• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Saran

Saran peneliti setelah melakukan penelitian, analisis data, dan mendapatkan hasil penelitian antara lain :

1. Untuk pengelola gereja, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi dan panduan pengunjung komplek Gereja Ganjuran, khususnya dalam pengetahuan estetika terkait dekorasi di dalam komplek Gereja Ganjuran beserta makna simbolisnya.

2. Untuk pembelajaran di perguruan tinggi, agar menjadi bahan pembelajaran terkait estetika dan seni hias yang terdapat pada dekorasi bangunan religius, dalam hal ini adalah gereja.

3. Untuk penelitian selanjutnya, agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan acuan untuk penelitian serupa mengenai gereja maupun seni hias dan dekorasi pada bangunan gereja, serta inkulturasi kebudayaan gereja dengan kebudayaan daerah setempat.

4. Diharapkan dengan dekorasi tradisional Jawa yang begitu kental di dalam bangunan Gereja Mandala Hati Kudus Yesus Ganjuran, menjadi salah satu sarana pelestarian kekayaan seni dan budaya tradisional di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.

1

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Prastowo. 2012. Metode Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Arifin, Djauhar. 1986. Sejarah Seni Rupa. Bandung: CV. Rosda.

C., Kiswara. 1988. Gereja Memasyarakat Belajar Dari Para Rasul. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. 2000. ALKITAB. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia

Dillistone, F.W. 1986. The Power of Symbols, Terj. A. Widyamartaya, Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Ching, Francis. D.K, 2011. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga.

J.A., Thomas. 1994. “Theory, Meaning & Experience In Church Architecture.” PhD.Thesis. School of Architectural Studies, University of Sheffield. http://www.etheses.whiteroses.ac.uk/3004/ . Diakses pada tanggal 3 Juni 2015.

Kartiko, Widi Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kelompok Kerja PAK-PGI.2009. Suluh Siswa 3 Berkarya Dalam Kristus. Jakarta:

BPK Gunung Mulia.

Lorens, Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mukhlis, PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Arsitektur. Jakarta: Rajawali Pers.

Mukhlis, PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Rajawali Pers.

Munny Ardhie, Bonyong. 1995. Makna Simbolis pada Candi Sukuh. Laporan Penelitian Kelompok Nomer 072. A/OPF. STSI/1994. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan. Surakarta: STSI

2

Schineller, P., 1990. A Handbook on Inculturation. Paulist Press, New York.

Purnomo, Eko. 2013. Seni Budaya. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Heuken, SJ. A. 1995. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: CLC.

Susanto, Mike. 2012. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa (Edisi Revisi). Yogyakarta: DictiArt Lab dan Djagad Art House.

Sunarmi, Guntur, Tri Prasetyo Utomo. 2007. Arsitektur & Interior Nusantara Seri Jawa. Surakarta: UNS Press.

Sutopo HB. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Sutrisno, S. dan Verhaak, G. 1983. Estetika, Filsafat Keindahan. Kanisius, Yogyakarta: Kanisius.

The Liang Gie. 1976. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta: Penerbit Karya.

Tim Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1982. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tim PUSPAR UGM. 2004. Wawasan Budaya untuk Pembangunan: Menoleh Kearifan Lokal. Yogyakarta: PUSPAR UGM.

Y. Sumandiyo Hadi. (2000). Pembentukan Simbol Ekspresif Cagar Ritual Agama. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya: Universitas Airlangga Press.

3

LAMPIRAN 1

4

LAMPIRAN 2 SURAT KETERANGAN

5

LAMPIRAN 3

TRANSKRIP WAWANCARA Nama narasumber : Romo FX Wiyono Pr

Waktu : Jumat, 18 September 2015

Tempat : Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran Pertanyaan dan Jawaban:

1. Kapankah gereja ganjuran didirikan?

Jawab: Gereja ganjuran didirikan pada tanggal 16 April 1924. 2. Siapakah pendiri gereja Ganjuran?

Jawab: Pendiri Gereja Ganjuran adalah mister Schmutzer, seorang pemilik pabrik gula yang bernama Gondanglipuro.

3. Bagaimana latar belakang pendiri Gereja Ganjuran?

Jawab: Mister Schmutzer adalah seorang Belanda pemilik pabrik gula yang peduli dengan para karyawannya, dengan cara membangun sekolah, klinik, dan tempat ibadah. Selain itu para karyawan juga belajar agama dari para misionaris dan banyak yang akhirnya dibaptis.

4. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Gereja Ganjuran?

Jawab: Gereja Ganjuran dibangun karena rasa syukur atas perkembangan pabrik Gondanglipuro yang sangat pesat. Sebelum dibangunnya Gereja Ganjuran, kegiatan perayaan Misa Ekaristi biasa diadakan dengan menumpang di salah satu rumah keluarga Schmutzer. Seiring berjalannya waktu, umat yang mengikuti perayaan Misa Ekaristi semakin bertambah banyak dan dibangunlah Gereja Ganjuran.

5. Bagaimana dengan candi yang ada di dalam komplek Gereja Ganjuran? adakah makna simbolisnya?

Jawab: Adanya candi karena mister Schmutzer ingin memvisualisasikan Tuhan agak sulit. Hanya bisa terlihat dalam diri Yesus, Tuhan yang hadir di dunia dalam

6

wujud manusia, sehingga dipilih sosok patung Yesus, dan bangunan candi dipilih karena pada saat itu masih terdapat banyak peninggalan candi, khususnya di daerah sekitar Prambanan. Patung Yesus dalam sosok raja diletakkan di dalam candi, dikatakan Hati Kudus Yesus, hati yang menggambarkan kepedulian, kasih, dan perhatian.

6. Apakah bangunan Gereja Ganjuran juga memiliki makna simbolis?

Jawab: Gereja di timur adalah gambaran dari terang dunia, dunia terang karena matahari terbit dari timur, bentuk joglo pada bangunan gereja adalah bentuk inkulturasi. Iman yang diwujudkan dalam simbol budaya setempat. Ukiran dan konstruksi bangunan joglo diambil dari kraton, karena ada seorang Katolik yang juga mempelajari konstruksi bangunan kraton ikut dalam pembangunan Gereja Ganjuran. Bangunan gereja dan candi menghadap ke selatan karena menghadap ke arah laut selatan, yang dimitoskan sebagai Kraton Nyi Roro Kidul yang merupakan simbol ibu. Ibu sebagai lambang kasih dan warna laut yang biru merupakan warna kasih yang abadi, simbol kasih Allah yang abadi.

7. Bagaimana dengan Berkat Tirta Perwitasari? Apakah juga memiliki makna simbolis?

Jawab: Mata air Berkat Tirta Perwitasari ini ditemukan secara tidak sengaja ketika pembangunan candi. Ketika digali, keluar air di dekat candi, seperti mata air, sumber kehidupan. Air dibutuhkan semua makhluk hidup, Yesus sendiri adalah sumber kehidupan. Berkat Tirta Perwitasari ini dipopulerkan oleh Romo Utomo, nama Perwitasari berarti inti kehidupan, perlambang berkat Allah sendiri yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup. Dipercayai sebagai berkat, dan secara ilmiah memang kadar mineralnya lebih tinggi dibanding dengan air biasa pada umumnya.

Dokumen terkait