RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI
BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.
)
BERBASIS WEB
Oleh :
SATRIA POERNAMA F14101132
2005
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI
BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.
)
BERBASIS WEB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SATRIA POERNAMA F14101132
2005
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.)
BERBASIS WEB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SATRIA POERNAMA F14101132
Dilahirkan Pada Tanggal 26 Mei 1983 Di Garut
Tanggal lulus : September 2005
Menyetujui,
Bogor, September 2005
Ir. Mohamad Solahudin, M.Si
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS
Satria Poernama. F14101132. Rancang Bangun Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web. Di bawah bimbingan : Mohamad Solahudin. 2005.
RINGKASAN
Jamur tiram (Pleurotus spp.) merupakan jamur konsumsi yang memiliki
nilai bisnis tinggi, mengandung senyawa bermanfaat dan luas penggunaannya.
Bentuk tudungnya seperti cangkang tiram. Rasanya sangat enak, kandungan
gizinya cukup tinggi. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yan paling mudah
dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai macam substrat dan mempunyai
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Potensi pasar jamur tiram
masih sangat terbuka, apalagi jenis jamur ini baru mulai memasyarakat pada
kalangan menengah ke atas.
Prospek pengusahaan jamur tiram di Indonesia cukup cerah karena kondisi
alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidaya, bahan baku untuk
membuat substrat/log tanaman jamur tiram cukup melimpah, bibit jamur yang
unggul sudah tersedia (di Bandung, bibit jamur unggul dapat diperoleh di
Laboratorium Mikro-biologi, Jurusan Biologi, ITB) sehingga untuk memulai
usaha dalam skala terbatas tidak perlu membeli bibit dari luar apalagi mengimpor.
Tujuan penelitian ini adalah membangun suatu Sistem Informasi Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web yang mampu menyajikan informasi
dengan cepat, mudah pemakaiannya dan mampu diakses di manapun dan
kapanpun melalui internet. Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi
data-data potensi dan gambaran perhitungan biaya pembuatan bibit jamur dan
budidaya jamur pada skala usaha tani.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei - Agustus 2005 di Laboratorium
Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan
dalam membangun sistem informasi ini adalah System Development Life Cycle
(SDLC) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : investigasi sistem, analisis
Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) menyajikan
informasi tentang sejarah, jenis, manfaat, kelemahan, dan kebutuhan nutrisi jamur
tiram. Selain itu, sistem informasi ini menyajikan informasi tentang potensi jamur
tiram, kandungan senyawa beberapa jamur, pertumbuhan jamur tiram, hama dan
penyakit jamur tiram serta pencegahan dan pemberantasannya, proses pembuatan
bibit jamur tiram, tahapan budidaya jamur tiram, gambaran analisis biaya
pembuatan bibit dan budidaya jamur tiram, serta informasi penyedia bibit, petani
dan pedagang, pakar, dan pustaka jamur.
Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) dapat diakses
melalui internet dengan alamat URL : http://sijati.777mb.com/. Hasil pengujian
performansi pada internet menggunakan beberapa browser engine, yaitu Internet
Explorer 6.0, Mozilla Firefox 1.0.6, Opera 8.0, dan Netscape Browser 8.0.
menunjukan bahwa sistem informasi dapat bekerja cukup baik dan desain web
cukup sesuai dengan rancangan, seperti yang telah dilakukan pada server local
intranet. Hasil terbaik diperoleh dengan menggunakan browser engine Internet
Explorer 6.0 resolusi 1024 × 768 pixels. Perawatan sistem ini dilakukan oleh
pengelola sistem yang sudah terdaftar di administrator.
Secara umum, penilaian responden terhadap desain grafis sistem informasi
sudah bagus (86 %), kecepatan akses sistem cepat (88 %), sistem mudah
digunakan (82 %), kelengkapan isi sistem informasi sudah lengkap (74 %),
penjelasan sistem informasi sudah jelas (80 %), penambahan fasilitas multimedia
atau gambar sangat perlu (79 %), dan hal baru yang didapat dari sistem informasi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah S.W.T, Tuhan semesta alam. Shalawat
dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah S.A.W., keluarganya serta para
sahabatnya. Atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “ Rancang Bangun Sistem Informasi Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web”.
Pemilihan pembangunan sistem informasi berbasis web ini
dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya informasi dan jaringan internet di
seluruh dunia serta semakin meningkatnya jumlah pengguna internet dari tahun ke
tahun. Selain itu dimaksudkan juga untuk meningkatkan interaksi antara pengguna
dengan sistem melalui penyuguhan tampilan sistem yang interaktif dan
komunikatif. Kelebihan dari sistem yang dibangun dengan berbasis web, yaitu
dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan di manapun tanpa batasan tempat dan
waktu.
Penulis menyadari, penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dorongan dan dukungan dari pihak lain, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih setulus hati kepada :
1. Keluarga tercinta, Ibu, Empah, De Krisna, dan De Dinar tercinta, yang
senantiasa memberikan do’a restu dan kasih sayangnya selama ini.
2. Bapak Ir. Mohamad Solahudin, M.Si sebagai pembimbing akademik. Tiada
balasan yang lebih baik dari cinta-Nya untuk kebahagiaan Bapak dan
keluarga. Terima kasih atas saran, kebijaksanaan, motivasi dan segala
masukan yang sangat berarti selama studi.
3. Departemen Pertanian Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
4. Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Pangan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan.
5. Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI) Bandung Raya.
6. Kelompok Tani Jamur bimbingan Pak Budi. Terima kasih atas waktu dan
7. My web programmer, Refit dan Dodo. Terima kasih atas bantuannya selama
ini, your are the best…
8. Terakhir untuk semua pihak : dosen, staf, pegawai perpustakaan, rekan, kakak,
adik IPB dan SMIP khususnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Semoga Allah meridhoi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skipsi ini banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis harapkan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Oktober 2005
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PENELITIAN ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. BUDIDAYA JAMUR TIRAM ... 4
1. Pembuatan Bibit ... 7
2. Budidaya ... 17
3. Hama dan Penyakit ... 32
4. Analisis Biaya ... 40
B. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA (SMBD)………. 41
C. SISTEM INFORMASI ……….. 42
D. SERVER SIDE PROGRAMMING ………... 42
E. PERSONAL HOME PAGE TOOLS (PHP) ……….. 43
F. INTERNET ………. 43
G. WORLD WIDE WEB ……… 46
H. SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) ……… 46
III. METODE PENELITIAN ………. 51
A. WAKTU DAN TEMPAT ……….. 51
B. ALAT DAN BAHAN ………...………. 51
C. PENDEKATAN SISTEM ..………... 52
1. Investigasi Sistem ………. 52
2. Analisis Sistem ………. 52
4. Implementasi Sistem ……… 53
5. Perawatan Sistem ………. 53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 54
A. INVESTIGASI SISTEM ………... 54
1. Kelayakan Teknis ………. 54
2. Kelayakan Ekonomis ………... 54
3. Kelayakan Operasional ……….... 54
B. ANALISIS SISTEM ……….. 55
1. Identifikasi Kebutuhan ………. 55
2. Identifikasi Fungsional ………. 56
3. Produk Sistem Informasi yang Ada ... 57
C. DESAIN SISTEM ……….. 57
1. Deskripsi Sistem ………... 58
2. Domain Sistem ………. 59
3. Desain Sistem ………... 59
4.1. Desain Internal ……… 59
a. Desain Database ……… 59
b. Desain Input ……….. 60
c. Desain Output ……… 63
4.2. Desain Eksternal ……… ……….. 66
a. Desain Tampilan Awal (Home) ……… . 66
b. Desain Tampilan SubMenu ……… … 67
c. Desain Tampilan Tentang Kami ……… … 68
D. IMPLEMENTASI SISTEM ………... 69
1. Pengujian pada Berbagai Browser Engine ... 69
2. Pengujian Performansi pada Server Local Intranet …... 71
3. Pengujian Performansi pada Internet ... 72
4. Pengujian Performasi oleh pengguna ……….. . 73
E. PERAWATAN SISTEM ……… 76
1. Pemeliharaan Sistem ... 76
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM ……….. . 77
1. Kelebihan Sistem ... 77
2. Kekurangan Sistem ... 78
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 80
A. KESIMPULAN ……… 80
B. SARAN ……… 81
DAFTAR PUSTAKA ……… …. 82
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI
BUDIDAYA JAMUR TIRAM (
Pleurotus spp.
)
BERBASIS WEB
Oleh :
SATRIA POERNAMA
F14101132
2005
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI
BUDIDAYA JAMUR TIRAM (
Pleurotus spp.
)
BERBASIS WEB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SATRIA POERNAMA
F14101132
2005
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI
BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.)
BERBASIS WEB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SATRIA POERNAMA
F14101132
Dilahirkan Pada Tanggal 26 Mei 1983 Di Garut
Tanggal lulus : September 2005
Menyetujui,
Bogor, September 2005
Ir. Mohamad Solahudin, M.Si
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS
Satria Poernama. F14101132. Rancang Bangun Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web. Di bawah bimbingan : Mohamad Solahudin. 2005.
RINGKASAN
Jamur tiram (Pleurotus spp.) merupakan jamur konsumsi yang memiliki nilai bisnis tinggi, mengandung senyawa bermanfaat dan luas penggunaannya.
Bentuk tudungnya seperti cangkang tiram. Rasanya sangat enak, kandungan
gizinya cukup tinggi. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yan paling mudah
dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai macam substrat dan mempunyai
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Potensi pasar jamur tiram
masih sangat terbuka, apalagi jenis jamur ini baru mulai memasyarakat pada
kalangan menengah ke atas.
Prospek pengusahaan jamur tiram di Indonesia cukup cerah karena kondisi
alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidaya, bahan baku untuk
membuat substrat/log tanaman jamur tiram cukup melimpah, bibit jamur yang
unggul sudah tersedia (di Bandung, bibit jamur unggul dapat diperoleh di
Laboratorium Mikro-biologi, Jurusan Biologi, ITB) sehingga untuk memulai
usaha dalam skala terbatas tidak perlu membeli bibit dari luar apalagi mengimpor.
Tujuan penelitian ini adalah membangun suatu Sistem Informasi Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web yang mampu menyajikan informasi dengan cepat, mudah pemakaiannya dan mampu diakses di manapun dan
kapanpun melalui internet. Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi
data-data potensi dan gambaran perhitungan biaya pembuatan bibit jamur dan
budidaya jamur pada skala usaha tani.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei - Agustus 2005 di Laboratorium
Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan
dalam membangun sistem informasi ini adalah System Development Life Cycle
(SDLC) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : investigasi sistem, analisis
Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) menyajikan informasi tentang sejarah, jenis, manfaat, kelemahan, dan kebutuhan nutrisi jamur
tiram. Selain itu, sistem informasi ini menyajikan informasi tentang potensi jamur
tiram, kandungan senyawa beberapa jamur, pertumbuhan jamur tiram, hama dan
penyakit jamur tiram serta pencegahan dan pemberantasannya, proses pembuatan
bibit jamur tiram, tahapan budidaya jamur tiram, gambaran analisis biaya
pembuatan bibit dan budidaya jamur tiram, serta informasi penyedia bibit, petani
dan pedagang, pakar, dan pustaka jamur.
Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) dapat diakses melalui internet dengan alamat URL : http://sijati.777mb.com/. Hasil pengujian performansi pada internet menggunakan beberapa browser engine, yaitu Internet Explorer 6.0, Mozilla Firefox 1.0.6, Opera 8.0, dan Netscape Browser 8.0.
menunjukan bahwa sistem informasi dapat bekerja cukup baik dan desain web
cukup sesuai dengan rancangan, seperti yang telah dilakukan pada server local intranet. Hasil terbaik diperoleh dengan menggunakan browser engine Internet Explorer 6.0 resolusi 1024 × 768 pixels. Perawatan sistem ini dilakukan oleh pengelola sistem yang sudah terdaftar di administrator.
Secara umum, penilaian responden terhadap desain grafis sistem informasi
sudah bagus (86 %), kecepatan akses sistem cepat (88 %), sistem mudah
digunakan (82 %), kelengkapan isi sistem informasi sudah lengkap (74 %),
penjelasan sistem informasi sudah jelas (80 %), penambahan fasilitas multimedia
atau gambar sangat perlu (79 %), dan hal baru yang didapat dari sistem informasi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah S.W.T, Tuhan semesta alam. Shalawat
dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah S.A.W., keluarganya serta para
sahabatnya. Atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “ Rancang Bangun Sistem Informasi Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web”.
Pemilihan pembangunan sistem informasi berbasis web ini
dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya informasi dan jaringan internet di
seluruh dunia serta semakin meningkatnya jumlah pengguna internet dari tahun ke
tahun. Selain itu dimaksudkan juga untuk meningkatkan interaksi antara pengguna
dengan sistem melalui penyuguhan tampilan sistem yang interaktif dan
komunikatif. Kelebihan dari sistem yang dibangun dengan berbasis web, yaitu
dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan di manapun tanpa batasan tempat dan
waktu.
Penulis menyadari, penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dorongan dan dukungan dari pihak lain, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih setulus hati kepada :
1. Keluarga tercinta, Ibu, Empah, De Krisna, dan De Dinar tercinta, yang
senantiasa memberikan do’a restu dan kasih sayangnya selama ini.
2. Bapak Ir. Mohamad Solahudin, M.Si sebagai pembimbing akademik. Tiada
balasan yang lebih baik dari cinta-Nya untuk kebahagiaan Bapak dan
keluarga. Terima kasih atas saran, kebijaksanaan, motivasi dan segala
masukan yang sangat berarti selama studi.
3. Departemen Pertanian Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
4. Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Pangan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan.
5. Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI) Bandung Raya.
6. Kelompok Tani Jamur bimbingan Pak Budi. Terima kasih atas waktu dan
7. My web programmer, Refit dan Dodo. Terima kasih atas bantuannya selama
ini, your are the best…
8. Terakhir untuk semua pihak : dosen, staf, pegawai perpustakaan, rekan, kakak,
adik IPB dan SMIP khususnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Semoga Allah meridhoi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skipsi ini banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis harapkan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Oktober 2005
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PENELITIAN ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. BUDIDAYA JAMUR TIRAM ... 4
1. Pembuatan Bibit ... 7
2. Budidaya ... 17
3. Hama dan Penyakit ... 32
4. Analisis Biaya ... 40
B. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA (SMBD)………. 41
C. SISTEM INFORMASI ……….. 42
D. SERVER SIDE PROGRAMMING ………... 42
E. PERSONAL HOME PAGE TOOLS (PHP) ……….. 43
F. INTERNET ………. 43
G. WORLD WIDE WEB ……… 46
H. SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) ……… 46
III. METODE PENELITIAN ………. 51
A. WAKTU DAN TEMPAT ……….. 51
B. ALAT DAN BAHAN ………...………. 51
C. PENDEKATAN SISTEM ..………... 52
1. Investigasi Sistem ………. 52
2. Analisis Sistem ………. 52
4. Implementasi Sistem ……… 53
5. Perawatan Sistem ………. 53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 54
A. INVESTIGASI SISTEM ………... 54
1. Kelayakan Teknis ………. 54
2. Kelayakan Ekonomis ………... 54
3. Kelayakan Operasional ……….... 54
B. ANALISIS SISTEM ……….. 55
1. Identifikasi Kebutuhan ………. 55
2. Identifikasi Fungsional ………. 56
3. Produk Sistem Informasi yang Ada ... 57
C. DESAIN SISTEM ……….. 57
1. Deskripsi Sistem ………... 58
2. Domain Sistem ………. 59
3. Desain Sistem ………... 59
4.1. Desain Internal ……… 59
a. Desain Database ……… 59
b. Desain Input ……….. 60
c. Desain Output ……… 63
4.2. Desain Eksternal ……… ……….. 66
a. Desain Tampilan Awal (Home) ……… . 66
b. Desain Tampilan SubMenu ……… … 67
c. Desain Tampilan Tentang Kami ……… … 68
D. IMPLEMENTASI SISTEM ………... 69
1. Pengujian pada Berbagai Browser Engine ... 69
2. Pengujian Performansi pada Server Local Intranet …... 71
3. Pengujian Performansi pada Internet ... 72
4. Pengujian Performasi oleh pengguna ……….. . 73
E. PERAWATAN SISTEM ……… 76
1. Pemeliharaan Sistem ... 76
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM ……….. . 77
1. Kelebihan Sistem ... 77
2. Kekurangan Sistem ... 78
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 80
A. KESIMPULAN ……… 80
B. SARAN ……… 81
DAFTAR PUSTAKA ……… …. 82
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Beberapa potensi tanaman pangan jamur ... 1
Tabel 2. Urutan negara penghasil beberapa jenis jamur
berdasarkan tingkat produksinya ... 4
Tabel 3. Kandungan nutrisi beberapa jenis jamur kayu ... 90
Tabel 4. Kandungan vitamin dan mineral beberapa jenis jamur kayu ... 7
Tabel 5. Kandungan asam amino esensial beberapa jamur konsumsi dan
telur ayam (gram/100 gram protein) ... 7
Tabel 6. Komposisi kimia kayu ... 21
Tabel 7. Kebutuhan bahan-bahan dalam budidaya jamur tiram ... 22
Tabel 8. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan kegunaannya .. 51
Tabel 9. Penilaian responden terhadap desain grafis sistem informasi ... 88
Tabel 10. Penilaian responden terhadap kecepatan akses sistem informasi ... 88
Tabel 11. Penilaian responden terhadap kemudahan penggunaan sistem
Informasi ... 88
Tabel 12. Penilaian responden terhadap kelengkapan isi sistem informasi ... 88
Tabel 13. Penilaian responden terhadap penjelasan sistem informasi ... 89
Tabel 14. Penilaian responden terhadap penggunaan fasilitas tambahan
(multimedia / gambar) sebagai media pendukung informasi ... 89
Tabel 15. Penilaian responden terhadap hal baru yang didapat dalam
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) ... 6
Gambar 2. Denah bangunan budidaya jamur (Cahyana, Muchrodji,
dan Bakrun, 2004) ... 19
Gambar 3. Akses informasi pada database menggunakan ADO dan
OLEDB (Mc. Mannus, 1998) ... 43
Gambar 4. Tahapan System Development Life Cycle (O’Brien, 1999) ... 47 Gambar 5. Contoh relasi antar tabel database si-jati.mdb ... 60
Gambar 6. Desain input sasaran produksi ... 61 Gambar 7. Desain input penyedia bibit ……….……… 61
Gambar 8. Desain input pada menu buku tamu ... 62 Gambar 9. Desain input pada menu kuisioner ... 62 Gambar 10. Desain input pada menu polling ... 63 Gambar 11. Output submenu jenis dari menu sekilas jamur tiram ... 64 Gambar 12. Output submenu sasaran produksi dari menu potensi ... 64 Gambar 13. Output submenu persiapan sarana produksi dari menu budidaya ... 65 Gambar 14. Desain output statistik hasil polling ……… 6 5 Gambar 15. Desain Tampilan awal (Home) ... 67
Gambar 16. Desain tampilan submenu sekilas jamur tiram ... 67
Gambar 17. Desain tampilan submenu pembuatan bibit ... 68
Gambar 18. Desain tampilan submenu budidaya ... 68
Gambar 19. Desain tampilan tentang kami ... 69
Gambar 20. Tampilan sistem informasi pada browser engine Internet
Gambar 23. Tampilan sistem informasi pada browser engine Netscape
Browser ... 71 Gambar 24. Tampilan sistem informasi pada server local intranet ... 72 Gambar 25. Grafik penilaian responden terhadap desain grafis sistem
informasi ... 73
Gambar 26. Grafik penilaian responden terhadap kecepatan akses sistem
informasi ... 73
Gambar 27. Grafik penilaian responden terhadap kemudahan penggunaan
sistem informasi ... 74
Gambar 28. Grafik penilaian responden terhadap kelengkapan isi sistem
informasi ... 74
Gambar 29. Grafik penilaian responden terhadap penjelasan sistem
informasi ... 75
Gambar 30. Grafik penilaian responden terhadap penggunaan fasilitas
tambahan (multimedia / gambar) dalam sistem informasi ... 75
Gambar 31. Grafik penilaian responden terhadap hal baru yang didapat
dalam sistem informasi ... 76
Gambar 32. Tampilan kelemahan desain web untuk submenu jenis jamur
tiram pada browser engineMozilla Firefox ….……….. 78 Gambar 33. Tampilan kelemahan desain web untuk submenu jenis jamur
tiram pada browser engine Opera ……….………. 79 Gambar 34. Tampilan kelemahan desain web untuk submenu jenis jamur
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner uji website ... 85 Lampiran 2. Hasil kuisioner uji website ... 88 Lampiran 3. Tabel kandungan nutrisi beberapa jenis jamur kayu ... 90
Lampiran 4. Diagram pohon sistem ... 91
Lampiran 5. Aliran sistem ... 92
Lampiran 6. Analisis biaya pembuatan bibit ... 97
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur tiram (Pleurotus spp.) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang banyak ditemukan pada media kayu yang sudah lapuk. Bentuk
tudungnya seperti cangkang tiram. Rasanya sangat enak, kandungan gizinya
cukup tinggi. Pembudidayaannya relatif mudah karena jamur tiram
mempunyai daya adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan. Untuk
membudidayakannya juga tidak terlalu membutuhkan modal yang besar
karena salah satu media tumbuhnya dapat menggunakan serbuk kayu
gergajian. Serbuk kayu ini mudah diperoleh dan umumnya merupakan limbah
yang berlimpah kurang berharga.
Potensi pasar jamur tiram masih sangat terbuka, apalagi jenis jamur ini
baru mulai memasyarakat pada kalangan menengah ke atas. Spesies jamur
tiram seperti Pleurotus ostreatus selain dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi. Tabel 1 berikut disajikan beberapa potensi yang dimiliki
jamur sebagai tanaman pangan.
Tabel 1. Potensi tanaman pangan jamur
Tahun
olahan 25.956,52 21.822,13 13.247,98 13.247,98 Sayuran
olahan 31.007,14 25.379,76 14.602,04 15.876,64 Volume
Terdapat banyak daerah yang strategis dan potensial di Indonesia
untuk agrobisnis jamur khususnya jamur tiram. Jamur tiram bisa hidup pada
daerah yang bersuhu antara 10 oC sampai 32 oC. Artinya, jika suhu <10 oC
dan >32 oC, maka jamur tiram tumbuh kurang baik. Lokasi ideal jamur yaitu
800 m dpl dan RH 60-90 %. Walaupun kebanyakan jamur kuping dan jamur
tiram dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 oC, kondisi
pertumbuhan optimum dicapai pada kisaran suhu 16-22 oC (Daryani, 1999).
Pada umumnya jamur tiram yang ditanam di dataran tinggi memiliki tudung
lebih lebar dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah.
Prospek pengusahaan jamur tiram di Indonesia cukup cerah karena
kondisi alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidaya, bahan
baku untuk membuat substrat/log tanaman jamur tiram cukup melimpah, bibit
jamur yang unggul sudah tersedia (di Bandung, bibit jamur unggul dapat
diperoleh di Laboratorium Mikro-biologi, Jurusan Biologi, ITB) sehingga
untuk memulai usaha dalam skala terbatas tidak perlu membeli bibit dari luar
apalagi mengimpor. Menurut H. Unus Suriawiria (2001), sebuah perusahaan
jamur tiram dalam skala menengah ke atas dapat memproduksi rata-rata per
hari 650 kg, sedangkan sebuah perusahaan jamur tiram dalam skala menengah
ke bawah dapat memproduksi rata-rata per hari 100 kg sampai 250 kg jamur
tiram segar.
Permasalahan memperoleh informasi budidaya jamur tiram (Pleurotus spp.) yang cepat, mudah dan dapat diakses di manapun dan kapanpun dapat diatasi dengan barbagai cara, di antaranya dengan membangun suatu sistem
informasi budidaya jamur tiram (Pleurotus spp.) berbasis web sehingga bisa diakses melalui internet. Sistem informasi ini memungkinkan pihak-pihak
yang berkepentingan bisa mengetahui informasi budidaya jamur tiram
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Rancang bangun Sistem Informasi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Berbasis Web yang mampu menyajikan informasi dengan cepat, mudah pemakaiannya dan mampu diakses di manapun dan kapanpun
melalui internet.
b. Memberikan informasi data-data potensi dan gambaran perhitungan biaya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Jamur tiram (Pleurotus spp.) telah dibudidayakan di Cina daratan sejak 200 – 300 tahun lalu. Jamur ini kemudian menyebar ke negara tetangga,
khususnya ke Korea, Myanmar, Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,
Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan negara tetangga lainnya (H. Unus
Suriawiria, 2001). Di Indonesia, jamur tiram telah dibudidayakan sejak tahun
1935 (Kurtzman dan Zadrazil (1982) dalam MAJI Bandung Raya, 2000)
bahkan sejak tahun 1916 jamur ini sudah ditanam pada kayu (Kurtzman dan
Zadrazil (1982) dalam MAJI Bandung Raya, 2000). Budidaya jamur dikenal
pada awal tahun 1950-an untuk jenis jamur merang, kemudian pada awal
1970-an untuk jenis jamur tiram, jamur shiitake, dan jamur kuping (H. Unus
Suriawiria, 2001).
Sejak 1000 tahun lalu, perkembangan budidaya jamur dunia yang
sangat maju pesat adalah jamur kancing di Benua Eropa kemudian meluas ke
Amerika dan Australia. Bahkan di dalam bisnis jamur dunia, jamur kancing
menduduki tempat teratas dalam jumlah produksi dan nilai bisnis (H. Unus
Suriawiria, 2001). Berikut ini adalah beberapa urutan negara penghasil jamur
di dunia berdasarkan tingkat produksinya.
Tabel 2. Urutan negara penghasil beberapa jenis jamur berdasarkan tingkat produksinya
Nama Umum Negara Penghasil
Champignon/jamur kancing Amerika Serikat, Perancis, Nederland, Inggris, RRC, Taiwan, Australia, Skandinavia
Shiitake/hioko/donko/chinese black mushroom
Cina, Jepang, Taiwan, Korea, Indonesia (baru mulai), Amerika Serikat, beberapa negara Eropa
Jamur merang. hed-bua, paddy straw mushroom
Cina, Taiwan, Korea, Filipina, Thailand, Indonesia, Malaysia
Jamur winter Jepang, Cina, Taiwan, Korea Jamur kuping/mouleh/hiratake Cina, Taiwan, Filipina
Jamur tiram/shimeji Cina, Taiwan, Jepang, Thailan, Pakistan, Indonesia, Singapura, Jerman, Nederland
Nameko Jepang
Jamur lendir putih Cina, Taiwan
Tuber Jepang
Jamur tiram merupakan jenis Jamur kayu yang paling mudah
dibudidayakan karena dapat tumbuh diberbagai macam jenis substrat dan
mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi.
Kemampuan produksi jamur tiram pun relatif lebih tinggi, 50-70 % jamur
segar dapat dihasilkan dari 1000 gram substrat kering, bahkan saat ini
produktivitas panen sudah dapat ditingkatkan menjadi 120-150 % (Masyarakat
Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI) Bandung Raya, 2000).
Beberapa kelemahan pada jamur tiram adalah: (1) tangkai yang cukup
panjang sehingga mempersulit pengemasan bila akan dikirim ke tempat lain
atau dipasarkan tanpa mengalami kerusakan. (2) menghasilkan banyak spora
sehingga menjadi permasalahan yang serius bagi kesehatan petani dan
lingkungan, (3) belum semua konsumen menyukai jamur ini terutama di
Eropa, Amerika dan Australia (Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia
(MAJI) Bandung Raya, 2000).
Jenis jamur tiram yang telah dibudidayakan adalah tiram putih
(Pleurotus ostreatus var florida), tiram abu-abu (Pleurotus sajor-caju), tiram merah muda (Pleurotus flabellatus, Pleurotus djamor), tiram coklat (Pleurotus cystidiosus), tiram hitam (Pleurotus sapidus) dan tiram kuning terang (Pleurotus citrinopileatus, Pleurotus cornucopiae). (Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI) Bandung Raya, 2000).
Menurut Alexopoulus dalam Daryani (1979), jamur tiram (Pleurotus spp.) termasuk dalam :
Kelas : Basidiomycetes
Subkelas : Phragmobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agariceae
Genus : Pleurotus
Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004)
Lokasi ideal jamur yaitu 800 m dpl dan RH 60-90 %. Walaupun
kebanyakan jamur kuping dan jamur tiram dapat tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 25-30 oC, kondisi pertumbuhan optimum dicapai pada kisaran
suhu 16-22 oC (Daryani, 1999). Kemungkinan budidaya jamur di dataran
rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan
disesuaikan dengan keperluan jamur tiram. Media tanam diusahakan
mengandung kadar air sebesar 50-65 %, PH 6-7. Bahan yang digunakan selain
serbuk gergaji ditambah bekatul, kapur (CaCO3), gips (CaSO4), dan tepung
biji-bijian pada proses pembuatan media tanam (Cahyana, 1997 dalam
Paramita, 1999).
Jamur memiliki kandungan senyawa yang sangat baik.
Senyawa-senyawa tersebut berbeda-beda komposisinya di dalam setiap jenis jamur.
Kandungan nutrisi beberapa jenis jamur kayu tercantum dalam Tabel 3 pada
Lampiran 3, kandungan vitamin dan mineral beberapa jenis jamur kayu
tercantum dalam Tabel 4, dan kandungan asam amino esensial beberapa jamur
Tabel 4. Kandungan vitamin dan mineral beberapa jenis jamur kayu
Persentase Kandungan (mg/100 gr Bahan Kering) Jenis
Shiitake Kuping Tiram
Thiamin
(Sumber : H. Unus Suriawiria, 2001)
Tabel 5. Kandungan asam amino esensial beberapa jamur konsumsi dan telur ayam (gram/100 gram protein)
Jenis asam
(Sumber: Chang dan Miles, 1989)
Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus spp.) meliputi pembuatan bibit, budidaya, hama dan penyakit, serta analisis biaya.
1. Pembuatan Bibit
Secara umum pembuatan bibit dilakukan dengan melalui beberapa
tahap, yaitu pembuatan kultur murni, pembuatan bibit induk, dan
pembuatan bibit produksi atau semai (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun,
a. Syarat Mutu Bibit
Menurut H. Unus Suriawiria (2001), mutu bibit jamur ditentukan oleh
beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut :
•
• Kualitas kontaminasi atau kehadiran jamur liar pada bibit harus tidak ada (0%) atau jika masih ada karena beberapa sebab, nilainya
tidak lebih dari 3 %. Jika kualitas kontaminasi jamur tiram tinggi,
maka :
- pertumbuhannya akan mendesak pertumbuhan jamur tiram
yang dipelihara.
- nilai bibit akan menurun.
- panen akan gagal.
• Stabilitas pertumbuhan bibit atau pertumbuhan miselia jamur tiram
yang tidak baik, tidak merata, dan tidak padat akan mengurangi
pertumbuhan jamur tiram di dalam substrat tanam. Misalnya, dari 1
buah (botol atau kantung plastik) seharusnya dapat menjadi bibit
sekitar 50 – 70 substrat tanam (ST). Jika hal ini dipaksakan maka
akan banyak substrat tanam (ST) yang sudah diberi bibit tidak akan
ditumbuhi jamur tiram.
• Nilai BER (biological efficiency ratio), yaitu produksi jamur tiram segar (dalam gram) per satuan substrat tanam (ST) sangat
berpengaruh. Misalnya nilai BER = 15, artinya dari 1 kg berat
substrat tanam (ST) akan dihasilkan 150 gr jamur tiram segar.
Apabila nilai BER lebih tinggi maka nilai bibit menjadi lebih tinggi
pula.
• Stabilitas penyimpanan bibit setelah produksi sampai digunakan
rata-rata harus antara 2 – 3 bulan (di dalam ruangan dengan
temperatur antara 1 – 6 0C). Selama waktu tersebut, pertumbuhan
miselia jamur tiram di dalam tempatnya (kantung plastik atau
botol) akan stabil, misalnya tidak terbentuk bintik-bintik
kecoklatan maupun bintik berwarna lain (hitam, biru, hijau)
b. Pembuatan Kultur Murni (Biakan Murni)
Biakan murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh
pada media agar-agar miring di tabung kaca. Biakan murni harus
diketahui dengan pasti urutan keturunannya. Hal ini sangat penting
agar dapat diperhitungkan berapa kali perbanyakan yang dapat
dilakukan sehingga bibit yang dihasilkan masih berkualitas baik.
Biakan murni dapat diperoleh dengan cara membuat sendiri.
Pembuatan biakan murni dilakukan melalui tiga tahap
pekerjaan sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
b.1. Pembuatan media agar (media tanam untuk biakan murni)
Media agar bisa dibuat sendiri dengan menggunakan
bahan-bahan yang mudah diperoleh di pasar. Bahan-bahan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
- Kentang : 100 gram
- Dextrose (gula putih) : 10 gram
- Agar batang atau tepung : 3,9 – 4 gram
- Aquades : 500 ml
- Kapur (CaCO3) dan cuka encer sebagai pengatur pH
Cara pembuatan sendiri media agar dari PDA (potatoes dextrose agar) adalah sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Kentang dikupas kemudian dicuci dan diiris-iris setebal 1 cm.
2. Irisan kentang direbus ke dalam panci sampai diperoleh air
rebusan yang kekuning-kuningan, yaitu ketika kentang mulai
lunak.
3. Air rebusan kentang disaring dengan menggunakan kain
saring.
4. Filtrat diambil sebanyak 200 ml lalu ditambahkan dextrose
(gula putih) dan agar batang atau tepung. Selanjutnya semua
bahan dimasak sampai larut.
5. Keasaman larutan diatur antara 6,8 – 7 dengan menambahkan
Catatan :
- Jika pH < 6,8 • tambahkan CaCo3 hingga mencapai pH
yang dikehendaki.
- Jika pH > 7 • tambahkan asam cuka hingga mencapai
pH yang dikehendaki.
6. Larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml.
Tabung ditutup rapat dengan menggunakan kapas atau kapuk
yang digulung dan ditutup dengan menggunakan kertas
permanen.
7. Media dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam autoklaf
dan disterilisasi pada suhu 121 oC, tekanan 1,1 atm, selama
15 – 20 menit.
8. Setelah selesai disterilisasi, tabung diambil dan dimiringkan.
Tabung dibiarkan sampai media menjadi dingin dan beku.
b.2 Pemilihan induk tanaman
Pemilihan induk tanaman dilakukan dengan memilih bibit
jamur yang berkualitas dan bersifat unggul. Ciri-ciri induk
tanaman jamur yang bersifat unggul adalah sebagai berikut
(Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
- Jamur tiram berukuran besar, bulat teratur, tebal, dan
batangnya bulat kokoh.
- Jamur tiram tidak terserang hama penyakit.
- Jamur tiram tidak mengalami kelainan fisik, seperti keriting
atau mekar tidak sempurna.
Pemeliharaan induk sebaiknya dilakukan sejak awal dari
penyiapan media, substrat tumbuh, dan pembatasan jumlah
b.3. Isolasi
Isolasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan biakan
murni jamur tiram. Pembuatan biakan murni adalah tahap paling
penting dalam menjamin kemurnian bibit jamur tiram yang akan
dihasilkan. Terdapat dua cara melakukan isolasi sebagai berikut
(Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
b.3.1. Teknik kultur jaringan
Isolasi dengan kultur jaringan dilakukan dengan
cara mengambil jaringan tubuh buah jamur tiram
(eksplan) dan menanamnya pada media agar miring.
Teknik kultur jaringan dilakukan sebagai berikut :
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2. Kotak inokulasi (inkas) dibersihkan dan disterilkan
dengan menggunakan alkohol 70% atau dengan
formalin 2%.
3. Lampu spiritus dalam kotak inokulasi dihidupkan
selama 30 – 60 menit sebelum digunakan untuk
isolasi.
4. Alat-alat dalam kotak inokulasi disterilkan dengan
menggunakan alkohol (jika perlu dibakar di atas
lampu spiritus).
5. Bakal induk (eksplan) disiapkan dengan cara aseptis.
Eksplan diambil dengan cara memotong bagian dalam
tanaman, yaitu pada ketiak daun, dengan
menggunakan pisau isolasi steril yang tajam dengan
ukuran 3 mm2.
6. Media PDA miring yang telah dibuat disiapkan
kemudian eksplan dimasukkan ke dalam media
dengan cara aseptis dan secepatnya ditutup rapat
dengan menggunakan kapas penutupnya.
7. Media yang telah ditanami eksplan dinkubasikan
8. Hasil inkubasi diamati.
Catatan :
- Jika tidak tumbuh miselia atau tumbuh miselia,
tetapi terkontaminasi dengan mikroba lain (jamur
atau bakteri), maka isolasi gagal.
- Jika di sekitar eksplan tumbuh miselia jamur
berwarna putih secara merata, maka isolasi
berhasil.
9. Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam
pembuatan bibit induk.
Catatan :
- Simpan biakan murni dengan menggunakan
label/etiket untuk menghindari kesalahan.
- Jika bibit belum digunakan, sebaiknya biakan
murni disimpan dengan baik dan perlu dilakukan
peremajaan setiap 2 – 4 minggu sekali agar stok
biakan murni selalu tersedia dengan kondisi yang
baik.
b.3.2. Teknik kultur spora
Prinsip dasar teknik kultur spora adalah isolasi dari
spora jamur yang fertil (subur). Teknik sama dengan
kultur jaringan. Perbedaan dengan kultur jaringan terletak
pada pengambilan eksplan. Bagian yang diambil sebagai
eksplan adalah bagian lamella (bilah) karena spora jamur
sebagian besar menempel pada lamella.
c. Pembuatan Bibit Induk
Bibit induk adalah bibit yang diperoleh dari inokulasi biakan
murni dan digunakan sebagai inokulan (bibit yang akan diinokulasi)
dalam pembuatan bibit semai atau bibit produksi (bibit siap tanam).
pembuatan media tanam dan inokulasi (Cahyana, Muchroji, dan
Bakrun, 2004).
c.1. Pembuatan media bibit induk (media tanam untuk biakan
induk)
Media bibit induk terdiri dari bahan dasar serbuk kayu
atau campuran biji-bijian dan serbuk kayu. Media bibit induk
dianggap media yang lebih baik daripada bahan dasar serbuk
kayu, karena dengan adanya penambahan biji-bijian tersebut
maka kandungan nutrisi media akan lebih banyak sehingga
diharapkan jamur dapat tumbuh lebih baik. Bahan-bahan dengan
presentase berat adalah sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji,
dan Bakrun, 2004) :
- Biji-bijian (jagung, sorgum, atau padi) : 60%
- Serbuk kayu yang halus : 40%
- Kapur (CaCO3 atau CaOH) : 0,5 – 1 %
- Gips : 0,1 – 1 %
- Air : secukupnya
Cara pembuatan media bibit induk adalah sebagai berikut
(Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Biji-bijian yang akan digunakan sebagai media dicuci sampai
bersih kemudian direndam dalam air selama 24 jam.
2. Biji-bijian yang bernas dipisahkan dari biji-bijian yang mati
(biji yang mati biasanya mengapung di air).
3. Biji-bijian tersebut direbus sampai matang (agak mekar),
tetapi jangan terlalu matang (terlalu lunak).
4. Serbuk kayu dicampurkan dengan kapur dan gips sampai
merata, kemudian dicampurkan ke dalam biji-bijian yang
telah matang hingga merata.
5. Kadar air media tanam tersebut diatur hingga mencapai 45 –
60 %. Pengaturan kadar air dilakukan dengan menambahkan
air (bila perlu).
Catatan :
- Untuk mengetahui bahwa kadar air media tanam sudah
cukup, caranya yaitu dengan mengepalkan media tanam
itu.
- Jika gumpalan media tanam tidak pecah dan tidak
mengeluarkan air, berarti kadar air media sudah cukup.
6. Keasaman media diatur hingga mencapai pH 6,8 – 7.
Catatan :
- Jika media terlalu asam, maka tambahkan kapur.
- Jika media terlalu basa, maka tambahkan asam cuka
encer.
7. Media tersebut dimasukkan ke dalam botol atau wadah
lainnya, seperti erlenmeyer atau kantong plastik tahan panas
yang diberi cincin pralon, sebanyak 2/3 bagian tanpa
dipadatkan. Selanjutnya wadah ditutup dengan kapas sampai
rapat dan ditutup lagi dengan kertas perkamen.
8. Media disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu
121 oC, tekanan 1,1 atm selama 30 – 60 menit atau dikukus
dengan soblok selama 2 jam.
9. Media didinginkan selama 6 - 12 jam sebelum dilakukan
inokulasi dengan kultur murni.
c.2. Inokulasi
Inokulasi kultur murni (biakan murni) ke dalam media
bibit induk harus dilakukan dengan cara yang aseptis dalam
kotak inokulasi. Alat dan bahan terdiri dari jarum ose, lampu
spiritus, inkas alkohol, kultur murni jamur tiram, dan media bibit
induk.
Cara inokulasi dalam pembuatan bibit induk dilakukan
sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Kotak inokulasi disterilkan dengan menggunakan alkohol
2. Lampu spiritus dihidupkan selama 30 – 60 menit sebelum
digunakan untuk inokulasi.
3. Alat inokulasi (jarum ose) disterilkan dengan menggunakan
alkohol kemudian pembakaran dilakukan dengan lampu
spiritus (bila perlu).
4. Sebagian kultur murni dalam tabung reaksi diambil dengan
jarum ose secara aseptis di atas lampu spiritus dan
dimasukkan ke dalam media bibit induk.
5. Kemudian dtutup rapat dengan kapas sisa kultur murni dan
media bibit induk dalam botol.
6. Media bibit induk diinkubasikan pada suhu 26 – 28 oC
sampai seluruh media penuh oleh miselia jamur yang
berwarna putih, yaitu kira-kira selama 2 – 4 minggu.
d. Pembuatan Bibit Produksi (Bibit Semai)
Bibit bibit produksi adalah bibit yang siap digunakan langsung
sebagai bibit tanaman dalam budidaya jamur tiram. Pembuatan bibit
produksi pada dasarnya sama dengan pembuatan bibit induk.
Perbedaannya terletak pada inokulan dan komposisi media yang
digunakan. Inokulan yang digunakan pada pembuatan bibit produksi
adalah bibit induk.
d.1. Pembuatan media bibit produksi (media tanam untuk bibit
induk)
Media bibit produksi terdiri dari bahan dasar serbuk kayu,
atau campuran biji-bijian dan serbuk kayu. Media bibit produksi
dianggap media yang lebih baik daripada bahan dasar serbuk
kayu, karena dengan penambahan biji-bijian tersebut maka
kandungan nutrisi media akan lebih banyak sehingga diharapkan
jamur dapat tumbuh lebih baik. Bahan-bahan media bibit
produksi dengan presentase berat adalah sebagai berikut
(Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
- Kapur (CaCO3 atau CaOH) : 1 – 1,5%
- Bekatul : 6 – 9%
- Air (sampai diperoleh kadar air media 45%)
Cara pembuatan media bibit produksi adalah sebagai
berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Semua bahan, yaitu serbuk kayu, kapur dan bekatul
dicampurkan sampai merata lalu ditambahkan air.
2. Kadar air media tanam tersebut diatur hingga mencapai 45 –
60 %. Pengaturan kadar air dilakukan dengan menambahkan
air (bila perlu).
Catatan :
- Untuk mengetahui bahwa kadar air media tanam sudah
cukup, caranya yaitu dengan mengepalkan media tanam
itu.
- Jika gumpalan media tanam tidak pecah dan tidak
mengeluarkan air, berarti kadar air media sudah cukup.
3. Keasaman media diatur hingga mencapai 6,8 – 7.
Catatan :
- Jika media terlalu asam, maka tambahkan kapur.
- Jika media terlalu basa, maka tambahkan asam cuka
encer.
4. Media tersebut dimasukkan ke dalam botol atau wadah
lainnya, seperti erlenmeyer atau kantong plastik tahan panas
yang diberi cincin pralon, sebanyak 2/3 bagian tanpa
dipadatkan. Selanjutnya wadah ditutup dengan kapas sampai
rapat dan ditutup lagi dengan kertas perkamen.
5. Media disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu
121 oC, tekanan 1,1 atm selama 30 – 60 menit atau dikukus
dengan soblok selama 2 jam.
6. Media didinginkan selama 6 -12 jam sebelum dilakukan
d.2. Inokulasi
Inokulasi bibit induk ke dalam media bibit semai harus
dilakukan dengan cara yang aseptis dalam kotak inokulasi. Alat
dan bahan adalah jarum ose, lampu spiritus, inkas alkohol, kultur
murni jamur tiram, media bibit induk.
Cara inokulasi dalam pembuatan bibit produksi adalah
sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Kotak inokulasi disterilkan dengan menggunakan alkohol 70
% atau formalin 2 %.
2. Lampu spiritus dihidupkan selama 30 – 60 menit sebelum
digunakan untuk inokulasi.
3. Alat inokulasi (jarum ose) disterilkan dengan menggunakan
alkohol dan lakukan pembakaran dengan lampu spiritus (bila
perlu).
4. Sebagian bibit induk diambil dalam tabung reaksi dengan
jarum ose secara aseptis di atas lampu spiritus dan
dimasukkan ke dalam media bibit produksi.
5. Kemudian ditutup rapat dengan kapas sisa bibit induk dan
media bibit semai dalam botol.
6. Media bibit semai dinkubasikan pada suhu 26 – 28 oC sampai
seluruh media penuh oleh miselia jamur yang berwarna putih,
yaitu kira-kira selama 2 – 4 minggu.
2. Budidaya
a. Persiapan Sarana Produksi
Sebelum melakukan kegiatan produksi, sarana produksi yang
diperlukan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu. Sarana produksi
tersebut antara lain bangunan, peralatan, dan bahan-bahan (Cahyana,
Muchroji, dan Bakrun, 2004).
a.1. Bangunan
Budidaya jamur tiram secara komersial memerlukan
diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang
inkubasi, ruang penanaman, dan ruang pembibitan (Cahyana,
Muchroji, dan Bakrun, 2004).
Ruang persiapan
Ruang persiapan digunakan sebagai ruangan untuk
persiapan pembuatan media tanam dan sebagai tempat untuk
menyimpan bahan-bahan, seperti bekatul dan kapur jika skala
produksi itu tidak terlalu besar. Kegiatan yang dilakukan antara
lain kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan
sterilisasi.
Ruang inokulasi
Ruang inokulasi digunakan sebagai ruangan untuk
menanam bibit pada media tanam. Ruangan harus mudah
dibersihkan dan disterilkan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi oleh mikroba lain. Ruangan diusahakan tidak
banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar.
Ruang inkubasi
Ruang inkubasi digunakan sebagai ruangan untuk
menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah
diinokulasi. Ruangan biasa disebut dengan ruang spawning. Ruangan tidak boleh terlalu lembap, kondisi ruang sebaiknya
diatur pada suhu 22 – 28 oC dengan kelembaban 60 – 80%.
Ruang penanaman
Ruang penanaman sering disebut dengan ruang growing. Ruangan digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan jamur.
Ruangan dilengkapi dengan rak-rak penanaman dan alat
penyemprot atau pengabut yang dipasang pada rak penanaman
sebaiknya diatur dalam kondisi yang optimal, yaitu suhu 16-22 o
C dengan kelembaban 80 – 90%.
Ruang pembibitan
Ruang pembibitan digunakan sebagai ruang khusus untuk proses
produksi bibit. Ruangan diperlukan jika produksi sudah besar.
Jika bibit yang digunakan masih sedikit, maka lebih efektif bibit
dibeli dari produsen bibit, sehingga ruang pembibitan tidak
diperlukan lagi.
Denah bangunan dalam budidaya jamur tiram disajikan pada
Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Denah bangunan budidaya jamur (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004)
a.2. Peralatan
Budidaya jamur tiram secara sederhana dapat dilakukan
dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh, seperti
cangkul, sekop, botol atau kayu (untuk memadatkan media
tanam), alat pensteril, dan lampu spiritus. Pada kapasitas
produksi yang cukup besar diperlukan peralatan yang cukup
besar, seperti mesin ayakan, mixer, boiler, dan chamber sterilizer. Mixer digunakan sebagai alat pencampur. Filler
Keterangan : R.4: ruang persiapan R.1: ruang gudang R.5: ruang inkubasi (spawning) R.2: ruang pembibitan R.6: ruang penanaman (growning) R.3: ruang inokulasi S : alat sterilisasi
R.2 R.3
R.5 R.6 R.6
R.1
digunakan sebagai alat pengisi media ke dalam kantong plastik
dengan jumlah tertentu. Boiler digunakan sebagai sumber pemanas (uap). Chamber sterilizer digunakan sebagai alat untuk sterilisasi dalam jumlah yang besar (Cahyana, Muchroji, dan
Bakrun, 2004).
a.3. Bahan
Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram yang perlu
dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan pelengkap
(Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
a.3.1. Bahan Baku
Bahan baku sebaiknya menggunakan kayu atau
serbuk gergaji kayu. Bahan ini berfungsi sebagai tempat
tumbuh jamur tiram. Kandungan kayu yang dibutuhkan
bagi pertumbuhan berupa karbohidrat, lignin, dan serat.
Sedangkan kandungan kayu yang menghambat
pertumbuhan berupa getah dan zat ekstraktif (zat
pengawet alami yang terdapat pada kayu). Contoh kayu,
seperti albasia, randu, dan meranti.
Dalam pemilihan serbuk kayu perlu diperhatikan
kebersihan dan kekeringan. Serbuk kayu terbaik berasal
dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak
ataupun getah. Jika banyak mengandung minyak atau
getah, maka rendam terlebih dahulu lebih lama sebelum
proses lebih lanjut. Komposisi kimia kayu disajikan pada
Tabel 6. Komposisi kimia kayu
(Sumber : Vadernecum Kehutanan, 1976 dalam J. F. Dumanauw, 1994)
a.3.2. Bahan Pelengkap
Bekatul (dedak padi)
Pemberian bekatul bertujuan untuk
mengingkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber
karbohidrat, karbon (C), dan nitrogen. Bekatul yang
digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi,
misalnya padi jenis IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun
jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru,
belum tengik, dan tidak rusak.
Kapur (CaCO3)
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan
sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur digunakan untuk
mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah kapur
pertanian, yaitu kalsium karbonat (CaCO3).
Gips (CaSO4)
Gips digunakan sebagai bahan sumber kalsium
dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Jika
kondisi media kokoh, maka diharapkan media tidak
Kantong Plastik
Kantong plastik digunakan untuk mempermudah
pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban
udara) dan penanganan media selama pertumbuhan.
Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat
dan tahan panas sampai dengan suhu 100 oC. Jenis plastik
biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Beberapa
ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budidaya
jamur antara lain (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun,
2004) :
- Ukuran 20 cm x 30 cm dengan ketebalan 0,3 mm-0,7
mm atau lebih tebal.
- Ukuran 17 cm x 35 cm dengan ketebalan 0,3 mm-0,7
mm atau lebih tebal.
- Ukuran 14 cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3 mm-0,7
mm atau lebih tebal.
b. Pengolahan Media Tanam
b.1. Persiapan
Serbuk kayu, bekatul, kapur, dan gips disiapkan sesuai
dengan kebutuhannya seperti disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kebutuhan bahan-bahan dalam budidaya jamur tiram
Formulasi
(Sumber : P3G Cianjur)
b.2. Pengayakan
Pengayakan serbuk kayu dilakukan untuk mengatasi
keseragaman potongan-potongan kayu. Ukuran ayakan yang
Pengayakan dapat dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia atau menggunakan mesin pengayak jika skala besar.
Pekerja harus menggunakan masker atau penutup hidung untuk
menjaga kesehatan ketika mengayak (Cahyana, Muchroji, dan
Bakrun, 2004).
b.3. Perendaman
Perendaman dilakukan untuk menghilangkan getah dan
minyak yang terdapat pada serbuk kayu. Perendaman berfungsi
untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur.
Perendaman dilakukan dengan cara memasukkan serbuk kayu ke
dalam karung plastik untuk mengurangi kehilangan serbuk kayu
selama perendaman. Perendaman dilakukan selama 6 – 12 jam
kemudian tiriskan (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
b.4. Pengukusan
Pengukusan dilakukan dengan mengukus serbuk kayu
yang telah direndam pada suhu 80 – 90 oC selama 4 – 6 jam.
Pengukusan bertujuan untuk mengurangi mikroba yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur tiram yang ditanam (Cahyana,
Muchroji, dan Bakrun, 2004).
b.5. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan mencampurkan
bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan selanjutnya
dengan serbuk gergaji yang telah dikukus. Pencampuran
dilakukan secara merata dan diusahakan tidak terdapat gumpalan
dalam proses pencampuran, terutama serbuk gergaji dan kapur,
karena dapat mengakibatkan komposisi media yang diperoleh
tidak merata sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur
b.6. Pengomposan
Pengomposan dilakukan untuk menguraikan
senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba
sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
Pengomposan dilakukan dengan cara menutup secara rapat
campuran serbuk kayu dengan menggunakan plastik selama 1 – 2
hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan
suhu menjadi sekitar 50 oC, kadar air campuran atau kompos
pada kelembaban 50-65 % dengan tingkat keasaman (pH) 6-7
(Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
b.7. Pembungkusan
Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan plastik
polipropilen (PP) karena relatif tahan panas. Pembungkusan
dilakukan dengan cara memasukkan adonan ke dalam plastik
kemudian padatkan dengan menggunakan botol atau alat yang
lain. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen
yang tidak optimal karena media cepat menjadi busuk sehingga
produktivitas menurun (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
b.8. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk mengin-aktifkan mikroba,
baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menggganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 80-90 oC selama 6-8 jam. Sterilisasi dilakukan
menggunakan alat yang sengat sederhana, yaitu drum minyak
yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan sarangan
sebagai pembatas antara air dengan tempat media (Cahyana,
b.9. Pendinginan
Pendinginan dilakukan dengan mendinginkan media yang
telah disterilisasi selama 8-12 jam sebelum dilakukan inokulasi
(pemberian bibit). Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai
35-40 oC. Untuk mempercepat proses pendinginan dapat
digunakan kipas angin (blower) (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
c. Penanaman Bibit
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
inokulasi (penanaman bibit) agar dapat berhasil dengan baik adalah
sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
c.1. Kebersihan
Kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat, dan sumber
daya manusia atau pelaksananya. Kebersihan diukur dari tingkat
sterilitasnya. Alat dan tempat inokulasi disterilisasikan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Alat disterilisasikan dengan
menggunakan alkohol 70 % dan lampu spiritus atau lampu
bunsen. Semua peralatan yang digunakan dalam inokulasi
dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70 % kemudian dinyalakan
beberapa saat. Sementara itu, sterilisasi tempat atau ruangan
dilakukan dengan menyemprotkan alkohol atau larutan formalin
2 % (Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
c.2. Bibit
Bibit berasal dari strain atau varietas unggul. Umur bibit optimal 45-60 hari. Warna bibit merata. Bibit tidak
terkontaminasi dan belum ditumbuhi jamur (Cahyana, Muchroji,
c.3. Teknik Inokulasi
Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara di
antaranya dengan taburan, tusukan, dan membuka plastik media
tumbuh yang sudah penuh miselia.
Inokulasi dengan taburan
Inokulasi dengan taburan dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur
setelah berumur 40 – 60 hari sudah siap untuk dilakukan
penanaman (growing atau farming).
2. Bibit jamur tiram ditaburkan ke dalam media tanam secara
langsung.
3. Media tanam yang telah diisi bibit ditutup dengan
menggunakan kapas sisa pintalan (dapat juga menggunakan
kapuk randu, koran atau tutup yang lain).
Inokulasi dengan tusukan
Inokulasi dengan tusukan dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Cahyana, Muchrodji, dan Bakrun, 2004) :
1. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur
setelah berumur 40 – 60 hari sudah siap untuk dilakukan
penanaman (growing atau farming).
2. Penusukan dilakukan dengan menggunakan batang kayu
berdiameter satu inci.
3. Lubang dibuat di bagian tengah media tanam melalui ring
(cincin) sedalam ¾ dari tinggi media tanam.
4. Kemudian diisikan dengan bibit yang telah dihancurkan ke
dalam lubang tersebut.
5. Media tanam yang telah diisi bibit jamur tiram ditutup
dengan menggunakan kapas sisa pintalan (dapat juga
Inokulasi dengan membuka plastik media tanam
Inokulasi dengan membuka plastik media tanam
dilakukan dengan cara sebagai berikut (Cahyana, Muchrodji, dan
Bakrun, 2004) :
1. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur
setelah berumur 40 – 60 hari sudah siap untuk dilakukan
penanaman (growing atau farming).
2. Penanaman dilakukan dengan dengan cara membuka plastik
media tumbuh yang sudah penuh miselia tersebut.
Catatan :
Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan memberikan O2
yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur, sehingga
memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh
buah (fruiting body) dengan baik.
3. Media dibuka dengan beberapa cara, di antaranya dengan
menyobek plastik media di bagian atas atau hanya dengan
membukanya saja atau juga dengan menyobek penutup media
dengan pisau di beberapa sisi.
4. Pertumbuhan tubuh buah ditunggu selama satu sampai dua
minggu setelah media dibuka.
5. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan selama
2-3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal.
Catatan :
Jika jamur tiram yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan
terlalu lama, maka bentuk jamur tiram tersebut akan kurang
baik dan daya simpannya akan menurun.
6. Sebanyak 1-2 buah sendok makan bibit jamur tiram
Hamparkan. Sendok yang telah dipanaskan di atas api dapat
digunakan.
7. Plastik bagian atas dirapatkan kembali.
8. Cincin dari bambu berdiameter 3 cm dan tinggi 1 cm
9. Kemudian lubang yang terbentuk dengan kapas diisi.
10.Kapas beserta cincin ditutup dengan kertas koran lalu ikat.
d. Pemeliharaan Tanaman
d.1. Pemeliharaan Media Tanam
Media tanam yang akan membentuk miselium dan tubuh
buah harus dipelihara. Pemeliharaan berhubungan dengan
menjaga lingkungan agar tetap optimum. Kriteria lingkungan
yang baik adalah sebagai berikut
(warintek.progressio.or.id/pertanian/jtiram.htm) :
- Kandungan air yang baik 35-45 %.
Kekurangan air menyebabkan miselium tidak
membentuk tubuh buah karena kekeringan dan kelebihan air
menyebabkan tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak
diinginkan.
- Cahaya.
Perkembangan miselium dan tubuh buah akan
terhambat dengan adanya cahaya langsung. Tempat
penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak
masuk secara langsung ke dalam ruangan.
d.2. Pembentukan Miselium dan Tubuh Buah
d.2.1. Penumbuhan miselium
Miselium akan tumbuh memenuhi permukaan
media tanam setelah penyimpanan selama kurang lebih 1
bulan. Selama jangka waktu tersebut, temperatur dan
kelembaban harus optimal. Pengaturan temperatur dan
kelembaban dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
- Air disemprotkan dengan sprayer ke dinding-dinding
bangunan penyimpanan dan ke ruang di antara jajaran
log.
- Air disemprotkan dengan sprinkel bernozel halus.
d.2.2. Pembentukan tubuh buah pertama
Setelah miselium tumbuh sempurna, cincin media
tanam dilepaskan dan plastik bagian atas dibuka sehingga
seluruh permukaan atas media tanam kontak dengan
udara. Pada waktu ini diperlukan raising, yaitu pengaturan lingkungan agar tubuh buah tumbuh. Raising
dilakukan dengan cara sebagai berikut
(warintek.progressio.or.id/pertanian/jtiram.htm) :
- Temperatur ruang diturunkan menjadi 13-15o C
dengan menggunakan pengatur temperatur (Air Conditioning) atau air disemprotkan dengan nozel halus secara intensif.
- Temperatur diturunkan dan bahan yang mengandung
hormon pertumbuhan langsung disemprotkan ke
permukaan media tanam yang kontak dengan udara.
Tubuh buah pertama terbentuk setelah 3-5 hari
pembukaan.
d.2.3. Pembentukan tubuh buah selanjutnya
Setelah tubuh buah pertama dipanen, bukaan
plastik diturunkan sampai ½ bagian media tanam. Bagian
plastik yang belum terbuka harus dilubangi untuk
memberi kesempatan tubuh buah keluar dan tumbuh.
Pembukaan media tanam sebaiknya tidak dilakukan
sekaligus, terutama pada budidaya jamur tiram skala
besar. Jarak pembukaan satu kelompok media tanam
sehingga setiap hari ada tubuh buah yang dipanen.
(warintek.progressio.or.id/pertanian/jtiram.htm).
e. Panen
e.1. Penentuan masa panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai
tingkat yang optimal, yaitu cukup besar, tetapi belum mekar
penuh. Panen dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur yang
sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5-10 cm.
Panen dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan
kesegarannya dan mempermudah pemasarannya (Cahyana,
Muchroji, dan Bakrun, 2004).
e.2. Periode Panen
Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali
tergantung dari jarak pembukaan log-log. Dari satu log akan
dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur
(warintek.progressio.or.id/pertanian/jtiram.htm).
e.3. Teknik panen
Teknik panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh
rumpun jamur yang ada hingga ke akar-akarnya untuk
menghindari adanya akar atau batang jamur yang tertinggal.
Panen sebaiknya tidak dilakukan dengan cara hanya memotong
cabang jamur yang ukurannya besar saja karena dalam satu
rumpun jamur mempunyai stadia pertumbuhan yang sama
(Cahyana, Muchroji, dan Bakrun, 2004).
Jika panen hanya dilakukan pada jamur yang berukuran
besar, maka jamur yang berukuran kecil tidak akan banyak
bertambah besar, bahkan kemungkinan mati (layu atau busuk).
Adanya bagian jamur yang tertinggal tersebut dapat membusuk,