• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Setelah mengamati peran serta hambatan dari KPAI dalam menangani kasus kekerasan seksual, ada beberapa catatan penting untuk dipertimbangkan oleh KPAI dan para stakeholder, menurut penulis yaitu:

1. Seperti yang kita tahu, kasus kekerasan seksual meningkat tajam tiap tahunnya. Hal demikian seharusnya memberikan pertimbangan bahwa apakah peran KPAI dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak masih relevan dengan tugasnya yang masih pasif—hanya sebatas sosialisasi, pelaporan, pemantauan, pertimbangan. Saran penulis perlu dilakukan revisi terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak yang dirasa sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang.

2. Dalam tugasnya, seharusnya KPAI lebih berperan ke wilayah penguatan advokasi terpadu terhadap kasus-kasus kekerasan seksual. Karena hal demikian memberikan dampak sangat strategis terhadap keberlanjutan

kasus-kasus kekerasan seksual terhdap anak. Seperti pengikutsertaan masyarakat, aparat penegak hukum, lembaga sosial dan lain-lain.

90

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Al-Qur’an al-Karim

Al-Suyuthiy, Al-Hafiz Jalaluddin. Sunan Nasaiy bi Syarh Jalaluddi

al-Suyuthi. Jilid IV. Juz VII. Beirut: Daar al-Jiil. t.th.

Database Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak hasil Pemantauan Komisi Perlidungan Anak Indonesia Bidang Data Dan Informasi dan Pengaduan Januari-November 2013.

Djamil, M. Nasir. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Gosita, Arief. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta Akademi: Presindo. 1989. Gultorn, Maidin. Perlindungan Hukum terhadap Anak. Bandung : PT. Refika

Aditama. 2008.

Hall, Liz & Siobhan Lioyd. Surviving Child Sexual Abuse. New York: Philadelphia. London: The Falmers Press. 2007.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 1992

Kementrian Pemberdayan Perempuan Republik Indonesia. 2004.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Lembaga Negara Independen untuk

Perlindungan anak. Jakarta: KPAI. 2006.

KOntras. Menolak Kekerasan Merawat Kebebasan. Jakarta: Kontras. 2010 LBH Jakarta. Memudarnya Batas Kejahatan dan Penegak Hukum: situasi

pelanggaran hak anak dalam peradilan pidana. LBH Jakarta: Jakarta.

2012

LBH Jakarta. Mengawal Perlindungan Anak berhadapan dengan Hukum. Jakarta: LBH Jakarta. 2012

Luhulima, Achie Sudiarti. Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekereasan

terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta: Pusat Kajian

Wanita dan Gender UI. 2000.

Mulia, Siti Musdah, dkk. Meretas Jalan Kehidupan Awal Manusia; modul pelatihan untuk pelatih hak-hak reproduksi dalam perspektif pluralism. Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender. 2003.

Mulyanto. Model Pengembangan Anak Dalam Perlindungan Khusus; Laporan Penelitian Pada Konfeksi Nasional Kesejakteraan Sosial Ketiga. Bukittinggi: DNIKS. T.th

Newsletter Pulih. Kekerasan Seksual pada Anak. Vol. 15 Juni 2010. hal. 1 Poerwandari, E. Kristi. Mengungkap Selubung Kekerasan: Telaah Filsafat

Manusia,. Bandung: Eja Insani. 2004.

Prabowo, Budy. Anak-anak Korban Tsunami:Mereka Perlu perlindungan

Khusus. Media Perempuan Edisii No.6. Jakarta: Biro Umum dan Humas

Purnianti. Informasi Masalah Kekerasan Dalam Keluarga. Jakarta: Mitra Perempuan. 1999

Pusoitasari. Ratih, Pemasaran Sosial Peningkatan Pendidikan Seksual Oleh

Orang Tua. Depok:FISIF UI. 2009.

Salmi. Jamil. Violence and Democratic Society. Yogyakarta: Pilar Media. 2005 Santoso. Tomas. Kekerasan Agama Tanpa Agama. Jakarta: PT Pustaka Utan

Kayu. 2002

Sarlito, Wirawan. Psikologi Remaj. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007. Siregar, Bismar dalam Irma Setyowati. Aspek Hukkum Perlindungan Anak.

Jakarta: Bumi Aksara. 1990.

Sukanto. Jurnal Psikologi UI, (Jakarta: UI Press, 1980), hal. 34

Sunggono, Bambang. Metode Penelitihan Hukum. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1997

Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2003.

92

Tim Penyusunan Pusat Pembimbing dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1991

Tower, Cynthia Crosson . Child Abuse and Neglect. Washington: National Education Association. T.th

Undang-Undang Perlindungan Anak. UU RI No.23 Tahun 2002. Jakarta :Sinar Grafika 2009. cet ke-4

UUD 1945. Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI. 2011

Wadong, Maulana Hassan. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia. 2000

Wahid, Abdul dan Muhammad Irfan. Perlindungan Terhadap Korban

Kekerasan seksual: Advokasi atas Hak Asasi Perempuan. Bandung:

RefikaAditama. 2001

Windu, I. Marshana. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius. 1992.

YLBHI. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: YLBHI dan PSHK. 2007

Peraturan Perundang-undangan:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia; 3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak 4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak 5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlidungan Saksi dan Korban

8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 9) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1998 tentang Usaha Kesejahteraan

Sosial bagi anak yang mempunyai masalah

10) Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 Tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia

11) Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tenang Konvensi Hak Anak.

Hasil Penelusuran Internet:

________,Kekerasan Seksual Pada Anak di Jateng Makin Tak Terbendung,

lebih lengkap lihat:

http://komnaspa.wordpress.com/2013/09/10/kekerasan-seksual-pada-anak-di-jateng-makin-tidak-terbendung/. Diakses pada tanggal 27 Desember 2013 Pukul 19.03 WIB

________,Indonesia Harus Perangi Kejahatan Seksual Terhadap Anak” lebih

lengkap baca: http://www.investor.co.id/family/indonesia-harus-perangi-kejahatan-seksual-terhadap-anak/72742. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.30 WIB

_______, Peran KPAI. Lebih lengkap baca:

http://essays24.com/print/Peran-Kpai/47669.html. Diambil pada tanggal 24 Desember 2013 Pukul 06.30 WIB

________,“Cabuli Bayi A Lebih dari Sekali”

http://news.liputan6.com/read/738357/paman-cabuli-bayi-a-lebih-dari-sekali. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.30 WIB

________, “31% Kekerasan Seksual terhadap Anak Dimulai dari Internet” http://www.investor.co.id/family/31-kekerasan-seksual-terhadap-anak-dimulai-dari-internet/72084. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.35 WIB

________, “Indonesia Harus Perangi Kejahatan Seksual Terhadap Anak” lebih lengkap baca: http://www.investor.co.id/family/indonesia-harus-perangi-kejahatan-seksual-terhadap-anak/72742. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.30 WIB

94

Pusat Data dan Informasi EksploitasiSeksual Komersial Anak (Pusdatin Eska)”,http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_con tent&view=article&id=524:pusat-layanan-dan-informasi-eksploitasi-

seksual-komersial-anak-pusdatin-eska&catid=68:lsm-nasional&Itemid=97. Diakses pada tanggal 6 Desember 2013, 19. 07 WIB

________,Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pelecehan_Seksual_Terhadap_Anak. Diakses pada tanggal 6 Desember 2013, 19. 15 WIB

________, “Kekerasan Seksual pada Anak Indonesia”

http://sendawakurasapisang.blogspot.com/2012/05/kekerasan-seksual-pada-anak-indonesia.html. Diakses pada tanggal 6 Desember 2013, 19. 20 WIB

Hukum Online “Kasus Kekerasan Seksual Anak Makin Memprihatinkan”

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt514c58f9ea788/kasus-kekerasan-seksual-anak-makin-memprihatinkan. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.38 WIB

________,Keluarga Korban Kekerasan Seksual Keluhkan KPAI”.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek- nasional/13/11/11/mw3lha-keluarga-korban-pelecehan-seksual-oknum-santri-pesantren-keluhkan-kpai. Diakses pada tanggal 26 November 2013 Pukul 19.32 WIB

________, “1.032 Kasus Kekerasan Anak Terjadi Di Semester I Tahun 2013” diakses pada: http://indonesia.ucanews.com/2013/09/05/1-032-kasus-kekerasan-anak-terjadi-di-semester-i-tahun-2013/. 14 September 2013 Pukul 17. 30 WIB

Santoso, Ras Eko Budi, Pengertian Anak, di akses pada tanggal 11-07-2013 dari http://ras-eko.blogspot.com/2012/12/pengertian-anak.html

________,KPAI Desak DPR Revisi Undang-Undang Perlidungan Anak”, http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/01/29/3/126901/KP AI-Desak-DPR-Revisi-UU-Perlindungan-Anak. Tanggal 24 Desember 2013 Pukul 14.05 WIB

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

“PERAN KPAI DALAM MENGATASI KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK”

Interviewer : Hilman Reza (108048000021)

Narasumber KPAI : Dinil Abrer Sultani, S.Pd.I (Pokja Kajian Dan Telaah KPAI) Tempat : Kantor Pusat KPAI, Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng-

Jakarta

Tanggal : 16 Desember 2013 Waktu : 10.30 – 11.15 WIB

P : Disini fakta yang pertama seperti yang mas tahu juga, sesuai dengan peraturan perundang di Indonesia setiap komisi pemerintah diberikan wewenang sesuai dengan kwenangan masing-masing dan salah satunya adalah KPAI itu sendiri, dalam kaitannya dengan permasalahan kasus kekerasan seksual terhadap anak, apakah KPAI mempunyai wewenang dalam mengatasi hal ini?

N : KPAI punya wewenang dalam mengatasi hal kekerasan seksual terhadap anak, namun dengan artian kita harus tahu dulu tugas-fungsi KPAI itu sendiri bukan menyelesaikan masalah tapi kan memberikan pengawasan, sebagai lembaga pengawasankalau ada terjadi kekerasan bagaimana melakukan pendampingan melakukan pengawalan supaya nanti memberikan ketika ada terjadinya korban kekerasan seksual dicarikan stake holder (pihak yang berwenang), dicarikan jalan keluar bagaimana si anak ini bisa tertangani di area-area rehabilitasi, seperti itu salah satunya. Jadi bentuk mengatasi kekerasan seksual ini dengan memberikan pendampingan dan memberikan solusi.

P: Tapi solusi itu belum begitu jelas pak? Bagaimana bentuk konkritnya?

N: Misalkan terjadi kekerasan seksual pada anak, baik si anak sebagai korban atau anak pelaku, nah tugas KPAI di sini adalah ketika itu sebagai korban si anak ini maka dicarikan solusinya dengan si anak ini ditempatkan di tempat

Format Simbol Wawancara: P: Penulis

rehabilitasi, ada juga yang bisa dikembalikan kepada orang tua agar dibina, nah pelaku juga seperti itu, kalau dia masih dalam kategori anak maka dia tidak boleh dipenjara jika dia dibawah umur 18 tahun ke bawah dikembalikan pada orang tua untuk dilakuakan pembinaan-pembinaan begitu, solusinya itu mencarikan jalan keluar tempat dia dibina kembali.

P :Kekerasan seksual itu menurut KPAI apa sih?

N :Sebuah perbuatan yang sangat merendahkan, sangat melecehkan terhadap korban, memtutuskan masa depan, menghilangkan mimpi yang lebih baik bagi anak-anak, karena akibat kekerasan seksual ini menjadikan trauma yang berkepanjangan, khusus kepada korban ketika terjadi kekerasan seklsual, makanya menurut KPAI ya itu tadi dapat memutuskan masa depan anak begitu.

P :Terus dari tahun ke tahun sampai sekarang ini data kasus kekerasan seksual terhadap anak bagaimana?

N : banyak sebenarnya, kalau pertahun itu kan kita ada data khusus, khusus yang tahun 2013 ini yang sudah kita input dari januari sampai November 2013 ada banyak ini, kita bagi klusternya ada jenis pengaduan, ada yang dari langsung, surat, telfon dan pemantauan online, cetak dan elektronik. Masing-masing itu ada kekerasan seksual, nah saya bacakan saja ini, yang untuk jenis pengaduan yang langsung datang, ada yang langsung datang kemari ada yang melaui surat dan ada juga yang melaui telfon, nah untuk yang datang langsung kemari tahun 2013 ini terhitung januari sampai November ada 32 kasus, yang melaui surat itu ada 8 kasus, yang melalui telfon ada 4 kasus, nah untuk pemantauan media online itu ada 62 kasus, yang dari media (massa) cetak ada 43 kasus, dan melalui media elektronik itu ada 25 kasus. Dan setiap tahun kasus kekerasan seksual itu meningkat.

P: Terus ketika melihat hal itu bagaimana tanggapan serta penyelsainnya, apakah penyelesainnya sampai tuntas atau berhenti ditengah jalan pak?

N :Nah seperti yang saya kembalikan tadi, kebanyakan orang menganggap KPAI ini kan menyelesakan masalah ketika terjadi kekerasan seksual, pemahaman penyelesaian kasus dalam KPAI terjadi salah kapra, seolah-olah ketika sudah dikirimkan pengaduan kepada KPAI seolah-olah ini bisa selesai gitu, perlu kita kembalikan lagi bahwa sebenarnya fungsi-tugas KPAI itu

sendiri memberikan pengawasan tidak terjadi hal-hal seperti tu melakukan pendampingan semacam pendekatan dan itu ada yang bisa selesai dan ada yang berhenti ditengah jalan dan berhenti ditengah jalan bukan ditinggalkan atau mandeg.mentok ada yang selesai sependanpingan tentu yang dicarikan solusi tadi mas, si pelaku atau sikorbannya yang ditempatkan ditehablitasi dikementrian sosial di dinas sosial banyak caranya, jadi kembali apakah bisa selesai tergantung kasus dan tergantung penanganannya, Dan tergantung situasi kasus itu sendiri.

P :Dari tahun 2013 penyelesaiannya kira-kira berapa persen,kasus itu bisa diselesaikan?

N : nah kalau itu bisa selesai itu ada dibidang apa saya tidak pegang, karna yang pegang itu kan yang pengaduan dan pengaduan putusnya masalah kan dipengaduan seperti lewat telpon, media cetak,dan langsung dateng kemari itu mereka langsung bersentuhan dengan KPAI sedangkan yang media cetak onlinekan kita kan cuma menginput data nah, kalau untuk jelasnya udah berapa yang selesai gituh yah nah, dari KPAI ini yang menyelesaikan yang khusus kekerasan seksusal ini mungkin di sekitar kroscek nanti di pengaduan apakah ada gituh gitoh loh mas.

P :Yang kasus rata-rata ituh korban atau kasusnya rata-rata di umur berapa yah mas? N : Yah,pelajar mas pokoknya jadi kekerasan seksusal terjadi ketika anak-anak di bawah umur 18 tahun yah berati terhitung dari kemarin itu yang bayi umur Sembilan bulan di perkosa pamannya sehingga meninggal terhitung dari umur Sembilan bulan sudah sampai di bawah umur 18 tahunpun terjadi. P :Itukasusnya pamannya selesainya gimana mas gituh mas?

N: Maksudnya bagaimana? P :Pas itu pernah lapor ke sini juga?

N :Engga,jadi KPAI itu melihat langsung ya kejadian sebenarnya seperti apa yang terjadi ituh rupanya anus sama lubang kemaluannya sangat mengerikan. P :Sebenarnya apa sih faktor penyebab terjadinya kasus-kasus kekerasan seksual begitu banyak?

N :Banyak mas, banyak aspeknya, mulai dari, terkadang dari nontonan, karena pelaku itu khususnya, kita bahas tentang pelaku terlebih dahulu, karena ketika ada kasus kekerasan seksual ada pelaku dan ada korban, kadang-kadang yang pelakunya itu seperti pelajar banyak menonton yang berbau-bau porno, kan sekarang gampang dicari situs-situs porno gitu kan, sekarang anak-anak sudah punya gadget itu yang untuk pelajar atau anak-anak-anak-anak

P :apa itu rasa keingintahuan mereka (anak-anak)?

N: bisa jadi, terus yang orang tua yang tidak puas dengan istrinya atau dia menjanda atau dia menduda ingin ada kepuasan yang baru, atau terkadang kan korban terlalu membuka aurat, dan itu faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya itu (kekerasan seksual), seperti yang saya input kasus ada beberapa kasus yang saya terima gitu, saya input seperti tidur bersama karena rumahnya kecil jadi ibu, ayah dan sebelahnya anak gadis ketika ibu bangun jam 4 pagi siap-siap memasak si ayah tiba-tiba memeluk si anak, terjadilah kasus perkosaan, kan kadang-kadang gak masuk akal, tapi contoh seperti banyak terjadi.

N : untuk menanggapi kasus tersebut bagaimana Peran KPAI dalam kasus tersebut? P : iya, tentu peran KPAImelakukan dorongan kepada pemerintah khususnya untuk mau melakukan kebijakan secara benar, terus kepada pihak berwajib melakukan pananganan, terus kepada orang tua atau masyarakat untuk betul-betul memberikan dorongan, masukan, sosialisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa anak itu harus dijaga, nah ketika terjadi kasus peran yang dilakuakan ya itu mas coba melakukan identifikasi gitu kan, apa yang terjadi sebenarnya ini dan dicari siapa yang sebenarnya yang melakukan tindakan seperti itu dan diberikan semacam pelajaran, saya kira ini bukan tugas KPAI sendiri ya gitu ya, tetapi tugas kita semuanya, keluarga, dan kita pribadi masing-masing masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga mencegah kasus kekerasan seksual itu sendiri.

N : perlidungan dari KPAI sendiri itu terhadap kasus tersebut seperti apa pak?,misalkan terjadi pelaporan, pengaduan dan sejenisnya terus apa yang dilakukan KPAI?

P : ketika ada laporan tentang kasus kekerasan seksual contohnya pengaduan datang langsung, kita langsung menanyakan kasus tersebut kepada pihak

pelapor dan korban, dari hasil laporan itu akan diinventaris serta dimasukan di dalam data dan mempelajarinya, setelah itu dicarikan pemecahan masalahnya, bagaimana kasus ini apakah diselesakan dipengadilan atau diselesaikan secara kekeluargaan atau bagaimana, biasanya kan kebanyakan diselesaikan di pengadilan tapi pengadilan yang tertutup karena mereka (baik korban atau pelak) masih anak-anak, berbeda sama yang udah dewasa, kan terdapat hak-hak mereka (anak-anak) dalam pengadilan itu menjaga, caranya adalah melakukan pendampingan tadi mas, kita check siapa ini korbannya gitu kan kalau khusus korban ya, kita lakukan pendampingan kita lihat, ini sebenarnya kasusnya bagaimana gitu kan, terus bagaimana ini supaya bisa diselesaikan, terkadang keluarga atau para pihak marah diadukan ke kepolisian atau pengadilan bagaimana ini bisa diselesaikan, sebenarnya hal-hal seperti itu, namun banyak kendala-kendala juga tentunya.

P: rata-rata apa sih hambatannya itu pak?

N : ya banyak sih mas kendala yang terjadi, terkadang ya gini mas, masing-masing pihak keluarga pelaku kekerasan contohnya tidak terima ketika dalam pengadilan contohnya ya, tentu keluarga korban menuntut kalau bisa dihukum mati karena telah memutuskan masa depan si anak apalagi kejadinya itu bisa hamil pokonya harus dihukum mati, tapi keluarga pelaku gak mau dituntut seperti itu toh juga terkadang kasusyang sering itu, kadang orang tua ini menutup juga menutup kasus ini, misalkan KPAI tahu ada laporan baru tetangga datang kemari, tetangganya terjadi kekerasan seksual terhadap anaknya kemudian ada tetanganya yang mengadu kepada KPAI tolong itu diurus, tetangganya itu. Setelah itu kita (KPAI) coba datangi terus orang tua tersebut (yang terkena kasus kekerasan seksual) menutup kasus tersebut dengan berkata: sudahlah, kita tidak mau diekspos, karena ini aib gitu. Tantangan-tantangan seperti saya kira banyak, seperti kasusnya video seks yang di Sekolah itu yang di Jakarta.

P: Untuk kasus seperti itu bagaimana langkah KPAI?

N: Jadi, pelaku perekaman itu memang datang kemari dan masing-masing pihak mempertahankan (argumentasi), orang tua dari pelaku-pelaku itu tidak ingin anaknya dipenjara seperti itu, sedangkan seolah-olah kalau dalam videonya itu ya terlihat saling senyum saling suka gitu kan, tapi seolah-olah ada diplintirkan yang perempuan yang pelaku itu seolah-olah dia dipaksa gitu, dan yang orang tua laki-laki tersebut langsung memindahkan anaknya ke

luar atau ke pesantren. Nah kasus-kasus seperti itu yang sulit.Orang tua gak mau diperpanjang.

P: Jadi faktor rasa malu orang tua banyak menjadi penghambat untuk terselesaikannya kasus kekerasan seksual?

N: Banyak, ada juga sih, khususnya kalau anaknya pelajar menjadi pelaku kekerasan seksual mereka tidak mau anaknya terkenal, tetapi ada juga tapi tidak sebanyak itu.

P: Hambatan lain selain faktor rasa malu keluarga atau aib, hambatan apa lagi yang menjadi problem dalam menangani kasus kekerasan seksual?

N: Kalau untuk hambatan-hambatan yang lain tentu banyak ya, itu kan ada masing-masing Pokjanya, kebetulan saya termasuk masalah penginput data, untuk yang survey ke lapangan itu ada pokjanya tersendiri. Nah kami sering bercerita memang kendala yang sering dirasakan itu tadi, namun tidak menutup kemungkinan ada kendala-kendala yang lain. Tapi yang paing sering adalah itu, keluarga merasakan dan menggap masalah tersebut adalah aib, tetapi ada juga keluarga yang menganggap ini harus dilakukan penyelesaian karena hal itu telah memutuskan masa depan anak dan harus diperjuangkan, hal demikian ada juga yang berpendapat seperti itu. Ada yang nanti berbelit di hukum dipengadilan, dikepolisian.kita tidak terlalu mengambil kesimpulan terlalu panjang namun yang paling sering menjadi hambatan dan spesifik itu tadi mas.

P: Tapi rata-rata berhenti dijalan karena hambatan itu?

N: Bisa juga berhenti dijalan tapi ya akhirnya ya udah berlalu saja.

P: Untuk urgensitas KPAI itu sendiri dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak itu bagaimana?

N: tentu kalau ditanya urgensitas KPAI tentu penting lah, karena kan KPAI itu sendiri bertugas untuk menyelenggarakan perlidungan anak ketika terjadi kekerasan terhadap anak tentu itu bagian dari tanggung jawab dari KPAI untuk menyelesaikannya, namun perlu digaris bawahi tidak seperti pandangan masyarakat ketika ada kasus yang disampaikan kepada KPAI seolah-olah itu bisa selesai langsung gituh, gak seperti itu karena banyak hal-hal yang dipertimbangkan dan dilakukan KPAI, sehingga salah satu bentuk, bentuk

merasakan kepentingan bahwa kekerasan seksual itu layak dan penting untuk diperhatikan ya dengan melakukan pendampingan, melakukan pencarian solusi, sebenarnya ini mau diapakan si anak, apakah anak ini dikembalikan kepada orang tua atau diselesaikan secara kekeluargaaan atau ditempatkan di tempat rehabilitasi, panti-panti, atau di tempat sosial seperti di dinas sosial. P: Seperti contoh kasus kekerasan seksual di pebayuran, pelapor tidak puas terhadap KPAI? Apa tanggapan KPAI?

N: Sebenarnya mas, ini terkadang media sosial salah dan ingin tampil nama, mungkin mas baca yang di media online, saya ini coba input data yang di Republika ROL ONLINE memang bahasanya adalah KPAI yang salah tiidak melakukan penyelesaian secara tuntas, tapi saya lihat di detik.com itu bukan KPAI tapi itu adalah dengan nomor surat yang sama itu melaporkan ke LSM PASTI INDONESIA itu menurut wartawan detik.com, sedangkan menurut Republika ROL Online itu adalah Komsi Perlidungan Anak. Banyak Sebenarnya nama-nama lembaga-lembaga ini mas di masing-masing daerah ada yang namanya Komsi Perlindungan Anak, Lembaga Perlidungan Anak (LPA), ada yang lain yang bahasanya-bahasanya untuk perlidungan anak namun ini bahasanya, saya juga terkejut tadi bacanya “korban pelecehan seksual oknum santri pesantren keluhkan KPAI”. Kalau saya menjawabnya

Dokumen terkait