas Informan

Nama Bapak DR

Jenis Kelamin Laki-Laki

Agama Islam

Tempat tanggal lahir Semarang, 14 November 1955

Jabatan Kepala Sekolah

NIP 19551114 198303 1 006

B. Hasil Wawancara

Pewawancara : Assalamu‟alaikum, pak saya dari IAIN Salatiga, nama saya sri

sulastri yang kemarin mau penelitian skripsi

Responden : Wa‟alaikumsalam, iya mbak. Mau langsung observasi kelas

apa wawancara dulu dengan saya?

Pewawancara : Iya pak, mau wawancara dulu. Responden : Mau tanya apa mbak?

133

Pewawancara : Bagaimana sejarah berdirinya SMPLB-B Wantu Wirawan? Responden : “Pada tahun 1997, SLB dirintis oleh Ibu H. Srimulyono yang

beralamat di Ngentak, Salatiga. Mula-mula SLB bertempat di rumah beliau kemudian dialuhkan ke Jl. Taman Pahmawan dalam keadaan masih ngontrak. Dalam menerima siswa masih campuran, ada anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan autis. Beberapa tahun kemudian beliau membentuk yayasan yang dikelola oleh Ibu-Ibu tua dengan nama Yayasan Siwi Peni. Yayasan ini kemudian mendirikan TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dengan jenis ketunaan A (Tunanetra), B (Tunarungu), dan C (Tunagrahita). Tenaga pendidik yayasan ini mayoritas sukarelawan. Melihat kemajuan yayasan ini, kemudian ketua yayasan membeli tanah yang berada di Jln. Argobogo No. 282, Pendem, Ledok, Salatiga. SLB-A.B dan C dikepalai oleh Sigit Margono. SPd dan SLB-C oleh Drs. Sukijo. Karena semakin banyaknya siswa maka SLB-A dan SLB-B dipisah menjadi SLB-SLB-A dengan kepala sekolah Sigit Margono dan SLB-B oleh Drs. Damroji”.

Pewawancara : Berapa lama bapak menjadi kepala sekolah SLB-B?

Responden : “Saya menjadi kepala sekolah di sini dari tahun 1992 sampai

sekarang. Jadi sudah 24 tahun. Sebelumnya, saya di Denpasar Bali (Pembina Tingkat Nasional) dari tahun 1983-1992”.

Pewawancara : Apa keunggulan SLB-B Wantu Wirawan?

Responden : “Banyak alumsi SLB_B Wantu Wirawan yang bekerja di

perusahaan-perusahaan piring gelas, sepeda gunung, tekstil, dan tidak ada yang tidak bekerja. Karena di sekolah dibekali keterampilan salon, kerajinan, batik ciprat, membuat telur asin, aneka kue kering, dan paving yang nantinya setelah lulus diharapkan agar anak bisa mandiri dan tidak merepotkan orang

lain”.

134

Responden : “Sekolah ini mempunyai dua Bapak. Pertama, Yayasan dan

yang kedua, dinas pendidikan. Yayasan bertugas sebagai payung hukum dan pembinaan guru serta merupakan awal tonggak pembangunan sekolah ini. Sedangkan peran pemerintah adalah membantu materi, uang, BOS, fasilitas dalam menunjang kegiatan belajar mengajar serta menggaji

guru Negeri, sedangkan guru yayasan yang menggaji yayasan”.

Pewawancara : Apakah sama antara kurikulum sekolah umum dengan Sekolah Luar Biasa (SLB)

Responden : “Acuan kurikulum kami mengacu dari sekolah umum, namun

materi sekolah umum dan SLB tergantung kemampuaan anak.

Yang mengetahui kemampuan anak adalah gurunya”

Pewawancara : Bagaimana hubungan sekolah dan masyarakat?

Responden : “Sekolah, selain menciptakan hubungan dengan masyarakat

sekitar juga menciptakan hubungan dengan Dinas Sosial, Dinas kesehatan yang memeriksa anak di setiap bulannya, serta dengan ketenagakerjaan.

Pewawancara : Apakah sama pembelajaran PAI di SLB-B dengan sekolah umum?

Responden : “Kalau tentang pembelajaran PAI, nanti langsung tanya sama

Bapak Margo saja mbak, karena beliau guru PAI. Jadi tau persis

bagaimana pembelajaran PAI”. Apa mau langsung tanya sama Pak Margo?”

Pewawancara : Iya Pak, nanti kalau sudah jam istirahat. Terimakasih banyak pak. Maaf pak, selama penelitian tentunya saya banyak merepotkan pihak sekolah.

135

Responden : “Gak usah merasa gak enak mbak, kami siap membantu.

Langsung ke kelas aja mbak, nanti bilang saja kalau saya dah mengijinkan bisa penelitian”.

Pewawancara : iya Pak, terimakasih sebelumnya.

Transkip Wawancara Kepada Guru PAI A. Identitas Informan

Nama Bapak Mr

Jenis Kelamin Laki-Laki

Agama Islam

Tempat tanggal lahir Semarang, 14 Juli 1964

Jabatan Guru Pendidikan Agama Islam

NIP 704 674 264 420 004 3

B. Hasil Wawancara

Pewawancara : Assalamu‟alaikum Pak, saya Sri Sulastri dari IAIN

Salatiga, saya disini mau penelitian skripsi pak. Sebelumnya sudah minta ijin sama Pak Dam. Kata beliau saya langsung disuruh menemui Bapak.

Responden : “Wa‟alaikumussalam mbak, mau tanya tentang apa mbak?

Pewawancara : Pembelajaran PAI pak. Apakah sama kurikulum SMPLB-B dengan sekolah umum?

Responden : “Sama mbak, cuma kemampuan anak tunarungu kan tidak

136

Pewawancara : Kurikulum apa yang diterapkan pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015

Responden : “Kami masih menerapkan kurikulum KTSP. Karena kalau

mau menerapkan kurikulum 2013 masih belum siap untuk dilaksanakan, mulai dari buku, kesiapan guru, dll. Kurikulumnya relatif sama dengan kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi yang diajarkan di SLB Negeri Wantu Wirawan ditentukan sendiri

oleh guru yang disesuaikan dengan kemampuan anak”.

Pewawancara : Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI? Responden : “Metode pembelajaran PAI di SMPLB Wantu Wirawan

diantaranya: (1) ceramah: “Ceramah ini digunakan hampir

setiap pembelajaran, termasuk PAI. Mengingat keadaan siswa yang mempunyai ketunarunguan, dalam melaksanakan metode ini harus selalu menggunakan bahasa-bahasa yang simpel, mudah, susunan kata sederhana, dan dalam menyampaikan materi selalu berada dekat dengan siswa mbak. Hal demikian dilakukan karena metode ini lebih menggunakan fungsi pendengaran, padahal siswa mengalami ketunarunguan. Sebenarnya, ketika saya menerangkan menggunakan metode ceramah, sebenarnya mereka tidak mendengar apa yang saya katakan, tetapi mereka melihat gerak bibir saya, namun yang jadi kendala tidak semua kata yang saya ucapkan mereka mengenalnya. Itulah yang yang menjadi kekurangan dari metode ini, (2) tanya jawab: “Metode tanya jawab ini digunakan untuk

meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu agar siswa memusatkan lagi perhatian untuk melanjutkan pelajaran

hingga akhir”, (3) latihan: “Metode latihan yang saya

gunakan, agar anak tersebut bisa terbiasa mengucap apa yang ditulisnya. Dalam hal ini adalah mencatat huruf arab maupun mencatat apa yang telah dicatat di papan tulis, (4) demonstrasi: “Metode demonstrasi dimaksudkan supaya anak didik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat bantu atau benda yang diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. Misalnya: tentang tata cara bersuci dan shalat. Dalam menyampaikan materi

137

ini, guru memberi contoh secara langsung kepada peserta didik secara berulang-ulang dan pelan-pelan, dan lebih dititik beratkan pada latihan gerakan dari ibadah, karena jika sampai pada pembacaan dari ibadah mereka belum mampu”.

Pewawancara : Media apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI? Responden : “Medianya sama saja dengan sekolah umum mbak, Media

pembelajaran PAI yang digunakan pada siswa tunarungu diantaranya: (1) Benda asli maupun benda tiruan, (2) Gambar, baik gambar lepas maupun gambar kolektif, (3) Gambar disertai tulisan (4) Sumber suara (suara yang dibuat

manusia dan suara alam yang tidak sengaja), (5) cermin”.

Pewawancara : Apakah evaluasi siswa SMPLB-B sama dengan siswa di sekolah umum?

Responden : “Penilaian sama dengan sekolah umum, yaitu dengan tes dan non tes. Tes yang harus diikuti adalah UTS dan UAS. Sedangkan non tesnya dilakukan dengan cara guru

mengamati secara langsung perilaku maupun kemampuan akademik siswa selama pembelajaran berlangsung”.

Pewawancara : Apakah ada hambatan dalam pembelajaran PAI?

Responden : “Ada mbak, diantaranya Keadaan siswa yang mengalami

ketunarunguan menjadi terhambat dalam menerima informasi atau pelajaran, yang mana tingkat ketunarunguan dalam suatu kelas tidaklah sama, jumlah siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak, Karena terganggunya pendengaran maka anak kurang kaya akan bahasa, yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan, Kesulitan mengartikan konsep abstrak, Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, Fasilitas pendukung pembelajaran PAI masih sangat kurang, yaitu media pembelajaran (LCD proyektor, VCD pembelajaran PAI tentang praktek shalat

138

dan wudhu), buku-buku khusus bagi siswa tunarungu, kondisi kelas yang kurang nyaman, dikarenakan masih banyak kekurangan ruangan sehingga tidak ada ruangan khusus untuk latihan bicara selain digunakan untuk proses

pembelajaran”.

Pewawancara : Apa faktor pendukung pembelajaran PAI?

Responden : “Murid SLB itu lebih nurut mbak, jika dibandingkan

dengan anak yang sekolah di umum”, “Murid SLB itu lebih

nurut mbak, jika dibandingkan dengan anak yang sekolah di

umum”.

Pewawancara : Apa solusi permasalahan dari pembelajaran PAI?

Responden :”Guru menggunakan pendekatan individual dalam

pembelakaran sehingga mengetahui karakter tiap anak, dan pelaksanaan praktek keagamaan dilakukan dengan bersamaan. Mbak, ini nanti masuk pelajaran PAI, apa langsung observasi saja, biar tahu bagaimana

permasalahannya?”.

Pewawancara : Iya Pak, langsung observasi saja. Terimakasih banyak pak

Transkip Wawancara Kepada Guru Kelas A. Identitas Informan

Nama Bapak SP

Jenis Kelamin Laki-Laki

139

Tempat tanggal lahir Semarang, 16 Maret1959

Jabatan Guru Kelas

NIP 19590316 198503 1 010

B. Hasil Wawancara

Pewawancara : Assalamu‟alaikum pak. Saya mengganggu sebentar

Responden : “Wa‟alaikumsalam. Tidak apa-apa gak usah sungkan. Mau

tanya tentang apa mbak?”

Pewawancara : Apa saja karakteristik anak tunarungu?

Responden : “Kalau anak tunarungu mempunyai beberapa karakteristik

mbak, (1) hambatan komunikasi, (2) merasa curiga bia ada bisik-bisik atau berbicara yan membelakangi, (3) sulit mengartikan kata abstrak, (4) pengetahuan terlambat karena

kendala bahasa”.

Pewawancara : Apakah sama antara kurikulum SMPLB-B dengan SMP? Responden : “Kurikulumnya sama. Materi yang diajarkan juga sama

mbak, hanya saja bobot materinya yang berbeda. Kalau di SLB materinya dipilih yang simpel, sederhana, dan dalam pengantarnya harus dengan jelas, pelan, dan dengan suara keras. Dalam mengajar juga harus menggunakan pendekatan

individual mbak”.

Pewawancara : Apakah ada aturan tersendiri mengenai tata ruang untuk anak tunarungu?

Responden : “Jika anak lebih dari 5 orang, maka tata ruang yang ideal

harus dengan leter U, agar anak bisa melihat guru, khususnya bibir dan muka guru. Namun, jika anak kurang dari 5 atau sama dengan 5 maka gaya tata ruang yang ideal adalah gaya auditorium, di mana tempat duduk anak

140 menghadap ke guru”.

Pewawancara : Apakah apa perbedaan antara media di SLB dengan sekolah umum?

Responden : “Sama saja mbak, hanya saja kalau di SLB harus lebih banyak menggunakan alat peraga, baik asli maupun tiruan”.

Pewawancara : Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran anak tunarungu?

Responden : “Sebenarnya metodenya sama dengan yang digunakan oleh

sekolah umum mbak, hanya saja yang membedakan dalam penggunaan metodenya harus dengan jelas, pelan, suara

keras, dan guru harus selalu menghadap siswa”.

Pewawancara : Solusi apa yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pembelajaran?

Responden : “Karena hambatan anak dalam berkomunikasi maka harus dilatih dengan pengajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI). Misalnya di tes dengan tepukan, apakah ada respon, kalau ada berapa jumlah tepukan tersebut?. Dan Bina Bicara dengan metode oral yaitu diusahakan anak bisa bicara atau dengan kata lain pembenaran bicara atau pembetulan ucapan. Dan metode ujaran yaitu cakapan kata

yang diucapkan. Misalnya i b u diucapkan “ibu”.

Pewawancara : Apa peran yayasan dalam mewujudkan keberhasilan sekolah?

Responden : “Peran yayasan dan pemerintah dengan menunjang sarana

dan prasarana. Selain itu pemerintah yang menggaji guru

Negeri (PNS) sedangkan yayasan menggaji guru yayasan”.

141

tenjan jam belajar hanya 5 hari?

Responden : “Itu ada 2 pandangan mbak. Pertama senang karena hari

sabtu minggu anak, guru, dan semua karyawan bisa libur total. Sedangkan kurang senengnya pulang sekolah guru harus jam 4, dan murid jam 2. Namun, jika guru sudah tidak kuat ya langsung dipulangkan saja mbak. Karena kalau mereka sudah capek mereka tidak mau belajar lagi, maklum

142 PEDOMAN OBSERVASI Hari / Tanggal : Tempat : Waktu : No Kegiatan Guru Pelaksanaan Catatan Baik Kurang maksimal A. Pra Pembembelajaran

1. Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan peserta didik B. Membuka Pelajaran

1. Melakukan apersepsi

143 pembelajaran yang ingin dicapai

C. Penguasaan Materi

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

2. Mengaitkan materi pembelajaran dengan materi lain yang relevan

D. Metode Pembelajaran

1. Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 2. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3. Menguasai kelas

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat memacu kebiasaan positif peserta didik 5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

144 alokasi waktu

E. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 1. Menunjukkan keterampilan dalam

memanfaatkan media dan sumber belajar 2. Menggunakan media/sumber belajar yang

menarik

3. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media dan sumber belajar

F. Interaksi dalam pembelajaran

1. Menciptakan suasana yang menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui guru, media dan sumber belajar

2. Menciptakan hubungan antar pribadi yang positif

145 3. Menunjukkan sikap terbuka dan responsive

terhadap peserta didik

4. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik

G. Penggunaan Bahasa

1. Menggunakan bahasa lisan secara baik, jelas, dan lancar

2. Menggunakan bahasa tubuh secara baik dan benar

H. Peenilaian Belajar

1. Melakukan penilaian proses selama pembelajaran

2. Melakukan penilaian akhir I. Penutup

146

HASIL OBSERVASI Hari / Tanggal : Rabu, 12, 13 Agustus 2015

Tempat : SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga Waktu : 08.00-10.00 No Kegiatan Guru Pelaksanaan Catatan Baik Kurang maksimal A. Pra Pembembelajaran

1. Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran

 Guru memeriksa kebersihan kelas, dan

mempersiapkan media buku pelajaran serta spidol 2. Memeriksa kesiapan peserta didik  Guru memeriksa kenyamanan tempat duduk B. Membuka Pelajaran

1. Melakukan apersepsi  Guru bertanya tentang judul materi yang akan

147 2. Menyampaikan kompetensi/tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

 Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, melainkan langsung masuk ke materi

C. Penguasaan Materi

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

 Guru menguasai materi

2. Mengaitkan materi pembelajaran dengan materi lain yang relevan

 Guru menyampaikan materi dan mengaitkan pelajaran penanaman akhlak

D. Metode Pembelajaran

1. Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

 Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa selalu melihatkan gerak bibirnya ke siswa, namun guru menjelaskan sambil menulis

2. Melaksanakan pembelajaran secara runtut  Guru mengajar PAI dan pelajaran lain dalam satu waktu di satu kelas

148 4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat

memacu kebiasaan positif peserta didik

 Siswa menunjukkan perilaku baik: Ramah, sopan, nurut

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

 Pembelajaran tidak sesuai jadwal

E. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 1. Menunjukkan keterampilan dalam

memanfaatkan media dan sumber belajar

Dokumen terkait