• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Makna Simbolis Dekorasi di Komplek Gereja Ganjuran

5. Makna Simbolis Gapura dan Relief

Gapura atau gerbang masuk ke dalam komplek Gereja Ganjuran memiliki bentuk menyerupai gerbang masuk pada pura, bentuk tersebut sebagai salah satu hasil inkulturasi budaya Hindu-Jawa yang ada di komplek Gereja Ganjuran. Di atas gapura, ditunjukkan oleh gambar 59 terdapat relief burung merpati. Dalam agama Katolik, burung merpati memiliki simbol kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus yang turun ke bumi dalam wujud burung merpati seperti dalam peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan. “Sesudah dibabtis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat roh Allah seperti burung merpati turun diatas-Nya” (Mat 3: 16).

Selain itu burung merpati juga menjadi simbol universal untuk perdamaian karena sifat merpati yang tulus, penuh kasih, tidak menyakiti, dan setia. Di atas relief burung merpati terdapat wajah Yesus, serta sebuah salib yang berada di atas gapura. Setelah memasuki gapura juga terdapat relief Yesus dalam pakaian kebesaran raja Jawa. Wajah Yesus sebagai relief pada gapura dan relief sosok Yesus setelah memasuki gapura pada gambar 60 adalah simbol kerendahan hati Yesus dalam menerima umatnya yang datang, sedangkan salib sendiri merupakan simbol paling terkenal sebagai simbol Kristiani yang menunjuk kepada kematian Yesus Kristus di kayu salib di bukit Golgota.

Gambar 59 dan 60: Relief di atas gapura dan setelah memasuki gapura

Di samping kanan dan kiri gapura juga terdapat empat buah bejana air yang terbuat dari batu alam dengan letak dua buah di samping kanan dan dua buah di samping kiri. Dalam setiap bejana tersebut terdapat relief berbentuk kepala

manusia, rajawali, lembu, dan singa. Relief berbentuk kepala tersebut melambangkan empat penginjil yaitu Santo Matius, Yohanes, Lukas dan Markus. Selain symbol empat penginjil, bejana dengan relief tersebut juga merupakan representasi dari penjaga gerbang, dalam buadaya tradisional jawa dikenal dengaan nama gupala.

Gambar 61: Dekorasi relief kepala manusia, simbol Santo Matius Pada gambar 61, Santo Matius digambarkan sebagai manusia yang bersayap karena perannya sebagai Penginjil (Evangelis) dan Injilnya yang menggambarkan sifat-sifat manusiawi Yesus Kristus. Injil Matius menekankan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini, pertama-tama dengan menyajikan silsilah keluarga-σya, “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat 1:

1) dan inkarnasi serta kelahiran-σya, “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti

berikut…” (Mat 1: 18).

Gambar 62: Dekorasi relief kepala rajawali, simbol Santo Yohanes Pada gambar 62 Santo Yohanes dilambangkan dengan seekor rajawali, sebagai simbol kehebatan isi kitab Injil karangannya, simbol kemampuan dirinya yang menonjol dalam memahami misteri-misteri Allah. Injil Yohanes dimulai

dengan prolog yang memiliki kesan bahasa tinggi.“Pada mulanya adalah

Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh 1: 1-3) dan “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1: 14). Injil St Yohanes, tidak seperti Injil-Injil lainnya,

membawa pembaca untuk memahami ajaran-ajaran paling mendalam dari Tuhan, seperti percakapan panjang antara Yesus dengan Nikodemus (Yohanes 3: 1-21), juga dengan perempuan Samaria (Yohanes 4: 1-42). Selain itu dalam injil Yohanes juga terdapat ajaran-ajaran indah mengenai Roti Hidup (Yohanes 6: 25- 59) dan Gembala Yang Baik (Yohanes 10: 1-21).

Gambar 63: Dekorasi relief kepala lembu, simbol Santo Lukas Pada gambar 63, Santo Lukas dia digambarkan dengan seekor lembu atau domba karena Injil karangannya dimulai dengan cerita mengenai kurban persembahan di Sinagoga atau Bait Suci. Lembu dipergunakan dalam kurban- kurban di Bait Suci. Santo Lukas memulai Injilnya dengan pemaklumkan kelahiran Yohanes Pembaptis kepada ayahnya, yakni seorang imam yang bernama Zakharia, yang sedang mempersembahkan kurban di Bait Suci (Lukas 1). Santo Lukas juga mencatat kisah tentang Anak yang Hilang, di mana anak

lembu tambun disembelih, bukan hanya untuk merayakan pulangnya si anak yang hilang, melainkan juga untuk menggambarkan suka cita yang manusia alami dalam diri Allah Bapa melalui Juru Selamat kita yang penuh belas kasih, yang sebagai Imam mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban demi pengampunan dosa-dosa manusia. Sebab itu, lembu bersayap mengingatkan akan karakter imamat Tuhan dan kurban-Nya demi penebusan dosa.

Gambar 64: Dekorasi relief kepala singa, simbol Santo Markus Pada gambar 64, Santo Markus dilambangkan dengan seekor singa yang bersayap, menunjuk pada Nabi Yesaya kala ia memulai Injilnya, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: `Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-σya.”,

auman singa. Singa juga melambangkan jabatan rajawi, suatu simbol yang tepat bagi Putra Allah.

Selanjutnya relief yang ada di dalam komplek Gereja Ganjuran adalah relief jalan salib yang berjumlah empat belas panel relief terpisah. Empat belas panel relief tersebut secara simbolis menggambarkan empat belas peristiwa masa- masa terakhir atau Penderitaan Yesus untuk menebus dosa manusia di kayu salib. Berikut merupakan empat belas peristiwa yang digambarkan dalam stasi atau perhentian dalam jalan salib: (1) Yesus di hukum mati, (2) Yesus memanggul salib, (3) Yesus jatuh untuk pertama kalinya, (4) Yesus berjumpa dengan ibu-Nya, (5) Yesus ditolong oleh simon dari Kirine, (6) Wajah Yesus diusap oleh Veronika, (7) Yesus jatuh untuk kedua kalinya, (8) Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya, (9) Yesus jatuh untuk ketiga kalinya, (10) Pakaian Yesus ditanggalkan, (11) Yesus disalibkan, (12) Yesus wafat di kayu salib, (13) Yesus diturunkan dari salib, (14) Yesus dimakamkan.

Gambar 65 dan 66: Salah satu panel jalan salib di halaman candi

Tradisi devosi jalan salib ini dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik Roma pada abad pertengahan. Devosi ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi paling umum dilakukan pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam selama masa Pra-Paskah.

Dokumen terkait