• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KOMISI PERLIDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI)

D. Visi dan Misi KPAI

Berdasarkan tugas yang diemban komisi perlindungan anak Inonesia (KPAI) serta tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan kondisi ideal anak

19

Undang-Undang Perlindungan Anak, UU RI No.23 Tahun 2002, (Jakarta :Sinar Grafika, 2009), cet ke 4,hal.27

20

Undang-Undang Perlindungan Anak, UU RI No.23 Tahun 2002, (Jakarta :Sinar Grafika, 2009), cet ke 4,hal.27

34

Indonesia, maka visi komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) ditetapkan: “efektifitas penyelenggaraan anak di Indonesia untuk mewujudkan Anak Indonesia yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, ceria dan terlindungi”.

Disamping itu terdapat juga visi Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang lain yaitu “terjamin” terpenuh dan terlindunginya hak-hak anak Indonesia.Visi tersebut meliput 2 aspek yaitu:

a. Komisi Perlindungan Aak Indonesia (KPAI) mengutamakan promosi dan upaya pencegahan terhadap pelanggaran hak-hak anak tanpa meninggalkan upaya represif dan kuratif.

b. Komisi Perlindungan Anak Indonesia berupaya mengayomi, melindungi, memenuhi hak-hak anak termasuk upaya rehabilitasi dan reintegrasi anak dengan keluarga dan lingkungan, untuk dapat mewujudkan visi tersebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus mampu menjadi lembaga negara yang independen, terpercaya dan melindungihak-hak anak baik di dalam maupundi luar lingkungan rumah tangga.

Adapun guna dapat mewujudkan visi diatas Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki sejumlah misi yang akan dilakukan setidak-tidaknya untuk 5-6 tahun antara lain sebagai berikut:21

21

Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Lembaga Negara Independen untuk

a) Menyadarkan semua pihak terutama orangtua, keluarga, masyarakat dan negara akan pentingnya perlindungan hak-hak anak.

b) Menyadarkan anak-anak sendiri akan hak-haknya.

c) Menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitasi pelayanan terhadap kasus-kasus pelanggaran hak-hak anak.

d) Melakukan penkajian, penelahaan dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah dan pelaksanaan program penyelenggaraan perlindungan anak ditingkat pusat dan daerah. e) Membangun kerjasama dan kemitraandengan berbagai pihak dalam

rangka perlindungan hak-hak anak.

f) Mengumpulkan data informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan perlindungan anak.

g) Melakukan pengawasan terhadap penyelenggara perlindungan anak yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

h) Memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada berbagai pihak terutama pemerintah (presiden) dalam meningkatkan perlindungan hak-hak anak.

i) Melakukan kerjasama dengan beragai lembaga donor tingkat nasional dan internal dalam pelaksanaan perlindungan anak.

36

E. Peraturan Tentang Perlindungan Anak

Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum. Oleh sebab itu perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak. Ada beberapa alasan mengapa anak perlu dilindungi dalam kasus hukum,, menurut Pater Newel dalam bukunya Taking Children

Seriously: A proposal for Children„s Rights Commisionermenyebutkan antara

lain:

a) Biaya untuk melakukan pemulihan akibat dari kegagalan dalam memberikan perlindungan anak sangat tinggi. Jauh lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan jika anak-anak memperoleh perlindungan.

b) Anak sangat berpengaruh langsung dan berjangka panjang atas tindakan atau perbuatan (action) atau ketiadaan tindakan/perbuatan (unaction) dari pemerintah atau kelompok lainnya.

c) Anak selalu mengalami kesenjangan dalam pemberian pelayaran publik. d) Anak tidak mempunyai hak suara, dan tidak mempunyai kekuatan lobby

untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah .

e) Anak pada banyak situasi tidak dapat mengakses perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

f) Anak lebih beresiko dalam eksploitasi dan penyalagunaan.22

22

LBH Jakarta, Mengawal Perlidungan Anak Berhadapan dengan Hukum, (LBH Jakarta: Jakarta, 2012), hal. 17

Untuk itu sangat urgen, manakala perlidungan hak anak dalam hukum diatur sedemikian rupa.Baik yang skalanya nasional maupun internasional.Dalam skala nasional peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait masalah anak telah diatur sejak lama, bahkan dirasa cukup komprehensifmeskipun terdapat beberapa aturan yang sudah tidak relevan lagi.23Di bawah ini upaya negara dalam menjamin hak-hak anak secara umum:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;

3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak; 4) Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tenang Konvensi Hak Anak;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1998 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Anak;

6) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999Tentang Hak Asasi Manusia; 7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak;

8) Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2003 Tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia;

9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;

23

Lihat “KPAI Desak DPR Revisi Undang-Undang Perlidungan Anak”, diakses pada: http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/01/29/3/126901/KPAI-Desak-DPR-Revisi-UU-Perlindungan-Anak. Tanggal 24 Desember 2013 Pukul 14.05 WIB

38

10) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlidungan Saksi dan Korban;

11) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

Dalam konteks perlidungan bagi anak, secara khusus Indonesia sendiri telah mengatur beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan tentang perlidungan anak, seperti yang dijabarkan di atas yaitu Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 4 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, beberapa peraturan lain yang berkaitan dengan masalah anak.

Mengacu pada landasan normatif, dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak bahwa ada dua konsepsi mengenai perlidungan anak. Yang pertama terkait dengan definisi umum yang menjelaskan bahwa Perlindungan Anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.24 Dan yang kedua yaitu perlidungan anak secara khususyaitu perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok

24

minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.25Jadi bisa disimpulkan upaya perlidungan yang diberikan dalam undang-undang yaitu terkait masalah perlidungan secara umum dan khusus.

Adapun upaya penyelenggaraan perlidungan anak berasaskan pancasila dan berlandaskan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak Anak meliputi:Non diskriminasi, Kepentingan yang terbaik bagi anak, Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, perkembangan dan Penghargaan terhadap anak.26

Lebih lanjut dalam Pasal 3 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak, perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak, mulia dan sejahtera.27Perlindungan anak diusahakan oleh

25

Pasal 1 Ayat (15) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak

26

Pasal 2 Ayat Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak

27

40

setiap orang, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun Negara. Pasal 20 Undang-Undang Perlindungan Anak menentukan:Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.28

Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak yaitu:

a) Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan/atau mental (Pasal 21); b) Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

perlindungan anak (Pasal 22);

c) Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara umum bertanggung jawab terhadap anak dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 23);

d) Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak (Pasal 24).29

Dalam pasal 5 dijelaskan pula tentang Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran

28

Pasal 20 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak

29

masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.30 Adapun kewajiban tanggungjawab keluarga dan orang tua dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak, yaitu:

a) Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;

b) Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; c) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.31

Kaitannya dengan kasus kekerasan seksual , Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak pun telah mengaturnya, yang mana upaya perlidungan kekerasan seksual termasuk dalam kategori upaya perlidungan anak secara khusus menurut undang-undang ini. Upaya perlidungan khusus kasus kekerasan seksual bisa dilihat dalam pasal 66 dari ayat 1-3 yaitu:

1) Adapun kewajiban dan tanggung jawab dalam kasus ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah danmasyarakat.32

2) Pada pasal 62 ayat (2) Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui:

30

Pasal 25 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak

31

Pasal 26 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak

32

42

a) penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturanperundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anakyang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

b) pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan c. pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/atau seksual.

3) Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).33

33

43

Hari-hari ini banyak kasus kekerasan seksual terjadi pada anak, hal tersebut membawa dampak yang sangat buruk pada masa perkembangannya. Sebelum membahas lebih jauh, guna menghindari salah persepsi mengenai kekerasan seksual terhadap anak, penulis terlebih dahulu merinci satu persatu mulai dari definisi hingga bentuk perlindungan hukum mengenai kekerasan seksual terhadap anak. Hal tersebut dapat menangkap pemahaman yang lebih komprehensif dalam menelaah sebuah permasalahan.

Dokumen terkait