• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan bahwa penelitian ini bisa dilanjutkan kembali dengan menggunakan sudut pandang dan metode lain untuk memperkaya data riset dan skripsi khususnya di bidang ilmu jurnalistik.

1. Saran Akademis

Hendaknya media massa mulai dari majalah, koran, maupun online agar mempunyai sikap independen dan objektif dalam mengonstruksi sebuah peristiwa dan fakta ke dalam sebuah berita seperti yang Mediaindonesia.com lakukan.

2. Saran Praktis

Kepada pembaca ataupun penikmat berita, alangkah lebih untuk tidak hanya menerima informasi dari satu sumber saja. Tetapi mencari lebih banyak lagi informasi dari media dan sumber lain agar terhindar dari hoax.

75

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

AndiPrastowo, MemahamiMetode-metodePenelitian (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2011) cet ke-1

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2011).

Douglas Kellner, Media culture: Cultural Studies, Identity and Politics between the Modern and the Post Modern (USA and UK: Westview Press), 1996,

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKis, 2012).

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, danPolitik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2002).

Frank D. Durham, News Frames as Social Narrative”. Hasil wawancara penulis dengan Mediaindonesia.com

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 118

Junaidi. Ahmad, Porno: feminism, seksualitas, dan pornografi di media massa.Grasindo. Jakarta 2012

M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik

76

Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008).

MacDougall, Interpretative Reporting, (New York:Macmillan, 1968), hlm. 12 Mcquail, Denis, Teori Komunikasi Massa, h.44

Mohammad Zamroni, Filsafat Komunikasi Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2009).

Puji Santoso. Konstruksi Sosial Media Massa. (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara: Jurnal Al-Balagh, Vol 1, No. 1, 2016).

Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997).

Alexa.com, https://www.alexa.com/siteinfo/mediaindonesia.com#section_traffic, diakses pada 1 Mei 2020, pukul 01.00 WIB.

Cnnindonesia.com, ―Ada Corona, Bappenas Lelang Master Plan Ibu Kota Baru Rp 85 M‖, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200504094457- 532-499713/ada-corona-bappenas-lelang-master-plan-ibu-kota-baru-rp85-m, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 16.30 WIB.

Detik.com, “DPD Minta Pemerintah Tunda Ibu Kota Baru, Dananya Untuk Atasi Corona”, https://news.detik.com/berita/d-4963630/dpd-minta-pemerintah-tunda-ibu-kota-baru-dananya-untuk-atasi-corona, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 16.00 WIB.

Kompasiana, Apakah MediaIndonesia.com Bisa Disebut Media Baru?, artikel

https://www.kompasiana.com/abesantus/5b817e11bde5754846387587/ mediaindonesia-com-media-baru-kah

Media Indonesia, Tentang Kami, artikel diakses pada 16 Mei 2020 dari http://www.mediaindonesia.com/about-us

Media Indonesia, Tentang Kami, artikel diakses pada 16 Mei 2020 dari http://www.mediaindonesia.com/about-us

Mediaindonesia.com, ―Alihkan Anggaran Pemindahan IKN untuk Penanganan Covid-19, https://mediaindonesia.com/read/detail/301628-alihkan-anggaran-pemindahan-ikn-untuk-penanganan-covid-19, diakses pada 1 Mei 2020, pukul 01.00 WIB.

Tempo.co, “Sri Mulyani: Anggaran Infrastruktur Dasar Ibu Kota Baru Dialihkan”, https://bisnis.tempo.co/read/1334952/sri-mulyani-anggaran-infrastruktur-dasar-ibu-kota-baru-dialihkan/full&view=ok, diakses pada 8 Mei 2020, Pukul 16.15 WIB.

78 LAMPIRAN Transkrip Wawancara

Narasumber : Henri Siagian

Jabatan : Asisten Kepala Divisi Mediaindonesia.com Waktu : Sabtu, 25 Juli 2020 pukul 15.59-16.29 Tempat : Zoom

Apakah media indonesia setuju dengan pembangunan IKN pada masa pandemi covid-19?

Kalau secara institusi sih kita belum ada pernyataan setuju atau tidak masalah pemindahan ibu kota pada saat pandemi ini.

Ada 3 berita yang narasumbernya sama. Kenapa tidak disatukan saja beritanya?

Kalau dilihat dibagian bawahnya, kodenya OL1, untuk yang dana Ibu Kota kodenya itu HLDT5, mediaindonesia.com kan basisnya adalah mediaindonesia cetak, jadi kita ini kan pengembangan bukan yang terlepas dari mediaindonesia juga, sehingga praktis semua berita yang muncul di harian media indonesia itu kita upload juga. Nah kalau dilihat tanggalnya, maka yang kodenya OL1 yg Komisi II DPR itukan berarti Guspardi. Nah bahan yang sama juga muncul di harian, jadi kita hanya upload ulang dari edisi koran. kita tidak mengubah lagi. Jadi isinya bagian yang Guspardi kurang lebih sama, cuma ada tambahan Juru Bicara Luhut. Jadi ya bisa dibilang beginilah risiko ketika kita mengupload berita

orang. Jadi, tidak terlalu ada framing khusus. karena tadi saya cek ke editorial, jadi kalau sikap institusi kan ada di editorial atau misalnya di kompas ada tajuk, kalau di mediaindonesia kan editorial, pas saya cek itu masih editorial sebelum pandemi. Jadi terkait untuk dana IKN untuk Covid segala macem kita blm ada sikap secara resmi. jadi belum ada framing khusus, belum ada agenda setting media terhadap isu ini.

Apa yang menjadi pertimbangan media indonesia dalam memilih narasumber?

Konten mediaindonesia.com itu sumbernya ada beberapa, ada yang dari internal ada yang dari eksternal. Eksternal itu misalnya dari antara, mendapat keterangan pers. Kalau dari internal kita ada reporter sekitar 30an, lalu ada koresponden di daerah-daerah sekitar 70an. Media indonesia kan bagian dari Media Group Neew, jadi disitu ada bucket berita dari reporter, koresponden,kontributor, itu dari MI, metro tv, medcom. Jadi itu sumber berita kita yg mayoritas. kita juga masih ada lampung post, hanya saja dia belum masuk buket berita.

Ketika rapat redaksi, siapa saja yg dilibatkan? siapa yg berhak menentukan isunya?

Untuk online itu memang kita praktis, ada tim saya yang terdiri dari 12 editor, foto, grafis. Kita pada prinsipnya, apapun yang ada di buket list kita ambil dulu, hanya saja kita punya prioritas. Kita lihat dari analiti kita yang lagi ramai, misalnya ada 2 konten yang masuk bersamaan, nah kita prioritaskan yang ramai untuk mengejar hits juga. Kalau rapat sih untuk sekarang agak susah, jadi lebih

80

ke personal misalnya saya minta diduluankan berita-berita terkait aids atau apa, atau kita juga kan ada grup dengan direktur pemberitaan kita, ada deputi direktur juga ya mereka bisa juga meminta pemuatan konten-konten tertentu.

Adakah wawancara narasumber yang tidak dimasukan kedalam berita?

Ada mbak. Ketika saya reporter, kalau pendekatan lapangan dengan cara mengobrol. Ngobrol 5 menit bisa menjadi 2-3 berita. Ketika suasana ngobrol enak, pertemuan bisa berlangsung sekitar 1 setengah jam. Saya pernah mengobrol dengan pak presiden, sekali pertemuan sekitar 45 menit-1 jam, nah tidak mungkin termuat semua karena 5 menit saja bisa menjadi 2 headline. Saya pernah iseng-iseng hitung. Jadi, apakah ada yg tidak termuat ya kita lihat dari unsur beritanya saja.

Apakah ada kriteria khusus dalam penentuan foto/ilustrasi dalam berita?

Foto yang ditayangkan itu misalnya si A ngomong apa ya fotonya si A itu. Misalnya presiden mengumumkan hasil swab tesnya negatif, ya gampangnya pake foto presiden tidak akan salah. Jika misalnya berita tentang IKN baru dengan narasumber camat di lokasi sana misalnya, fotonya tidak mungkin ada. Maka kita mendekatkan dengan isunya. Jadi foto suasana di Penajam Paser atau foto Kalimantan Timur. dan kalau kita lihat sih lebih indera sebenarnya kita main foto suasana. Tapi kadang juga gak pas, atau terkadang ada masalah etik makanya kita pakai foto ilustrasi. misalnya editor metro tv, kita tidak mungkin menayangkan foto jenazahnya kan, itu tidak etis. Makanya kita pakai foto police line sebagai

tanda bahwa ini ada tindak pidana. Kadang ada kasus narsum yang tidak ada fotonya, sehingga kita pakai suasana.

Untuk memberi judul, mediaindonesia ada kriterianya gak?

Ketika rapat, tim saya lamanya di cetak. basisnya dari cetak. Ketika beralih ke online, terkadang masih terbawa gaya-gaya cetak. Ringkasnya kadang terlalu ringkas, online ini kan kadang harus ada subjeknya, ada unsur eye catchingnya lebih kuat jadi misalnya apa yg menarik itu dalam judul itu editor metro tv atau yodi prabowo. Itu udah jd masalah sendiri. Sedangkan di cetak hanya disebutnya korban diduga misalnya bunuh diri. Kalau kita, masih trial-trial gitu. Misalnya lebih menarik ini, kadang-kadang kita ganti ini. Oh ternyata lebih tinggi ketika menyebutkan nama Yodi Prabowo. Dengan teknis beberapa kasus, pembaca kita lebih suka ada penyebutan nama, jadi beritanya lebih naik. Kriteria khususnya sih yg penting tidak menyalahi akidah. Kaidah-kaidah jurnalistik di cetak masih kita pegang, tidak gegabah.

Apa ada formula khusus dalam penulisan di medindonesia.com?

Masih terbawa dicetak sih. jadi prinsipnya adalah piramida terbalik. Walaupun sebenarnya di online sudah tidak terlalu berlaku. Piramida terbalik itukan yang runcing dibawah, itu maksudnya adalah yang tebal itu diatas. Jadi makin kebawah makin gak penting. Kalau dicetak, filosofinya kaya gitu. kalau dicetak kan space is money kan, sehingga ketika kita mengedit 5000 karakter sedangkan yang dibutuhkan 3000 karakter, maka yang terjadi adalah prinsip piramida terbalik, yang dibuang dibawah. Kalau di online, kadang judul ngambil dari bagian bawah,

82

bebas sih. Cuma memang lebih mengutamakan time is money. Misalnya kita dapat fakta hari ini, kita harus tayangkan hari ini bukan besok. Kecuali memang kita menentukan isu exclusive terus kita harus menginvestigasi, kan kalo menginvestigasi harus lebih dalam harus cek-ricek. Jadi selama itu belum terpenuhi ya kita tunda. Tapi kalau berita faktual, kita jangan menunda. Jadi ya secepat mungkin walaupun kita masih dibawah detik.com itu harus kita akui. Jd lebih bebas dari cetak tetapi kadang masih terbawa fotmat penulisan. Jadi kita mengangkat yang paling penting. Tujuannya kan membantu pembaca. misalnya swab Presiden itu negatif, jangan kita membuat bagian itu dipaling bawah. Soal negatifnya itu kita buat paling atas, bawahnya yang urusan penting gak pentingnya

Apakah semua media harus independen?

Harus. Tetapi kebebasan di news room itu hasil diskusi juga. Media itu adalah perpaduan dari 9 kepentingan besar, itu ada pemilik modal, ada pemerintah, ada NJO, pemasang iklan ada 9 kelompok besarlah. Mereka berkepentingan semua. lalu indepemdenso media seperti apa yaa news doom kita yg menentukan. Jadi, apakah sikap kita menguntungkan salah satu pihak? itu pasti. Sikap media pasti menguntungkan salah satu pihak itu. Indenpendensi bukan seperti layang-layang lepas, tetapi kemampuan kita untuk emngambil keputusan sendiri. Yang mana yang mau kita jalanin dan pasti menguntungkan salah satu pihak. misalnya ada salah satu majakah investigasi di Indonesia pernah memuat soal resto yang memakai barang-barang kadaluarsa, tentu pemilik usaha itu terganggu. Sepanjang majalah tersebut melaksanakan sesuai dengan kaidah jurnalistik, mereka sudah

memuat hak jawab dari si pengusaha sah-sah saja. itulah indenpendensi media seperti itu. tidak ada indenpendensi media yg bebas nilai. Kan sama seperti apakah media itu objektif? tidak ada objektifitas.

Apakah bapak setuju tentang pemindahan IKN baru pada masa pandemi?

Kalo menurut saya pribadi, pembangunan Ibu Kota kan suatu hal yang sudah diputuskan, jadi ya harus berjalanlah prinsipnya. Hanya saja yang menjadi masalah adalah temponya. Seingat saya, keputusan itu tidak memberikan tenggat. Kecuali misalnya keputusan itu dinyatakan harus 2021 atau 2020 sudah harus selesai kan seingat saya tidak ada. Jadi, saat ini prioritas kita semua adalah terkait Covid, Penanganan pihak masyarakatnya. masih banyak masyarakat yang menganggur juga. Industri media juga tetap dukung. Anggaran khusus sebaiknya digunakan untuk yang didepan mata dulu lah, toh juga IKN baru kemungkinan besar akan tetap berjalan hanya agak tersendat dulu.

Foto Wawancara

Berikut merupakan foto saya bersama Pak Henri Siagian selaku Asisten Kepala Divisi Mediaindonesia.com :

Dokumen terkait