• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan evaluasi dan analisa yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan saran sebagai pertimbangan UMKM Win Bakery untuk menghitung biaya produksi dan harga jualnya. Diantaranya sebagai berikut:

1. UMKM Win Bakery milik Bapak Slamet Suharjo ini sebaiknya menggunakan metode variable costing dalam perhitungan biaya produksi dan harga jualnya, dikarenakan metode ini lebih tepat dalam perhitungan biaya yang berkaitan dalam proses produksi.

2. UMKM Win Bakery kedepannya agar lebih rinci dan teliti untuk menghitung biaya produksi dan harga jualnya, karena ada biaya-biaya yang seharusnya dibebankan ke dalam biaya overhead pabrik variabel namun tidak dibebankan meliputi biaya listrik, biaya air, dan biaya telepon.

55

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. GRAHA ILMU. Yogyakarta.

Djumali, dkk. 2014. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Metode

Variable Costing dalam Proses Penentuan Harga Jual pada PT. Sari Malalugis Bitung. Jurnal Berkala Iimiah Efisiensi. Vol. 14 No.2.

Dunia, Firdaus Ahmad danWasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta

Griffin, R.W., dan Ronald J. Ebert. 2007. Bisnis. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Salemba Empat. Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Iimu Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Musdalifah, dkk. 2014. Penerapan Metode Variabel Costing dalam Penentuan

Harga Jual Pada PT. Cahaya Murni aya Industri. Jurnal EMBA. Vol.2 No.3:

096-102. ISSN 2303-1174

Oentoe, Christy. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi menggunakan Metode

Variable Costing. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3: 599-605. ISSN 2303-1174.

Rantung,dkk. Analisis penentuan Harga Jual dengan Metode Variabel Costing dan

Activity Based Costing pada PT. Massindo Sinar Pratama Industri. Jurnal EMBA. Vol.3 No.3: 1341-1348. ISSN 2303-11.

Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Salindeho, Erni Rosiani. 2015. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada

UD. The Sweetets Cookie Manado. Jurnal EMBA. Vol.3 No.1: 26-33. ISSN

56

57

Lampiran 1 : Dokumentasi Gapura desa Bugo

59

61

63

Proses pengembangan roti

Proses pengovenan

65

Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Wawancara: 1. Sejak kapan bapak merintis usaha ini?

Jawaban : Saya merintis usahan ini sejak 1994 2. Mengapa bapak memilih usaha ini?

Jawaban : Karena untuk menunjang rumah tangga, dan berusaha mengurangi pengangguran.

3. Bagaimana sejarah berdirinya usaha ini?

Jawaban : Sebelum memulai usaha, Saya bekerja menjadi karyawan selama dua tahun. Dari hasil upah saya, saya berusaha menabung untuk mendirikan usaha sendiri. Karena pada waktu itu saya mempunyai tekat untuk tidak menjadi karyawan terus, melainkan ingin mempunyai usaha sendiri dan mempekerjakan karyawan. Dari tekat tersebut, saya bekerja sambil belajar untuk mendapatkan resep atau ilmu membuat roti.

Suatu hari saya di suruh Bapak Ngadiri selaku pemilik perusahaan untuk meracik atau mengobati roti. Dari sini saya diberi pengertian dan cara-cara untuk mengobati roti dengan maksud apabila suatu hari nanti Bapak Ngadiri pergi keluar kota maka saya yang diberi kepercayaan untuk mengobati roti tersebut. Dari sinilah saya bersyukur karena ilmu yang saya cari sudah saya dapatkan.

Waktu itu, produksi roti mengalami masa penurunan permintaan pasar, yang kadangkala dalam satu minggu libur sampai 3 hari sampai 4 hari. Dari situ saya memberanikan diri untuk keluar dengan alasan mengurangi karyawan. Dengan alasan tersebut, Bapak Ngadiri menyetujui saya keluar.

67

Dari sinilah saya memberanikan diri dan bertekat untuk mendirikan usaha sendiri dengan bekal ilmu yang saya dapatkan sewaktu bekerja dan dengan modal tabungan.

Pada saat itu saya belum mempunyai alat rol dan harus menumpang rol ditetangga. Pada saat produksi pertama produk yang saya buat adalah kue tambang dimana pada waktu itu belum mempunyai karyawan dan hanya dikerjakan sendiri bersama istri saya.

Perjalanan usaha ini tidak lepas dari masalah. Pada waktu Indonesia mengalami krisis moneter usaha ini terkena dampaknya yaitu harga bahan baku yang melambung namun harga jual masih sama karena distributor tidak mau jika harga di naikkan. Tetapi masalah tidak muncul dari kenaikan bahan baku saja melainkan adanya persaingan yang tidak sehat diantara produsen lain. Persaingan tersebut diantaranya adalah harga dari pesaing yang lebih murah dan ukuran kue lebih besar. Dari sini usaha saya mulai kehilangan distributor dan pada akhir tahun 2003 mengalami masa gulung tikar.

Tahun 2007 saya mencoba memproduksi kembali dengan menerapkan sistem pemasaran baru yaitu melakukan penjualan langsung bukan melalui distributor, melainkan langsung ke pasar tradisional dan agen. Ketika saya memulai usaha Win Bakery bersamaan dengan berdirinya Koperasi Karya Boga, dimana yang sebelumnya hanya sebuah paguyuban roti . Saat masih berupa paguyuban, Win Bakery juga menjadi anggota paguyuban roti. Tahun 2007 paguyuban roti berubah menjadi koperasi setelah mendapatkan pendampingan dari PT. Sriboga Ratu Raya.

Setelah beberapa bulan Koperasi berdiri, Win Bakery mendapatkan info dari KOPINKRA KARYA BOGA (Koperasi Institut dan Kerajinan Karya Boga) bahwa akan diadakan penyuluhan tentang keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan industri dan rumah tangga (SPP-IRT). Setelah mengikuti penyuluhan tentang keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan industri dan rumah tangga (SPP-IRT), Win Bakery mendapatkan nomor P-IRT: 206332001197.

Pada saat itu saya masih memproduksi kue tambang namun pada tahun 2008 saya menambah produksinya yaitu dengan memproduksi roti manis coklat pisang dan roti selai. Pada saat memproduksi roti manis tersebut saya belum mempunyai pengalaman yang matang, perlengkapan seadanya dan belum menerapkan manajemen secara baik mengakibatkan kegagalan kembali pada tahun 2010.

Dengan berbekal dari pengalaman dan kegagalan yang dulu, saya mempelajarinya untuk membuka usaha kembali pada tahun 2013. Untuk produksi tahun 2013 saya berpindah haluan yaitu memproduksi roti dengan Merek dagang Win Bakery.

4. Berapa banyak tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usaha ini?

Jawaban : Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak 4 orang dan saya juga ikut dalam melakukan proses produksi.

5. Berapa gaji masing-masing tenaga kerja?

Jawaban : Gaji yang didapat masing-masing tenaga kerja sebanyak Rp 50.000,00 dan mendapatkan makan 3x perharinya. Dan disediakan rokok 1 plat bersama untuk karyawan yang merokok.

69

6. Bagaimana struktur organisasi pada UMKM ini?

Jawaban : Pemilik saya sendiri, yang bertanggungjawab secara keseluruhan dalam menjalankan usahanya, bagian keuangan yang dipegang oleh Ibu Sunarti, proses produksi yang terdiri dari bagian adonan dipegang oleh saya sendiri, bagian pemotongan dipegang oleh Faiz, bagian pengovenan dipegang oleh Erwin Apriliawan, dan bagian pengemasan dipegang oleh Ibu Sri wahyuni dan dibantu oleh Ibu Sunarti.

7. Bagaimana proses produksi yang dilakukan dalam memproduksi roti coklat? Jawaban : Pertama dalam pembuatan roti coklat yaitu dengan melakukan mixing yaitu mencampurkan bahan-bahan menjadi adonan. Setelah adonan halus, adonan tersebut ditimbang dengan berat 360 gr dibagi menjadi 10 bagian. Kemudian potongan tersebut diisi dengan coklat dan diatasnya diberi panir. Setelah itu, adonan tersebut diletakkan diloyang untuk tahap pengembangan dan didiamkan selama kurang lebih 2 jam. Setelah adonan mengembang, adonan tersebut dioven yang panasnya 180° C - 200° C selama 15 menit, dan setiap 7 menit adonan di dalam oven harus dibalik arahnya agar matang seluruhnya. Kemudian adonan roti yang sudah matang didinginkan dan dikemas (dibungkus).

8. Apa saja bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti coklat?

Jawaban : Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti meliputi tepung terigu, margarin, gula pasir, susu skin, ragi, improfer, garam,telur, air galon dan isian coklat yang terbuat dari coklat bubuk, minyak goreng, dan air hangat.

9. Berapa banyak bahan baku yang dibutuhkan selama proses produksi berlangsung dalam satu hari?

Jawaban : Tepung terigu sebanyak 2 sak atau 50 kg, margarin sebanyak 2,5 kg, gula pasir sebanyak 1bal atau 7 kg, susu skin sebanyak 280 gr, ragi sebanyak 400 gr, improfer sebanyak 80 gr, garam sebanyak 300 gr, telur sebanyak 1kg, minyak goreng sebanyak 4,5 liter, air galon sebanyak 2 galon, dan coklat bubuk sebanyak 20kg.

10. Berapa harga masing-masing bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi? Jawaban : Tepung terigu seharga Rp 80.000,00/sak, margarin seharga Rp 30.000,00/kg, gula pasir seharga Rp 10.000,00/kg, susu skin sebanyak 280 gr, ragi sebanyak 400 gr, improfer sebanyak 80 gr, dan garam sebanyak 300 gr seharga Rp 15.000,00, telur seharga Rp 18.000,00/kg, minyak goreng seharga Rp12.500,00/liter, air galon seharga Rp 4.000.00/galon, dan coklat bubuk seharga Rp 13.500,00/kg.

11. Apa saja bahan penolong yang dibutuhkan dalam proses produksi selama satu hari? dan berapa harganya?

Jawaban : Bahan penolong terdiri dari panir dan plastik kemasan. Panir setiap hari membutuhkan 4kg dengan harga Rp 18.000,00/kg. Sedangkan plastik kemasan membutuhkan 2.400 biji perharinya dengan harga Rp 66,00/biji. 12. Berapa gas elpiji yang dikeluarkan selama satu bulan?

Jawaban : Gas elpiji yang digunakan dalam satu bulan sebanyak 52 tabung (3kg) dengan harga Rp 18.000,00/tabung

71

Jawaban : Mixer, loyang, oven, timbangan roti, meja, ember besar, ember sedang, ember kecil, gelas plastik, baskom, solet, centong kayu, pisau pemotong terigu, kuas, mangkok, piring, serbet, plastik dan gayung.

14. Berapa harga dari masing-masing peralatan yang digunakan ?

Jawaban : Mixer seharga Rp 10.000.000,00, loyang seharga Rp 125.000,00, oven seharga Rp 3.000.000,00, timbangan roti seharga Rp 450.000,00, meja seharga Rp 300.000,00, ember besar seharga Rp 15.000,00, ember sedang seharga Rp 12.000,00, ember kecil seharga Rp 10.000,00, gelas plastik seharga Rp 1.000,00, baskom seharga Rp 7.500,00, solet seharga Rp 5.000,00, centong kayu seharga Rp 5.000,00, pisau pemotong terigu seharga Rp 2.000,00, kuas seharga Rp 5.000,00, mangkok seharga Rp 3.000,00, piring seharga Rp 2.500,00, serbet seharga Rp 5.000,00, plastik seharga Rp 4.000,00 dan gayung seharga Rp 5.000,00.

15. Berapa biaya listrik yang dikeluarkan selama satu bulan?

Jawaban : Listrik yang digunakan dalam satu bulan sebanyak Rp 250.000,00 16. Berapa biaya air yang dikeluarkan selama satu bulan?

Jawaban : Air yang digunakan dalam satu bulan sebanyak Rp 70.000,00. 17. Berapa biaya telepon yang dikeluarkan selama satu bulan?

Jawaban : Telepon yang digunakan dalam satu bulan sebanyak Rp 150.000,00.

18. Bagaimana cara bapak melakukan perhitungan biaya produksi dan harga jual? Jawaban : Saya melakukan perhitungan biaya produksi dari biaya bahan baku, bahan penolong, dan biaya tenaga kerja langsung. Untuk menetapkan harga jual pada umumnya dipasaran.

Surat Keterangan

Yang bertanda tangan di bawah ini Pemilik UMKM Win Bakery menerangkan bahwa mahasiswa yang beridentitas :

NIM : B12.2012.02314 Nama : Salis Istimaroh

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis – Akuntansi S1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Mahasiswa tersebut telah selesai melaksanakan survey penelitian pada UMKM Win

Bakery untuk memeperoleh data dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :

“Perhitungan Biaya Produksi Dan Harga Jual Mengunakan Variable Costing

pada UMKM Win Bakery di Jepara”

Demikian surat keterangan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

Jepara , 17 Juni 2016 Pemilik

Dokumen terkait