• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN

SALATIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SRI SULASTRI

NIM 111 11 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

ii

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN

SALATIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SRI SULASTRI

NIM 111 11 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan ketulusan hati

yang paling dalam ,kupersembahkan skripsi ini untuk :

1.

Bapak dan Ibuku tercinta (Sugiri, Harini), yang telah memberikan kasih

sayang, doa, dan motivasi, dukungan, bimbingan dan nasihat dalam

kehidupan ini.

2.

Kakak tersayang (Syarifudin, Deni Setiawan) yang telah memotivasi dan

doa sampai penyeleseaian skripsi.

3.

Dosen pembimbing skripsi Bapak Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd yang

membimbing dan mendidik ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

4.

Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mengajar, mendidik,

dan memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama

perkuliahan.

5.

Sahabat-sahabatku (Nidha, Al Mila, Setya Utami, Titik, Anisha, Sukril,

Edi, Mbak Gik, Mbak Fani), yang selalu memberikan doa dan semangat

kepadaku.

6.

Teman-teman KKN Posko 11 (Gus Yasin, Mas Beni, Mas Hasan,

(9)

viii

7.

Teman

teman seperjuangan ku angkatan 2011, khususnya teman-teman

jurusan PAI-A

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak M. Farid Abdullah, S.Pdi., M.Hum., selaku pembimbing akademik 6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(11)

x

7. Bapak dan ibu serta keluarga besarku yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Keluarga besar SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 25 Agustus 2015 Penulis,

(12)

i ABSTRAK

Sulastri, Sri. 2015. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga Tahun 2015.. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd

Kata kunci : Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Siswa Tunarungu

Siswa tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan pendengaran serta memerlukan penanganan khusus dalam proses pembelajaran. Kunci keberhasilan proses pembelajaran tersebut ditentukan oleh beberapa komponen, diantaranya guru, media, metode yang digunakan, dan fasilitas pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga, apa saja hambatan, pendukung serta solusi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga tahun 2015. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak terutama guru, lembaga pendidikan, dan penulis.

Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Responden adalah Kepala Sekolah, guru PAI, dan guru kelas. Data dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.

(13)

ii DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL ...

LEMBAR LOGO ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian 11

(14)

iii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 23

1. Pengertian pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 23

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPLB-B ... 23

3. Pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) .... 24

4. Ruang lingkup pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPLB-B ... 26

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB-B ... 27

6. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi anak ... 39

B. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus ... 40

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 40

2. Penyebab kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus ... 42

3. Prinsip-prinsip Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus ... 43

4. Pengertian Tunarungu ... 47

5. Klasifikasi ketunarunguan ... 48

6. Karakteristik anak tunarungu ... 53

7. Penyebab ketunarunguan ... 60

8. Sistem pendidikan anak tunarungu ... 62

(15)

iv

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SLB Wantu Wirawan Salatiga ... 71

1. Sejarah berdirinya SMPLB Wantu Wirawan Salatiga ... 71

2. Visi dan Misi SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga ... 72

3. Struktur Organisasi SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga ... 73

4. Jumlah Guru SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga ... 74

5. Jumlah Siswa SMPLB-B Wantu Wirawan Salatiga ... 75

6. Sarana dan Prasarana SLB-B Wantu Wirawan ... 76

B. Hasil Penelitian ... 78

1. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga ... 78

2. Faktor Penghambat dan pendukung serta solusi Permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga... 82

BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga ... 91

B. Faktor Penghambat dan Pendukung serta solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Wantu Wirawan Salatiga pada tahun 2015... 110

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

(16)

v

C. Penutup ... 127 DAFTAR PUSTAKA

(17)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Denah lokasi ... 128

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 129

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Kepala Guru ... 130

Lampiran 4 Transkip Hasil Wawancara ... . 131

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 137

Lampiran 4 Hasil Observasi ... 141

Lampiran 5 Trianggulasi Pengumpulan Data ... 146

Lampiran 6 Dokumentasi ... 150 Lampiran 8 Power Point Hasil Skripsi ... Lampiran 9 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... Lampiran 10 Surat Bukti Selesai Penelitian

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya manusia yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, karena menyangkut masa depan anak, masa depan masyarakat, dan masa depan umat manusia. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa masa depan anak, masa depan masyarakat, dan masyarakat umat manusia, sepenuhnya ada di tangan pendidik.

Menurut Nurdin (2005: 1) Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini adalah masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, kualitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan masa depan, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal.

(19)

2

Dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan target, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.

Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Namun setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Oleh karena itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.

(20)

3

belajarnya cepat tidak mungkin dipaksa bertindak belajar secara lambat. Karena itulah, kalau pembelajaran pendidikan agama tidak dirancang dengan mengacu pada karakteristik perseorangan maka peserta didik yang lambat akan selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar, dan sebaliknya peserta didik yang cepat akan selalu kelebihan waktu. Akibatnya, suasana kelas akan menjadi tidak seimbang. Apalagi kalau dipertimbangkan karakteristik yang lain, seperti perbedaan tingkat perkembangan intelektual, gaya belajar, dan kemampuan awal tentang pemahaman agamanya maka kondisi serupa akan terjadi. Atas dasar realitas karakteristik individu tersebut maka rancangan pembelajaran pendidikan agama harus diupayakan agar sesuai dengan karakteristik perseorangan peserta didik sehingga peserta didik dapat berkembang maju dalam pemahaman, pengalaman, dan pengamalan beragamanya sesuai dengan kapasitasnya.

Diterangkan dalam Firman Allah Swt:

(21)

4

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara (Majid dan Andayani, 2005: 135).

Anak berkebutuhan khusus memang berbeda dengan anak normal pada umumnya, baik dari segi fisik, mental, maupun secara pemikiran. Meskipun demikian anak berkebutuhan khusus (ABK) harus memiliki kesamaan perlakuan seperti yang telah anak-anak normal rasakan, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan. Karena pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima oleh setiap warga negara. Seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khussu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, hal tersebut dijamin oleh

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengemukakan “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

(22)

5

tunarungu merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan sosial dan fisik sehingga telah jelas undang-undang tersebut pada pasal 5 ayat (2), menunjukkan bahwa anak tunarungu berhak mendapatkan pendidikan. Untuk itu dukungan perkembangan dan kemajuan anak tunarungu dapat dibekali lewat sekolah luar biasa (SLB).

Anak berkebutuhan khusus tunarungu mengalami hambatan dalam proses bicara dan bahasa, yang disebabkan oleh kelainan pendengarannya. Sebagai akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasanya, anak tunarungu akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi. Hambatan utama dari tunarungu dalam proses komunikasi adalah karena miskin kosa kata dan tidak lancar dalam proses bicara. Hal ini disebabkan oleh alat-alat yang penting untuk memahami bahasa, yaitu indra pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam keadaan tersebut menyebabkan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya (Haenudin, 2013 1-2).

Pelayanan pendidikan bagi setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan seberapa parahkah kekurangan tersebut sehingga pelayanannya pun dapat sampai kepada anak tersebut dengan tepat.

(23)

6

kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkelainan ada beberapa macam, salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB).

SLB Wantu wirawan merupakan salah satu institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu, tunagrahita, tunanetra dan tunadaksa yang didalamnya terdapat proses belajar mengajar (wawancara kepala sekolah SLB B Wantu Wirawan). Siswa penyandang tunarungu memiliki kebutuhan dan hak yang sama dengan anak berkebutuhan khusus yang lain atau bahkan dengan anak normal dalam hal pendidikan. Akan tetapi, dengan keterbatasan yang dimiliki oleh mereka baik secara fisik, mental, sosial maupun intelektual maka mereka memerlukan pemenuhan kebutuhan yang berbeda sesuai dengan kondisi mereka. Sekolah Luar Biasa juga terdapat pendidikan umum maupun pendidikan agama. Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

(24)

7

B sampai SMALB B tersebut. Kedua, perencanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan kondisi siswa (tunarungu) terutama yang berkaitan dengan RPP dan materi pelajaran. Ketiga, satu ruangan diberi sekat pembatas dengan satu pintu utama yang dijadikan tiga kelas (SDLB-B, SDLB-B, dan (SMPLB-B dan SMALB-B)), sehingga kondisi kelas kurang nyaman untuk belajar. Keempat, dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah berlangsung sesuai dengan jenjang pendidikan, melainkan dalam pembelajaran terdapat beberapa jenjang pendidikan, yaitu dalam suatu kelas kegiatan pembelajaran terdapat siswa SMPLB-B dan SMALB-B. Kelima, terlalu banyaknya siswa dalam satu kelas, dikarenakan SLB Wantu Wirawan masih kurangnya guru, sehingga pembelajaran SMPLB-B dengan SMALB-B digabungkan.

Dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam tidak semudah seperti penyampaian pada anak-anak normal. Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin sesuai kondisi mereka agar tidak menjadi beban dalam keluarga dan lingkungannya. Melihat permasalahan diatas, akhirnya penulis tertarik untuk

membahasnya dengan judul skripsi: “PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN

(25)

8 B. Fokus Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan fokus masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan tahun 2015?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung serta solusi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta solusi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan tahun 2015.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

(26)

9

juga menambah bahan pustaka bagi perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Bagi siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan, hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam.

2) Mengaplikasikan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Pembimbing

Bagi Pembimbing, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki kualitas pembinaan pembelajaran pendidikan agama Islam.

c. Bagi Guru

1) Dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik sehingga siswa tidak merasa bosan.

2) Dapat memberikan dukungan terhadap siswa penyandang tunarungu untuk semangat melaksanakan belajar dan beribadah. d. Bagi Lembaga

(27)

10 e. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini, peneliti dapat menambah pengalaman dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI SMPLB tunarungu.

E. Penegasan Istilah

Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran pendidikan agama Islam

Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan

sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Susanto, 2013: 18-19)

Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nanti setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak (Darajat, dkk, 2011: 88)

(28)

11 2. Siswa Tunarungu

Meimulyani dan Caryoto (2013: 12) Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara.

F. Metode Penelitian

Menurut Coghlan (Sarosa, 2012: 36) Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6).

2. Kehadiran Peneliti

(29)

12

Wantu Wirawan dan mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.

Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya. Maka, peneliti akan melakukan penelitian langsung di SMPLB Wantu Wirawan dan akan melakukan wawancara dan observasi dengan subjek penelitian di SMPLB Wantu Wirawan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Wantu Wirawan, tepatnya berada di Jl. Argobogo No.282 Ledok, Salatiga. Kec. Argomulyo 50732 Jawa Tengah. Adapun strata pendidikan mencakup: TKLB (Taman Kanak-Kanak), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa),dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Objek yang digunakan peneliti adalah SMPLB Wantu Wirawan.

4. Sumber Data

(30)

13

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto, atau film. Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah SLB Wantu Wirawan, guru kelas, dan guru Pendidikan Agama Islam SMPLB Wantu Wirawan. Selain itu, sumber data juga berasal dari perekaman vidio, foto kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, ataupun sumber buku, dokumen pribadi dan dokumen resmi dalam nenunjang pembelajaran pandidikan agama Islam, baik dari segi penataan lingkungan belajar maupun dari segi proses pembelajaran mulai dari pembukaan sampai penutup.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode berikut:

a. Metode Wawancara

(31)

14

Sukandarrumidi (2004: 88) Interview dikenal pula dengan istilah wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya. Dalam interview dapat diketahui ekspresi muka, gerak-gerik tubuh yang dapat dichek .

Lebih lanjut peneliti akan menanyakan kepada responden (kepala sekolah, guru kelas, dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa tunarungu, metode pembelajaran anak berkebutuhan khusus khususnya tunarungu mulai dari perencanaan sampai dengan penutup dan faktor pendukung, penghambat serta solusi pembelajaran pada siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan.

(32)

15

sama seperti pada panduan, semua tergantung pada jalannya wawancara. Hampir dapat dipastikan bahwa topik dan panduan wawancara yang telah disiapkan harus diikuti dengan pertanyaan tambahan untuk menggali lebih jauh jawaban partisipan.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (arikunto, 2010: 274)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah SMPLB Wantu Wirawan. Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, desain dan karakter pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan data-data serta informasi lain yang menunjang.

c. Metode Observasi

(33)

16

kepedulian anak dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, macam-macam layanan yang dimiliki SMPLB Wantu Wirawan.

Melalui metode observasi ini, peneliti bisa mengetahui secara langsung fenomena yang diteliti, mengenai keadaan guru PAI, siswa tunarungu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

6. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti. Di dalam buku-buku lain sering disebut pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis (Arikunto, 2010: 278).

Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2011: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(34)

17

karakteristik, faktor penghambat, pendukung serta solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan, cara menanamkan kepedulian anak dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, macam-macam layanan yang dimiliki SMPLB Wantu Wirawan. Karena struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka di lakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Setelah itu, maka dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh para guru di SMPLB Wantu Wirawan, proses analisis data baik ketika mengumpulkan data maupun setelah selesai pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data dan sajian data.

b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data. c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya

semakin jelas.

(35)

18 7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keabsahan (realibilitas) menurut

„positivisme‟ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

paradigmanya sendiri (Moleong, 2011: 321).

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan lain (Moloeng, 2009: 330). Dengan kata lain bahwa triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Denzin dalam (Moleong, 2010: 33) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

(36)

19

Triangulasi metode (wawancara, observasi, dokumen) menurut Patton dalam Moleong (2010: 331), terdapat dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Triangulasi penyidik dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk melakukan pengecekan. Triangulasi teori dengan cara mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Hal itu dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya.

Untuk menguji keabsahan data penelitian, peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang

(37)

20 8. Tahap-tahap Penelitian

a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan ijin operasional untuk penelitian dari Kepala Sekolah SMPLB Wantu Wirawan selaku penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam melakukan administrasi lainnya.

b. Kegiatan lapangan yaitu meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu SLB Wantu Wirawan.

2) Menemui calon informan dan responden, yaitu kepala sekolah, guru kelas, guru PAI SMPLB-B Wantu Wirawan.

3) Menemui siswa tunarungu dalam proses pembelajaran PAI 4) Melakukan survei langsung ke lapangan dengan melakukan

wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah pengumpulan data.

5) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

6) Membuat kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian. 7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan. G. Sistematika Penulisan

(38)

21 1. Bagian Awal

Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data: BAB I : Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulis Skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Berisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB Tunarungu

BAB III : Paparan Data Penelitian

Meliputi Gambaran Umum SMPLB Wantu Wirawan dan Penerapan Pembelajaran Pendidikan agama Islam pada Anak Tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan.

BAB IV : Analisis Data Penelitian

(39)

22

Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan.

BAB V : Kesimpulan, Saran dan Penutup

Meliputi Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup. 3. Bagian Akhir

(40)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Majid (2012: 11-12) Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dengan disertai tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPLB-B

(41)

24

Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB-B adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial (Dwijanto, 2011). Oleh karena itu berbicara tentang Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial (Majid dan Andayani, 2005: 136). Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat.

3. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menurut Depag RI (2003: 3) dalam Majid dan Andayani (2005: 170-171) Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pendidik untuk kegiatan pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam :

a. Pendekatan Keimanan

(42)

25 b. Pendekatan Pengalaman

Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah kehidupan

c. Pendekatan Pembiasaan

Pendekatan ini dimaksudkan agar seseorang memiliki kebiasaan berbuat hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak orang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan (Ramayulis, 1990: 99).

d. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional merupakan upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama.

e. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional merupakan usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku baik dan yang buruk dalam kehidupan duniawi.

f. Pendekatan Fungsional

(43)

26 g. Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan yaitu menjadikan figur guru serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin manusia yang berkepribadian.

4. Ruang lingkup pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB-B

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Al Qur‟an dan Hadits b. Aqidah

c. Akhlak d. Fiqih

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam (Dwijanto, 2011)

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam SMPLB-B

Kelas VII, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

1. Menerapkan hukum

bacaan “Al” Syamsiyah

(44)

27

dan “Al”qomariyah 1.2 Membedakan hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al”Qomariyah 1.3 Menerapkan hukum bacaan “Al”

Syamsiyah dan “Al”Qomariyah dalam

bacaan surat-surat Al-Qur‟an dengan benar

2.1 Membaca ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah 2.2 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah Swt

2.3 Menunjukkan tanda-tanda adanya Allah swt

2.4 Menampilkan perilaku sebagai cermin keyakinan akan sifar-sifat Allah Swt 3. Memahami Asmaul

Husna

3.1 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna

3.2 Mengamalkan isi kandungan 10 Asmaul Husna

Akhlak

(45)

28

terpuji ta‟at, qana‟ah dan sabar

4.2 Menampilkan contoh perilaku

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

4.3 Membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar

Fiqih

5. Memahami ketentuan – ketentuan Thaharah (Bersuci)

5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan mandi wajib

5.2 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis

6. Memahami tatacara shalat

6.1 Menjelaskan ketentuan shalat wajib 6.2 Mempraktikan shalat wajib

7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid (sendiri)

7.1 Menjelaskan pengertian shalat jamaah dan munfarid

7.2 Mempraktikkan shalat jamaah dan shalat munfarid

Tarikh dan Kebudayaan

Islam

8. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw

8.1 Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad Saw

8.2 Menjelaskan misi Nabi Muhammad untuk semua manusia dan bangsa

(46)

29

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

9. Menerapkan hukum bacaan nun

mati/tanwin dan mim mati

9.1 Mnjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati 9.2 Membedakan hukum bacaan nun

mati/tanwin dan mim mati 9.3 Menerapkan hukum bacaan nun

mati/tanwin dan mim mati dalam bacaan surat Al-Qur‟an dengan benar Aqidah

10. Meningkatkan keimanan kepada malaikat

10.1 Menjelaskan arti beriman kepada Malaikat

10.2 Menjelaskan tugas-tugas Malaikat Akhlak

11. Membiasakan perilaku terpuji

11.1 Menjelaskan asti kerja keras, tekun, ulet dan teliti

11.2 Menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti

11.3 Membiasakan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti

Fiqih

12. Memahami tatacara

shalat jum‟at

(47)

30 13. Memahami tatacara

shalat jama‟ dan

qashar

13.1 Menjelaskan shalat jama‟ dan qashar

13.2 Mempraktekkan shalat jamaah dan qashar

Tarik dan Kebudayaan

Islam

14. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw

14.1 Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat

14.2 Menjelaskan mis Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat

14.3 Meneladani perjuangan Nabi dan para sahabat dalam menghadapi

masyarakat Makkah Kelas VIII, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

1. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra

1.1 Menjelaskan hukum bacaan Qalqalah dan Ra

1.2 Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra dalam bacaan surat-surat

(48)

31 Aqidah

2. Meningkatkan

keimanan kepada kitab-kitab Allah

2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab Allah

2.2 Menyebutkan nama-nama kitab Allah Swt yang diturunkan kepada Rasul 2.3 Menampilkan sikap mencintai

Al-Qur‟an sebagai kitab Allah

Akhlak

3. Membiasakan perilaku terpuji

3.1 Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakkal

3.2 Menampilkan contoh perilaku zuhud dan tawakkal

3.3 Membiasakan perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari 4. Menghindari perilaku

tercela

4.1 Menjelaskan pengertian ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah 4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku

ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah

4.3 Menghindari perilaku ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah

Fiqih

(49)

32 shalat sunnat rawatib

5.2 Mempraktikkan shalat sunnat rawatib 6. Memahami

macam-macam sujud

6.1 Menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah

6.2 Menjelaskan tatacara sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah 6.3 Mempraktikkan sujud syukur, sujud

sahwi, dan sujud tilawah 7. Memahami tatacara

puasa

7.1 Menjelaskan ketentuan puasa wajib 7.2 Mempraktikkan puasa wajib

7.3 Menjelaskan ketentuan puasa sunnah senin-kamis, syawal dan arafah 7.4 Mempraktikkan puasa sunnah

senin-kamis, Syawal, dan Arafah

8. Memahami zakat 8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal

8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal

8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal 8.4 Mempraktikkan pelaksanaan zakat

fitrah dan zakat mal

(50)

33 Islam

9. Memahami sejarah Nabi

9.1 Menceritakan Nabi Muhammad Saw dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan 9.2 Meneladani perjuangan Nabi dan para

sahabat di Madinah

Kelas VIII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

10. Menerapkan hukum bacaan Mad dan Waqaf

10.1 Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf

10.2 Menunjukkan contoh hukum bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat Al-Qur‟an

10.3 Mempraktikkan bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat Al-Qur‟an Aqidah

11. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah

11.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Rasul Allah

11.2 Menyebutkan sifat Rasul Allah 11.3 Meneladani sifat Rasullah Saw

Akhlak

12. Membiasakan perilaku terpuji

(51)

34 minum

12.3 Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari

13. Menghindari perilaku tercela

13.1 Menjelaskan pengertian perilaku dendam dan munafik

13.2 Menjelaskan ciri-ciri pendendam dan munafik dalam kehidupan sehari-hari 13.3 Menghindari perilaku pendendam dan

munafik dalam kehidupan sehari-hari 14. Memahami hukum

Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan

14.1 Menjelaskan jenis hewan yang halal dan haram dmakan

14.2 Menghindari makanan yang bersumber dari bintang yang diharamkan

Tarikh dan Kebudayaan

Islam

15. Memahami sejarah dakwah Islam

15.1 Menceritakan pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abasiyah

15.2 Menyebutkan tokoh ilmuan muslim dan perannya sampai masa daulah Abasiyah

Kelas IX, Semester I

(52)

35 Al-Qur’an dan Al-Hadits

1. Memahami ajaran

Al-Qur‟an surat At-Tin

1.1 Membaca QS. At-Tin dengan tartil 1.2 Menyebutkan arti QS. At-Tin dengan tartil

1.3 Menjelaskan makna QS. At-Tin dengan tartil

2. Memahami ajaran Al-Hadits tentang menuntut ilmu

2.1 Membaca hadits tentang menuntut Ilmu 2.2 Menyebutkan arti Hadits tentang

mnuntut Ilmu

2.3 Menjelaskan makna menuntut Ilmu seperti dalam Al-Hadits

Aqidah

3. Meningkatkan

keimanan kepada Hari Akhir

3.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Hari Akhir

3.2 Menyebutkan ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan hari akhir

3.3 Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kubro seperti terkandung dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits Akhlak

4. Membiasakan perilaku terpuji

4.1 Menjelaskan pengertian qanaah dan tasamuh

(53)

36

dan tasamuh

4.3 Membiasakan perilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidipan sehari-hari

Fiqih

5. Memahami hukum Islam tentang

penyembelihan hewan

5.1 Menjelaskan tatacara penyembelihan hewan

5.2 Menjelaskan ketentuan aqiqah dan qurban

5.3 Memperagakan cara enyembelihan hewan aqiqah dan hewan qurban 6. Memahami hukum

Islam tentang Haji dan Umrah

6.1 Menyebutkan pengertian dan ketentuan Haji dan Umrah

6.2 Memperagakan pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah

7.1 Menceritakan sejarah masukknya Islam di Nusantara melalui

perdagangan, sosial, dan pengajaran 7.2 Menceritakan sejarah beberapa

kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi

Kelas IX, Semester 2

(54)

37 Al-Qur’an dan Al-Hadis

8. Memahami Al-Qur‟an surat Al-Insyirah

8.1 Menampilkan bacaan QS. Al-Insyirah dengan tartil dan benar

9. Memahami ajaran Al-Hadha dan qadaharits tentang kebersihan

9.11 Membaca hadits tentang kebersihan 9.2 Menyebutkan arti hadits tentang

kebersihan

9.3 Menampilkan perilaku bersih seperti dalam masjid

Aqidah

10. Meningkatkan

keimanan kepada qadha dan qadhar Allah

10.1 Menyebutkan ciri yang beriman kepada qadha dan qadar

10.2 Menyebutkan perilaku takabbut Menyebutkan contoh qadha dan qadar dalam kehidupan sehari-hari

10.3 Menyebutkan contoh qadha dan qadar dalam kehidupan sehari-hari

10.4 Menyebutkan ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan qadha dan qadar Akhlak

11. Menghindari perilaku tercela

11.1 Menyebutkan pengertian takabbur 11.2 Menyebutkan contoh perilaku

takabbur

(55)

38

kehidupan sehari-hari Fiqih

12.Memahami tatacara berbagai shalat sunnnah

12.1 Menyebutkan pengertian dan ketentuan shalat sunnat berjamaah dan munfarid 12.2 Menyebutkan contoh shalat sunnat

berjamaah dan munfarid

12.3 Mempraktikkan shalat berjamaah dan munfarid dalam kehidupan sehari-hari

Tarikh dan Kebudayaan

Islam

13.Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara

13.1 Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam 13.2 Memberikan apresiasi terhadap tradisi

dan upacara adat kesukuan Nusantara

6. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi anak (Peserta didik)

Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik (shaleh), yang senantiasa membawa nama harum orang tuanya, karena anak yang baik merupakan banggaan orang tuanya, baik buruknya kelakuan akan mempengaruhi nama baik orang tuanya.

(56)

39

Menurut Hasbi Ash-Shidiqi dalam Majid (2012: 21-22) lapangan Pendidikan Agama Islam meliputi hal-hal berikut ini:

a. Tarbiyah jismiah

Segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya

b. Tarbiyah aqliyah

Sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang akibatnya mencerdaskan akal menajamkan otak, semisal ilmu hitung.

c. Tarbiyah adabiyah

Segala rupa praktik maupun berupa teori yang wujudnya meningkatkan budi. Pendidikan budipekerti/akhlak dalam ajaran Islam merupakan salah satu ajaran pokok yang harus diajarkan agar umatnya memiliki /melaksanakan akhlak mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

(57)

40

Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil sebab berpendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.

B. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus bukan berarti menggantikan istilah Anak Penyandang Cacat atau Anak Luar Biasa tetapi menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan positif terhadap anak didik atau anak yang memiliki kebutuhan yang beragam. Menurut James Lynch, dalam Astati (2003) dalam (Santoso, 2012: 1-2) bahwa anak-anak yang termasuk kategori berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa (anak berkekurangan dan atau anak berkemampuan luar biasa), anak yang tidak pernah sekolah, anak yang tidak teratur sekolah, anak yang drop out, anak yang sakit-sakitan, anak pekerja usia muda, anak yatim piatu dan anak jalanan. Kebutuhan khusus mungkin disebabkan kelainan secara bawaan atau dimiliki kemudian yang disebabkan masalah ekonomi, kondisi sosial emosi, kondisi politik dan bencana alam.

(58)

41

proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jadi, mereka memiliki karakteristik khusus dan mereka memang perlu diperlakukan secara khusus. Mereka juga membutuhkan progam dan strategi pembelajaran secara khusus pula.

(59)

42

2. Penyebab kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus

Penyebab umum terjadinya kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi tiga (3), (Santoso, 2012: 6-7) yaitu: a. Pre Natal (faktor sebelum anak dilahikan)

Di dalam kandungan sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dengan sel telur, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan.

Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa benturan pada kandungan ibu, jatuh sewaktu hamil, atau akibat makanan maupun obat yang menciderai bayi dan sebagainya.

b. Natal (saat kelahiran)

Penyebab kelainan pada anak bisa terjadi pada saat ibu sedang melahirkan. Misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengindap sepilis, dan sebagainya.

c. Post Natal

Kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di luar kandungan ini dapat terjadi karena kecelakaan, bencana alam, sakit, keracunan, dan sebagainya.

3. Prinsip-prinsip pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

(60)

43

memperoleh layanan pendidikan. Untuk itu ada beberapa prinsip dasar dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada dasarnya yang perlu diperhatikan adalah penyelenggaraan pendidikan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah Misbach D (2012: 36-39), sebagai berikut:

a. Prinsip kasih sayang

Sebagai manusia anak berkebutuhan khusus membutuhkan kasih sayang dan bukan belas kasihan. Kasih sayang yang dimaksudkan merupakan wujud penghargaan bahwa sebagai manusia mereka memiliki kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan diakui bahwa mereka adalah sama seperti anak-anak yang lainnya. Perubahan lingkungan dari lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang ke lingkungan sekolah pada awal anak masuk sekolah merupakan peristiwa yang menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya. Untuk itu guru sudah seharusnya mampu menggantikan kedudukan orangtua untuk memberikan perasaan kasih sayang kepada anak. Wujud pemberian kasih sayang dapat berupa sapaan, pemberian tugas sesuai dengan kemampuan anak, menghargai, dan mengakui keberadaan anak.

b. Prinsip keperagaan

(61)

44

tangkap pada hal-hal yang konkret dan abstrak. Untuk itu guru dalam membelajarkan anak hendaknya menggunakan alat peraga yang memadai agar anak terbantu dalam menangkap pesan. Alat-alat peraga hendaknya disesuaikan dengan suasana dan perkembangan anak.

c. Keterpaduan dan keserasian antar ranah

Dalam proses pembelajaran, ranah kognisi sering memperoleh sentuhan yang lebih banyak, sementara ranah afeksi dan psikomotor kadang terlupakan. Akibat yang terjadi dalam proses pembelajaran seperti ini terjadi kepincangan dan ketidakutuhan dalam memperoleh makna dari apa yang dipelajari. Pendidikan berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan keutuhan kepribadian. Salah satu bentuk keutuhan kepribadian adalah terwujudnya budipekerti luhur. Penanaman budipekerti luhur pada subjek didik mustahil terwujud bila hanya dengan penanaman aspek kognitif saja. Untuk itu, kedua aspek yang lain perlu memperoleh porsi yang memadai. Keterpaduan dan keserasian antar ranah yang dirancang dan dikembangkan secara komprehensif oleh guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendorong terbentuknyakepribadian yang utuh pada diri anak. Untuk itu, guru seyogyanya menciptakan media yang tepat untuk mengembangkan ketiga ranah tersebut.

(62)

45

Proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus pada dasarnya mengembangkan minat dan bakat mereka. Minat dan bakat masing-masing subjek didik berbeda, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitasnya. Tugas guru dan orangtua adalah mengembangkan minat dan bakat yang terdapat pada diri anak masing-masing. Hal ini dilakukan karena minat dan bakat seseorang memberikan sumbangan dalam pencapaian keberhasilan. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus hendaknya didasarkan pada minat dan bakat yang mereka miliki.

e. Kemampuan anak

Kemampuan yang dimaksud meliputi keunggulan-keunggulan apa yang ada pada diri anak, dan juga aspek kelemahannya. Proses pendidikan yang berdasarkan pada kemampuan anak akan lebih terarah ketimbang yang berdasarkan bukan pada kemampuan anak, seperti keinginan orang tua atau tuntutan kurikulum

f. Model

Guru merupakan model bagi subjek didiknya. Perilaku guru akan ditiru oleh anak didiknya. Oleh karena itu, guru perlu merancang secermat mungkin pembelajaran agar model yang ditampilkan oleh guru dapat ditiru oleh anak didiknya.

g. Pembiasaan

(63)

46

anak berkebutuhan khusus membutuhkan penjelasan yang lebih konkret dan berulang-ulang. Hal ini dilakukan karena keterbatasan indera yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dan proses berfikirnya yang kadang lambat. Untuk itu, pembiasaan pada anak berkebutuhan khusus harus dilakukan secara berulang-ulang dan diiringi dengan contoh yang konkret.

h. Latihan

Latihan merupakan cara yang sering ditempuh dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Latihan sering dilakukan bersamaan dengan pembentukan pembiasaan. Latihan yang diberikan tidak melebihi kemampuan anak, sehingga anak senang melakukan kegiatan yang telah diprogamkan oleh pengelola pendidikan.

i. Pengulangan

Karakteristik umum anak berkebutuhan khusus adalah mudah lupa. Oleh karena itu, pengulangan dalam memberikan informasi perlu memperoleh perhatian tersendiri. Pengulangan diperlukan untuk memperjelas informasi dan kegiatan yang harus dilakukan anak. j. Penguatan

(64)

47

Adanya suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien.

4. Pengertian Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu mengalami hambatan dalam berbicara (Meimulyani dan Caryoto, 2013: 12).

Menurut Dwidjosumarto (1990: 1) dalam (Somantri, 2006: 93) Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

(65)

48

orang. Dengan kata lain, dia pun akan mengalami kesulitan di dalam berbicara.

5. Klaskifikasi Ketunarunguan

Banyak sekali definisi dan klasifikasi yang ada mengenai gangguan pendengaran. Dua yang umum adalah tuli dan kesulitan mendengar (hard of hearing). Menurut Brill, MacNeil, dan Newman dalam Hallahan dan Kauffman (1998) dalam Hildayani, dkk (2011: 8.16 -8.17).

a. Kerusakan pendengaran (hearing impairment)

Merupakan istilah umum yang menunjukkan gangguan pendengaran dengan rentang keparahan dari ringan sampai dengan parah, meliputi ketulian dan kesulitan mendengar.

b. Orang yang tuli (deaf person)

Adalah orang yang memiliki gangguan pendengaran sehingga menghalangi keberhasilannya untuk memproses informasi bahasa melalui indra pendengaran dengan atau tanpa alat bantu pendengaran. Dan orang yang tuli adalah orang yang kehilangan pendengaran sekitar 90 dB atau lebih.

c. Kesulitan mendengar (hard or hearing)

(66)

49

Menurut Samuel A. Kirk dalam (Samad dan Hernawati, 1996: 29) Klasifikasi anak tunarungu adalah sebagai berikut:

a 0 dB Menunjukkan pendengaran yang optimal

b 0-26 dB Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang normal

c 27-40 dB Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan)

d 41-55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu sedang)

e 56-70 dB Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu agak berat)

f 71-90 dB Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat)

(67)

50

daripada pendengaran untuk proses menerima informasi (tergolong tunarungu berat sekali)

Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan klasifikasi anak tunarungu menurut Streng dalam (Samad dan Hernawati, 1996: 29-32)

a. Kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB atau deciBell (Mild Losses), mempunyai ciri-ciri :

1) Sukar mendengar percakapan yang lemah, tidak mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan

2) Tidak mempunyai kelainan berbicara

3) Jika kehilangan pendengaran melebihi 20 dB dan mendekatin30 dB perlu alat bantu dengar

b. Kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB atau deciBell (Marginal Losses), mempunyai ciri-ciri :

1) Mereka mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dalam menangkap percakapan kelompok

2) Mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam berbicara dan pembendaharaan kata terbatas

(68)

51

4) Bila kecerdasannya di atas rata-rata dapat ditempatkan di kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasan kurang memerlukan kelas khusus

c. Kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB atau deciBell (Moderat Losses), mempunyai ciri-ciri :

1) Mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari bahasa dan percakapan, memerlukan alat bantu mendengar

2) Mereka mengerti percakapan yang keras pada jarak satu meter 3) Mereka sering salah paham, mengalami kesukaran-kesukaran di

sekolah umum, serta mempunyai kelainan bicara 4) Pembendaharaan mereka terbatas

5) Untuk progam pendidikan mereka membutuhkan alat bantu dengar untuk menguatkan sisa pedengarannya dan penambahan alat-alat bantu pengajaran yang bersifat visual, dan membaca ujaran serta perlu pertolongan khusus dalam bahasa

6) Mereka perlu masuk SLB bagian B (SLB / B)

d. Kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB atau deciBell (Severe Losses), mempunyai ciri-ciri :

(69)

52

2) Mereka diajar dalam suatu kelas yang khusus untuk anak-anak tunrungu, karena mereka tidak cukup sisa pendengarannya untuk belajar bahasa dan bicara melalui telinga, walaupun masih punya sisa pendengaran dalam pendidikan

3) Kadang-kadang mereka dapat dilatih untuk dapat mendengar dengan alat bantu dengar dan selanjutnya dapat digolongkan terhadap kelompok kurang dengar

4) Mereka masih bisa mendengar suara yang keras dari jarak yang dekat, misalnya mesin pesawat terbang, klakson mobil, dan lolong anjing.

5) Karena masih mempunyai sisa pendengaran mereka dapat dilatih melalui latihan pendengaran (Auditory training)

6) Mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi-bunyi huruf konsonan

7) Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru khusus, karena itu mereka harus dimasukkan ke SLB/B, kecuali bagi anak genius dapat mengikuti kelas normal

e. Kehilangan kemampuan mendengar 75 dB atau deciBell (Profound Losses), mempunyai ciri-ciri :

(70)

53

2) Mereka tidak sadar akan bunyi-bunyi keras, meskipun menggunakan pengeras suara mereka tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk menangkap dan memahami bahasa 3) Mereka memerlukan pengajaran khusus yang intensif di segala

bidang

4) Yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pendidikan ialah: membaca ujaran, latihan mendengar, fungsinya untuk mempertahankan sisa pendengaran yang masih ada, meskipun hanya sedikit

5) Diperlukan teknik khusus untuk mengembangkan bicara dengan metode visual, kinestetik, serta semua hal yang dapat membantu perkembangan bicara dan bahasanya

6. Karakteristik Anak Tunarungu

Anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Adapun ciri-ciri anak tunarungu, ( Smart, 2010: 34-35) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan bahasa terlambat

b. Tidak bisa mendengar atau indra pendengaran terganggu c. Lebih sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi d. Ucapan kata yang diucapkan tidak begitu jelas

e. Kurang atau tidak menanggapi komunikasi yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya

(71)

54

Menurut Somad dan Hernawati (1996: 35-39) karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi inteligensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik dalam segi inteligensi

Pada dasarnya kemampuan intelektual murid tunarungu sama saja dengan murid normal. Murid tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata, dan rendah. Hanya saja karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, mau tidak mau murid tunarungu tampak memiliki intelegensi yang rendah karena kesulitan memahami bahasa dan berbicara (Lakshita, 2012: 16).

Perkembangan inteligensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang didengarnya. Anlak menyerap dari segala yang didengarnya dan segala sesuatu yang didengarnya merupakan suatu latihan berfikir. Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan inteligensi yang rendah, tetapi pada umumnya disebabkan karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal.

b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara

(72)

55

meniru pada anak tunarungu terbatas pada peniruan yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan bicara selanjutnya pada anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain. Karena anak tunarungu tidak mendengar, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak dididik atau dilatih secara khusus.

c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri idividu yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu (Aphroditta M, 2012: 32)

Perilaku sosial merupakan aktivitas yang berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua, maupun saudara-saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya (Aphroditta M, 2012: 28-29).

(73)

56

1) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang. Semakin banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang di lingkungannya, akan semakin banyak pula hal yang dapat dipelajarinya untuk menjadi bekal dalam meningkatkan keterampilan sosialisasi tersebut.

2) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan motivasi untuk bergaul juga akan semakin berkembang. Keadaan ini memberi peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keterampilan sosialnya.

3) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya

menjadi “model” bagi anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui cara “coba salah” (trial and error) yang dialami oleh anak, melalui pengalaman bergaul atau

dengan “meniru” perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan

lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara

sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan “model”

bergaul yang baik bagi anak.

(74)

57

difahami, tetapi juga dapat memberikan topik yang dapt dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Menurut Somad dan Hernawati (1996: 36-39). Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak menuju kedewasaan Akibat keterasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti: 1) Egosentrisme yang melebihi anak normal

Anak tunarungu yang kurang dengar mereka masih memiliki sebagian kecil dari daya pengamatan melalui pendengaran. Tetapi walaupun demikian mereka hanya mampu menangkap

dan memasukkan sebagian kecil “dunia luar” ke dalam dirinya.

(75)

58

terjadi pada orang yang mendengar, tetapi bagi anak tunarungu bersifat lebih menonjol

2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas Pada anak tunarungu sering dihinggapi perasaan takut akan kehidupan ini, karena sering mengalami merasa kurang menguasai keadaan yang diakibatkan oleh pendengarannya yang terganggu, sehingga sering merasa khawatir dan menimbulkan ketakutan. Lebih lagi dengan kemiskinan bahasa itu mereka tidak mampu menguasai dan menyatukan situasi yang baik, sehingga situasi tidak jelas.

3) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan terhadap orang lain merupakan gambaran bahwa mereka sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada orang lain

4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan

Suatu hal yang biasa terjadi pada anak tunarungu adalah menunjukkan keasyikan bisa mengerjakan sesuatu, kesempatan bahasa menyebabkan kesempitan berfikir seseorang, jadi jalan fikiran anak tunarungu tidak mudah beralih ke hal yang lain tidak yang ada atau belum nyata. Anak tunarungu sukar diajak berfikir tentang hal yang belum terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

1. Prosedur Pelayanan 1) Mahasiswa telah melaksanakan seminar proposal penelitian skripsi/tesis, melakukan revisi proposal dan mendapat persetujuan dari dosen pembimbing

etnobotani, pengumpulan sampel dan analisis laboratorium senyawa fitokimia dan aktivitas inhibisi terhadap α -glukosidase. Bahan yang diujikan aktivitasnya adalah

Hasil kajian secara keseluruhan menunjukkan bahwa potensi baik dari segi kuantitas maupun kualitas batuan perlit di daerah Karangnunggal cukup memadai sebagai bahan eksperimentasi,

Obat tradisional yang beredar dipasaran harus memenuhi syarat keamanan yang ditetapkan Badan POM.Saat ini belum diketahui apakah obat herbal “X” telah memenuhi ketentuan

Melalui uji moderated regression analysis (MRA) dihasilkan customer satisfaction mampu memoderasi trust, commitment, communication dan conflict handling terhadap

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang menyerupai balok dan menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan dari

Penyusunan Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma III (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak