BAB V PENUTUP
B. Saran
Berpijak pada penelitian tentang Pola Pembelajaran Tahfidz Qur’an
Anak Tunarungu Di Rumah Abata Kav. Agrodewi Kecamatan Mungseng Kabupaten Temanggung maka pada akhir penulisan ini peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada orang tua yang dikaruniai anak tunarungu jangan berputus asa karena masih ada sekolah yang menyediakan layanan pendidikan secara gratis yaitu di Rumah Abata.
2. Kepada pendidik tetap bersabar dalam mendidik anak tunarungu karena meskipun memiliki keterbatasan mereka memiliki kemampuan tersendiri yang masih bisa diasah.
3. Kepada segenap masyarakat jangan memandang orang yang memiliki keterbatasan dengan sebelah mata, karena mereka yang memiliki keterbatasan juga memiliki hak yang sama dengan manusia normal. 4. Kepada semua penyandang disabilitas agar tidak berputus asa dalam
menjalani hidup. Tetap semangat dan percaya diri dalam belajar, kalian menjadi inspirasi banyak orang.
5. Kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan lagi para penyandang disabilitas.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif. 2005. Teknik Menghafal Al-Qur’an (Kaifa Tahfiz Al-Qur’an). Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Abu Ahmadi dan Nur Ubiyati. 2006. Ilmu Pendidikan, cet. 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Hafizh, Ahsin W. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara.
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. Yogyakarta: Belukar.
Departemen pendidikan nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fathoni, Abdurrahman. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik
Penyusunan skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia.
Haryanto. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Hurlock. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press.
Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa.
Khasanah, Muhimmatun. 2015. Skripsi, “Pembentukan Karakter Religius Siswa dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada kelas VII G
SMPN 1 imogiri Bantul Yogyakarta”. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Khoiriyah, Siti. 2008. Skripsi, “Upaya Madrasah dalam Pembinaan Akhlaq Anak di MTs N Banyusoco Playu Gunungkidul Yogyakarta”. Yogyakarta: UIN Sunana Kalijaga.
Moloeng, Lexi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Muhammad Hafidz dan Kastolani. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan Modernitas. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
63
Nurcahyo, Arif Tri. 2009. Skripsi, “Pembelajaran AL-Qur’an Terhadap Anak Tunarungu Di SLB Negeri I Wonosari Gunungkidul”. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Nurfarida, Ida. 2009. Skripsi, “Metode Bimbingan Agama bagi Anak
Tunarungu Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus
Jakarta Timur”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Ramayulis. 2010. Metodologi Pendidkan Agama Islam, cet. 6. Jakarta: Kalam Mulia.
Rauf, Aziz Abdul. 2004. Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah. Bandung: PT. Syaamil Cipta.
Saphiro. 2009. Mengajarkan Emosional Intelegensi Pada Anak. Bandung: Rosdakarya.
Selviana, Rahma Dwi. 2015. Skripsi, “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
(SDLBN) Campurdarat Tulungagung”. Tulungagung: IAIN Tulungagung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
Umar Tirta Harja dan Lasvia. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wasita, Ahmad. 2012. Seluk Beluk Tunarungu dan Tunawicara serta Strategi pembelajarannya. Jogjakarta: Javalitera.
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dengan Pengajar (ER, MT, BW):
1. Apakah Faktor pendukung dalam pembinaan hafalan? Jawab: Faktor pendukungnya macam-macam.
a. lingkunan yang kondusif yang memang di khususkan untuk belajar. b. pengulangan-pengulangan hafalan, dalam sehari bisa diulang sampai 3
kali dan disediakan guru pendamping untuk membantu.
c. Kemauan yang tinggi yang dimiliki anak-anak di Rumah ABATA. d. Konsistensi dalam belajar dalam artian terjadwal.
e. Semangat yang tinggi anak-anak di Rumah ABATA, yang di dapat dari seringnya tampil di depan umum, seperti pada saat kemarin ada acara peresmian gedung statistik Temanggung mereka tampil di depan publik untuk menghafal Al-Qur’an.
f. Dukungan orang tua.
g. Kesabaran ustadz/ustadzah, karena mengajari anak tunarungu tidak sama dengan mengajari anak normal. Mereka cenderung lebih agresif sehingga terkadang harus dengan paksaan.
h. Pengasuh yang memberikan tempat, sarana dan prasarana untuk belajar. 2. Apakah Faktor penghambat dalam pembinaan hafalan?
Jawab: sama seperti faktor pendukungnya yang menghambat pembinaan tahfidz juga bermacam-macam. Antara lain:
a. Faktor pengendalian emosi. Karena kekurangan yang dimiliki anak tunarungu maka menyebabkan emosi tidak stabil. Dalam hal ini ada karakteristik sendiri yang dimiliki anak tunarungu yaitu:
1) Emosi tidak stabil misalnya ketika ada masalah dengan teman emosi mereka menjadi labil, gampang marah bahkan mengamuk, pernah suatu ketika ada yang sampai banting ember hingga pecah.
2) Adaptasi dari rumah pindah ke asrama perilakunya cenderung masih mengikuti kebiasaan di rumah sehingga susah diatur dan belum mau mengikuti kegiatan pembelajaran yang ada bahkan sampai teriak-teriak dan menangis.
3) Minat. Dalam hal ini sebenarnya ada sebagaian anak yang menolak untuk masuk dan belajar di Rumah ABATA sehingga tidak memiliki minat untuk belajar.
b. Artikulasi yang kurang jelas karena ketunarunguan mereka sehingga mereka juga mengalami kesulitan berbicara. Ada beberapa huruf yang sangat sulit mereka ucapkan,dan kebanyakan yang keluar hanya huruf vokal saja.
c. Belum bisa membaca, padahal orang bisa menghafal kan harus bisa membaca dahulu baru menghafal, atau dengan mendengar sedang mereka keterbatasan dalam pendengaran. Hal ini yang sangat menghambat hafalan.
d. Faktor lingkungan teman, masih suka terbawa dengan sikap anak yang baru masuk.
3. Apa metode yang di terapkan guru dalam hafalan AL-Qur’an?
Jawab: metode yang diterapkan dalam pembelajaran sering kami sebut metode Abata. Metode ini menggabungkan antara terapi wicara dengan terapi visual. Terapi wicara dengan mencaontohkan lafadz kemudian anak disuruh menirukan.
4. Apakah Materi pembelajarannya?
Jawab: materi pembelajaran di mulai dari baca tulis huruf hija’iyah, kemudian membaca dengan buku iqro’. Hafalanya dari surat-surat pendek dalam juz 30. Dan yang membedakan adalah targetnya.
5. Bagaimana dengan Media pembelajarannya?
Jawab: Media yang digunakan kertas, krayon warna, papan tulis, spidol,
iqro’, buku tulis, bolpoint.
6. Adakah kebiasaan yag diterapkan untuk anak agar dapat meningkatkan menghafal Al-Qur’an?
Jawab: ada beberapa pembiasaan yang dilakukan seperti muroja’ah
bersama, membaca satu ayat dari satu persatu langsung dihadapan ustadz, pembiasaan pengulangan pembelajaran yang telah didadat paginya.
Wawancara dengan Pendamping (VCN, EF, ZH): 1. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari siswa?
Jawab: kegiatan sehari sudah terjadwal dimulai dari bangun tidur, belajar, makan, istirahat, mencuci dan lain-lain semuanya sudah ada jadwalnya sendiri-sendiri.
2. Dalam mendampingi adakah kendala-kendalnya?
3. Jawab: kendala yang dihadapi saat mendampingi anak lumayan banyak, diantaranya:
a. Komunikasi yang terbatas. b. Perilaku anak yang aneh-aneh.
c. Sering ngamuk, marah-marah menangis.
4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan siswa mengingat siswa di Rumah Abata adalah tunarungu?
Jawab: pada awalnya komunikasi dengan bahasa isyarat, setelah agak lama di rumah Abata kemudian membiasakan anak melihat gerak bibir. Jika sudah sampai tahap ini maka dilarang keras menggunakan bahasa isyarat, berbicara pelan-pelan yang penting anak paham dengan apa yang kita ucapkan.
5. Bagaimana cara mngajarkan kemandirian pada siswa tunarungu terutama dalam hal mengurus diri-sendiri?
Jawab: hal itu dilakukan secara terjadwal. Jadi anak-anak dibiasakan untuk mencuci, nyetrika dan lain-lain sendiri. Jadi semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ada.
6. Dalam mendampingi siswa bagaimana jadwal atau porsi dalam hafalan
AL-Qur’an dalam sehari?
Jawab: setiap hari mendampingi anak mengaji sebelum isyak atau setelah maghrib, sebelum tidur dan sore hari. hal itu supaya mereka terbiasa dan lebih cepat menghafal dan kita menjadi tahu kemampuan masing-masing anak.
7. Sudahkah ada perbedaan dari pertama siswa masuk Rumah Abata sampai sekarang?
Jawab: Banyak sekali perubahan yang terjadi dari pertama masuk sampai hari ini. Dampak yang paling terlihat dari peilaku dan akhlak mereka, seperti yang saat pertama masuk suka marah-marah, ngamuk dan menangis sekarang sudah berkurang. Anak yang dari awal suka banting-banting barang menjadi pribadi yanglebih tenang dan tidak banting-banting lagi. Kebanyakan anak pertama masuk tidak bisa mengurus dirinya sendiri seperti mencuci, mandi, nyetrika dan lain-lain menjadi terbiasa melakukannya bahkan mereka melakukan pekerjaan rumah sendiri ketika pulang ke rumah. Sopan santun mereka juga menjadi tertata dan diterapkan dalam kehidupan. Kedisiplinan anak-anak menjadi prioritas utama dalam menjalankan keidupan sehari-hari. perubahan juga terlihat dalam segi kemampuan. Anak-anak yang dari awal sama sekali tidak bisa bicara (mengeluarkan bunyi) sekarang menjadi bisa berbicara, dan sudah mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Wawancara dengan Teraphys (EO dan AH):
1. Ada berapa macam terapi yang dilakukan? Jawab: ada dua macam terapi yang dilakukan. a. Terapi individu visual dilakuan setiap hari.
b. Terapi individu AVT (auditori verbal terapi) dilakukan seminggu sekali. 2. Bagaimana metode dalam terapi untuk siswa tunarungu?
Jawab: untuk terapi individu visual dengan menunjukkan gambar atau huruf dalam tulisan yang besar kemudian di sebutkan. Sedang untuk terapi individu AVT khusus untuk anak yang memakai alat bantu dengar, dilakukan dengan gerakan atau sentuhan yang bisa merangsang anak sehingga anak mampu mengucapkan suara.
3. Apakah tujuan atau harapan dari terapi yang dilakukan?
Jawab: Terapi yang dilakukan bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara normal tanpa menggunakan alat bantu dengar dan tanpa menggunakan bahasa isyarat.
4. Apakah fokus dari terapi yang dilakukan?
Jawab: fokusnya yaitu anak bisa mengeluarkan suara dan kata. 5. Apa saja kendala-kendala yang dialami saat terapi?
Jawab: kendalanya sih tidak terlalu banyak terkadang anak yang tidak mau diberi materi atau terapi sehingga kalau di paksa membuat anak mengamuk. 6. Sudakah ada hasil atau perbedaan dari pertama siswa masuk (sebelum
Jawab: hasil sudah ada dapat dilihat dari kemampuan anak dalam berbicara. Banyak anak yang dari rumah menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi sekarang sudah bisa mengeluarkan suara dan berkomunikasi tanpa bahasa isyarat. Kemampuan membaca dan menghafalpun sudah terlihat.
Lampiran 2
DOKUMENTASI
2. Wawancara dengan salah satu pendamping
3. Wawancara dengan beberapa gurur dan juga pengasuh
5. Proses pembelajaran membaca dan menulis di Rumah Abata
7. Proses pembelajaran Iqro’ di Rumah Abata
Lampiran 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Abdin Nur Khaqiqi
Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 9 september 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Wangansuko RT 02 RW 03, Sukomarto, Jumo, Temanggung
Kode Pos : 56256
HP : 085643286964
Latar Belakang Pendidikan Formal
1. Tahun 2001-2002 TK Darmawanita Karangtejo 2. Tahun 2002-2008 SDN Karangtejo
3. Tahun 2008-2011 MTs Ma’arif Jumo 4. Tahun 2011-2014 MA Al-Huda Kedu 5. Tahun 2014-sekarang IAIN Salatiga