• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis

Web masih perlu dilakukan pengembangan sistem lebih lanjut, beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain :

- Perlu dilakukan penambahan gambar dan komponen multimedia lain untuk lebih memperjelas dan mempermudah membayangkan informasi yang disajikan.

- Perlu dilakukan peningkatan kualitas desain layout agar dapat ditampilkan dengan baik di semua browser engine.

- Perlu dilakukan peningkatan kelengkapan isi informasi yang disampaikan. - Perlu dilakukan beberapa perbaikan pada sistem, baik perbaikan dalam hal

script pemrograman dan desain desain layout, sehingga sistem dapat berjalan dengan lebih baik di Internet.

- Perlu dilakukan perawatan sistem secara kontinyu agar sistem informasi dapat dipergunakan dan berkesinambungan baik desain layout dan isi yang disajikan selalu up to date.

- Sustainabilitas situs dapat dijaga apabila situs dikelola suatu badan atau organisasi yang berhubungan dengan masalah jamur, misalnya Kelompok Tani, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, atau Pusat Riset Budidaya Jamur.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, G. 2001. Ms. Frontpage 2000 Webbot : Belajar Sendiri. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Awad, E. M. dan Goetere, M. H. 1992. Database Management. Boyd and Fraser Publising Company, Danvers, Massachussets, USA.

Chang, S.T. dan P.G. Miles. 1989. Edible Mushrooms and Their Cultivation. CRC Press, Inc. Boca Raton.

Daryani, Sri. 1999. Pertumbuhan jamur kuping (Auricularia auriculae) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dalam rumah tanaman dengan suhu terkendali. Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, Agustin Wydia. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gunawan, A. W. Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Serbuk Gergaji Kayu Jeungjing (Albazia falcataria). Tech. Notes. 4 : 20 – 24. 1992.

Gunawan, A. W. Tiga Metode Aerasi pada Budidaya Jamur Tiram Putih. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 2 : 10 – 13. 1993.

http://warintek.progressio.or.id/pertanian/jtiram.htm

Karjono. Membuat Bibit Jamur Sendiri. Trubus. No. 344 hal. 26. Juli 1998. Korth, H. E. dan A. Silberschartz. 1998. Database Design Concept. McGraw Hill,

Inc., New York, USA.

Mannino, M. V. 2001. Database Application Development and Design. McGraw Hill Companies, Inc., New York, USA.

Mc. Mannus, P. 1998. Database Access with Visual Basic. Sams Publising. USA. O’Brien, J.A. 1999. Management Information System : A Managerial End User

Perspective. Richard D. Irwin, Inc., Boston, USA.

Paramita, Famicornus Pradnya. 1999. Distribusi suhu dan kelembaban dalam ruang tumbuh jamur terkendali. Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Purwanto, Y. 2000. Pemograman Web design dengan PHP. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Rahmat, Basuki. 2000. Dasar-dasar Usaha Budidaya Jamur. MAJI PUBLIKASI. Bandung.

Redaksi Trubus. 2001. Pengalaman Pakar & Praktisi Budidaya Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sidik, Betha dan Husni Iskandar Pohan. 2002. Pemrogaman Web dengan HTML. Informatika, Bandung.

Solahudin, M. 2000. Sistem Pakar Diagnosa Kerusakan Traktor Tangan Berbasis Internet. Thesis. Program Studi Keteknikan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Suhardiman, P. 1983. Jamur Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suriawiria, Unus. 1986. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Penerbit Angkasa. Bandung.

Suriawiria, Unus. 1997. Bioteknologi Perjamuran. Penerbit Angkasa. Bandung Suriawiria, Unus. 2001. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu : Shiitake, Kuping,

Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjokrosoedarmo, A. H. Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Jerami. Biologi 1 : 1 – 12. 1991.

Wahab, M. N. A. 1986. Penanaman Cendawan Tiram. Pusat Pengembangan Pendidikan Lanjutan UPM. Selangor.

YA, Cahyana, Muchroji, Bakrun, M. 2004. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lampiran 1. Kuisioner uji website

KUISIONER UJI WEBSITE

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI

BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) BERBASIS WEB

Isikan kuesioner dengan jujur, beri tanda silang (x) pilihan yang sesuai Nama Responden :_____________________________________ Profesi : Mahasiswa Dosen / Peneliti Kalangan industri Waktu :_________________________Tempat :________________________ 1. Penilaian responden terhadap desain grafis dalam sistem informasi

Sangat bagus Bagus Sedang Tidak menarik Sangat tidak menarik

Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

2. Penilaian responden terhadap kecepatan akses sistem informasi Sangat cepat Cepat Sedang Lambat Sangat lambat Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

3. Penilaian responden terhadap kemudahan penggunaan sistem informasi Sangat mudah Mudah Sedang Sulit Sangat sulit Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

4. Penilaian responden terhadap kelengkapan isi sistem informasi Sangat lengkap Lengkap Cukup Kurang Sangat kurang Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

5. Penilaian responden terhadap penjelasan sistem informasi Sangat jelas

Jelas Tidak jelas Sangat tidak jelas

Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

6. Penggunaan fasilitas tambahan (multimedia / gambar) sebagai media pendukung informasi

Sangat perlu Perlu Tidak perlu Sangat tidak perlu

Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

7. Penilaian responden terhadap hal baru yang didapat dalam sistem informasi Sangat banyak Banyak Sedikit Sangat sedikit Alasan : __________________________________________________________ __________________________________________________________

Lampiran 2. Hasil kuisioner uji website

Tabel 9. Penilaian responden terhadap desain grafis sistem informasi Penilaian Persentase

Sangat bagus 0

Bagus 85.71

Sedang 14.29

Tidak menarik 0

Sangat tidak menarik 0

Tabel 10. Penilaian responden terhadap kecepatan akses sistem informasi Penilaian Persentase Sangat cepat 3.57 Cepat 89.29 Sedang 3.57 Lambat 3.57 Sangat lambat 0

Tabel 11. Penilaian responden terhadap kemudahan penggunaan sistem informasi Penilaian Persentase Sangat mudah 10.71 Mudah 82.14 Sedang 7.14 Sulit 0 Sangat sulit 0

Tabel 12. Penilaian responden terhadap kelengkapan isi sistem informasi Penilaian Persentase Sangat lengkap 3.57 Lengkap 75 Cukup 17.86 Kurang 3.57 Sangat kurang 0

Lampiran 2. Hasil kuesioner uji website (lanjutan)

Tabel 13. Penilaian responden terhadap penjelasan sistem informasi Penilaian Persentase

Sangat jelas 3.57

Jelas 82.14

Tidak jelas 17.86

Sangat tidak jelas 0

Tabel 14. Penilaian responden terhadap penggunaan fasilitas tambahan (multimedia / gambar) sebagai media pendukung informasi Penilaian Persentase

Sangat perlu 78.57

Perlu 21.43

Tidak perlu 0

Sangat tidak perlu 0

Tabel 15. Penilaian responden terhadap hal baru yang didapat dalam sistem informasi Penilaian Persentase Sangat banyak 0 Banyak 78.57 Sedikit 21.43 Sangat sedikit 0

Lampiran 3. Tabel kandungan nutrisi beberapa jenis jamur kayu Tabel 3. Kandungan nutrisi beberapa jenis jamur kayu

Karbohidrat Spesies Jamur Kadar Air Protein N

x 4,8 Lemak Total N-bebas Serat Abu

Nilai Energi 1.Kancing/champignon - Agaricus bisporus - Agaricus campestris 2.Kuping /mouleh/hiratake - Auricularia sp. 3.Bolets/supa kakabu - Boletus edulis 4.Enokitake/winter - Flammulina velutives 5.Shiitake/chinese black mushroom - Lentinus edodes 6.Tiram - Pleurotus epus - Pleurotus florida - Pleurotus ostreatus - Pleurotus sajor-caju 7.Padi/merang/paddy straw mushroom - Volvariella displasia - Volvariella volvacea 78,3 – 90,5 89,7 89,1 87,3 89,2 90,0 – 91,8 92,2 91,5 73,7 – 90,8 90,1 90,4 89,1 23,9 – 34,8 33,2 4,2 29,7 17,6 13,4 – 17,5 25,0 27,0 10,5 – 30,4 26,6 28,5 25,9 1,7 – 8,0 1,9 8,3 3,1 1,9 4,9 – 8,0 1,1 1,6 1,6 – 2,2 2,0 2,6 2,4 51,3 – 62,5 56,9 82,8 59,7 73,1 67,5 – 78,0 59,2 58,0 57,6 – 81,8 50,7 57,4 - 44,0 – 53,5 48,8 63,0 51,7 69,4 59,5 – 70,7 - - 48,9 – 74,3 - 40,0 45,3 8,0 – 10,4 8,1 19,8 8,0 3,7 7,3 – 8,0 12,0 11,5 7,5 – 8,7 13,3 17,4 9,3 7,7 – 12,0 8,0 4,7 7,5 7,4 3,7 – 7,0 9,1 9,3 6,1 – 9,8 6,5 11,5 8,8 328 – 368 354 351 362 378 387 – 392 261 265 245 – 367 300 304 276

(Sumber : H. Unus Suriawiria, 2001)

Lampiran 4. Diagram pohon sistem Menu Utama Kuisioner Home Buku Tentang Kami Sekilas Jamur Tiram

Potensi Budidaya Analisis

Biaya Informasi Pembuatan Bibit Kandungan Senyawa

Pertumbuhan Hama dan Penyakit Sejarah Jenis Kelemahan Manfaat Jamur Konsumsi Kebutuhan Nutrisi Volume Ekspor Volume Impor Nilai Ekspor Nilai Impor Sasaran Luas Panen Sasaran Produksi Nutrisi Vitamin dan Mineral Asam Amino Esensial Syarat Tumbuh Media Tumbuh Hama Penyakit Pengendalian Pencegahan Pemberantasan Berbagai Cara Penyerangan Pembuatan Kultur Murni Pembuatan Bibit Induk Pembuatan Bibit Produksi Syarat Mutu Bibit Persiapan Sarana Produksi Pengolahan Media Tanam Penanaman Bibit Pemeliharaan Tanaman Panen Pasca Panen Pembuatan Bibit Budidaya Alamat Penyedia Bibit Alamat Petani dan Pedagang Pakar Pustaka 91

Lampiran 5. Aliran sistem

Mulai

Pilih salah satu menu halaman

utama

Keputusan

Keluar Pilih salah satu

menu atas

Pilih salah satu menu samping

Tampilkan Menu Halaman Utama Budidaya Jamur Tiram :

a. Menu Atas 1. Home 2. Tentang Kami 3. Buku Tamu 4. Quistioner b. Menu Samping

1. Sekilas Jamur Tiram 2. Potensi

3. Kandungan Senyawa 4. Pertumbuhan 5. Hama dan Penyakit 6. Pembuatan Bibit 7. Budidaya 8. Analisis Biaya 9. Informasi 10. Edit Data A B Tidak Ya

Lampiran 2. Aliran sistem (lanjutan) A Pilih Home Pilih Tentang Kami Pilah Buku Tamu Pilih Pencarian

Tampilkan Halaman Utama Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.)

Tampilkan Halaman Tentang Kami

Tampilkan Halaman Buku Tamu

Tampilkan Halaman Kuisioner

Pilih Tombol Kembali

Lampiran 2. Aliran sistem (lanjutan)

B

Pilih SubMenu Sekilas Jamur Tiram

Pilih SubMenu Potensi

Pilah SubMenu Kandungan Senyawa

Pilih SubMenu Pertumbuhan

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Hama&Penyakit

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Pembuatan Bibit

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Budidaya

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Analisis Biaya

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Informasi

Tampilkan Halaman SubMenu yang Dipilih

Pilih SubMenu Edit Data

Pilih Tombol Kembali

Lampiran 2. Aliran sistem (lanjutan) C Pilih Tombol Batal Tampilkan Form Password Masukkan Passwword Tampilkan Windows Peringatan Kesalahan Tidak Ya D D

Pilih Jenis Data

Pilih Data Potensi

Pilih Data Informasi

E

Lampiran 2. Aliran sistem (lanjutan)

E

Pilih Jenis Data

Pilih Tombol Delete

Pilih Tombol Refresh

Pilih Tombol Add

Pilih Tombol Close Hapus Record Data Pilih Tombol Update Kembali ke Record Pertama Menambah

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit

Berikut ini uraian Analisis biaya pembuatan bibit jamur tiram dalam satu periode produksi (satu kali periode pembuatan bibit produksi atau bibit semai jamur tiram dalam satu tahun) menggunakan tingkat bunga pinjaman saat ini untuk UKM (Usaha Kecil Menengah) berdasarkan standar tingkat bunga yang diberikan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) tahun 2005 sebesar 15 % per tahun.

A. Bibit produksi dihasilkan dari kultur murni (F1) yang dibeli 1. Investasi

a. Bangunan (+ biaya pembuatan)

Bangunan bambu ukuran (9 m x 6 m) Rp 2.000.000,00

b. Peralatan

- Autoklaf diameter 80 cm Rp 1.200.000,00 - Kompor 2 buah Rp 150.000,00 - Tangki minyak (20 liter) Rp 30.000,00 - Pompa sepeda Rp 25.000,00 - Meja kursi Rp 30.000,00 - Kotak inokulasi sederhana Rp 100.000,00 - Alat-alat : pembakar alkohol, jarum ose,

skalpel, panci, tabung reaksi, lampu

spiritus, dan alat lain Rp 500.000,00

Total Biaya Rp 2.035.000,00

c. Rak (+ biaya pembuatan) Rak inkubasi (3 m x 0,5 m x 0,5 m,

5 tingkat) @ Rp 100.000,00 5 buah Rp 500.000,00

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

2. Biaya Tetap (BT)

a. Penyusutan Bangunan

Biaya penyusutan bangunan dengan umur ekonomis 5 tahun dan nilai akhir 10 % dari harga awal.

(Harga awal – Nilai akhir) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (2.000.000 – 200.000) = 5 = Rp 360.000,00 per tahun b. Penyusutan Peralatan

Biaya penyusutan peralatan dengan umur ekonomis 3 tahun dan nilai akhir 10 % dari harga awal.

(Harga awal – Nilai akhir) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (2.035.000,00 – 203.500) = 3 = Rp 610.500,00 per tahun c. Penyusutan Rak

Biaya penyusutan rak dengan umur ekonomis 3 tahun dan nilai akhir 10 % dari harga awal.

(Harga awal – Nilai akhir) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (500.000 – 50.000) = 3 = Rp 150.000,00 per tahun

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

Total biaya tetap (BT) = Rp 1.120.500,00 per tahun

Total nilai akhir = 2.000.000 – (3 x 360.000,00) + 203.500,00 +

50.000,00 = Rp. 1.173.500,00

3. Biaya Tidak Tetap (BTT)

Biaya tidak tetap pada pembuatan bibit jamur tiram (sampai menjadi bibit produksi) terdiri dari biaya uji coba biakan murni, biaya pembuatan biakan induk, biaya pembuatan bibit induk, dan biaya pembuatan bibit produksi. a. Biaya bahan uji coba biakan murni

Sebelum diperbanyak sebagai bibit, biakan murni harus diuji terlebih dahulu. Biakan murni dibuat menjadi bibit induk dengan media tumbuh dari bahan biji sorgum (biji dapat diganti dengan biji jagung, padi, gandum). Bibit ini ditanam pada media produksi.

- Botol bibit 1 buah @ Rp 350,00 Rp 350,00 - Sorgum per botol @ Rp 600,00 Rp 600,00 - Kapas tutup botol @ Rp 200,00 Rp 200,00 - Spiritus Rp 1000,00

Total biaya Rp 2.100,00

Catatan :

Jika uji coba ini menunjukkan hasil yang baik, maka biakan murni dapat diperbanyak sebagai biakan induk, bibit induk, dan bibit produksi. Biakan induk dapat juga langsung digunakan sebagai bibit produksi.

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

b. Biaya bahan pembuatan biakan induk - Biakan murni 1 tabung

(untuk 10 botol biakan induk) Rp 25.000,00 - Botol biakan induk 10 buah @ Rp 350,00 Rp 3.500,00 - Media ADK 30 ml/botol (10 botol) Rp 10.000,00 - Kapas tutup botol @ Rp 200,00 Rp 2.000,00 - Spiritus untuk pembakar alkohol Rp 1.000,00

Total biaya Rp 41.500,00

Biaya pembuatan 1 botol biakan induk adalah Rp 41.500,00 : 10 = Rp 4.150,00.

c. Biaya bahan pembuatan bibit induk

Pembuatan bibit induk ini dilakukan dari 10 botol biakan induk. Untuk setiap 1 botol biakan induk dapat dibuat 20 botol bibit induk. Jadi, untuk 10 botol biakan induk dapat dibuat 200 botol bibit induk.

- Botol bibit induk 200 buah @ Rp 350,00 Rp 70.000,00 - Sorgum 200 botol bibit induk @ Rp 600,00 Rp 120.000,00 - Kapas tutup botol 200 buah @ Rp 200,00 Rp 40.000,00 - Minyak tanah untuk memasak sorgum

dan mensterilkan botol berisi sorgum Rp 10.000,00 - Spiritus untuk bekerja aseptik Rp 10.000,00

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

d. Biaya pembuatan bibit produksi

Untuk setiap 1 botol bibit induk dapat dibuat 50 botol bibit produksi. Jadi, untuk 200 botol bibit induk dapat dibuat 10.000 botol bibit produksi.

- Botol bibit produksi 10.000 buah

@ Rp 350,00 Rp 3.500.000,00 - Sorgum 10.000 botol @ Rp 600,00 Rp 6.000.000,00 - Kapas tutup botol 10.000 buah @ Rp 200,00 Rp 2.000.000,00 - Minyak tanah untuk memasak sorgum

dan mensterilkan botol berisi sorgum Rp 500.000,00

- Spiritus Rp 500.000,00

Total biaya Rp 12.500.000,00

e. Tenaga Kerja

- Penguji-coba biakan murni sampai

membentuk tubuh buah Rp 50.000,00 - Pembuat biakan induk (10 botol) Rp 1.000,00 - Pembuat bibit induk (200 botol) Rp 20.000,00 - Pembuat bibit produksi (10.000 botol) Rp 1.000.000,00 - Pengemas media untuk bibit sampai siap

diinokulasi dengan biakan induk Rp 20.000,00 - Pengemas media untuk bibit sampai siap

diinokulasi dengan bibit induk Rp 1.000.000,00

Total biaya Rp 2.091.000,00

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

4. Pengeluaran

a. Pengeluaran awal tahun

Total pengeluaran = Biaya Investasi + Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT)

= Rp 4.535.000,00 + Rp 1.120.500,00 + Rp 14.884.600,00

= Rp 20.540.100,00

b. Pengeluaran per tahun

Total pengeluaran = Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp 1.120.500,00 + Rp 14.884.600,00 = Rp 16.005.100,00

5. Biaya pokok produksi satu periode (satu tahun) BT/x + BTT Bp = k 1.120.500/1 + 14.884.600 = 10.000 = Rp 1.600,51 per botol

Titik impas terletak pada harga pokok produksi Rp 1.600,51 per botol.

Keterangan :

Bp : biaya pokok (Rp/botol) BT : biaya tetap (Rp/tahun)

BTT : biaya tidak tetap (Rp/periode)

x : jumlah periode per tahun (periode /tahun) k : jumlah produksi per periode (botol/ periode)

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

6. Penerimaan

Dalam satu periode pembuatan bibit jamur tiram dari biakan murni (F1) sampai dihasilkan bibit produksi (F4) memerlukan waktu 6,5 – 7,5 bulan. Dalam satu periode tersebut dihasilkan 10.000 botol bibit produksi yang dijual dengan harga Rp 2.500,00 per botol. Jadi, jumlah pendapatan yang diterima Rp 25.000.000,00.

7. Keuntungan

Keuntungan = Penerimaan – Pengeluaran

= Rp 25.000.000,00 – Rp 16.005.100,00 = Rp 8.994.900,00 per tahun

Jadi, dalam satu tahun (satu periode) pembuatan bibit produksi, keuntungan yang diterima sebesar Rp 8.994.900,00.

8. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari penerimaan dan biaya. Dengan demikian, jika NPV bernilai positif maka usaha ini memperoleh keuntungan sehingga layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika NPV bernilai negatif maka usaha ini memperoleh kerugian sehingga tidak layak dijalankan. Kita lihat kelayakan usaha ini selama 5 tahun ke depan (umur usaha selama 5 tahun) dengan asumsi biaya selama 5 tahun ke depan masih relatif sama dan dengan discount rate 15 % per tahun.

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

Tabel arus kas biaya dan penerimaan (dalam juta Rupiah) C Thn Investasi BTT Total B B – C DF 15 % Nilai Sekarang (PV) 0 4535000 - 4535000 0 -4535000 1 -4535000 1 0 14884600 14884600 25000000 10115400 0.87 8800398 2 0 14884600 14884600 25000000 10115400 0.756 7647242 3 0 14884600 14884600 26173500 11288900 0.658 7428096 NPV 19340736

Berdasarkan hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan bahwa pembuatan bibit jamur ini layak untuk dilaksanakan sebagai usaha karena nilai NPV > 0.

9. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat pengembalian modal, yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun (%/tahun). Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, di mana nilai NPV sama dengan nol.

Tabel arus kas biaya dan penerimaan (dalam juta Rupiah) dan perhitungan IRR Thn C B B – C DF 15% PV 15% DF 20% PV 20% DF 25% PV 25% 0 4535000 0 -4535000 1 -4535000 1 -4535000 1 -4535000 1 14884600 25000000 10115400 0.87 8800398 0.833 8426128 0.8 8092320 2 14884600 25000000 10115400 0.756 7647242 0.694 7020088 0.64 6473856 3 14884600 26173500 11288900 0.658 7428096 0.579 6536273 0.512 5779917 NPV 19340736 17447489 15811093 NPV ’ IRR = i ’ + (NPV ’ – NPV “) 17447489 = 20 + (25 – 20) (17447489 – 15811093) = 73,31 %

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

73,31% lebih besar dari nilai discount rate 15 %. Artinya, usaha ini layak dijalankan sampai jangka waktu yang diasumsikan.

10.B/C Ratio + NPVB-C positif B/C Ratio = • NPV B-C negatif 19340736 = • (•4535000) = 4,26

Dari perhitungan di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, karena nilai B/C Ratio lebih besar dari satu.

B. Bibit produksi dihasilkan dari kultur murni (F1) yang dibuat sendiri Mendapatkan biakan murni dengan cara membeli sebenarnya cukup berisiko karena belum tentu biakan murni tersebut merupakan keturunan F1. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut di atas, ada baiknya jika membuat biakan murni sendiri dari tubuh buah. Dengan besar biaya tetap (BT) dan biaya tidak tetap (BTT) sama seperti di perhitungan sebelumnya, hanya biaya tidak tetap (BTT) ditambahkan dengan biaya pembuatan biakan murni dari tubuh buah jamur tiram.

1. Investasi

Total Biaya Investasi = Rp 4.535.000,00

2. Biaya Tetap (BT)

Total biaya tetap (BT) = Rp 1.120.500,00 per tahun

Total nilai akhir = 2.000.000 – (3 x 360.000,00) + 203.500,00 +

= Rp. 1.173.500,00 Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

3. Biaya Tidak Tetap (BTT)

a. Biaya bahan pembuatan biakan murni dari tubuh buah jamur tiram :

- Tubuh buah jamur tiram Rp 2.500,00 - Agar-agar cawan (3 cawan) @ Rp 6.000,00 Rp 18.000,00 - Agar-agar miring (3 tabung) @ Rp 6.000,00 Rp 18.000,00 - Spiritus untuk pembakar alkohol Rp 1.000,00

Total biaya Rp 39.500,00

b. Tenaga kerja

- Pembuatan biakan murni Rp 15.000,00 - Penguji-coba biakan murni sampai

membentuk tubuh buah Rp 50.000,00 - Pembuat biakan induk (10 botol) Rp 1.000,00 - Pembuat bibit induk (200 botol) Rp 20.000,00 - Pembuat bibit produksi (10.000 botol) Rp 1.000.000,00 - Pengemas media untuk bibit sampai siap

diinokulasi dengan biakan induk Rp 20.000,00 - Pengemas media untuk bibit sampai siap

diinokulasi dengan bibit induk Rp 1.000.000,00

Total biaya Rp 2.106.000,00

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

4. Pengeluaran

a. Pengeluaran awal tahun

Total pengeluaran = Biaya Investasi + Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT)

= Rp 4.535.000,00 + Rp 1.120.500,00 + Rp 14.939.100,00

= Rp 20.594.600,00

b. Pengeluaran per tahun

Total pengeluaran = Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp 1.120.500,00 + Rp 14.939.100,00 = Rp 16.059.600,00

5. Biaya pokok produksi satu periode (satu tahun) BT/x + BTT Bp = k 1.120.500/1 + 14.939.100 = 10.000 = Rp 1.605,96 per botol

Titik impas terletak pada harga pokok produksi Rp 1.605,96 per botol.

Keterangan :

Bp : biaya pokok (Rp/botol) BT : biaya tetap (Rp/tahun)

BTT : biaya tidak tetap (Rp/periode)

x : jumlah periode per tahun (periode /tahun) k : jumlah produksi per periode (botol/ periode)

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

6. Penerimaan

Dalam satu siklus pembuatan bibit jamur tiram dari biakan murni (F1) sampai dihasilkan bibit produksi (F4) memerlukan waktu 6,5 – 7,5 bulan. Dalam satu siklus tersebut dihasilkan 10.000 botol bibit produksi yang dijual dengan harga Rp 2.500,00 per botol. Jadi, jumlah pendapatan yang diterima Rp 25.000.000,00.

7. Keuntungan

Keuntungan = Penerimaan – Pengeluaran

= Rp 25.000.000,00 – Rp 16.059.600,00 = Rp 8.940.400,00

Jadi, dalam satu periode pembuatan bibit produksi, keuntungan yang diterima sebesar Rp 8.940.400,00.

8. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari penerimaan dan biaya. Dengan demikian, jika NPV bernilai positif maka usaha ini memperoleh keuntungan sehingga layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika NPV bernilai negatif maka usaha ini memperoleh kerugian sehingga tidak layak dijalankan. Kita lihat kelayakan usaha ini selama 5 tahun ke depan (umur usaha selama 5 tahun) dengan asumsi biaya selama 5 tahun ke depan masih relatif sama dan dengan discuon rate 15 % per tahun.

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

Tabel arus kas biaya dan penerimaan (dalam juta Rupiah) C Thn Investasi BTT Total B B – C DF 15 % Nilai Sekarang (PV) 0 4535000 - 4535000 0 -4535000 1 -4535000 1 0 14939100 14939100 25000000 10060900 0.87 8752983 2 0 14939100 14939100 25000000 10060900 0.756 7606040 3 0 14939100 14939100 26173500 11234400 0.658 7392235 NPV 19216258

Berdasarkan hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan bahwa pembuatan bibit jamur ini layak untuk dilaksanakan sebagai usaha karena nilai NPV > 0.

9. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat pengembalian modal, yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun (%/tahun). Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, di mana nilai NPV sama dengan nol. Tabel arus kas biaya dan penerimaan (dalam juta Rupiah) dan perhitungan IRR. Thn C B B – C DF 15% PV 15% DF 20% PV 20% DF 25% PV 25% 0 4535000 0 -4535000 1 -4535000 1 -4535000 1 -4535000 1 14939100 25000000 10060900 0.87 8752983 0.833 8380730 0.8 8048720 2 14939100 25000000 10060900 0.756 7606040 0.694 6982265 0.64 6438976 3 14939100 26173500 11234400 0.658 7392235 0.579 6504718 0.512 5752013 NPV 19216258 17332713 15704709 NPV ’ IRR = i ’ + (NPV ’ – NPV “) 17332713 = 20 + (25 – 20) (17332713 – 15704709) = 73,23 %

Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit (lanjutan)

Jadi, nilai IRR 73,23 % lebih besar dari nilai discount rate 15 %. Artinya, usaha ini layak dijalankan sampai jangka waktu yang diasumsikan. 10.B/C Ratio + NPVB-C positif B/C Ratio = • NPV B-C negatif 19216258 = • (• 4535000) = 4,24

Dari perhitungan di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, karena nilai B/C Ratio lebih besar dari satu.

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya

Berikut ini uraian analisis biaya budidaya jamur tiram dalam satu periode produksi (satu kali periode produksi jamur tiram adalah 5 bulan) menggunakan tingkat bunga pinjaman saat ini untuk UKM (Usaha Kecil Menengah) berdasarkan standar tingkat bunga yang diberikan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) tahun 2005 sebesar 15 % per tahun.

BIBIT : MEMBELI

C. Investasi

1. Bangunan Bambu Standar (3,5 m x 6 m) 1 buah (+ biaya masing- masing pembuatan)

a. Ruang persiapan Rp 500.000,00

b. Ruang inokulasi Rp 500.000,00

c. Ruang inkubasi Rp 500.000,00

d. Ruang penanaman Rp 500.000,00

e. Ruang gudang bahan Rp 500.000,00

Total biaya Rp 2.500.000,00

2. Rak (+ biaya masing-masing pembuatan) a. Rak inkubasi (3 m x 0,5 m x 0,5 m, 5 tingkat) @ Rp 100.000,00 2 buah Rp 200.000,00 b. Rak pertumbuhan (3 m x 0,5 m x 0,5 m, 5 tingkat) @ Rp 100.000,00 6 buah Rp 600.000,00 Total biaya Rp 800.000,00

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya (lanjutan)

3. Peralatan

a. Sterilizer (200 liter) 1 buah Rp 100.000,00 b. Kompor tekan (1 set) 1 buah Rp 75.000,00

c. Sprayer (1 set) 1 buah Rp 75.000,00

d. Peralatan produksi (cangkul, sekop, ember,

lampu spiritus) masing-masing 1 buah Rp 100.000,00

Total biaya Rp 350.000,00

Total Biaya Investasi = Rp 3.650.000,00

D. Biaya Tetap (BT)

1. Penyusutan Bangunan Bambu Standar (3,5 m x 6 m)

Biaya penyusutan bangunan dengan umur ekonomis 3 tahun dan nilai sisa 10 % dari harga investasi awal.

(Harga investasi awal – Nilai sisa) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (2.500.000 – 250.000) = 3 = Rp 750.000,00 per tahun 2. Penyusutan Rak

Biaya penyusutan rak dengan umur ekonomis 3 tahun dan nilai sisa 10 % dari harga investasi awal.

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya (lanjutan)

(Harga investasi awal – Nilai sisa) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (800.000 – 80.000) = 3 = Rp 240.000,00 per tahun 3. Penyusutan Peralatan

Biaya penyusutan peralatan dengan umur ekonomis 3 tahun dan nilai sisa 10 % dari harga investasi awal.

(Harga investasi awal – Nilai sisa) Biaya penyusutan = Umur ekonomis (350.000 – 35.000) = 3 = Rp 105.000,00 per tahun

Total Biaya Tetap (BT) per tahun = Rp 1.095.000,00

Total nilai akhir = 250.000,00 + 80.000,00 + 35.000,00 = Rp. 365.000,00

E. Biaya Tidak Tetap (BTT) untuk 1 kali produksi = 5 bulan 1. Bahan baku (serbuk kayu) 1.000 kg

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya (lanjutan)

2. Bahan pelengkap :

a. Bekatul (dedak padi) 100 kg @ Rp 800,00 Rp 80.000,00 b. Kapur (CaCO3) 20 kg @ Rp 800,00 Rp 16.000,00 c. Gips (CaSO4) 20 kg @ Rp 1.500,00 Rp 30.000,00 d. Plastik 1.000 buah @ Rp 50,00 Rp 50.000,00 e. Penutup plastik 25 kg @ Rp 500,00 Rp 12.500,00 f. Bibit semai (bibit produksi) 20 botol

@ Rp 4.000,00 Rp 80.000,00

Total biaya Rp 268.500,00

3. Tenaga kerja :

a. Pengawas 1 orang @ Rp 7.000,00

selama 150 hari Rp 1.050.000,00 b. Persiapan (pembuatan media tanam)

2 orang @ Rp 5.000,00 selama 30 hari Rp 300.000,00 c. Inokulasi (penanaman bibit pada media

tanam) 2 orang @ Rp 5.000,00 selama 30 hari Rp 300.000,00 d. Pemeliharaan tanaman 2 orang @ Rp 5.000,00

selama 30 hari Rp 300.000,00 e. Serba guna 2 orang @ Rp 6000,00

selama 30 hari Rp 360.000,00

Total biaya Rp 2.310.000,00

Catatan: Sisa waktu 30 hari untuk panen sebanyak 4-6 kali oleh tenaga kerja serba guna.

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya (lanjutan)

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) untuk 1 kali produksi = 5 bulan (1 periode) adalah Rp 2.778.500,00

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) per tahun (2 kali produksi) : BTT = total biaya tidak tetap 1 kali produksi× jumlah produksi = Rp 2.778.500,00 × 2

= Rp 5.557.000,00

Catatan :

- Kapasitas panen per periode (6 kali panen) = 1500 baglog - 1 baglog = 6 kali panen

- Hasil 1 kali panen untuk 1 baglog = 0,25 kg

- Hasil 6 kali panen untuk 1 baglog = 0,25 kg x 6 = 1,5 kg - Hasil panen 1500 baglog untuk 6 kali panen = 2.250 kg - Tingkat efisiensi produksi minimal 30 %.

- Tingkat kegagalan maksimal 20 %.

F. Pengeluaran

a. Total pengeluaran awal tahun

Total pengeluaran = Investasi + Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT)

= Rp 3.650.000,00 + Rp 1.095.000,00 + Rp 5.557.000,00

= Rp 10.302.000,00

b. Total pengeluaran per tahun

Total pengeluaran = Biaya Tetap (BT) + Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp 1.095.000,00 + Rp 5.557.000,00

Lampiran 7. Analisis biaya budidaya (lanjutan)

Dokumen terkait