• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir yang dikaji dengan teori sosiologi sastra ini hendaknya menjadi pedoman bagi laki-laki dengan perempuanmuslim bagaimana seharusnya menjalani kehidupan. Kehidupan yang dimaksud adalah pembinaan hubungan yang baik, wajar, dan patut menurut pandangan Islam. Sehingga relasi antara laki-laki dengan perempuan tersebut akan menciptakan manusia yang saling mengenal dan tetap melestarikan hubungan yang baik antara laki-laki dengan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhori, Jefri. 2008. Ada Apa Dengan Wanita. Jakarta: Al-Mawardi. Al-Jumaili, Sayyid. 2005. Pesan Untuk Muslimah. Jakarta: Akbar. Al-Habsy, Muhammad. 2004. Muslimah Masa Kini. Bandung: Mujahid.

Al-Qaradhawi, Yusuf. 1996. Fatwa-fatwa Mutakhir. Alih bahasa H.M.H. al-Hamid al-Husaini.Jakarta: Yayasan al-al-Hamidy.

As-Sunnah, STAI. 2014. Alquran dan Terjemahan. Jakarta: Sabiq.

„Athiyah Khumais, Muhammad. 2002. Fiqih Perempuan. Jakarta: Media Dak‟wah.

Baqi, Abdul dan Muhamad Fuad.2012.Terjemahan Al-Lu’lu’uwalmarjan (kumpulanhadits shahih).Semarang: Pustaka Riski Putra.

Brahmanto.2010. Definisi Laki-laki dengan Perempuan.(www.google.com). Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Casofa, Fachmy. 2009. Muslimah, Mewangilah Hingga ke Surga. Jakarta: Gazzamedia.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendididkan dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Caps.

Fitriani.2002. Perbedaan Laki-laki dengan perempuan.(www.google.com). Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Husein, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Jakarta: Pustaka Nuun. Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Juliani. 2009. ”Relasi Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy” (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Almuslim.

Muhammad. 2010. Bunga Rampai; Budaya, Sosial & Keislaman. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, Lexy Y. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nata, Abuddin. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Grafindo.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Ramli, Mohd. Anuar.2012. Analisis Gender dalam Hukum Islam. Jurnal Fiqh, No. 9 (2012) 137-162.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Safiudin. 2011. ”Nilai Religius Islam dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin” (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah.

Soejadi. 2008. Mensyukuri Karunia Allah. Jakarta: Pustaka Pergaulan. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumaryono. 1999. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Jakarta: Kanisius.

Undang-Undang RI. 1974. Nomor:1 pasal 31. Tentang Perkawinan. Jakarta: Tanggal 2 Januari 1974.

Undang-Undang RI. 1974. Nomor:1 pasal 34. Tentang Perkawinan. Jakarta: Tanggal 2 Januari 1974.

Yuyun, Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

LAMPIRAN 1

SINOPSIS NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR

Novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir mengisahkan tentang dua anak manusia yang bernama Adam dan Hawa.Adam adalah seorang anak yatim piatu yang diangkat oleh pasangan suami istri yang memimpin sebuah pesantren.Adam anak yang cerdas dan berpikiran cemerlang.Dia menghafal Alquran dan selalu memiliki pertanyaan yang cerdas.Adam yang dibesarkan oleh Kiai Idris dan Ummi Hindun tumbuh besar.Adam adalah anak yang membanggakan dalam keluarga, sedangkan Hawa adalah anak sahabat lama dari Kiai Idris.Hawa di antar ke pesantren supaya mendalami ilmu agama.

Di pesantren inilah Adam dan Hawa bertemu.Pertemuan itu menumbuhkan cinta di hati mereka.Cinta yang sebenarnya sangat mereka jaga.Namun cinta suci yang mereka miliki dibenci oleh salah satu santri pesantren.Zarkasih sangat berambisi untuk menjelekkan Adam.Dia melakukan itu supaya dapat menduduki kedudukan yang tinggi di pesantren.

Zarkasih menjebak Adam dan Hawa di kamarnya.Jebakan tersebut membuat Adam dihukum dengan berat.Kiai Idris yang melihat perbuatan Adam dan Hawa sangat terkejut dan membuat dia jatuh sakit.Tidak lama setelah itu, Kiai Idris meninggal dunia.Setelah Kiai Idris meninggal, Adam diusir dari pesantren karena difitnah.Kepergian Adam membuat Hawa sangat menderita.Dia pun meninggalkan pesantren, dan hidup pada sebuah rumah kontrakan bersama Ummi Hindun dan Hanifah.

Selama bertahun-tahun hidup Adam di dalam hutan.Pada suatu hari dia melihat dua orang anak muda yang bertengkar.Pertengkaran tersebut membuat salah satu dari pemuda itu meninggal dunia.Adam ikut menjadi saksi pembunuhan tersebut.Kejadian inilah yang menjadi awal bertemunya kembali Adam dan Hawa.Ternyata kedua anak laki-laki tersebut adalah anak Adam sendiri.Adam bertemu istrinya Hawa di rumah sakit.Namun, pertemuan keduanya berlangsung sangat singkat, karena pada pertemuan tersebut keduanya meninggal dunia.

LAMPIRAN 2

No No. Data Data

1 1a

“Maksudku bukan itu, Kang.” Potong Adam.” Aku paham setiap orang mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Jika pria tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Tetapi yang aku maksudkan, dalam Islam itu melarang hubungan lawan jenis dalam tanda kutip berpacaran, sebelum nikah, baik sudah lamaran atau belum, maka hubungannya haram, karena tidak boleh seseorang bersenang-senang dengan wanita asing, bukan muhrimnya, baik melalui ucapan, memandang, atau berduaan. (Natsir, 2010:147)

2 1b

Namun, suara lantang Zarkasih menahan.” Jangan! Jangan kau sentuh Adam. Dia belum halal bagimu.”

“Benar hawa, Adam belum menjadi muhrim. Haram hukumnya.” Timpal Pak Habibullah Idris dengan nada lemah, menahan sesak di dada. (Natsir, 2010:170)

3 1c

Habibullah Idris duduk di belakang setir, sedangkan istrinya duduk di sebelahnya sambil mendekap sang bayi. Di sela konsentrasi mengemudi, sesekali Habibullah melirik sang bayi. Sementara itu, Kiai Syamsul dan pak RT duduk di belakang sambil menikmati pemandangan kota. (Natsir, 2010:21)

4 1d

Tatkala sudah dekat dengan Hawa serta hendak mengulurkan tangan suci kepadanya, tiba-tiba terdengarlah suara gaib, Hai...Adam.., tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah. (Natsir, 2010:130)

5 1e

“Mana Mahar? Hawa menuntut haknya. Hal yang disyariatkan Tuhan sejak semula. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Seketika Adam bingung, sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi. (Natsir, 2010:131)

6 1f

Pergaulan hidup adalah persahabatan. Dan pergaulan antara laki-laki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan, apabila disertai dengan mahar. Lantas, bagaimana bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam. (Natsir, 2010:132)

7 1g

Adam menjawab dengan mantap dan tegas, ”Qabiltu Nikahahaa wa tazwijahaa linafsi bi mahri madzkur baalan ‘alaa manjahi kitaabullaah wa sunnah Rasuulullaah!””Aku terima nikah dan kawin dia, Hawa binti Raihan untuk diriku dengan mahar yang telah disebut tadi, kontan di atas manhaj kitab Allah dan Rasulullah!” (Natsir, 2010:183)

8 2a

Adam, nama yang diberikan oleh Habibullah Idris, sang Ayah angkat. Pak Kiai Syamsul dan Pak RT sangat gembira mendengar nama yang bagus itu. Demikian pula dengan istri kiai Habibullah Idrus. Ia tersenyum sambil terus membelai pipi sang bayi. Hanifah, putri tunggal Kiai juga sangat senang. Kini ia punya adik. Walau bukan adik kandung, Hanifah sangat menyayanginya, seperti adik kandung. (Natsir, 2010:26)

9 2b

“Hem...Bah.” panggi Adam. Mungkin sekarang yang perlu dipercepat adalah pernikahan Zarkasih dengan Kak Hanifah. Jika kang Zarkasih sudah siap, secepatnya saja kang Zarkasih meminang kak Hanifah. Karena di samping untuk menghalalkan hubungan keduanya, juga agar kang Zarkasih segera masuk dalam keluarga kita.” Adam mulai unjuk bicara. Masalah pelimbahan pengajaran itu soal mudah. (Natsir, 2010:44)

10 2c

Hem...oh iya, hem....gimana, ya? Sebetulnya sekarang pun usah berkobar untuk meningkatkan kemajuan pesantren. Tetapi, benar kata Gus Adam tadi, agar menghalalkan hubungan saya dengan Hanifah, tidak ada yang lebih tepat, kecuali menikah. (Natsir, 2010:44)

11 3a

Dua hari berikutnya.

Pak Kiai Habibullah Idris dan Nyai Hindun kembali ke panti asuhan. Beliau disambut dengan senyum mengembang. Bu Hindun dan Bu Hajjah Raudiyah saling peluk cium pipi. Sedangkan Kiai Habibullah hanya mengatupkan kedua belah tangannya. Mereka bertiga duduk. (Natsir, 2010:20)

12 3b

Para santri putra dan putri dipisah kain panjang yang membelah tengah ruangan. Sebenarnya, mereka bisa saja mengintip satu sama lain. Namun, apabila ada yang melakukan hal tersebut, pasti akan dapat takzir berupa membaca tafsir Jalalain sebanyak tiga sampai lima juz. Sehingga, tidak ada yang berani melanggarnya. (Natsir, 2010:35)

13 3c

Kali ini Adam tidak dapat berbuat banyak, kenyataannya Hawa memang melanggar peraturan. Apabila ia membela, takut mereka mengetahui kalau dirinya menaruh hati terhadapnya. Padahal pesantren paling anti dan mengancam santri yang main hati dengan lawan jenis. Apabila ada santri yang tertangkap basah tengah berkhalwat, tidak pikir

panjang, ia akan dikeluarkan dari pesantren ini dengan tidak terhormat. Jika perlu, orang tuanya dipanggil. (Natsir, 2010:95)

14 3d

Jauh di dalam hatinya, ia ingin menemui Hawa dan menyampaikan terima kasih. Tetapi jika hal itu dilakukan, merupakan pelanggaran paling besar dalam pesantren ini. Apalagi kalau diketahui sedang berduaan dengan lawan jenis, bisa-bisa mereka akan mendapatkan takzir yang kedua kalinya. Adam sangat menjaga hal itu. Adam sangat berhati-hati. Jangan sampai gejolak hatinya diketahui oleh santri-santri yang menetap di pesantren, apalagi oleh Zarkasih, berbahaya! (Natsir, 2010:120)

15 3e

Karena biasanya orang-orang yang tengah jatuh cinta, lupa dengan ketentuan-ketentuan Islam. Orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli, sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Natsir, 2010:148)

16 3f

Jauh di dalam hati, ia mengalami konflik antara keraguan dan kemantapan, gejolak hasrat dan kesadaran fitrah, mahabbah rindu sang kekasih dan batas-batas estetika cinta diri. Semuanya mendekam dalam otak dan hati, tarik menarik untuk memenangkan siapa yang paling kuat. Adam sadar bahwa apa yang dilakukan sekarang ini jelas melanggar syariat dalam Islam. Namun, akibat desakan Zarkasih, Adampun terpelanting jatuh dalam kubangan siasat yang memang sudah direncanakan olehnya. (Natsir, 2010:160)

Dokumen terkait