• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: PENUTUP

B. Saran

1. Untuk lebih mengefektifkan komunikasi dalam memasyarakatkan nilai-nilai Empat Pilar Bangsa. Bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan di lingkungan anggota MPR dan DPR harus lebih di tingkatkan. Dan bentuk kegiatan tersebut harus bisa memunculkan keinginan anggota parlemen untuk mengikuti serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Empat Pilar Bangsa tersebut. Paling tidak hal ini bisa mengurangi konflik kepentingan yang ada di parlemen. Hal ini diharapakan dapat memberi pengaruh yang baik kepada masyarakat luas.

2. Agar strategi dalam mengelola performa komunikatif di MPR RI berjalan efektif RI. Harus dipikirkan sebuah strategi dan solusi yang komprehensif untuk meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam melawan korupsi, memberdayakan civil society dan pengejahwantaan nilai-nilai etika dalam berorganisasi.

Saya lahir di sebuah desa, di kabupaten Karang Anyar. Saya anak nomor empat dari tujuh bersaudara. Bapak saya seorang mubaligh Muhammadiyah. Ia sekolah di pesantren Tebu Ireng, dan kemudian menjadi seorang aktifis Muhammadiyah. Dan bahkan kemudian menjadi ketua pimpinan daerah Muhammadiyah Kabupaten Karang Anyar sampai meninggalnya tahun 1991. Ayah saya bernama M. Yasin Thohari, ibu saya bernama Suyatmi. Ia anak seorang kepala desa, kepala desa dalam sistem pemerintahan yang dulu, yang masih tradisional, yang menjadi kepala desa seumur hidup. Sebagai anak kepala desa, ibu saya sangat mengutamakan pertanian dan ibu memiliki sawah, beberapa buah sawah. Yah…

dimana bapak saya tidak pernah pergi ke sawah. Jadi ibu yang mengurusi sawah itu sendirian. Dengan, apa? Mengggunakan tenaga-tenaga buruh tani untuk menggarap sawah. Atau kalau tidak ibu saya mengerjakan sawah itu pada orang lain untuk nanti hasilnya dibagi berdua dengan yang mengerjakan. Sejak kecil, saya sekolah di madrasah dan di SD! Jadi kalau pagi hari, sudah lepas di Taman Kanak-Kanak, Taman Kanak-Kanak saya dulu itu Taman Kanak-Kanak yang dimiliki oleh Koperasi Batik Sukowati, namanya TK Medari. Dan setelah itu saya masuk SD di pagi hari dan sore hari di Madrasah. Eeh… saya punya tradisi

sekolah merangkap, jadi pagi di SD, di sekolah umum dan sore di Madrasah. Sampai di sekolah lanjutan juga seperti itu, pagi di sekolah SMA, sore di PGA. Sampai di perguruan tinggi saya juga merangkap. Di Universitas Gajah Mada dan di IAIN Jogja. Saya selesai kuliah tahun 1984 dan kemudian menjadi Dosen di Universitas Diponegoro Semarang. Sekaligus saya juga aktif di Pemuda Muhammadiyah dan di Muhammadiyah di Semarang. Dan jadi ketua majelis pustaka kota semarang, PDM Kota Semarang, kemudian ketua Majelis Pustaka PWM Jawa Tengah. Dan kemudian saya menjadi pengurus Pemuda Muhammadiyah, dan akhirnya saya menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah tahun 1989. Tahun 1993 saya kemudian menjadi Ketua Umum Pimpinan

Pusat Pemuda Muhammadiyah sampai 1998. Mestinya sampai tahun 1997, tapi karena dinamika politik tahun 1997-1998 saya baru berhenti tahun 1998. Kemudian tahun 1997 saya masuk di DPR, dari fraksi GOLKAR, dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Dan berturut-turut saya tetap terpilih di DPR dari Pemilu 1997, 1999, 2004, dan di 2009.

Apakah bapak menjadi pejabat publik dimulai dari bapak menjadi anggota DPR RI atau sebelumnya pernah menjabat? Dimana dan sebagai apa?

Ya, iya. Kalau PNS saya dari tahun 1985! Dosen UNDIP.

Kita sama-sama sudah mengetahui fungsi dan tugas anggota MPR/DPR RI atau Pejabat Publik, menurut pendapat pribadi bapak, apa sih fungsi dan tugas Anggota DPR RI?

Fungsi DPR itu kan ada tiga, namanya fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan. Fungsi legislasi artinya itu fungsi untuk membentuk undang-undang (UU). Fungsi Anggaran itu fungsi untuk memberikan persetujuan terhadap perancangan APBN yang di ajukan oleh presiden. Fungsi Pengawasan itu artinya fungsi untuk melakukan pengawasan atau kontrol terhadap pelaksanaan Undang-Undang, dan juga terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, atau lembaga-lembaga Negara yang lain. Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, anggota DPR diberi banyak sekali hak, antara lain hak untuk bertanya, hak bertanya itu hak untuk mengajukan pertanyaan, tertulis atau lisan. Yang kedua hak interplasi, itu juga hak bertanya, tetapi khusus terhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah, yang memiliki dampak dan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Yang Ketiga hak angket, yaitu hak untuk melakukan penyelidikan, penyelidikan terhadap apa? Penyelidikan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah, yang mengakibatkan dampak yang luar biasa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Yang keempat namanya adalah hak menyatakan pendapat. Hak menyatakan pendapat itu ada dua, yaitu hak menyatakan pendapat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah

hukum, melakukan perbuatan tercela, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan Wakil Presiden, yang kemudian pendapat itu harus diuji oleh Mahkamah Konstitusi, jika Mahkamah Konstitusi membenarkan pendapat DPR maka bisa berujung pada pemakzulan Presiden. Yang kelima DPR juga memiliki hak imunitas, yaitu hak untuk tidak dapat diseret ke pengadilan, karena pernyataan-pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota DPR dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan dan juga fungsi-fungsi yang lain. DPR dalam rangka pengawasan juga memiliki hak suppuna. Hak suppuna

adalah hak untuk memaksa warga masyarakat untuk hadir di DPR untuk dimintai keterangan atau dimintai penjelasan dalam rangka ketika DPR melaksanakan fungsi, ketika DPR melaksanakan hak angket dalam rangka fungsi pengawasan itu tadi.

Apakah ada tujuan lain? Seperti bapak bertujuan berdakwah atau menanamkan nilai-nilai yang bapak dapatkan selama ini.

Ya pasti! Melaksanakan semuanya itu kita bertujuan untuk menegakkan kebenaran. Untuk mentransformasikan nilai-nilai kebenaran dan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh agama yang saya anut, yaitu agama Islam. Agar kemudian menjadi dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik. Sehingga kebijakan-kebijakan publik yang terdapat di dalam UU, itu merupakan pengejahwantahan dari nilai-nilai kebaikan dan kebajikan universal yang dikandung di dalam ajaran agama yang saya anut atau ajaran Islam. Setidak-tidaknya kebijakan publik tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Kita sama-sama mengetahui pak, bahwa tidak sedikit pejabat publik yang tidak terkena kasus. Dan juga kita paham tuntutan reformasi salah satunya

adalah reformasi birokrasi. Menurut bapak, sukses atau tidak seseorang dalam menjabat pejabat publik disebabkan oleh faktor apa saja?

Ya untuk sebagian besar tentu saja faktor integritas dari seseorang. Artinya faktor integritas dari si pejabat publik itu sendiri, oleh karena jika integritas dari seorang tokoh itu baik, integritas itukan menyangkut kepribadian, kejujuran, keterpercayaan, dan sebagainya itu baik, maka itu yang akan menjadi dasar dia dalam bertindak. Bukan semata-mata aturan-aturan atau peraturan-peraturan yang ada dan berlaku. Karena kalau cuma faktor peraturan yang menentukan, jika orang itu tidak memiliki integritas atau kepribadian yang baik, maka ada kecenderungan untuk mencari-cari celah dari peraturan-peraturan itu. Padahal kita tahu bahwa sehebat-hebat dan sesempurna-sempurnanya peraturan, itu selalu ada kelemahan-kelemahannya, ada cacat-cacatnya. Sehingga ya tetap saja aturan-aturan itu bisa diperdaya oleh orang-orang yang tidak memiliki integritas yang kuat. Untuk itu menurut saya faktor individu itu yang menentukan.

Seperti apa sistem kepemimpinan MPR RI?

Sistem kepemimpinan MPR RI itu kolektif kolegial, artinya kepemimpinan itu bersifat bersama-sama, bukan kepemimpinan individual, tetapi kepemimpinan yang bersifat kolegial, atau lengkapnya kolektif dan kolegial. Sebagaimana biasanya kepemimpinan di parlemen. MPR/DPR sebagai penjelmaan semangat kekeluargaan negara Indonesia, memiliki tanggung jawab untuk mengukuhkan pilar-pilar fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan mandat konstitusional yang diembannya. Dalam kaitan ini, MPR berusaha melaksanakan tugas-tugas konstitusionalnya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dengan senantiasa menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat, baik yang disalurkan melalui Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, maupun saluran-saluran publik lainnya. MPR juga harus mampu meningkatkan peran dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya, mengembangkan mekanisme checks and balances, meningkatkan kualitas, produktifitas, dan kinerja Majelis agar sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.

berorganisasi, apalagi mengurusi sebuah lembaga yang bersifat publik seperti MPR. Bahkan lebih dari pada itu, MPR itu kan sebuah lembaga politik! Ya, lembaga politik pastilah ada permasalahan-permasalahan. Tapi sejauh yang saya alami permasalahan-permasalahan itu bisa diselesaikan dan bisa diatasi dalam semangat kepemimpinan yang kolektif kolegial itu.

Menurut bapak, pejabat publik yang ideal itu yang seperti apa?

Ya, pejabat yang ideal itu kan kriterianya sangat banyak sekali! Yang ideal itu ya, ideal itukan artinya kan sebagaimana yang ada dalam konsep. Sebagaimana yang ada dalam cita-cita. Ya idealnya pejabat publik itukan melayani publik. Jadi segala sesuatu yang dia lakukan itu adalah demi publik. Dan karena itu ada ukuran-ukurannya di semua instansi yang bersifat publik itu.ukuran-ukuran untuk menjadi pejabat yang ideal. Dari soal yang sifatnya itu kepribadian, seperti penuh dengan dedikasi, pengabdian, kejujuran, sikap taat asas kepada aturan-aturan, ketaatan kepada UU, dan lebih tinggi daripada itu ketaatan kepada konstitusi. Sampai pada hal-hal yang sifatnya itu tidak melakukan pelanggaran sekecil apapun. Itukan idealnya kan? Idealnya kan seorang pejabat publik itu tidak melakukan pelanggaran sekecil apapun. Nah, apakah sesuatu yang ideal tersebut bisa dilakukan atau tidak, ya tentu tergantung dari pejabat yang bersangkutan. Tetapi kalau yang seratus persen bersifat ideal tentu saja tidak mungkin! Yang pasti adalah janganlah sampai melakukan kesalahan-kesalahan yang sifatnya itu fatal. Apalagi kesalahan-kesalahan yang diulang-ulang dalam sepanjang karir yang dia jalani sebagai pejabat publik, dan lebih daripada itu jangan sampai kemudian terlibat dalam kasus-kasus skandal korupsi. Karena tindak pidana korupsi itu kan tindak pidana yang sangat merugikan publik. Dan itu menghambat upaya menyejahjterakan publik, menghambat bangunan pelayanan publik, dan bahkan lebih daripada itu menghambat pencapaian kita bernegara ini.

Oke pak, ini terkait dengan masalah performa komunikatif, bahwasanya ada empat variabel performa komunikatif. Ada performa ritual, performa hasrat, performa sosial, performa politis, dan performa enkulturasi. Nah yang melatarbelakangi, apakah dari aktifitas di luar politik apa dari pemahaman bapak selama berorganisasi di Muhammadiyah?

Ya seperti saya ceritakan tadi, bahwa saya itu kan orang dari desa. Yang hidup di tengah-tengah petani. Meskipun saya sendiri tidak, tidak, tidak apa itu? Tidak pernah bekerja sebagai petani, bahkan juga tidak ikut ke sawah. Karena memang dilarang oleh ibu saya. Supaya kami lebih tekun dan lebih konsentrasi untuk sekolah. Tapi yang pasti saya itu di didik sebagai orang desa yang diajarkan hidup sederhana, tidak neko-neko, tidak mengada-ada, ya sebagai seorang desa yang lugu dan polos, yang tradisi Jawa itu sangat mempengaruhi hidup saya dari kecil. Karena saya hidup di tengah-tengah keluarga besar dan cucu dari seorang kepala desa kuno yang penuh dengan tradisi Jawa. Dari tradisi selametan, bancaan,

bancaan selametan loh ya! Yang membuat nasi tumpeng, hampir semua anak-anak dan cucu dari kakek saya mbah lurah, mbah lurah yang jadi kepala desa itu selalu di kasih selametan atau bancaan istilahnya, setiap weton. Bayangkan setiap weton itu artinya adalah setiap selapan dino sekali. Selapan dino itu tiga puluh lima hari dalam hitungan Jawa. Jadi kalau saya lahirnya misalnya Jumat Pahing, maka setiap Jumat Pahing itu saya di selameti, dilakukan bancaan. Bancaan itu dibuat nasi tumpeng, kemudian ada sayur-sayuran, ada telur yang di potong kecil-kecil, kadang-kadang ada ayam yang di suwir-suwir tipis-tipis begitu. Lalu ada berkedel, ada sambal goreng, macam-macam. Yang kemudian dibagikan kepada anak-anak dan tetangga-tetangga. Bisa dibayangkan itu, mbah saya itu hampir setiap hari berarti menyelenggarakan bancaan untuk cucu-cucunya. Yang intinya adalah merupakan doa keselametan, agar selamat dan tetap di bawah perlindungan gusti Allah dalam perjalanan hidupnya kelak. Nah dari tradisi seperti itu, yang rumah kakek saya itu selalu, setiap tahun nanggep wayang kulit. Yang disebut dengan Rasulan. Rasulan dari kata Rosul. Jadi rasulan yang dirangkaikan dengan upacara bersih desa. Biasanya bersih desa atau Rasulan itu di selenggarakan sehabis panen. Dan di desa saya selalu dilakukan dengan menanggep wayang kulit

wayang itu. Lalu ada selamatan juga di sendang, sendang yang di anggap, apa ya? Keramat oleh orang desa disitu. Dan macam-macam tradisi-tradisi Jawa, itu dilaksanakan oleh kakek saya. Misalnya kalau malam Satu Mukharrom, Satu

Syuro’, itu kakek saya itu tidak pernah, tidak tidur semalam suntuk, untuk

menyambut satu Syuro’ itu. Bahkan mbah saya itu punya tradisi, sholat Jum’at itu

setiap selapan sekali ke Masjid Agung Solo. Masjid Agung Solo itu Masjid yang di Barat alun-alun di depan kraton itu. Dan itu dia lakukan dengan berjalan kaki, padahal jarak antara desa saya sampai ke Solo itu, kira-kira limabelas kilo meter. Nah tradisi Jawa seperti itu kemudian bertemu dengan tradisi Islam Muhammadiyah, yang di bawa oleh bapak saya sebagai menantu dari pak lurah itu tadi. Dan bagi saya nilai-nilai Muhammadiyah yang mengajarkan kejujuran, keikhlasan, selalu ikhlas dalam berjuang, selalu ikhlas untuk menolong sesama, selalu bersemangat untuk mencari ilmu pengetahuan, dan mendirikan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan, itu menurut saya bertemu, bertemunya tradisi Jawa yang dianut dari keluarga ibu saya, kakek, dengan tradisi Muhammadiyah dari bapak saya, itu justru, tidak berbenturan, dan itu membentuk saya dalam beraktifitas. Sejak dari Muhammadiyah kemudian sampai menjadi anggota DPR. Ya itu yang mempengaruhi kehidupan saya sampai sekarang, sampai ketika menjadi wakil ketua MPR.

Masih berkaitan dengan performa komunikatif, bagaimana tanggapan bapak mengenai politik bermain aman yang sering diarahkan kepada anda?

Bukankah politik itu adalah seni? Oleh sebab itu kita harus memahami seni-seni apa saja yang ada dalam politik. Seperti unsunya, polanya, serta strategi yang ada di dalam politik itu sendiri.

Selain empat pilar kehidupan bernegara dan berbangsa, bapak juga concern terhadap isu reforma agrarian. Bisa dijelaskan kenapa bapak concern pada isu tersebut? Dan usaha apa saja yang sudah bapak lakukan agar bapak bisa terlibat langsung dengan isu tersbut?

Ya, pertama, pada dasarnya, empat pilar itu kan pertama Pancasila, yang kedua UUD 45, yang ketiga NKRI, yang keempat Bhineka Tunggal Ika. Nah yang kedua tadi kan UUD 45! Itu bisa kita sebut dengan konstitusi. Pada dasarnya, konstitusi itu kan pengertiannya luas. Ada dua pengertian konstitusi, yang pertama, konstitusi dalam pengertian sempit yaitu UUD 45 itu. Pembukaan, Pasal-Pasal, dan Ayat-Ayat, serta aturan peralihan dan aturan tambahan. Itu konstitusi dalam pengertian yang sempit. Sementara konstitusi dalam pengertian yang luas, itu termasuk di dalamnya adalah Pancasila. Karena terdapat dalam pembukaan UUD 45 di alinea keempat. Dan juga ketetapan-ketetapan MPR. ketetapan-ketetapan MPR itu juga termasuk konstitusi. Karena ketetapan MPR itu merupakan aturan dasar atau hukum dasar. Yang ketiga termasuk konstitusi itu adalah konvensi-konvensi ketatanegaraan. Praktek-praktek ketatanegaraan yang sudah berlangsung dan berjalan selama ini, itu sebetulnya juga termasuk konstitusi. Nah, reformasi agraria, itu ada pada ketetapan MPR. Ketetapan MPR Nomor, nanti anda lihat deh, saya lupa! ketetapan MPR tentang Pembaruan Agraria dan Sumber Daya Alam. Itu yang pertama, jadi saya ngomong tentang reformasi agraria itu ada amanatnya di dalam TAP MPR. Kalau gak salah TAP MPR No. 9 Tahun 2001. Yang pembaruan agraria dan pemanfaatan sumber daya alam. Yang kedua, sebagai politikus, anggota DPR, kami kan, saya kan juga harus menyuarakan aspirasi-aspirasi rakyat. Aspirasi rakyat itu luas sekali, dan karena itu sebagai anggota DPR saya berhak dan berkewajiban untuk menyuarakan apa yang menjadi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh rakyat. Termasuk di dalamnya reformasi agraria dan sebenarnya bukan hanya itu. Saya juga ngomong tentang pemberantasan korupsi, kemarahan saya terhadap tindak pidana korupsi yang semakin meluas. Kejengkelan-kejengkelan dan frustrasi-frustrasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, menghadapi fenomena korupsi. Jadi seluruh aspek kehidupan dimana terjadi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

banyak.

Apa tanggapan bapak mengenai kegiatan sosialisasi, pembelajaran dan pendidikan politik empat pilar bangsa yang selama ini dilakukan oleh MPR?

Nilai-nilai Pancasila harus dapat memberi perspektif dalam bidang politik dan hukum dalam dimensi kehidupan demokrasi dan ketatanegaraan. Sehingga keberagaman aspirasi politik dapat diletakan dalam koridor norma hukum, bukan dengan tindakan anarkis yang merugikan masyarakat. Jika bangsa ini mampu meletakkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berdemokrasi dan ketatanegaraan, maka bangsa ini dapat melakukan pembenahan dan penyempurnaan terhadap sistem demokrasi dan sistem ketatanegaraan baik bidang eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Sosialisasi Empat Pilar sebagai salah satu sarana pemahaman kembali Pancasila kepada seluruh rakyat yang dijalankan MPR-RI, adalah salah satu bentuk upaya tersebut dan mendapatkan respon positif dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dan efektif memperkokoh kedaulatan rakyat. Itu sebabnya pemasyarakatan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara harus dilaksanakan dengan berbagai metode serta melalui praktek di lingkungan instansi-instansi di setiap tingkatan pemerintahan, perusahaan negara dan swasta, organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan kelompok masyarakat lainnya sehingga pemasyarakatan dapat menjadi gerakan nasional dari, oleh, dan untuk setiap warga negara Indonesia. Sebab, tanpa gerakan nasional pemasyarakatan dan pembudayaan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, eksistensi dan peranannya dari waktu ke waktu akan memudar dan pada gilirannya akan mempengaruhi penyelenggaraan negara. Pemasyarakatan dan pembudayaan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tidak hanya dilakukan secara teoritik, tetapi juga lebih penting secara praktik, baik oleh penyelenggara negara maupun seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagaimana kita lihat, korupsi di Indonesia saat ini sudah menjadi kejahatan struktural yang begitu mengakar. Menurut bapak strategi apa yang bisa digunakan untuk mengurangi budaya korupsi ini?

Ya, strateginya adalah dengan memutus mata rantai jaringan korupsi itu sendiri. Sehingga setiap investigasi akan menemui jalan buntu. Sebab saat ini korupsi sudah menyentuh sendi-sendi kekuasaan sampai pada sistem peradilan, aparat penegak hukum, dan MPR/DPR. Negara yang secara institusional sarat korupsi mengondisikan munculnya bentuk-bentuk kriminalitas lain. Seperti munculnya peradilan jalanan, tumbuhnya kelompok paramiliter yang mengandalkan kekerasan dengan basis agama atau etnisitas. Adapun untuk memutus mata rantai korupsi ini, saya bersama dengan anggota pimpinan MPR lainnya melakukan pendidikan atau pelatihan personalia dan refleksi organisasi di lingkungan anggota MPR. Pendidikan ini dilakukan untuk mendorong nilai-nilai dan etika publik. Perlu diketahui, bahwa etika publik tidak hanya berhenti dibahas dalam kerangka disiplin organisasi, tetapi harus sampai menjangkau aspek juridis, disipliner dan pertanggungjawaban publik. Ketiga aspek ini merupakan pilar akuntabilitas yang memungkinkan tumbuhnya integritas publik dan menjauhkan dari hal-hal yang melemahkan integritas. Sebab kejahatan korupsi biasanya ditanamkan melalui proses peniruan. Tahu bahwa dengan memperlambat prosedur akan mendapat keuntungan, lalu mempersulitnya agar diberi gratifikasi sebagai jasa memperlancar proses yang dimanipulasinya. Bila ada upaya untuk melawan atau bersikap jujur, lingkungan akan memberi sanksi. Akhirnya, kepatuhan tanpa tekanan akan mengikuti karena menyesuaikan diri berarti menjanjikan keuntungan materi. Korupsi mengomunikasikan praktik pelaksanaan kekuasaan, misalnya cara membuat laporan, cara berinteraksi dengan atasan atau dengan instansi lain, cara kontrak, cara membuat anggaran, cara mendapat jabatan, cara penempatan anak buah, cara perekrutan karyawan serta syarat urusan bisa beres. Modalitas ini sulit dibongkar! Karena ya, itu! Cukup tersembunyi dan sengaja dibuat untuk tidak meninggalkan jejak. Seperti tidak ada kuitansi dan menghindari transaksi lewat bank. Namun bisa dirasakan bahwa ada yang tidak beres. Di balik praktik korupsi itu, tersembunyi kode rahasia. Kerahasiaan ini hanya akan tersingkap bila terjadi

buruk itu berkaitan dengan cara pandang, sistem pengorganisasian, interaksi kekuasaan dan norma yang berlaku. Akibatnya, koruptor tidak merasa bersalah!.

Luasnya lingkup pelayanan publik dan tiadanya informasi yang memadai membuat wakil rakyat tidak berdaya menghadapi buruknya pelayanan

Dokumen terkait