i
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
BERSINERGI MELAKSANAKAN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMAN 1 SURUH
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RATNA SRI WARDANI
NIM 111 12 176
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi MOTTO
“Jika kamu bersungguh
-sungguh, maka kesungguhan itu untuk
kebaikanmu sendiri”
َهْيِمَلهعْلا ِهَع ٌّيِىَغـَل َ هّاللّ َّنِا ؕ ٖهِسْفَىِل ُدِهاَجُي اَمَّوِاَف َدَهاَج ْهَمَو
:توبكىعلا(
٩٢
:
٦
)
Artinya:
Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk
dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt, saya persembahkan skripsi
ini kepada:
1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak M. Achmad Suja‟i dan Ibu Khayani yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasehat dan doa yang tiada henti untuk
saya serta harapan kepada saya agar menjadi orang yang sukses dan berguna
bagi agama, nusa serta bangsa.
2. Kakak dan adek saya tercinta, kakak Hendra Ramajaya, kakak Titin Ardiyanti
dan adek tercinta Farid Abdul Jalil yang selalu memberikan motivasi dan
semangat untuk saya agar segera menyelesaikan studi ini dan cepat mencapai
gelar sarjananya.
3. Dosen pembimbing skripsi saya, Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M,M.Pd yang
selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
proses skripsi ini berlangsung.
4. Keluarga besar SMA N 1 Suruh yang telah membantu dan mengizinkan saya
untuk melakukan penilitian di SMA n 1 Suruh.
5. Keluarga besar SD N Purworejo Kec. Suruh dan KKG PAI SD Kec. Suruh yang
telah memberikan dukungan, motivasi dan doanya sehingga proses penempuhan
sarjana ini bisa tercapai.
6. Sahabat-sahabatku terbaikku, Pratu Rusdy, Pratu Bayu Wisnu Murti, Pratu M.
Nur Ekhsan, Istianah Lis Hikmawati, Anggih Ratna Sari, Puji Rohmatin,
viii
Terimakasih untuk kalian semua yang sudah selalu memberikan dukungan,
semangat, motivasi dan doa kepada saya sehingga saya telah dapat
xi ABSTRAK
Wardani, Ratna, Sri. 2017. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Bersinergi
Melaksanakan Program Bimbingan dan Konseling Di SMAN 1 Suruh Tahun
Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Drs. H Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Bersinergi, Melaksanakan Program Bimbingan dan Konseling
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya masalah-masalah yang menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMAN 1 Suruh mengenahi moral, kepribadian, kedisiplinan dan akhlak sehingga guru pendidikan Agama Islam ikut berperan aktif dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling. Adapun rumusan masalahnya antara lain: 1) Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam ikut serta melaksanakan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2016/2017? 2) Bagaimana cara guru Pendidikan Agama Islam dengan guru Bimbingan dan Konseling bersinergi dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2016/2017?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang berlokasi di SMAN 1 Suruh dengan subyek Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan dan Konseling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara serta dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik tringulasi.
berdasarkan hasil penelitian, menyimpulkan bahwa 1) Guru pendidikan agama Islam sangatlah berperan penting dalam membangun karakter siswa agar menjadi anak yang berbudi pekerti luhur, berakhlakul karimah, dan menciptakan manusia agar menjadi insan yang taat beragama serta menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan moral siswa, kedisiplinan dan akhlak siswa. 2) Guru Pendidikan Agama Islam bersinergi dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan cara antara lain: memasukkan guru Bimbingan dan Konseling kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan, mengadakan sholat jum‟at dan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Telaah Pustaka ... 11
xiii BAB II KAJIAN TEORI
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 17
1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 17
2. Peran-peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 18
3. Syarat-syarat Untuk Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam .. 24
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling ... 26
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 26
2. Dasar, Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 28
3. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 32
4. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah .... 33
BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian ... 39
2. Kehadiran Peneliti ... 39
3. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ... 40
4. Sumber Data ... 41
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 42
6. Data dan Analisis Data ... 45
7. Validitas Data ... 47
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Suruh ... 49
xiv
3. Struktur Organisasi SMAN 1 Suruh ... 52
4. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMAN 1 Suruh... 53
5. Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah (SMAN 1 Suruh) ... 53
6. Keadaan Guru dan Karyawan SMAN 1 Suruh... 54
7. Keadaan Siswa SMAN 1 Suruh ... 55
8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 1 Suruh ... 56
B. Diskripsi Data ... 65
1. Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 65
2. Hasil Wawancara Dengan Guru Pendidikan Agama Islam ... 68
3. Hasil Wawancara Dengan Guru Bimbingan dan Konseling ... 76
C. Analisis Data ... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah SMAN 1 Suruh ... 50
Tabel 4.2 Data Jumlah Guru dan Pegawai Menurut Ijazah ... 54
Tabel 4.3 Data Siswa Menurut Jenis Kelamin ... 55
Tabel 4.4 Data Sarana SMAN 1 Suruh ... 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMAN 1 Suruh... 52
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMAN 1
Suruh ... 53
Gambar 4.3 Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di SMAN 1
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data dan Transkrip Hasil Wawancara
Lampiran 2 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4 : Surat-surat Ijin Penelitian
Lampiran 5 : Dokumentasi
Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh
kehidupan yang layak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaanya.
Maka dari itu manusia pun berhak pula untuk dapat memperoleh
pendidikan yang setinggi – tingginya dalam usaha untuk mempersiapkan dirinya mampu mencapai taraf dan kualitas hidup yang diharapkan
membawa kebahagiaan.
Dengan pendidikan, anak didik akan memperoleh berbagai
macam pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang sangat dibutuhkan
dalam hidup dan kehidupannya baik untuk saat ini, maupun masa
mendatang. Dengan berbagai macam kemampuan, keterampilan serta
keahlian yang diperoleh dalam pendidikan itu, anak didik akan memiliki
bekal untuk mampu memilih, menetapkan dan mempersiapkan diri untuk
memasuki dunia kerja yang sesuai dengan tuntutan hidup, cita – cita, dan nilai – nilai hidup yang dianutnya sendiri setelah mereka menyelesaikan studinya disekolah (Sukardi, 1987: 27).
Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan oleh pemerintah,
masyarakat, dan swasta untuk membangun sebuah pendidikan dan sebagai
sarana kegiatan belajar mengajar. Yang dilaksanakan oleh seorang
pendidik dan beberapa peserta didik untuk mencapai suatu tujuan, yaitu
2
sekolah terdapat beberapa komponen yang berperan dalam kegiatan
tersebut. Diantaranya adalah kepala sekolah, guru (pendidik), peserta
didik, materi bahan ajar, dan karyawan yang terlibat dalam sebuah
pendidikan tersebut.
Didalam sebuah lembaga sekolah seorang pendidik sangat
berperan penting dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
yang mendidik untuk membangun karakter anak dan menyampaikan
materi bahan ajar. Selain membangun karakter siswa dan menyampaikan
atau mengajarkan suatu materi yang sudah ditentukan itu pendidik juga
merupakan seorang motivator dan panutan bagi siswanya.
Pendidikan itu sangatlah penting sejak anak telah lahir didunia.
Menurut Sumadi dalam bukunya Psikologi Pendidikan, tidak dapat
diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir ke dunia,
telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan ; manusia telah berusaha
mendidik anak-anaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana.
Demikian pula semenjak manusia saling bergaul, telah ada usaha-usaha
dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk
mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk
kepentingan kemajuan orang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelas
kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari
dahulu hingga sekarang, dan diwaktu-waktu yang akan datang. Keharusan
3
melaksanakan tugasnya harus berbuat yang sesuai dalam cara yang sesuai
dengan “keadaan” si anak didik (Suryabrata, 2011: 1).
Setiap manusia berhak untuk mendapatkan suatu pendidikan yang
ideal. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memperhatikan
keseimbangan pertumbuhan intelektual dan moralitas yang akhirnya
menghasilkan orang-orang yang berpengetahuan dan tahu apa yang
sebaiknya dilakukan dengan pengetahuannya itu. Sampai saat ini dan
mungkin seterusnya tidak ada profesi yang sepenuhnya mampu
menggantikan peran guru sebagai penumbuh intelektual dan moralitas.
Idealnya, guru harus memiliki 4 kompetensi dasar, yaitu kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
pedagogik.
Pendidikan juga merupakan upaya untuk membentuk manusia
agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarkter dan berakhlakul
karimah.
Pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Daradjat adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup (Daradjat, 1992: 35).
Pendidikan Agama Islam juga merupakan usaha yang lebih
4
didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam.
Secara substansial tujuan pendidikan agama islam adalah
mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuh
kembanghkan manusia yang taqwa. Taqwa merupakan derajad yang
menunjukkan kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia,
tetapi juga di hadapan Allah (Putra dan Lisnawati, 2013: 1)
Dalam sebuah sekolah tidak semua kegiatan berjalan dengan
lancar dan mudah. Disetiap sekolah sudah pasti banyak berbagai masalah.
Baik mulai dari masalah kedisiplinan, pembelajaran sampai dengan pada
masalah kenakalan yang lainnya. Seperti halnya di SMAN 1 Suruh ini.
Banyak sekali siswa siswi yang masih melanggar aturan-aturan yang ada
dalam sekolah. Karena siswa disekolah dan madrasah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah atau persoalan tapi
kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang
lainnya tentulah berbeda-beda. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya
Tohirin, 2009: 111 bahwa siswa di sekolah dan madrasah biasanya
mengalami masalah yang berkenaan dengan: pertama, perkembangan
individu. Kedua, perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan,
hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita,
kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri
jasmaniah, dan latar belakang lingkungan. Ketiga, kebutuhan individu
5
memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi
dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok,
rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan
diri. Keempat, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku. Kelima,
masalah belajar (Tohirin, 2009: 111).
Di SMAN 1 Suruh ini guru Pendidikan Agama Islam sangat
berperan penting dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling,
karena guru Pendidikan Agama Islam lebih dalam menanggapi dan
menangani siswanya yang bermasalah lebih tegas daripada guru BKnya
sendiri. Karena guru Pendidikan Agama Islam apabila dalam memberikan
hukuman anak didiknya yang bermasalah sealalu dikaitkan dengan hukum
dasar islam yang berpedoman dalam Al-Qur‟an sehingga siswa menjadi jera dan enggan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, sedangkan
untuk guru BK hanya menggunakan hukum-hukum yang berlaku
disekolah saja, sehingga siswa hanya menganggap bahwa hukuman itu
merupakan hukuman yang wajar dan sudah biasa.
Maka dari itu dari masalah-masalah tersebut guru Pendidikan
Agama Islam selalu memiliki peran penting dalam melaksakan program
bimbingan dan konseling ini, terutama yang berkaitan dengan sikap,
perilaku dan kedisiplinan siswa. Apalagi disebuah sekolah yang
mempunyai jenjang yang lebih tinggi seperti SMA (sederajat) kenakalan
anak itu sesuai perkembangan emosi dan egoismenya masing-masing, dan
6
pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan dan Konseling selalu
mengambil sikap dengan strategi-strategi masing-masing. Agar siswa
tersebut dapat berubah menjadi anak yang lebih baik lagi. Dari latar
belakang masalah dan paparan tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat
sebuah judul skripsi sebagai berikut:”PERAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM BERSINERGI MELAKSANAKAN
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMAN 1 SURUH
TAHUN AJARAN 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang dalam penelitian ini antara lain dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam ikut serta
melaksanakan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Suruh tahun ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana cara guru Pendidikan Agama Islam bersinergi dalam
melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1
Suruh tahun ajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam ikut
serta melaksanakan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri
7
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Pendidikan Agama
Islam dan guru Bimbingan dan Konseling dalam bersinergi
melaksanakan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Suruh tahun ajaran 2016/2017?
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam perannya melaksanakan
program bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Suruh tahun
ajaran 2016/2017.
b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia
pendidikan untuk dijadikan sebagai rujukan dan disempurnakan
oleh peneliti berikutnya.
c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi
Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.
2. Secara Praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan
guru Pendidikan Agama Islam dalam ikut serta melaksanakan
Bimbingan dan Konseling pada peserta didik di SMA Negeri 1
Suruh tahun ajaran 2016/2017.
b. Untuk memberikan saran dan rekomendasi hasil penelitian bagi
8
melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di SMA
Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2016/2017.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah
pokok, yakni:
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
a. Peran
Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang
memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal
atau peristiwa) (Poerwodarminto, 1993: 735). Jadi peran
merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, baik
secara formal maupun informal.
b. Guru
Menurut UU. No. 14 th. 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru
dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarakan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
9
c. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana
dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk
membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan
berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asa pendidikan harus
berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak
didik, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi pada
aspek psikimotorik (Susanto, 2013: 85).
d. Agama
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada
Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum yang
sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada
masyarakat serta alam sekitarnya (Ahmadi dan Salimi,1991: 4)
e. Agama Islam
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat
manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan
(aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan mu‟amalah
10 f. Sinergi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan
atau operasi gabungan. Jadi bersinergi adalah suatu tindakan
gabungan yang terjadi ketika orang bekerja sama untuk
menciptakan suatu solusi yang baru secara bersamaan.
2. Program Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua
kata yaitu “Bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “Konseling” (diadopsi dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang
tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral
(Tohirin, 2009: 15).
a. Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu tuntutan atau pertolongan.
Bimbingan merupakan suatu tuntutan, ini mengandung suatu
pengertian bahwa didalam memberikan bantuan itu bila keadaan
adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan
bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya (Walgito,
1995: 5).
b. Konseling
Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari
bimbingan. Konseling juga merupakan salah satu teknik dalam
11
“jantungnya” bimbingan. Sebagian kegiatan inti atau jantungnya
bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada apabila
tidak dilakukan konseling (Tohirin, 2009: 21).
F. Telaah Pustaka
Dalam menyempurnakan skripsi ini peneliti mencoba menggali
informasi dari penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan
pertimbangan untuk membandingkan masalah-masalah yang di teliti baik
dari metode dan objek yang diteliti. Kajian peneliti yang relevan yang
digunakan peneliti yaitu:
1. “Peran Guru PAI Dalam Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Peserta Didik Mts Negeri Lasem 2005/2006” skripsi ini ditulis oleh Nurul Asqiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2006. Peran guru PAI dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di MTs Negeri Lasem adalah ikut membantu
melaksanakan tujuh bentuk layanan dalam BK dengan berperan
sebagai pendidik dan pengajar, pembimbing, penasehat, teladan,
memberikan motivasi dan koreksi dalam membantu menyelesaikan
permasalahan peserta didik di MTs Negeri Lasem 2005 / 2006. Juga
ikut serta dalam melaksanakan kegiatan pendukung untuk
mempermudah pelaksanaan bimbingan dan konseling peserta didik
di MTs Negeri Lasem. Tujuh bentuk layanan yaitu : layanan
orientasi, layanan Informasi, layanan penempatan dan penyaluran,
12
kelompok dan layanan konseling kelompok. Dari hasil penelitian
dalam pelaksanaan Bimbingnan Dan Konseling di MTs Negeri
Lasem ini sudah berjalan dengan baik. Dalam skripsi ini
menggunakan metode penelitian kualitatif, batas penelitiannya hanya
sebatas pada pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
2. “Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di
SMA 8 Semarang” penelitian ini ditulis oleh Arif Budi Mulyono
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2008. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa;
1) Kenakalan yang ada dalam lingkungan sekolah terjadi karena
berbagai faktor yang mendukung yang ada di dalam kehidupan
siswa seperti faktor pribadi, keluarga, komunitas masyarakat dan
lain sebagainya. Kenakalan yang terjadi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
a) Kenakalan berat. Contohnya adalah berkelahi
dilingkungan sekolah, mencuri, minum minuman keras
dan lain-lain.
b) Kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas,
terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebaginya.
2) Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI
di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulagi
kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam
13
tersebut meliputi cara-cara penanggulangan kenakalan sebagi
berikut;
a) Memberikan pemahaman dan pengertian tentang
pendidikan agama.
b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan.
c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru Bimbingan
Konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan
metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam
menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain
juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan
siswa.
d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering
melakukan kenakalan siswa pada jam pelajaran khusus
yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru
dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan
metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian
menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru
menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan.
e) Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam
kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra
14
metode penelitian kualitatif, lokasi yang diambil adalah
SMA 8 Semarang.
3. “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Upaya Internalisasi Nila-Nilai Akhlak Islami di SMAN
1 Geger” penelitian ini ditulis oleh Muhamad Ali Rahman Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011 bahwa
banyaknya perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh para
pelajar, maka kepribadian mereka mejadi kacau dan tidak tersentuh
oleh nilai-nilai islami. Hal ini membuat guru pendidikan Agama
Islam sangatlah berperan aktif dalam melakukan suatu bimbingan.
Guru pendidikan Agama islam berperan sebagai pengajar,
pembimbing, penasehat serta suriatuladan bagi siswa
siswinya.Sedangkan guru bimbingan dan konseling berperan sebagai
pendidik pengajar, dan membantu siswa dalam memecahkan suatu
masalah dilingkungan sekolah dalam mencapai suatu peningkatan
proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini Ali rahman melakukan penelitian dengan mengguakan metode penelitian kualitatif, dengan
mengambil latar SMA 1 Geger.
Dari ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa guru PAI
selain sebagai seorang pengajar juga sangat berperan aktif dalam
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam menanggulagi kenakalan
para peserta didiknya. Cara guru PAI dalam melaksanakan programnya
15 G. Sistematika Penulisan
Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini.
Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan
bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
table, daftar lampiran; adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai
dengan penutup; dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka,
lampiran-lampiran, riwayat hidup peneliti. Adapun sistematik bagian isi adalah
sebagai berikut:
BAB I :Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Teori, Metode Penelitian
(Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu
Penelitian, Sumber Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan
Tahap-tahap Penelitian), dan Sitematika Penulisan.
BAB II :Berisi tentang kajian teori, merupakan bagian yang
menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang
berkaitan dengan peran guru Pendidikan Agama islam dalam
melaksanakan program Bimbingan dan Konseling yang ada di SMA N 1
Suruh tahun akademik 2016/2017.
BAB III : Berisi tentang metodologi penelitian, merupakan bagian
yang menjelaskan tentang langkah-langkah peneliti yang akan
16
BAB IV : Merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil
penelitian yang berisi tentang paparan data dan temuan peneliti yang
dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang diintegrasikan ke
dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan
temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.
BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai
sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah
17 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang
pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)
(Poerwodarminto, 1993: 735).
Peran merupakan suatu perilaku yang sangat diharapkan oleh banyak
orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki suatu
kedudukan tertentu.
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang
merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan. Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahian khusus sebagai guru (Umiarso, 2010: 201).
Menurut UU. No. 14 th. 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarakan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
18
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Muhaimin,2008: 76).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang menjadi
bagian dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya untuk
melakukan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui suatu kegiatan
yaitu membimbing, pengajaran, penasehat, dan suritauladan bagi peserta
didiknya yang sesuai dengan perintah Allah Swt.
Firman Allah Swt dalam QS. Ali „Imran (3:104)
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yangmunkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali „Imran: 3:104)
2. Peran – peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peran utama dari seorang guru Pendidikan Agama Islam disekolah
adalah mendidik. Mendidik itu dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian
dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberikan
contoh, membiasakan dan lain-lain (Ahmad ,1992:78)
Dikutip dari bukunya Kompri yang berjudul Motivasi Pembelajaran
Perspektif Guru dan Siswa (2015: 45) bahwa “di sebuah sekolah guru memiliki peranan yang sangat penting untuk mewujudkan sebuah tujuannya,
19
perencana pembelajaran, administrator, sumber pembelajaran, motivator,
fasilitator, pembimbing, infirmator, mediator, dan sebagai kolaborator.
a. Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan
dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisipllinkan siswa. Agar siswa dapat disiplin terhadap
peraturan-peraturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
b. Guru sebagai pengelola atau Learning Manager.
Guru sebagai pengelola kelas yaitu guru harus dapat Menciptakan
kondisi belajar dikelas yang optimal.
c. Guru sebagai perencana pembelajaran.
Perencanaan mengajar merupakan suatu perencanaan pemikiran yang
dibuat oleh guru secara sistematis. Berupa prinsip-prinsip mengajar
yang akan diterapkan dalam pengajaran dikelas. Olehs sebab itu, guru
harus berfikir dalam perencanaan pengajaran secara saksama dalam
meningkatkan pembelajaran bagi siswanya dan memperbaiki kualitas
pengajarannya.
d. Guru sebagai administrator
Guru sebagai administrator yaitu seorang guru harus pela mengerti dan
melaksanakan urutan tata usaha terutama yang berhubungan dengan
20
e. Guru sebagai sumber
Guru sebagai sumber belajar dan sumber keagamaan yakni dimana guru
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa, baik berupa
pengetahuan, keterangan maupun sikap.
f. Guru sebagai motivator
Guru sebagai motivator yakni memberikan dorongan dan semangat
agar siswa mau dan giat belajar.
g. Guru sebagai fasilitator
Guru sebagai fasilitator yakni menyediakan situasi dan kondisi yang
dibutuhkan individu yang belajar.
h. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing, yakni memberikan bimbingan terhadap
siswa dalam interaksi belajar mengajar agar siswa tersebut mampu
belajar dengan lancar, dan berhasil secara efektif dan efisien.
i. Guru sebagai informator
Kinerja guru berkaitan dengan tugasnya yaitu membantu guru
pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan Bimbingan
dan Konseling kepada siswa pada umumnya. Guru sebagai informatory
yaitu memberikan informasi tentang layanan Bimbingan dan Konseling,
tujuan, fungsi dan manfaatnya bagi siswa.
j. Guru sebagai mediator
Guru sebagai mediator, yakni seorang guru diminta untuk melakukan
21
pengalihtanganan siswa yang memerlukan Bimbingan dan Konseling
kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
k. Guru sebagai kolabolator
Guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah dalam
penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan
pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti
konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan linnya yang relevan.
Untuk menjalankan perannya guru Pendidikan Agama Islam harus
memiliki sifat- sifat yang baik. Menurut Abdurrahman Al-Nahlawy yang
dikutip dari bukunya Muhaimin bahwa sifat-sifat guru muslim adalah
sebagai berikut:
a) Hendaknya tingkah laku dan pola piker guru bersifat Rabbani.
b) Ikhlas, yakni bermaksud mendapaltkan keridoan Allah, mencapai dan
menegakkan kebenaran.
c) Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik.
d) Jujur dalam apa yang diserukannya
e) Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan bersedia mengkaji dan
mengembangkannya.
f) Mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi,
menguasainya dengan baik, mampu menentukan dan memilih metode
mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan situasi belajar
22
g) Mampu mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak, dan
meletakkan segala masalah secara proporsional.
h) Mempelajari kehidupan psikis peserta didik selaras dengan masa
perkembangannya.
i) Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengarui jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta didik, memahami
problem kehidupan modern dan bagaimana cara islam mengatasi dan
menghadapinya.
j) Bersikap adil diantara peserta didik (Muhaimin,2001:96)
Menurut Djumhur dan Moh. Surya yang dikutip Kompri (2015),
peranan guru PAI dalam program layanan Bimbingan dan Konseling yaitu
sebagai berikut:
1) Guru sebagai tokoh kunci bimbingan karena gurulah yang selalu berada
dalam hubungan yang erat dengan siswanya.
2) Guru harus dapat memahami siswa sebagai individu. Layanan
bimbingan ini tidak akan berhasil apabila guru tidak dapat mengenal
individu siswanya.
3) Guru melakukan perbaikan tingkah laku siswa dengan cara memahami
individu siswanya yang dilengkai dengan mengenal sebab-sebab
mengapa siswa bertingkah laku tertentu, hal itu dapat mempengaruhi
23
4) Guru melakukan pertemuan “dari hati ke hati” dengan siswa. Hal ini dilakukan ketika sekolah sebelum dilakukan, waktu istirahat atau
setelah sekolah usai.
5) Guru mengadakan pertemuan dengan wali murid. Dengan tujuan agar
guru lebih dapat memahami diri siswa dan latar belakang keluarganya
sehingga ditemukan adanya saling pengertian dan kerja sama yang baik
antara kedua belah pihak, sehingga sangat membantu kelancaran
bimbingan (Kompri, 2015: 43)
Selain melaksanakan peranannya sebagai pendidik guru Pendidikan
Agama Islam juga harus bisa melaksankan tugasnya dengan sebaik
mungkin dan melaksanakan administrasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kompri (2015: 37) menyatakan bahwa
guru juga melaksakakan administrasi dengan mempersiapkan antara lain:
a. Membuat program pengajaran atau rencana kegiatan per semester dan
tahunan.
b. Membuat satuan pelajaran atau persiapan mengajar.
c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
d. Melaksanakan kegiatan penilaian per semester dan tahunan.
e. Mengisi daftar nilai siswa.
f. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar.
g. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
h. Melaksanakan kegiatan membimbing guru dalam kegiatan proses
24
i. Membuat alat pelajaran atau alat peraga.
j. Menciptakan karya seni.
k. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
l. Melaksanakan kegiatan tertentu di sekolah.
m. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
n. Membuat lembar kerja siswa, dan membuat catatan tentang kemajuan
hasil belajar masing-masing siswa
o. Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran, dan mengatur
kebersihan ruang kelas (Kompri, 2015: 37)
3. Syarat-syarat untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam.
Dikutip dari bukunya Zakiah Daradjat bahwa untuk menjadi seorang
guru yang dapat mempengaruhi anak didik kearah bagian dunia dan akhirat
harus memenuhi berbagai syarat – syarat tertentu. Syarat untuk menjadi guru yaitu:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT,
Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam,tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah Swt, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya.
b. Berilmu,
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
25
tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Ijazah juga merupakan
syarat utama supaya diperbolehkan untuk mengajar.
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Mujaadalah (58:11)
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujaadalah :58:11)
c. Sehat jasmani,
Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat
membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar dan kerapkali
terpaksa absen dan tentunya hal itu akan merugikan anak-anak.
d. Berkelakuan baik (beraklaq yang baik),
Guru yang berakhlaq baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Guru yang mencintai jabatannya,
b) Guru harus bersikap adil terhadap semua peserta didiknya,
26
d) Guru harus berwibawa,
e) Guru harus gembira,
f) Guru harus bersifat manusiawi
g) Bekerja sama dengan guru-guru lain, dan
h) Bekerja sama dengan masyarakat
e. Bertanggung jawab dan berjiwa nasional (Zakiah,1984: 44)
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian bimbingan dan konseling
a. Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah “guidance” yang
berarti bantuan/tuntutan. Tetapi harus diingat bahwa tidak setiap
“bantuan” diartikan sebagai “guidance”. Bentuk bantuan dalam bimbingan tersebut membutuhkan syarat tertent dan pelaksanaan teratur
dan sistematik (Siti,2012: 1).
Bimbingan merupkan suatu tuntutan atau pertolongan. Bimbingan
merupakan suatu tuntutan, ini mengandung suatu pengertian bahwa di
dalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi
kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif
kepada yang dibimbingnya. Dalam memberikan bimbingan arah
diserahkan kepada yang dibimbing. Hanya dalam keadaan memaksa
seorang pembimbing dapat mengambil peran aktif (memberikan
arahan) didalam memberikan bimbingannya. Bimbingan ini dapat
27
bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja tanpa memandang umur.
Sehingga baik anak maupun dewasa dapat dijadikan sebagai objek
bimbingan (Bimo, 2007: 5).
Menurut Jones (1963) yang dikutip dari bukunya Prof. Dr. Bimo
Walgito yaitu:
“Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent choice and adjustments in their lives. The ability is not innate it must be developed. The fundamental purpose of guidance is to develop in each individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own problems and to make his own adjustments….”(Jones,1963,p.25)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam mengatasi suatu masalah atau
kesulitan didalam kehidupannya.
b. Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“Consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai
dengan kata “menerima”atau “memahami” (Awalya,2013: 4).
Pengertian dari konseling menurut Jones (1963) yang dikutip dari
bukunya Prof. Dr. Bimo Walgito yaitu:
“Counseling is talking over a problem with someone. Usually but
not always, one of the two has facts or experiences or abilities not possessed to the same degree by the other. The process of
counseling involves a clearing up the problem by
28
Sedangkan konseling menurut Wernn yaitu:
“Counseling is personal and dynamic relationship between two
people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the and that the younger, or less mature, or more troubled of the two is aided to a self determined
resolution of his problem” (Wrenn, 1951, p.60)
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan suatu maslah kehidupannya dengan wawancara dan
dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya (Bimo, 2007: 7).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa konseling adalah hubungan pribadi antara dua orang yaitu klien
dan konselor dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh
klien untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan dari pengertian bimbingan dan konseling diatas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,
agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Dasar, fungsi, dan tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah
a. Dasar Bimbingan dan Konseling
Dasar Bimbingan dan Konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
29
khususnya. Serta dasar pendidikan dari dasar negara dimana pendidikan
itu dapat dilaksanakan (Bimo,2007: 33)
Dasar Bimbingan dan Konseling dari Al-Qur‟an yaitu QS. An-Nahl ayat 125, yang bunyinya:
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai sesama senantiasa harus saling
memberi petunjuk, memberi teladan serta untuk berbuat baik dengan
cara memberikan bimbingan yang bijaksana.
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Fungsi yang utama dari bimbingan di sekolah adalah membantu
peserta didik dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang
berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau dengan
penempatan dan juga untuk menjadi perantara dari peserta didik
dengan hubungannya dengan para guru (Abu Ahmadi,2004: 118)
Adapun fungsi pokok dari Bimbingan dan Konseling itu sendiri,
30
a) Fungsi pemahaman
Fungsi ini membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya sesuai dengan keperluan
siswa.
b) Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan merupakan usaha mencegah terhadap
timbulnya suatu masalah yang diderita klien. Dalam fungsi
pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para
siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat
berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi
data, dsb.
c) Fungsi pengentasan
Dalam fungsi ini, tugas konselor bukan untuk mengental dengan
menggunakan unsur-unsur fisik yang berada diluar diri klien, tapi
konselor mengentas dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang
berada dalam diri klien itu sendiri.
d) Fungsi pemeliharaan dan pengentasan
Fungsi pemeliharaan ini berarti memelihara segala sesuatu yang
baik yang ada pada diri individu, baik hal berupa pembawaan,
31 e) Fungsi advokasi
Dalam fungsi ini yang menghasilkan terbantunya atau
terperolehnya pembelaan atas hak/kepentingan siswa yang kurang
mendapatkan perhatian
( http://metriyulita.blogspot.co.id/2015/11/ungsi-bimbingan-dan-konseling.html?m-1 diunduh pada tanggal 1 April 2017 pukul. 19.00WIB)
Fungsi Bimbingan dan Konseling disekolah yaitu untuk membantu
masalah siswa untuk keluar dari masalahnya. Untuk mengentaskan
masalahnya dapat dilakukan berbagai macam cara yang bersifat:
1) Presenvatif yaitu memelihara dan membina suasana dan situasi
yang baik dan tetap diusahakan. Tetap terus baik untuk lancarnya
kegiatan belajar mengajar.
2) Preventif yaitu mencegah sebelum terjadi kesalahan kegiatan
bimbingan sebagai pencegah.
3) Kuratif atau Korektif yaitu mengusahakan penyembuhan
pembetulan dalam mengatasi masalah-masalah.
4) Rehabilitasi yaitu mengadakan tindak lanjut serta penempatan
sesudah diadakan treatment yang memadai (Partiwisastro,
1985:61).
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah
Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling disekolah dibagi
32
a) Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling di sekolah adalah:
1) Membantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran
2) Membentuk anak memperoleh tingkat perkembangan yang
optimal sesuai dengan kemampuannya
3) Membantu orang tua untuk memperoleh pengertian yang
lebih, tentang kualitas perbedaan individu agar pada orang
tua dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling
(Eddy, 2003: 42)
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus Bimbingan dan Konseling merupakan penjabaran
dari tujuan umum yang terkait secara langsung dengan
permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya. Jadi tujuan khusus
Bimbingan dan Konseling untuk individu yang satu dengan
yang lain tidak boleh disamakan (Awalya, 2013: 29)
3. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah
Secara umum program Bimbingan dan Konseling merupakan suatu
rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam menyusun program Bimbingan dan Konseling di sekolah harus
melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti kepala sekolah, para guru,
33
masyarakat, dan orang tua murid. Penyusunan program Bimbingn dan
Konseling harus merujuk kepada kebutuhan sekolah secara umum.
Dikutip dari bukunya Siti Asdiqoh (2012: 66) bahwa dalam menyusun
program Bimbingan dan Konsling, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Bidang atau lingkup bimbingan yang diprioritaskan.
2) Strategi yang akan diterapkan.
3) Bidang layanan yang sesuai dengan keadaan siswa
4) Keseimbangan layanan kelompok dan layanan individual.
5) Pengaturan layanan informasi
6) Cara mengadakan evaluasi program.
7) Pelayanan rutin dan pelayanan individual.
8) Tingkatan-tingkatan kelas yang akan mendapat layanan tertentu.
9) Petunjuk-peunjuk yang diberikan oleh instansi yang berwenang.
Setelah rencana program disusun dengan memperhatikan hal-hal
tersebut kemudian dilakukan pembahasan dengan melibatkan berbagai
pihak yang terkait di sekolah.
4. Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Agar program Bimbingan dan Konseling dapat terlaksana dengan baik
dan sempurna, maka menyediakan berbagai macam layanan. Layanan pada
34 1) Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang
ditujukan untuk semua siswa baru dan untuk pihak-pihak lain guna
memberikan pemahaman dan penyesuain diri terhadap lingkungan
sekolah yang bar dimasuki siswa.
2) Layanan informasi
Layanan informasi adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang
bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai engetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri,
merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat.
3) Layanan penempatan atau penyaluran
Layanan penempatan atau penyaluran adalah layanan Bimbingan dan
Konseling yang memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan
yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar,
pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan
pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya.
4) Layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan adalah layanan Bimbingan dan
Konseling yang memiliki tujuan dan fungsi untuk memungkinkan siswa
mendapatkan layanan langsung, tatap muka dengan dan konselor
35
5) Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan Bimbingan dan
Konseling memiliki tujuan dan fungsi untuk memungkinkan siswa
secara bersama-sama memperoleh bebagai bahan kehidupan sehari-hari
baik sebagai individu maupun pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat.
6) Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan Bimbingan dan Konseling
yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan
dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok .
7) Layanan konsultasi
Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana
konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas
tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud adalah orang
yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid,
atau orangtuanya.
8) Layanan mediasi
Mediasi berasal dari kata “media” yang artinya perantara atau
penghubung. Layaan mediasi adalah layanan yang dilaksanakan oleh
konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang mengalami keadaan
36 9) Layanan referral (rujukan)
Pada jenis layanan ini petugas Bimbingan dan Konseling
mengalihtangankan kasus kepada pihak atau lembaga lain yang dirasa
lebih tepat untuk menangani sebuah kasus, sehubungan dengan kasus
tersebut tidak bisa ditangani oleh konselor sekolah.
10)Layanan bimbingan belajar
Layanan ini dimaksudkan untuk memberikan bimbingan belajar agar
kegagalan-kegagalan tidak dialami oleh siswa. Pengalaman
menunjukkan bahwa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh
kebodohan atau rendahnya intelegensi.
Selain dengan layanan – layanan diatas program Bimbingan dan Konseling dapat terlaksana dengan baik dan sempurna apabila dilaksanakan
sejumlah kegiatan – kegiatan yang mendukung lainnya. Kegiatan
pendukung Bimbingan dan Konseling tersebut terbagi menjadi 6 kegiatan
pokok, diantaranya:
1) Aplikasi instrumentasi
Tujuan dan fungsi aplikasi instrumentasi Bimbingan dan Konseling
bermaksud mengumpulkan data dan keterangan peserta didik baik
secara individual maupun kelompok, keteranagan tentang lingkungan
yang termasuk didalamnya informasi pendidikan dan jabatan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrument baik tes
maupun non tes. Fungsi utama dari kegiatan yang menunjang aplikasi
37
2) Himpunan data
Tujuan dan fungsi himpunan data Bimbingan dan Konseling bermaksud
menghimpun seluruh data dan keterangan peserta yang relevan dengan
keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Fungsi
utama yang menunjang kegiatan ini adalah fungsi pemahaman.
3) Konferensi kasus
Konferensi kasus adalah suatu pertemuan secara spesifik membahas
tentang permsalahan yang menyangkut siswa tertentu dalam forum
diskusi yang dihadiri oleh pihak terkait seperti (konselor sekolah, wali
kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah,tan tenaga ahli lainnya) dan
diharap dapat memberikan data keterangan lebih lanjut serta
kemudahan-kemudahan bagi terentaskannya permasalahnya siswa.
Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh penyelenggara konferensi
kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.
4) Kunjungan rumah
Dalam kegiatan ini Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan;
Pertama, untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang
diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa.
Kedua, untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa.
5) Alih tangan
Tujuan dan fungsi alih tangan kasus diartikan bahwa wli kelas, guru
mata pelajaran, staf sekolah atau orangtua mengalih tangankan siswa
38
6) Tampilan kepustakaan
Tampilan kepustakaan berupa bantuan layanan untuk memperkaya dan
memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien.
Layanan ini memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan
sendiri bahan-bahan yang ada di pustaka sesuai dengan kebutuhan
39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Jenis metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2011: 4).
Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran penyajian
laporan secara jelas. Peneliti dapat mengkaji permasalahan –
permasalahan yang akan diteliti secara langsung dan juga dapat
mengkaji melalui buku – buku yang berhubungan dengan masalah – masalah tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini, peneliti akan
melaksanakan penelitian sendiri secara langsung dengan melakukan
pengamatan atau wawancara tak terstruktur, biasanya hanya
menggunakan buku catatan. Selain itu untuk mendapatkan informasi
yang valid, peneliti akan menggunakan media lain seperti alat rekam
atau kamera. Selain alat tersebut peneliti juga tetap memegang peran
40
3. Lokasi penelitian dan subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan SMA Negeri 1 Suruh.
Dengan alasan logisnya adalah meskipun penelitian sudah pernah ada
sebelumnya dengan topik yang berbeda. Alasan lainnya adalah
ketertarikan peneliti terhadap peran guru Pendidikan Agama Islam yang
sangat aktif dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di
sekolah tersebut.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat beberapa subyek untuk
mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan. Subyek – subyek penelitian tersebut adalah kepala sekolah, dua guru Pendidikan Agama
islam dan dua guru Bimbingan dan Konseling.
1) Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin yang memiliki jabatan
tertinggi dalam suatu lembaga sekolah. Maka dari itu untuk
mendapatkan suatu informasi untuk mendukung penelitian ini.
2) Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam merupakan tenaga
kependidikan yang berada di dalam sebuah sekolah, yang bertugas
untuk mentransfer sebuah ilmu yang ada kaitannya dengan agama.
Dalam penelitian ini guru Pendidikan Agama Islam merupakan
subyek yang paling utama agar peneliti dapat mendapatkan suatu
informasi bagaimana guru PAI dalam bersinergi melaksanakan
41
3) Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling merupakan tenaga
kependidikan yang bertugas untuk membantu memecahkan suatu
masalah yang dihadapi oleh para siswa dan siswi yang bermasalah.
Dalam hal ini guru Bimbingan dan Konseling juga dilibatkan
sebagai subyek agar dapat memberikan informasi yang terkait
dengan program Bimbingan dan Konseling yang berada di sekolah
tersebut.
4. Sumber Data
Sumber data adalah situasi yang wajar atau “natural setting”.
Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar
sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Berdasarkan
pada penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data, yakni:
a. Sumber Data Primer
Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan
dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok
yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Sumber data
utama yang akan dihimpun adalahguru pendidikan agama islam
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
42
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data pendukung merupakan data-data yang
digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang
didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber
data pendukung disini adalah buku-buku yang terkait dengan peran
guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan proses
Bimbingan Konseling di sekolah.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Obsevasi
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
tentang fenomena-fenomena yang diselidiki yang dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1980:136). Dengan
menggunakan metode ini peneliti dapat melakukan pengamatan
secara langsung terhadap gejala – gejala subyek yang diteliti antara lain kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan program bimbingan dan konseling di lingkungan SMA N 1 Suruh.
Observasi ini digunakan sebagai langkah awal untuk menemukan
permasalahan yang ada hubungannya dengan peran guru
pendidikan agama islam dalam melaksanakan program bimbingan
43
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara petugas dengan
responden (Supranto,2003: 85). Wawancara adalah salah satu alat
yang paling banyak untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif.
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang
beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks.
Meskipun demikian, wawancara perlu digunakan dengan berhati –
hati karena perlu ditringulasi dengan data lain (Sarosa, 2012: 45).
Menurut Moleong dalam bukunya wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data
langsung secara lebih mendalam dan akurat tentang permasalahan
yang diteliti. Dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan kepada pihak yang mengetahui permasalahan seputar
proses pelaksanaan guru pendidikan agama islam dalam
melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Permasalahan yang akan dicari dan diteliti dengan metode
wawancara antara lain:
1) Mengenahi peran guru Pendidikan Agama Islam dalam ikut
serta melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di
44
2) Cara guru Pendidikan Agama Islam bersinergi dalam
melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di SMA
Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2016/2017
Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara
tak terstruktur dan wawancara terstrutur. (Mulyana, 2010:180)
a) Wawancara tidak terstruktur, sering disebut wawancara
mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan
wawancara terbuka (openended interview), wawancara
etnografis.
Wawancara tak terstruktur itu bersifat luwes, susunan
pertanyaannya dan susunan kata-kata pertanyaannya dapat
dirubah sesuai dengan situasi dan kondisinya.
b) Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku
(standartdized interview), yang susunan pertanyaannya sudah
ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan – pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara tidak
terstruktur. Karena wawancara tidak terstruktur ini bersifat
luwes yang sesuai dengan situai dan kondisi yang akan
diwawancarainya dan ini pewawancara juga sebagai
45
c. Dokumentasi
Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa metode
dokumentasi smerupakan salah satu cara untuk mencari data
tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk mencari data yang berupa
dokumen yang berhubungan dengan peran guru pendidikan agama
islam dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling di
SMA N 1 Suruh tahun 2016. Antara lain tentang sejarah singkat
berdirinya SMA N 1 Suruh, letak geografis SMA N 1 Suruh, visi
misi, struktur organisasi kabintal, sarana dan prasarana, kondisi
keagamaan peserta didik, proses kegiatan bimbingan konseling
guru terhadap siswa yang bermasalah, dan daftar kegiatan
keagamaan siswa di SMA N 1 suruh.
6. Data dan Analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244).Penelitian ini
akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting
46
bahan analisis (Wasito, 1993: 69). Peneliti melaksanakan proses
analisis data dengan menggunakan beberapa teknik seperti
wawancara (interview), penelitian, dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, oleh karena itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006:
277-278)
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan
data yang ditemukan oleh peneliti.
d. Kesimpulan
Kesimpulan yaitu permasalahan peneliti yang menjadi pokok
pemikiran terhadap apa yang akan diteliti, sehingga peneliti
mendapatkan gambaran dari apa yang sudah menjadi tujuan