• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA

DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG

KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh: Naely Murodah

NIM. 111 13 079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO



























Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan

suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan penting dalam hidupnya

1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Marwazi dan Ibu Chotim terimakasih telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya

2. Terimakasih banyak buat Nizam Mahbub dan saudara-saudaraku yang selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.

3. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Rastrid Dita Nugraheni, Sarifatul

„Alawiyah, Wahyu Anggun Safitri, yang selalu memberi saya semangat

dengan ikhlas

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swtyang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan baik moral maupun material, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik

5. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, MM.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi. 6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama

(9)
(10)

x ABSTRAK

Murodah, Naely. 2017. Strategi Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa.Bawang Kecamatan. Bawang Kabupaten. Batang Tahun Ajaran

2016/201. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H.Wahyudhiana, M.M.Pd.

Kata Kunci: Strategi Pengembangan Kompetensi Guru PAI

Penelitian ini merupakan strategi pengembangan Kompetensi untuk guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1). Bagaimana pemahaman kompetensi guru oleh guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017 (2). Bagaimanakah strategi pengembangan kompetensi guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017 (3) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi strategi pengembangan kompetensi guru di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif di mana penulis harus mendapatkan data dengan cara melakukan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka data dapat dianalisis dengan reduksi data, melakukan penyususnan data dan kemudian baru bisa di analisis.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .. i

HALAMAN BERLOGO ... . ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... . v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... . x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan PenulisanSkripsi ... 7

D.Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A.Kompetensi Guru ... 14

B.Strategi Pengembangan………... ... 20

(12)

xii

D.Urgensi Kompetensi Guru... 39

E. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan ... ... 45

B.Jenis Penelitian ... ... 45

C.Kehadiran Peneliti... ... 46

D.Lokasi Penelitian ... 47

E. Sumber Data ... 47

F. Metode Pengumpulan Data ... 48

G.Analisis Data ... 49

H.Konfirmasi Keabsahan Data ... 50

I. Tahap-tahap Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum penelitian ... ... 53

1. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 53

2. Profil Sekolah MTs Sunan Kalijaga.. .. ... 53

3. Visi dan Misi MTs Sunan Kalijaga ... 67

B.Hasil Temuan Data . ... 68

1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 68

2. Hasil Wawancara dengan Guru PAI ... 70

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... ... ... 80

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.

DaftarTabel

1. Tabel 4.1 Jumlah Siswa 9 (sembilan) tahun terakhir ... 56

2. Tabel 4.2 Data Kelulusan Siswa ... 57

3. Tabel 4.3 Data RuangKelas ... 58

4. Tabel 4.4 Data Ruang Laboratorium dan ketrampilan ... 59

5. Table 4.5 Data Guru dan Staff ... 59

6. Table 4.6 Data Infrastruktur ... 60

7. Table 4.7 Data Meubelair ,Perabot dan Inventarisasi Per Jenis Ruang ... 61

8. Table 4.8 Data Sanitasi ... 65

9. Table 4.9 Data Sumber Air Bersih ... 65

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang paling penting dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan watak bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya (Priansa, 2014: 10). Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, yang bertujuan membentuk manusia sesuai cita-cita bangsa. Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak melibatkan manusianya sebagai pelaku dan sekaligus sebagai tujuan pembangunan. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan ini dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai, yang ditandai oleh kompetensi yang menjadi persyaratan, maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kependidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya, melainkan hanya dimiliki orang-orang tertentu yang telah mengalami pendidikan guru secara berencana dan sistematik (Hamalik, 1991: 6).

(15)

2

optimalisasi strategi pembangunan pendidikan seperti sistem pendidikan nasional yang meliputi : pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, penyediaan sarana prasarana belajar yang mendidik, pelaksanaan wajib belajar, pemberdayaan peran masyarakat (Priansa, 2014: 82-83).

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh suatu lembaga pendidikan maka seorang pendidik ditandai dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yang meliputi keterpaduan antara pendidik dan pesertadidik, sarana prasarana yang memadai dengan kegiatan siswa. Dalam pengajaran seorang guru harus memiliki rumusan atau tujuan pembelajaran yang jelas sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih baik. Allah SWT dalam firman-Nya terdapat pada Qur‟an surat Al -Mujadilah ayat 11 yaitu:



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan

kepadamu: “berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

(16)

3

pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”.

Guru adalah figur yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, guru adalah orang yang identik dengan pihakyang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para gurulah tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini. Pribadi susila yang cakap adalah yang di harapkan ada pada diri setiap anak didik. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh sebab itu, tetaplah dikatakan orang bahwa karena guru kita menjadi pintar, karena gurulah kita pandai, karena gurulah kita cemerlang, maka naïf rasanya kalau kita melupakan jasa dan pengorbanan para guru yang telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya (Asdiqoh, 2013: 17).

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak (Mahanani, 2011: 17).

(17)

4

guru bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya karena setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi dan setiap kompetensi dapat dijabarkan (Mulyasa, 2013: 65-66).

Secara umum kompetensi guru mencakup, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi paedagogik, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut dijadikan landasan dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan tenaga kependidikan (Asdiqoh, 2013: 27-36).

Undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan . selanjutnya undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Priansa, 2014: 78)

(18)

5

direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin (Asdiqoh, 2013: 25-26).

Pendidikian Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 180).

Tujuan Pendidikan Agama Islam pada sekolah untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

(19)

6

menuju PN (pengadilan negeri) Sidoarjo, sambil menyerukan tindakan keterlaluan aparat hukum yang menyidangkan seorang guru karena permasalahan sepele. Kemudian ketua PGRI (persatuan guru republik Indonesia) Jawa Timur, Ichwan mengatakan penyidangan terhadap guru tersebut berada di luar akal sehat. Katakanlah, seorang guru itu mencubit siswa namun yang dilakukannya itu dalam koridor mendidik (http:/regiona.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/di unduh pada hari sabtu, 18MARET2017:16.46).

Dari contoh permasalahan di atas maka seorang guru harus lebih tegas dalam mengembangkan sikap spiritual anak didiknya sehingga tidak akan terulang kembali permasalahan seperti itu. Dan guru Pendidikan Agama Islam yang kompeten akan lebih mampu menguasai situasi kelas yang sedang diampunya, sehingga proses pembelajaran berada pada taraf yang optimal. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai hal ini ditandai dengan lingkungan belajar yang kondusif agar berhasil dan efektif . Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM di MTs

SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN. BAWANG

(20)

7 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman kompetensi guru di kalangan para guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ? 2. Bagaimana Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan

Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

1. Untuk mengetahui pemahaman kompetensi guru di kalangan para guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi guru

Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Strategi pengembangan

(21)

8 D. Kegunaan Penelitian

Dalam pengkajian suatu ilmu diharapkan mampu memberikan informasi-informasi yang baru dan dapat diambil manfaatnya. Manfaat bagi yang mengkaji maupun bagi umum yang membaca serta mempelajari dari kajian itu. Dalam skripsi ini diharapkan mengandung manfaat secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal.

2. Manfaat praktis

a. Adanya pemahaman di kalangan guru tentang pentingnya kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Ditemukannya strategi yang tepat untuk mengembangkan kompetensi guru pendidikan agama islam di sekolah.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul di atas, serta membatasi ruang lingkup dalam pembahasan penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung yaitu :

1. Strategi

(22)

9

dimaksud disini merupakan rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2007,1092).

Strategi adalah suatu proses berfikir yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep dan prinsip dari apa yang yang diketahui seseorang (Yamin, 2005: 5).

Jadi, strategi adalah salah satu taktik untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara bertahap untuk menghasilkan suatu pembelajaran. Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2007, 538). Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih baik dari tujuan sebelumnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan adalah rencana untuk mencapai sasaran dan tujuan untuk dikembangkan secara optimal dan lebih baik.

2. Kompetensi

(23)

10

yang dituntut oleh jabatan seseorang. Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Asdiqoh, 2013: 24).

Kompetensi profesional guru selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peran yang sangat penting. Pendidikan guru sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru (Hamalik, 2003: 38).

Kompetensi atau penguasaan bahan ajar harus dimiliki semua lapisan guru (Sutadipura, 1984: 10). Jadi kompetensi guru adalah suatu penguasaan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru adalah unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam pendidikan. Selain itu guru juga sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Drajat dan Effendi, 2014: 47).

(24)

11

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan mengamalkan tentang Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kekurangan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional (Thoha dan Mukti, 1998: 180).

Jadi dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

F. Sistematika Penulisan

(25)

12 BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II : KAJIAN TEORI

Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan teori tentang strategi pengembangan, kompetensi guru, guru Pendidikan Agama Islam, pentingnya kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru.

BAB III : METOGOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang pendekatan, jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode analisis data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(26)

13

Kemudian setelah hasil penelitian selesai maka diteruskan dengan pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.

BAB V : PENUTUP

(27)

14 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal (Asdiqoh, 2013: 23).

Johnson (2004), mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Mulyasa, 2013: 63).

Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam memajukan dan mencerdaskan anak didik (Asmani, 2009: 39-40).

(28)

15

kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di tampilkan melalui unjuk kerja (Mahanani, 2011: 44).

Pada intinya guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

Istilah kompetensi memiliki banyak makna yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan seuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah. 2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalam kognitif dan afektif yang

dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep ekonomi.

3. Keterampilan (skill),adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan bagaimana cara menggunkan microscope sebagai alat.

(29)

16

dalam melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.

5. Sikap (attitut), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru, reaksi terhadap diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan lain sebagainya.

6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran (Sanjaya, 2006: 6-7).

Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa (Yamin, 2005: 127-128).

Menurut McAshan, kompetensi adalah suatu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku

kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Sanjaya, 2006: 6).

(30)

17

atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar yang terdiri dari : (1) penguasaan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya (Khoiri, 2010: 36-37).

Dari uraian di atas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu gambaran yang utuh tentang potensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terkait dengan profesi tertentu.

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak dapat berdiri sendiri, melainkan di pengaruhi oleh faktor-faktor latar belakang suatu pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru.

(31)

18

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan perannya secara bertanggung jawab dan layak (Sanjaya, 2006: 15).

Kompetensi guru diperlukan untuk menjalankan fungsi profesi. Dan kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencerdaskan anak bangsa.

(32)

19

Permasalahan kompetensi guru yang pada dasarnya adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai alat pendidikan, maka agar kompetensi guru dapat dimiliki oleh guru, maka mereka seharusnya: (1). Memahami hakekat ilmu yang diajarkan, (2). Memahami kiat pembelajaran ilmunya, (3). Memiliki kemampuan strukturisasi ilmunya menjadi peta konsep, (4). Memiliki kemampuan meneliti dan menyediakan sumber belajarnya, (5). Memiliki kemampuan menyediakan media belajarnya, (6). Memiliki kemampuan organisasi ilmunya menjadi bahan ajar, (7). Memiliki kemampuan memaknakan kurikulum menjadi objek dan persoalan belajar, (8). Memiliki kemampuan menentukan evaluasi hasil pembelajaran ilmunya (Djohar, 2006: 55-56).

Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti

penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang admisistrasi kelas, pengetahuan mengenai cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.

2. Kompetensi bidang sikap, kesiapan dan kesediaan guru terhadap

(33)

20

terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam

berbagai keterampilan/berperilaku, seperti kemampuan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas (Uno, 2011: 67-68).

B. Strategi Pengembangan

Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus mengembangkan kompetensinya, baik profesional, sosial, pedagogik maupun personal sebagai seorang guru. Selain itu instansi dimana guru itu berkerja akan ikut andil berusaha agar mengembangkan kompetensi yang dimiliki guru tersebut, agar pelaksanaan tugas seorang guru dapat berjalan dengan lancar dan berkembang sesuai kebutuhan siswa dan perkembangan zaman.

Menurut Hendyat untuk dapat mengembangkan profesi guru , ada dua jalan yang dapat di tempuh yaitu melalui pengembangan diri guru itu sendiri.

(34)

21

berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai dengan tujuan.

Agar profesi guru dapat dikembangkan maka harus berusaha memahami problem minat, dan kebutuhan dalam proses belajar subyek didik, mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar, berusaha memahami, menyeleksi, dan menerapkan metode pembelajaran, berusaha memahami dan sanggup membuat, mendayagunakan berbagai alat pelajaran.

Guru harus berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu menilai program dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.

Guru sebaiknya mengadakan penilaian diri sendiri (self evalution) untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya,

profesional reading (berusaha membaca buku-buku yang relevan dengan

tugas profesinya), profesional writing (berusaha mengembangkan diri dengan menulis karya ilmiah di berbagai media).

(35)

22

Selain pengembangan diri dalam mengembangkan profesi guru, ada pengembangan kelembagaan yaitu sebagai berikut.

Dalam Pengembangan Kelembagaan dimana guru itu bekerja harus berusaha mengembangkan profesinya agar dapat bekerja secara profesional. Kompetensi guru disiapkan oleh program studi pada jurusan bidang studi yang relevan yang dapat mefasilitasi kompetensi guru tertentu. Contohnya kompetensi guru bidang MIPA disiapkan oleh masing-masing jurusan yang ada di MIPA, kompetensi guru seni tari atau seni musik dapat dibina sekaligus oleh jurusan seni pertunjukan. Maka lembaga penyelenggara kompetensi guru bidang studi atau matapelajaran ini adalah pada jurusan masing-masing yang sesuai atau serumpun dengan bidang studi pada Universitas-LPTK. Jurusan bidang studi membekali guru agar mampu mengolah setiap bidang studi menjadi bidang sudi dalam pendidikan, dan mengembangkan kekhususan pembelajaran dari bidang studinya (Djohar, 2006: 21-22).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang profesional dapat mengembangkan profesinya misalnya guru dalam bidang matapelajaran PAI maka guru harus mengajar sesuai dengan rumpun bidang studi yang dimilikinya.

(36)

23

bantuan yang tepat, cara memaknakan kurikulum secara proposional, dan cara-cara memilih dan menyediakan media belajar serta cara evaluasi mengajar- belajar yang mencapai sasaran.

Maka perlu merumuskan standar performance guru, dengan demikian lebih mudah untuk menilai actual performance di sekolah. Agar kriteria guru dapat diperoleh oleh setiap peserta pendidikan calon guru, maka dibutuhkan kontrol terhadap kualitas standard performance maupun terhadap actual performance calon guru. Untuk keperluan itu sangan diperlukan adanya keterbukaan, sehingga masyarakat yang tergabung dalam Educational Watch dapat melakukan supervise dan evaluasi kinerja guru dan lembaga pendidikan dan pembinaan atau penataran guru menjadi lebih terbuka (Djohar, 2006: 22-23).

(37)

24

Pengertian lain menyebutkan bahwa pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik ketika dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

a. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.

Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru menilai pendidiknya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.

b. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

(38)

25

lainnya, atau pun secara informal melalui media masa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.

Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 54-55).

Kinerja guru menjadai tanggung jawab dua lembaga. Kinerja awal guru sangat ditentukan oleh kemampuan awal hasil pendidikan guru, meskipun kemampuan awal itu selanjutnya akan berkembang sesuai pengalaman mereka. Maka dengan kemampuan awal guru ini sangat penting dan mendasar, karena menjadi awal budaya guru berkembang lebih lanjut ke arah yang sesuai dengan kompetensi dan profesi yang optimal.

Oleh karena kerjasama yang fungsional antara Universitas LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan), LPPG (lembaga pendidikan profesi guru) dan sekolah akan menghasilkan sinergi yang konstruktif dalam upaya peningkatkan mutu pendidikan kita (Djohar, 2006: 57).

Adapun cara untuk pengembangan kompetensi guru dengan cara sebagai berikut:

1. Program sertifikasi

(39)

26

perundang-undangan. Sertifikasi pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Deparemen Pendidikn Nasional. Sertifikasi di peroleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Dalam program sertifikasi telah di tentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan ,yaitu minimal sarjana atau Diploma IV.

Untuk memperoleh sertifikasi pendidik tidak semudah membalikkan telapak tangan dan memerluka kerja keras para guru. Sertifikasi pendidik akan dapat diperoleh guru apabila mereka benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme.

2. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru

Untuk kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu pedidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:

a. Studi lanjut program Strata atau magister

(40)

27

dan ilmu pendidkan. Ada kecenderungan para guru lebih suka untuk mengikuti program ilmu pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.

b. kursus dan pelatihan

keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang kependidikan merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas utama seorang guru adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam rangka peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga dilengkapi dengan kemampuan meneliti dan menulis artikel/buku.

c. Pemanfaatan jurnal

(41)

28 d. Seminar

Keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini merupakan cara yang paling diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era sertifikasi. Karena dapat menjadi sasaran untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru mendapatkan informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar yang diselenggarakan guru dapat menjadi wahana yang baik untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya sebagai guru

(http://dharianto97.blogspot.co.id/pengembangan-kompetensi-guru/diunduhpada 3APRIL2017:08.43).

C. Berbagai Macam Kompetensi Guru

Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki

capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam

(42)

29

capability dan loyality tersebut, terkandung dalam macam-macam

kompetensi guru(Asdiqoh, 2013: 26-27).

Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:

1. Kompetensi Profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan

yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan di ajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

2. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga

mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,

yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani”.

3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu

berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. 4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang

berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material (Uno, 2011: 69).

(43)

30

harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi Pedagogik, profesional, kepribadian, dan kompetensi sosial. Namun dalam kurun waktu terakhir ada beberapa penambahan diantaranya kompetensi personal, kompetensi spiritual yang juga oleh penulis dijelaskan sebagai berikut:

a. Kompetensi Personal

Kompetensi personal ini telah mencakup kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas dan keguruannya secara profesional.

Kompetensi personal guru menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta ddik. Kompetensi ini juga sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guru menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya (Asdiqoh, 2013: 27-28).

(44)

31

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efekif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Khoiri, 2010: 42-43). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sedangkan kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif.

b. Kompetensi Profesional

Definisi dari kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuannya secara filosofis (Asdiqoh, 2013: 29).

(45)

32

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa, 2008: 135-136).

(46)

33 c. Kompetensi Pedagogik

Menurut peraturan pemerintah tentang guru, bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik (Asmani, 2009: 43).

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurang- kurangnya meliputi:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik dua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dan lembaga pendidikan yang di akreditasi pemerintah.

2) Pemahaman terhadap peserta didik

(47)

34

kecil ke tinggi, yang paling tinggi dan kompleks melalui proses pembelajaran yang natural dan bisa disebut dengan naturalisasi pembelajaran (http://taufikhidayat93.blogspot.co.id/perkembangan-peserta didik/diunduhpada 10APRIL2017:20.40).

Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

3) Pengembangan kurikulum/ silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

4) Perancangan pembelajaran

Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara srategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

(48)

35

untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Dalam penyelenggaraan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. 7) Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

(49)

36 d. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam sikap dan perilaku guru dalam kehidupan sehari-hari, baik selama kegiatan ( pembelajaran) di sekolah maupun di luar sekolah (Damay, 2012: 42).

Secara rinci sub kompetentsi kepribadian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: betindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

(50)

37

5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religious (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik (Khoiri, 2010: 41-42).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh guru dimana guru memiliki kemantapan, kedewasan, arif dan bijaksana, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

e. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Asdiqoh,2013:35).

Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

1) Berkomunikasi secara lisan, tulis dan isyarat

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

(51)

38

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008: 173)

f. Kompetensi Spiritual

kompetensi spiritual meski dalam hakikatnya kompetensi spiritual masuk dalam kompetensi kepribadian, kecenderungan ketika mengurai tentang kompetensi spiritual sangat berbeda dari konsep dan implementasi pada kompetensi kepribadian. Secara kasat mata ranah kompetensi kepribadian bertumpu pada tingkah laku pendidikan.

Diharapkan guru memahami konsep kompetensi spiritual. Ranah kompetensi spiritual dari guru akan berorientasi pada pembentukan karakter siswa didik yang ideal. Dalam konsepsi pendidikan Islam, seorang guru harus mempunyai tingkat keimanan dan ketakwaan tinggi.

Dengan bekal tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, seorang guru akan memiliki konsep dan proses yang baik dalammelakukan pembelajaran. Dampaknya guru tidak sekedar ditakuti atau sosok yang diikuti, tapi guru juga sebagai sosok yang mempunyai wibawa dan karisma yang bisa secara langsung menjadi inspirasi pada anak didik.

(52)

39

Kompetensi spiritual menjadi benteng terakhir untuk memberikan pagar yang kuat dari pribadi masing-masing siswa didik. Dan, memulai konsep-konsep tersebut tentu dari kompetensi spiritual yang baik dari seorang pendidik, bukan sisiwa didik (Asdiqoh, 2013: 36-37). D. Urgensi Kompetensi Guru

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit dan kompleks, proses tersebut mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertenu.

Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

(53)

40

Kompetensi itu sendiri merupakan perwujudan dari keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada tingkat nasional dikembangkan kompetensi untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan berdasarkan itu kemudian dikembangkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi setempat. Dalam pendekatan ini setiap daerah dan satuan pendidikan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengembangkan kurikulum beserta strategi pembelajarannya yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Isjoni, 2008: 82-83).

Selain itu format rencana pembelajaran bisa sangat beragam, tetapi dalam rencana pembelajaran komposisinya setidaknya mencakup enam hal yang disebut sebagai format perencanaan pembelajaran yang berbasis belajar interakif, yaitu:

1. Topik pembahasan

2. Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi) 3. Materi pembelajaran

4. Kegiatan pembelajaran 5. Alat-alat yang dibutuhkan 6. Evaluasi hasil belajar

(54)

41

Untuk menunjang kompetensi itu tentu saja guru harus memahami berbagai ilmu pengetahuan. Sebab, salah sau persyaratan sebagai profesi adalah adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam sesuai dengan bidang keahliannya (Moh Ali, 1985). Bidang pengetahuan yang harus dimiliki seorang guru profesional untuk melaksanakan tugasnya antaranya pengetahuan tentang psikologi perkembngan anak, berbagai pendekatan dalam pembelajaran, pengetahuan tentang media dan sumber belajar, pengetahuan tentang teknik penilaian dan lain sebagainya. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang hal-hal tersebut, tidak mungkin kompetensi itu dapat dimiliki setiap guru (Sanjaya, 2006: 16).

E. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 180).

(55)

42

kualitas pembelajaran harus diawali dari desain pembelajaran yang baik (Naim dan Patoni, 2007: 34).

Di dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam terdapat fungsi pengajaran Agama Islam meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pengembangan: yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwan kepada

Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama menanamkan kewajiban menanankan keimanan menanamkan ketaqwan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

2. Penanaman nilai: yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Penyesuaian mental: yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

4. Perbaikan: yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pencegahan: yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan

(56)

43

menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6. Pengajaran: yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan

yang fungsionalnya.

7. Penyaluran: yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki

bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirnya sendiri dan dapat bermanfaat untuk orang lain (Majid, 2012: 15-16).

Oleh karena itu, dengan melihat realitas yang seperti itu maka salah satu agenda penting dalam proses pembelajaran pendidikan Islam adalah bagaimana dapat meningkatkan kualitas. Ada beragam cara yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah menerapkan prinsip-prinsip yang selaras dengan hakikat pendidikan Islam itu sendiri secara optimal (Naim dan Patoni, 2007: 107).

Berdasarkan uraian di atas bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan pemahaman,penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(57)

44

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk mewujudkan

pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 181).

Selain itu pendidikan agama Islam adalah “Usaha berupa

(58)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong,2009:5).

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata ,gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong,2009:11).

B. Jenis Penelitian

(59)

46

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat penelitian kualitatif dan metode deskriptif. Permasalahan utama yang dibahas dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/17.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematik, faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Ciri penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengetahui secara langsung mengenai situasi atau kejadian. Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif surfai yang merupakan penyelidikan yang ada dan mencari keterangan, keterangan secara faktual dari suatu daerah tertentu.

C. Kehadiran Peneliti

(60)

47 D. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi peneliatian di MTs Sunan Kalijaga yang beralamatkan di JL. Sunan Kalijaga Blok II Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, karena sekolah tersebut terletak sangat strategis dan mempunyai keunggulan halini terbukti dengan adanya hasil akreditasi, prestasi kelulusan, dan jumlah peminat yang meningkat.

E. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland ( 1984:47) sember data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi sebagai berikut :

a. Kata-kata atau Tindakan

Data yang berbentuk kata- kata atau tindakan diambil ketika informan atau responden pada waktu wawancara. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari informan yang meliputi beberapa pihak di antaranya: Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam.

b. Data Tertulis ( Dokumentasi)

(61)

48 c. Foto

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh beberapa foto tentang Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

a. Wawancara ( interview)

Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekelompok orang (Sumanto,2014:187). Wawancara dilakukan secara formal dan intensif sehingga peneliti akan mendapatkan informasi sebanyak mungkin secara jujur dan mendetail.Teknik wawancara ini guna menggali data dari guru PAI tentang strategi pengembangan kompetensi yang dilakukan oleh guru PAI tersebut. b. Observasi

(62)

49

yang berkaitan dengan strategi pengembangan kompetensi guru yang meliputi aktifitas penyusunan RPP, pengembangan silabus, ketersediaan sarana dan media pembelajaran yang di gunakan. c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 140). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi perencanaan pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP guru Pendidikan Agama Islam berupa buku acuan dan foto-foto pembelajaran, serta dokumentasi sarana dan media pembelajaran.

G. Analisis Data

Pada bagian analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkipsi wawancara, cacatan lapangan, dan materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan anda menyajikan apa yang sudah anda temukan kepada orang lain (Emzir, 2011:85).

(63)

50

dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan simpulan dari data yang telah disajikan.Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah deskriptif sehingga data yang disajikan berupa kata-kata tertulis dan hasil penelitian.

H. Konfirmasi Keabsahan Data

Agar data yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar objektif maka peneliti melakukan pengecekan data dengan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi yaitu pemerikasaan keabsahan data. Triangulasi sumber berarti mencari sumber –sumber lain di samping sumber yang yang telah kita dapatkan. Untuk mengetahui derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh peneliti bisa melakukan wawancara. Dalam teknik triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dimana membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh (Putra dan Lisnawati,2013:34).

Triangulasi sumber dapat dicapai melalui :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang lain di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

(64)

51

d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

I. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut : a) Tahapan pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b) Tahap pekerjaan lapangan

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c) Tahap analisis

1) Penemuan hal-hal penting dari proses penelitian

2) Pengecekan kembali keabsahan data yang diperoleh peneliti d) Tahap penulisan laporan

(65)

52

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3) Berbaikan hasil konsultasi

(66)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Waktu dan tempat Penelitian

Waktu penelitian : 12 April- 29 April 2017 Tempat penelitian : MTs Sunan Kalijaga 2. Profil Sekolah MTs Sunan Kalijaga

a. Identitas Sekolah

1) Nama dan alamat Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga

Jl.Sunan Kalijaga Blok II Bawang Kabupaten Batang, Jawa Tengah Telpon : (0285) 4486558

2) Nama Yayasan dan alamat : Sunan Kalijaga

Jl.Sunan Kalijaga Blok II Bawang Kabupaten Batang Telpon : (0285) 4486558

3) Nomor Statistik Sekolah : 121233250013 4) Jenjang Akreditasi : Terakreditasi A 5) Tahun Didirikan : 1970 / 1970

(67)

54

Diakui : 1995 Disamakan : 2001 Terakreditasi B: 2006 Terakreditasi A : 2013 b. Sejarah Madrasah

Kronologi sejarah berdirinya MTs Sunan Kalijaga Bawang:

Pada tanggal 11 September tahun 1969 Pengurus MWC NU Kecamatan Bawang dan Pengurus Ranting NU Kecamatan Bawang beserta Banomnya antara lain : Pimpinan GP.Ansor Anak Cabang Bawang , Pimpinan Anak Cabang Muslimat dan Fatayat NU Bawang merintis dan mendirikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Bawang yang diberi nama PGANU. Dan pada tanggal 1 Januari 1970 dimulailah Kegiatan program pengajaran di PGANU. Dan pada tahun 1971 nama

PGANU di ubah Menjadi MTs “SUNAN KALIJAGA”

Dan Pada tanggal 1 Juni tahun 1974 mendapat pengakuan dari Departemen Agama Perwakilan Kabupaten Batang, kemudian pada tanggal 1 Januari 1978 MTS Sunan Klaijaga terdaftar resmi di Departemen Agama dan mendapatkan piagam persamaan Ujian Madrasah Negeri yang pertama, dan pada tanggal 2 April tahun 1986 mendapat

Pengakuan dari Naungan Lembaga Pendidikan Ma‟arif NU Jawa, dan

(68)

55

2001 mendapat predikat status madrasah : DISAMAKAN, dan pada tanggal 30 Juni 2006 mendapat predikat status madrasah : TERAKREDITASI. Dan pada tanggal 16 Nopember 2014 mendapatkan predikat TERAKREDITASI A. Masa Kepemimpinan (Kepala Madrasah) :

a) Tahun 1970- 1982 : KH. A.Fauzi Musthofa b) Tahun 1983- 1985 : Drs.KH.Hasyim Asyari c) Tahun 1986- 1998 :KH. Qonawi

d) Tahun 1999- 2010 : H.Sumono Edi, S.Pdi e) Tahun 2011- 2012 : Ahmad Kholil, S.Ag f) Tahun 2012- 2013 : Agus Adib, S.Ag

g) Tahun 2013- skrg : Drs.Qurrotul Aeni, M.Pd.I 7) Status Tanah:

a) Surat Kepemelikan Tanah : Sertifikat/Akte/527 b) Luas Tanah : 1.929 M2

8) Status Bangunan : Milik Sendiri / Yayasan a) Surat Ijin Bangunan : No.02

b) Luas Bangunan : 1.346 M2

9) No.Rekening Rutin Sekolah : 2-032-09924-1 10) Nama rekening : MTs Sunan Kalijaga

(69)

56 c. Data Siswa 9 Tahun Terakhir

Tabel: 4.1

1) Jumlah Siswa 9 (sembilan) tahun terakhir :

(70)
(71)

58

d. Data Ruang kalas dan ruang lainnya Tabel:4.3

1) Data Ruang Kelas :

(72)

59 Kelas

Tabel: 4.4

2) Data Ruang Laboratorium dan ketrampilan Jenis Ruang Jumla

h

Ukuran (m2)

Jenis Ruang

Jumla h

Ukuran (m2)

1. Perpustakaan 1 7x6 5. Lab. IPA - - 2. Ketrampilan 1 7x6 6. Lab. Bahasa 1 6x7 3. Asrama Guru - - 7. Lab. Komputer 1 6x7 4. Musholla 1 13x14 8. Tempat Ibadah 1 178

e. Data Guru dan Staff

Tabel : 4.5

1) Guru Dan Staf

Jumlah Guru / Staf Jumlah Keterangan

Guru Tetap (PNS) 4 orang

Guru Tetap Yayasan 25 orang

Guru Tidak Tetap/Guru Bantu -

(73)

60

Staf Tata Usaha 6 Orang

f. Data Infrastruktur dan lain-lain Tabel : 4.6

1) Infrastruktur

No Kondisi Jumlah

Kondisi

Baik Rusak Ringan Rusak berat

1. Pintu gerbang 2 1 - -

2. Pagar depan 2 1 1 -

3. Pagar samping 1 - 1 -

4. Pagar belakang - - - -

5. Tiang bendera 2 2 - -

6. Bak sampah semi permanen

10 7 3 1

7. Saluran Primer 1 - 1 1

(74)

61 Tabel : 4.7

2) Meubelair ,Perabot dan Inventarisasi Per Jenis Ruang

No Ruang Jenis Meubelair Jumlah

Kondisi Baik Rusak

Ringan

Rusak berat

1. R. Kepala Meja 1 1 - -

Kursi 1 1 - -

Almari 1 1 - -

File Cabinet 1 1 - -

Meja Tamu 1 1 - -

Kursi Tamu 4 1 - -

2. R. Guru Meja 12 12 - -

Kursi 12 12 - -

Almari 3 1 1 1

Komputer 1 1 - -

Televisi 1 - - -

3. R. Tata Usaha

(75)

62

Kursi 5 4 1 -

Almari 3 2 1 -

File Cabinet 2 2 - -

Komputer 3 2 1 -

Printer 3 2 1 -

Mesin Ketik 2 - 1 1

Televisi 1 1 - -

Brankas 1 - 1 -

Mesin Stensil 1 - - 1

4. R. Kelas Meja Guru 13 10 12 -

Kursi Guru 13 10 12 -

Meja Siswa 280 200 40 40 Kursi Siswa 565 450 50 65

Almari 13 5 3 5

5. R. Perpust Meja Petugas 1 1 - -

(76)

63

Meja Baca 10 7 3 -

Kursi Baca 30 15 10 5

Almari 1 - 1 -

Rak Buku 5 4 1 -

Komputer 1 1 - -

Televisi 1 1 - -

CD / DVD 1 1 - -

6. R. Kesenian Meja 1 1 - -

Kursi 4 1 - -

Alat2 Band 1 set 1 - -

Alat2 Rebana 1 set 1 - -

Alat2 Marching Bn

1 set 1 - -

Mesin Jahit 8 4 4 -

Ampli 1 1 - -

Tape Recorder/ Warles

(77)

64

CD Player 1 - - -

Almari 1 - 1 -

7. R. OSIS Meja 1 1 - -

Kursi 2 2 - -

Almari 1 1 - -

8. Komputer 1 1 - -

9. R. BP/BK Meja 3 2 1 -

Kursi 6 4 2 -

Almari 1 - 1 -

10. Lab. Komputer

Meja 20 17 3 -

Kursi 40 40 - -

Komputer 22 18 2 2

Printer 1 1 - -

Televisi 1 1 - -

Almari Etalase 1 1 - -

(78)

65

Kursi 2 2 - -

Almari Etalase 2 2 - -

Mesin Foto Copy

1 1 - -

Table : 4.8

3) Sanitasi

No Ruang Fasilitas Jumlah

Kondisi Baik Rusak

Ringan

Rusak berat

1. KM / WC Siswa Putra 4 2 -2 -

2. KM / WC Siswa Putri 4 2 2 -

3. KM / WC Guru 4 4 - -

Tabel : 4.9

4) Sumber Air Bersih

No Jenis

Kondisi

Ket Baik Rusak

Ringan

Rusak berat

Gambar

Tabel: 4.4
Tabel : 4.6
Table : 4.8
Tabel : 4.10

Referensi

Dokumen terkait

• Norma hukum abstrak, melihat perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret, misalnya: mencuri,..

Dapatan kajian ini melaporkan mengenai isu penyelidikan berkaitan perubahan dan perkembangan budaya dan nilai-nilai murni orang-orang Melayu yang merangkumi bidang

Penerapan model role playing dengan media gambar seri adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan menemukan jati diri

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah Saya buat dengan judul “APLIKASI SENSOR TPA81 SEBAGAI PENGUKUR SUHU RUANGAN PADA ROBOT BERKAKI PEMADAM API” adalah

(d) Post-modernisme didefinisikan sebagai aliran atau pemikiran yang berkaitan dengan reaksi- reaksi atas ‘kegagalan’ yang terjadi dalam aliran arsitektur modern, yang timbul

Dan untuk yang terakhir, method yang akan dibuat adalah Am ilChildYangDimaksud(), yang berguna untuk mengambil child / node yang berada pada posisi yang benar.. Value; if (strNIM1

- Model Sistem Informasi Pemasaran - Bentuk : Kuliah - Metode : Ceramah, Problem Based Learning, Diskusi Kelompok 2 x 50 Menit - Mahasiswa mampu menjelaskan

Undang - Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia pada Pasal 2 ayat (1) mengatur mengenai pengertian Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga