• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT

PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL

MAHA CINTA

ADAM-HAWA

KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR:

SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

SRI MULYATI

110701020

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya

Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

SRI MULYATI NIM 110701020

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan menulis Skripsi dalam bidang ilmu sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Drs. Isma Tantawi, M.A. NIP 19620925 198903 1 017 NIP 19600207 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(3)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya

Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi saya ini bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi oleh orang lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Agustus 2015 Peneliti,

(4)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

Sri Mulyati

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Karya sastra diciptakan untuk menyampaikan ide, pesan yang terkandung di dalamnya kepada pembaca. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel pada umumnya berbicara tentang berbagai masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya adalah menyinggung masalah relasi antara laki-laki dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam secara objektif. Sumber data penelitian ini adalah novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir diterbitkan tahun 2010. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra dengan pendekatan hermeneutik. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu peneliti menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut. Teknik analisis data adalah teknik kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir sesuai dengan pandangan Islam. Jenis relasi laki-laki dengan perempuan berupa relasi antara suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam kehidupan sosial.

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, peneliti ucapkan ke hadirat Allah swt, karena berkat kudrah dan iradah-Nya penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra.” Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, atas suri teladannya.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan tentang relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana dalam rangka menyelesaikan kuliah pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. M. Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan kepada peneliti.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku dosen pembimbing I, dan Drs. Isma Tantawi, M.A., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberi dukungan, saran, dan ilmu kepada peneliti.

(6)

5. Orangtua tercinta Ayahanda Drs. Razali. M.Pd. dan Ibunda Tiamansyah S.E., Kakanda Fakhrurrazi, Nurul Fitriani, dan Adinda Rismawati, serta keluarga besar yang dengan luar biasa telah mencurahkan segala semangat, dorongan moril dan materi demi mewujudkan cita-cita saya. 6. Keluarga serta sahabat Asrama Putri USU, Zira, Ayu, Frida, Kak Fitri, dan

Yuyun serta keluarga besar IPTR (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong) USU, yang telah menyemangati dan memberikan bantuan berupa tenaga dan do‟a kepada peneliti.

7. Sahabat-sahabat terdekat Ayu, Diana, Masita, Fira, April, Suci, dan Heni, serta teman-teman satu stambuk yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan cerita yang kita bangun selama perkuliahan.

Kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan dan dukungannya mendapatkan balasan dari Allah swt. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 6

2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Pengertian Relasi ... 6

2.1.2 Pengertian Laki-Laki ... 7

2.1.3 Pengertian Perempuan ... 8

2.1.4 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan ... 9

(8)

2.2.1 Sosiologi Sastra ... 11

2.2.2 Pengelompokan Relasi Laki-Laki dan Perempuan ... 12

2.2.3 Relasi Laki-Laki dan Perempuan Menurut Pandangan Islam 14 2.3 Tinjauan Pustaka ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

3.2 Data dan Sumber Data ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4 Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV RELASI ANTAR LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA ... 28

4.1 Pengertian Relasi ... 28

4.2 Pengelompokan Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa. ... 29

4.2.1 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Sebagai Suami Istri …… ... 29

4.2.2 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga ... 34

4.2.3 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial ... 37

(9)

4.4 Muhrim dan Bukan Muhrim Menurut Pandangan Islam ... 47

4.4.1 Muhrim Bagi Seorang Perempuan ... 47

4.4.2 Bukan Muhrim Bagi Seorang Perempuan ... 49

BAB V PENUTUP ... 51

5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1 ... 55

(10)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

Sri Mulyati

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Karya sastra diciptakan untuk menyampaikan ide, pesan yang terkandung di dalamnya kepada pembaca. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel pada umumnya berbicara tentang berbagai masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya adalah menyinggung masalah relasi antara laki-laki dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam secara objektif. Sumber data penelitian ini adalah novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir diterbitkan tahun 2010. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra dengan pendekatan hermeneutik. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu peneliti menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut. Teknik analisis data adalah teknik kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir sesuai dengan pandangan Islam. Jenis relasi laki-laki dengan perempuan berupa relasi antara suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam kehidupan sosial.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif, sehingga mampu menggetarkan jiwa pembaca. Melalui bahasa,pembaca mampu menerima dan memahami sastra. Oleh karena itu, bahasa sangat membantu memberi masukan, baik secara praktis maupun akademis, sekaligus menjadi model untuk tahap penyelesaian karya sastra. Sesuai dengan hal tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, ”Bahasa memang media sastra dan dengannya kita dapat membedakan antar karya sastra dan karya yang bukan sastra.”

Karya sastra selalu identik dengan sesuatu yang indah, yang mampu memberikan pengalaman dan kepuasan batin kepada pembaca. Karya sastra harus mampu mengangkat berbagai persoalan hidup, menggugah nurani, menyampaikan kebenaran, dan keindahan. Kebenaran dan keindahan dalam sastra hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pengarangnya. Dengan adanya nilai-nilai yang benar dan indah, sebuah karya sastra menjanjikan kepada pembacanya kepekaan terhadap nilai-nilai hidup serta kearifan menghadapi lingkungan hidup, realitas kehidupan, dan realitas nasib dalam hidup.

(12)

sastra.Setiap pengarang memiliki ciri tersendiri dalam menghasilkan karya sastra, hal ini sesuai dengan kemampuan pengarang mengolah sumber dan objeknya.

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel.Novel merupakan cerita fiksi sastra dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik.Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa, sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luar menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain sebagainya.Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

Dewasa ini, novel banyak diminati oleh berbagai kalangan, baik kalangan pelajar maupun masyarakat biasa, terlebih jika novel tersebut lebih menyentuh sisi kehidupan. Maka, para sastrawan harus menghasilkan karya yang berkualitas sehingga karya mereka banyak diminati oleh pembaca, serta harus mampu mengekspresikan nilai-nilai kehidupan dan memuaskan pembaca agar karyanya diminati.

(13)

Adam-Hawa mengisahkah cinta yang dialami oleh dua anak manusia. Takdir telah mempertemukan dua anak manusia modern, Adam dan Hawa. Takdir pula yang memisahkan mereka dalam kurun waktu lama. Jebakan manusia licik karena sifat dengkinya melemparkan Adam dan Hawa dari kemurnian cinta menuju penderitaan berkepanjangan. Darah dan air mata menjadi penyerta dari setiap doa dan perjuangan mereka untuk kembali bersatu. Sudikah Tuhan menyatukan mereka kembali di dunia ini? ataukah, telah ada suatu tempat di alam keabadian untuk mereka bertemu.

Peneliti memilih novel ini sebagai bahan kajian disebabkan alur cerita yang menarik dan novel ini memberi gambaran tentang relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama menyangkut sisi keismlaman.Gambaran tentang relasilaki-laki dengan perempuan dalam novel sangat penting untuk dijadikan bahan kajian, hal ini mengingat setiap peristiwa yang ada dalam novel merupakan refleksi dari kehidupan itu sendiri.Peneliti juga tertarik untuk mengkaji relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel ini dari segi keislaman yang tergambar dalam novel ini, karena belum ada sebelumnya yang mengkaji novel tersebut tentang relasi tersebut menurut pandangan Islam.

(14)

hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Perjuangan hidup manusia tersebut tergambar dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa ini.Berdasarkan uraian latar belakang di atas, judul penelitian ini ditetapkan, ”Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian harus memiliki batasan masalah, agar penelitian yang dilakukan terarah, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsirdikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu relasi sebagai suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam bidang sosial.

2. Batasan dalampergaulan antara laki-lakidengan perempuan menurut pandangan Islam dalam ketiga relasi tersebut.

(15)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang sastra Indonesia, memperluas penerapan apresiasi novel dalam wacana sastra, memberikan informasi empiris dan idealistis mengenai relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam yang terdapat dalam novel, serta memperluas pemahaman terhadap sosiologi sastra dalam mengkaji karya sastra khususnya novel.

(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep dibutuhkan dalam penelitian untuk menentukan aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga penjabaran materi menjadi terarah, tidak melebar ke hal-hal yang lain. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2.1.1 Pengertian Relasi

Relasi merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, relasi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Yuyun (2010:11), menjelaskan bahwa,”Relasi dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”

(17)

perempuan sesungguhnya tidak menjadi persoalan sepanjang tidak mengalami ketidakadilan gender. Dalam kehidupan, perempuan adalah relasi bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya.”

2.1.2 Pengertian Laki-Laki

Laki-laki adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin jantan.Lawan jenis dari pria adalah wanita.Pria adalah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki dewasa.Laki-laki yang sudah menikah dipanggil dengan sebutan ayah.Untuk laki-laki yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan bujangan.

Brahmanto (2010:6) menjelaskan,”Laki-laki lebih banyak melakukan sesuatu dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan melakukan apa yang lebih banyak daripada apa yang berani dilakukan laki-laki.” Lebih lanjut, menurut KBBI (2008:773) laki-laki yaitu, ”Orang atau manusia yang mempunyai zakar, kalau dewasa memiliki jakun dan adakalanya berkumis.” Dalam kehidupan,

terutama keluarga, laki-laki memiliki peran yang sama pentingnya dengan perempuan. Laki-laki bagaikan gunung yang tinggi, sedangkan perempuan bagaikan lautan yang luas.Di dalam pendidikan keluarga, mereka berdua memiliki keunggulan masing-masing.

(18)

2.1.3 Pengertian Perempuan

Manusia pertama diciptakan Allah swt.adalah Nabi Adam a.s, kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya. Hawa adalah ibunya para manusia, dari Hawa pula semua perempuan dan laki-laki di dunia ini terlahir.Seorang perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan.Banyak definisi perempuan, namun semua definisi berpandangan bahwa perempuan adalah sosok yang hebat terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. Sesuatu yang menyangkut perempuan akan terus mendapat perhatian untuk dibicarakan. Bagi sebagian orang, perempuan adalah masyarakat kelas dua, ia tidak berhak untuk berpendapat bahkan mengurus dirinya sendiri, semuanya diatur oleh laki-laki.

(19)

wanita yang bersifat halus, mengabdi, setia pada suami, suka atau tidak inilah tugas dan lakon yang harus dijalankan perempuan.

Sekalipun dalam sejarah, tidak ada seorang pun perempuan ditunjuk sebagai rasul, tetapi Islam sedemikian tinggi memuliakan kaum perempuan. Dalam Alquran di antara 114 surat, terdapat satu surat yang diberi nama Annisak, yang artinya perempuan. Surat itu dalam Alquran diletakkan setelah surat Ali Imran. Penempatan itu terasa sangat jelas, memberikan gambaran tentang kemuliaan dan posisi kaum perempuan.Nama Ali Imran dalam sejarah dikenal sebagai gambaran keluarga ideal. Melalui nama surat itu, dapat ditangkap bahwa Allah swt.menunjukkan keluarga ideal, yaitu keluarga Imran, yang seharusnya ditiru oleh siapapun tatkala akan membangun sebuah keluarga. Penempatan surat Annisak setelah surat Ali Imran, dapat dijadikan sebagai petunjuk atau inspirasi, bahwa kunci untuk membangun keluarga ideal adalah terletak pada kaum perempuan. Kaum perempuan dalam kehidupan keluarga selalu menempati posisi tertentu.Baik atau buruknya keluarga, terletak pada kaum perempuan.”Seorang perempuan adalah penjaga di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas penjagaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:35).

2.1.4 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan

(20)

berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.

Casofa (2009:21) menjelaskan bahwa, Allah swt.menjadikan perempuan dan laki-laki agak berlainan dalam hal bentuk dansusunan tubuhnya, sesungguhnya untuk menunjukkan perbedaan manayang disebut laki-laki dan mana yang disebut perempuan. Perbedaan itu tentumengandung hikmah dan manfaat-manfaat dalam kehidupan manusia itu sendiri.Melalui perbedaan itu pula, mereka merasa dapat saling mencintai, menyayangi,saling melengkapi, serta saling bahu-membahu di dalammelakukan tugas memakmurkan dunia sebagai khalifah Allah swt.di muka bumi. Hal inisebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt.dalam Q.S. Al-Hujurat ayat49, yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allahialah orang yang paling takwa di antara kamu.Sesungguhnya, AllahMaha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Q.S. 49:13]

(21)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra menjadi landasan dalam penelitian ini.Teori ini dapat dipahami mengenai pengambaran masyarakat dalam karya sastra.Selain itu, dengan mengunakan landasan teori sosiologi sastra, karya sastra dapat dikaji atau fokus pada bentuk-bentuk sosial kemasyarakatannya.Menurut Nata (2012:42), ”Melalui pendekatan sosiologi, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.”

”Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini disebut sosiologi sastra.Istilah itu tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosilogis, atau sosiokultural.Sosiologi sastra dalam pengertian ini mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu.”(Damono, 1984:2).

Selanjutnya sosiologi sastra menurut pandangan Damono (1984:7) merupakan,”Disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat dan sastra. seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan mengubah masyarakat.”

(22)

Ian Watt (dalam Damono, 1984:3-4) dengan melihat relasi timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, membagi telaah sosiologi sastra ke dalam tiga bagian: (1) Konteks sosial pengarang, yakni menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya, (2) Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat, (3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai pembaharu, pemberontak, penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.Jadi, dalam kajian ini peneliti menganalis berdasarkan sosiologi sastranya.

2.2.2 Pengelompokan RelasiLaki-Laki dengan Perempuan

Ada beberapa jenis relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto (2010:15) yaitu,relasi sebagai suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam bidang sosial.Berikut peneliti jelaskan secara rinci.

1) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Sebagai Suami Istri

(23)

yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan Islam.

Laki-laki menurut pandangan Islam adalah kepala rumah tangga, dan istri adalah ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31, dan dipertegas pada pasal 34 pada undang-undang yang sama yaitu, ”Suami wajib melindungi istri dan istri wajib mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.” Terjemahan sosial menurut undang-undang tersebut adalah istri wajib mengikuti kehendak suami.Peran dan posisi perempuan dalam rumah tangga hanya dicukupkan menyandang status istri dan ibu, tidak dipandang sebagai manusia utuh yang memiliki otonomi.

2) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga

Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keluarga akan tercermin melalui perilaku dan kesehariannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik serta mengenalkan etika maupun norma dalam keluarga adalah hal penting untuk dipatuhi dalam bermasyarakat. Belajar bagaimana menjaga perasaan antara sesama anggota keluarga, serta menghormati keberadaan anggota keluarga apapun kondisi mereka.

(24)

harusnya seseorang dibangun, diajar, dilengkapi, dan dibimbing untuk tugas mulia yaitu hidup bersama.”Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah keluarga dapat menjadi penunjang atau sarana pendukung untuk meningkatkan ketakwaan, bukan sekadar amanah dan tanggungjawab.

3) RelasiLaki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial

Setiap individu atau manusia akan selalu membutuhkan individu lain dalam menjalani kehidupannya, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu bertahan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Laki-laki dan perempuan memiliki dorongan untuk saling mengadakan relasi dalam interaksi sosial.Dengan demikian, maka terjadilah interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Dari interaksi sosial tersebut, individu yang satu dapat memengaruhi dan memperbaiki sikap individu lainnya.Jadi, terdapat relasi yang timbal balik di antara keduanya.

Sejak dini hidup bermasyarakat harus dikembangkan, sejak seseorang mengenal orang lain di luar dirinya sendiri, sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, bahkan orang tua, hingga dalam masyarakat dalam pergaulannya tidak lepas dari bersosialisasi.

2.2.3RelasiLaki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

(25)

artinya,”Katakanlah kepada laki-laki beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”

Pada dasarnya hubungan pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sangat potensial menimbulkan penyimpangan.Karena alasan inilah Islam memberikan batasan yang sangat ketat. Beberapa ketentuan dasar dalam hubungan antara laki-laki dengan perempuan di dalam Alquran dan hadis Nabi saw., adalah sebagai berikut:

a. Batasan Memandang dan Aurat

Islam memerintahkan agar orang beriman baik laki-laki maupun perempuan menahan pandangannya ketika menghadapi sesuatu yang potensial terhadap fitnah.Itulah alasannya mengapa Islam melarang seseorang saling berpandangan dengan lawan jenisnya. Larangan tersebut tercantum dalam Alquran dan hadis sebagai berikut:

”Dan katakanlah kepada orang-orang yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan.” (An-Nur:30)

Hadis dari Jarir bin Abdullah ra.ia berkata:”Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang (lawan-jenis) secara tiba-tiba (tanpa disengaja). Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR. Muslim, 2012:37).

b. Larangan Khalwat dan Safar Tanpa Disertai Muhrim

(26)

wanita, karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tarmidzi dan Ahmad, 2012:38). Selanjutnya ditegaskan kembali dalam hadis berikut, ”Salah seorang dari kalian tidak boleh menyendiri dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:39)

c. Larangan Bersentuhan Kulit

Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra.berkata, ”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari, 2012:40).Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam.

Pada dasarnya, Allah swt.menciptakanlaki-laki dan perempuansebagai manifestasi keindahan Ilahi, juga sebagai tempat sama-sama memperoleh ketenangan dan ketenteraman. Seorang perempuan memiliki perhitungan dan sikap cermat dalam membina relasinya dengan laki-laki.Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan keturunan.Dalam ajaran Islam, perempuan bukanlah musuh kaum laki-laki.Sebaliknya, perempuan adalah bagian dari laki-laki dan demikian pula laki-laki adalah bagian dari perempuan, keduanya bersifat saling melengkapi.

(27)

sama lain. Selain itu, Islam tidak memisahkan laki-laki dan perempuan, sebab antara laki-laki dan perempuan adalah pelindung satu sama lain. Ada banyak bagian yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan yang tersebar dalam Alquran, namun ada sejumlah menyatakan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuandengan derajat yang berbeda.Pada dasarnya semua manusia adalah ciptaan Allah yang sama derajatnya, yang membedakan hanya dari sisi keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Allah swt.berfirman ”Barang siapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak terniaya sedikitpun.” (QS. Annisak ayat:124).

Dalam membina hubungan antara laki-laki dengan perempuan sepantasnya dianjurkan untuk berbuat baik. Disebutkan dalam sebuah hadis, ”Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang paling atas....”Hadis tersebut merupakan perintah kepada para suami, para ayah, saudara laki-laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kamu wanita, berbuat baik terhadap mereka, tidak menzalimi mereka, dan senantiasa memberikan hak-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan bagian dan relasi bagi laki-laki, maka apa yang menjadi bagian hidup laki-laki, itu juga yang menjadi bagian hidup perempuan.

(28)

berupa kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, dan mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele.

Islam menghargai kaum perempuan sebagai manusia terhormat.Sebagaimana kaum laki-laki, perempuan mempunyai hak-hak kemanusiaan, karena keduanya merupakan bersaudara yang dilahirkan oleh satu ayah yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawa.Laki-laki dan perempuan berasal dari satu keturunan yang sama dalam karakter kemanusiaannya secara umum. Keduanya adalah sama dalam hal beban dan tanggung jawab, dan di akhirat kelak akan sama-sama menerima pembalasan.

Kompleksitas ajaran Islam dapat dilihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.Begitu pula dalam mewujudkan masyarakat yang ideal.Sebagai salah satu upaya tersebut, pernikahan merupakan dasar pembentuk dan pembangun masyarakat.Relasi antara suami istri perlu dibina dengan baik agar muncul generasi-generasi dengan berbagai karakter yang tidak menyimpang dari pandangan Islam.Sebagaimana firman Allah swt. yang artinya:

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah relasi silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. Annisak ayat:1)

(29)

keduanya saling menyempurnakan sebagaimana dijelaskan di atas.Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya dan memelihara relasi kasih sayang antara mereka.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi tinjauanpeneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Safiudin (2011)dengan judul penelitiannya Nilai Religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius Islam.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.

(30)

kepada takdir Allah, (2) nilai syariat yaitu menjalankan ibadah salat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturrahim. Nilai-nilai Islam tersebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novelSangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai Islaminya.

Juliani (2009) dengan judul penelitiannya RelasiLaki-laki dan Perempuan dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara laki-laki dan perempuan menurut pandangan yang objektif dalam pandangan Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkanrelasi antara laki-laki dan perempuan dalam novel tersebut.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.Relasi dalam novel dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil penelitian ini yaitu, menggambarkan bagaimana seharusnya relasilaki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam seperti tergambar dalam novel Ayat-Ayat Cinta, sehingga dapat menambah wawasan pembaca tentang bagaimana berkomunikasi dengan lawan jenis dalam ajaran Islam.

(31)

atau peranan gender dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan pola relasi gender dalam perspektif ekonomi. Namun, antara kajian yang menfokuskan aspek tekstual adalah pendekatan narratologi, yang meneliti teks-teks yang menjadi bahan bacaan dalam sesuatu masyarakat.

Artikel ini cenderung membahas tentang analisis gender dan penerapannya dalam syariat Islam. Metode analisis muncul karena perubahan dalam struktur sosial yang membentuk pola relasi sosial saat ini yang benar-benar berbeda dari relasi sosial tradisional.Sesuai dengan ini, ada juga munculnya diskriminasi gender dalam masyarakat Muslim saat ini. Antara kriteria yang akan digunakan dalam jenis analisis seperti perbedaan antara konsep seks dan gender, identifikasi keberadaan beberapa elemen dalam relasi gender seperti marginalisasi, subordinasi, ganda beban, stereotip gender, pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis gender mekanisme yang relevan untuk diterapkan dalam mengevaluasi relasi gender dalam hukum Islam. Namun, masih perlu didasarkan pada nilai keadilan.Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa, tidak semua perbedaan antara jenis kelamin dalam perspektif analisis gender menyiratkan ketidakadilan gender.Oleh karena itu, berkeadilan gender dapat diperoleh dengan meletakkan sebuah elemen dalam tempat dan fungsi yang tepat.

(32)
(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitianyang tidak menggunakan perhitungan atau dengan angka-angka.Sedangkanpendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermeneutik. Proses pemahamanmakna karya merupakan fokus hermeneutik. Hermeneutik adalah studipemahaman, khususnya tugas pemahaman teks.Hermeneutik mencakup tigafaktor di dalamnya yaitu, (1) dunia teks (isi dari teks), (2) dunia pemateri dan (3)dunia pembaca (mad’u). Tiga faktor ini memiliki perhatian yang berbeda,akantetapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya.Secara bahasa, hermeneutik berasal dari bahasa yunani hermeneuein:menafsirkan kembali. Kemudian ditarik menjadi kata benda hermenein:penafsiran atau interpretasi. Menurut Sumaryono (1999:83),”Hermeneutik adalah usaha memahami dan menginterpretasi sebuah teks. Hal iniberkaitan dengan hubungan antar makna dalam teks, serta pemahaman tentangrealitas yang kita perbincangkan.”

(34)

Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutik. Artinya, baik metode hermeneutik, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.“Dikaitkan dengan hakikat penafsiran, maka hermeneutiklah yang paling dominan, sesuai dengan asal usulnya dalam bidang filsafat, yaitu sebagai cara penafsiran kitab suci.” (Ratna, 2007:46).

3.2 Data dan Sumber Data

Data tersebut berupa baris-baris atau kata/kalimatdalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.Adapun unsur-unsur data di maksud adalah yang berkaitan dengan relasilaki-laki dengan perempuan.

Sumber data adalah sebagai berikut: Judul novel : Maha Cinta Adam-Hawa Pengarang : Muhammad El-Natsir

Penerbit : Laksana

Tahun terbit : Cetakan pertama tahun 2010 Tempat Terbit : Jogjakarta

Tebal : 322 halaman

Warna Sampul : Merah, Putih, dan Coklat

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(35)

data.Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang diarahkan kepadapencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalamproses penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila

didukungfoto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83).

Untuk mengumpulkan data, peneliti membaca novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. Langkah selanjutnya, peneliti memahami, dan menghayati kalimat-kalimat dalam novel. Selanjutnya peneliti menganalisis relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut.

Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1) Peneliti membaca novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir dengan saksama dan mendalam.

2) Peneliti memahami dan menghayati kalimat dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.

3) Peneliti menandai kalimat yang mengandung relasilaki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut.

4) Peneliti mengelompokkan data berdasarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam pandangan Islam.

5) Peneliti menganalisis relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut.

3.4 Teknik Analisis Data

(36)

El-Natsir. Data ini dianalisis secara kualitatif, menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2005:91) ”Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu,datareduction, datadisplay, dan conclusiondrawing/verification.”

Ketiga langkah analisis data tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan perlu segera dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam penelitian ini, data yang direduksi adalah relasi laki-laki dengan perempuan dalam novelMaha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. 2) Penyajian Data

(37)

3) Verifikasi atau Simpulan

(38)

BAB IV

RELASI ANTARA LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT

PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA

4.1 Pengertian Relasi

Relasi merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, relasi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Yuyun (2010:11) menjelaskan bahwa,”Relasi dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran masyarakat, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”

(39)

4.2. Pengelompokan Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut

Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa

4.2.1 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan sebagai Suami Istri

Relasi antara laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri mutlak didapatkan dalam sebuah rumah tangga.Kedudukan laki-laki adalah sebagai pemimpin, dan istri sebagai pendamping pimpinannya.Dalam membina relasi yang baik antara keduanya tentu harus ditempuh dengan jalan yang tidak mudah, yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan Islam.

Keluarga, dibentuk oleh sepasang suami istri. Sejak terciptanya laki-laki dengan perempuan di bumi ini, maka akan terbentuklah keluarga. Tugas yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam berkeluarga berlainan, menurut kondisi lingkungan dan masyarakat.

(40)

Maka seorang laki-laki dianggap penghulu keluarganya, dan perempuan dipandang penghulu rumah tangganya.”

Para sosiolog menjadikan rumah tangga sebagai sendi dan asas bagi masyarakat.Mereka berpendapat, apabila kehidupan rumah tangga rusak dan kacau, pastilah aturan di tengah masyarakat juga rusak. Pernikahan dianggap penting, karena dari situlah masyarakat akan tetap eksis. (Husein, 2004:90).

Islam menganjurkan pemuda-pemuda segera menikah, supaya dapat memelihara diri sehingga tidak tercemar dan ternoda, karena hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang belum muhrim adalah haram hukumnya.Pernikahan itu suatu kewajiban kemasyarakatan untuk merajut kehidupan bersama yang membahagiakan.Allah swt. Menerangkan hikmah perkawinan dalam firman-Nya: ”Dan dari tanda-tanda kebesaran Allah ialah, Allah swt.menjadikan untukmu istri-istri dari sukumu, supaya kamu condong kepadanya, dan Allah swt.menjadikan cinta mesra dan kasih syang antara kamu suami-istri itu.” (Q.S. Ar-Rum, 30:21).

Data 1a

“Maksudku bukan itu, Kang.” Potong Adam.” Aku paham setiap orang mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis.Jika pria tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Tetapi yang aku maksudkan, dalam Islam itu melarang hubungan lawan jenis dalam tanda kutip berpacaran, sebelum nikah, baik sudah lamaran atau belum, maka hubungannya haram, karena tidak boleh seseorang bersenang-senang dengan wanita asing, bukan muhrimnya, baik melalui ucapan, memandang, atau berduaan. (Natsir, 2010:147).

(41)

yang sangat sempurna, karena Allah swt.begitu menyayangi kita, sehingga Dia memberikan larangan yang sangat banyak untuk hambanya. Hal ini karena Allah akan menjadikan manusia yang beradab. Pacaran menurut pandangan Islam diharamkan karena jika diteliti ternyata pacaran itu banyak mudharatnya.Selain itu Allah telah menetapkan hukuman yang begitu berat bagi orang yang berpacaran karena telah mendekati zina. Seperti Firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 2 yang artinya:

”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

Data 1 b

Namun, suara lantang Zarkasih menahan.” Jangan! Jangan kau sentuh Adam.Dia belum halal bagimu.”

“Benar hawa, Adam belum menjadi muhrim.Haram hukumnya.”Timpal Pak Habibullah Idris dengan nada lemah, menahan sesak di dada. (Natsir, 2010:170)

(42)

untuk seratus wanita sama dengan perkataanku untuk satu orang atau serupa dengan perkataanku untuk satu orang wanita.” (HR. Imam Malik)

Data 1 c

Habibullah Idris duduk di belakang setir, sedangkan istrinya duduk di sebelahnya sambil mendekap sang bayi. Disela konsentrasi mengemudi, sesekali Habibullah melirik sang bayi. Sementara itu, Kiai Syamsul dan pak RT duduk di belakang sambil menikmati pemandangan kota. (Natsir, 2010:21) Data di atas menjelaskan hubungan suami istri dalam kehidupan sehari-hari.Seorang suami boleh duduk di dekat istrinya, namun sebaliknya jika tidak memiliki hubungan suami istri, hal itu tidak dibolehkan, apalagi menyentuhnya.Dalam pergaulan sehari-hari antara laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim dipisahkan atau tidak boleh dekat.Islam membatasi pergaulan laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri, tidak perlu ada interaksi, tanpa adanya keperluan syar‟i.

Data 1 d

Tatkala sudah dekat dengan Hawa serta hendak mengulurkan tangan suci kepadanya, tiba-tiba terdengarlah suara gaib, Hai...Adam.., tahanlah dirimu.Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah. (Natsir, 2010:130)

Data 1 e

”Mana Mahar?”Hawa menuntut haknya.Hal yang disyariatkan Tuhan sejak semula.Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Seketika Adam bingung, sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi. (Natsir, 2010:131)

(43)

bagi perempuan ketika menjadi calon istri.Orang dekat sekalipun tidak dibenarkan menjamah hartanya tersebut, kecuali dengan ridhonya dan kemampuannya sendiri.Allah swt.berfirman dalam surat Annisak ayat 4 yang artinya: ”Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati. Maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.”

Data 1 f

Pergaulan hidup adalah persahabatan. Dan pergaulan antara laki-laki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan, apabila disertai dengan mahar. Lantas, bagaimana bentuk mahar yang harus diberikan?Itulah yang sedang dipikirkan Adam. (Natsir, 2010:132)

Penggalan novel di atas mendeskripsikan bahwa perkawinan adalah saat yang dinanti-nanti bagi laki-laki dan perempuan untuk mengikatkan cinta dalam ridha Allah swt. Salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika hendak menikah, yaitu mahar atau maskawin. Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang wanita.Mahar merupakan syarat sah pernikahan.Syarat itulah yang dipikirkan Adam ketika hendak melamar Hawa.Pernikahan tanpa mahar berarti pernikahan tersebut tidak sah, meskipun pihak perempuan telah rela tidak mendapatkan mahar.Jika mahar tidak disebutkan dalam akad nikah maka pihak perempuan berhak mendapatkan mahar yang sesuai dengan perempuan semisal dirinya.

Data 1 g

Adam menjawab dengan mantap dan tegas, ”Qabiltu Nikahahaa wa

tazwijahaa linafsi bi mahri madzkur baalan ‘alaa manjahi kitaabullaah wa

sunnah Rasuulullaah!””Aku terima nikah dan kawin dia, Hawa binti Raihan

(44)

Dari data diatas menjelaskan bahwa, Islam menganjurkan umatnya untuk menegakkan rumah tangga dengan dasar pernikahan seperti yang dilakukan Adam kepada Hawa.Habibullah Idris segara menikahkan Adam dan Hawa untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan yang saling mencintai dengan jalan pernikahan, agar tidak terjadi zina diantara mereka. Perhatikan sabda Nabi saw: ”Nikah itu termasuk sunnah yang aku sukai untuk diriku dan umatku. Maka barangsiapa menjauhkan diri dari pernikahan dengan alasan pernikahan itu kurang utama, bukan termasuk umatku.”

4.2.2 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga

Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keluarga akan tercermin melalui perilaku dan kehidupan sehari-hari. Menjalin relasi atau hubungan yang baik serta mengenalkan etika maupun norma dalam keluarga adalah hal penting untuk dipatuhi dalam bermasyarakat. Belajar bagaimana menjaga perasaan antara sesama anggota keluarga, serta menghormati keberadaan anggota keluarga apapun kondisi mereka.

(45)

Sesudah kita memilih pasangan dan kemudian menikah, hendaklah kita memenuhi tugas hidup terhadap keluarga.Di antara tugas yang lazim diwujudkan ialah, menyenangkan dan menyejahterakan kehidupan keluarga.Hendaklah suami menyediakan segala yang dibutuhkan untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan rumah tangga. (Al-Bukhori, 2008:45).

Tugas suami terhadap keluarganya ialah, memperhatikan pendidikan dan ajaran untuk mereka. Para pribadi muslim, bertugas mendidik istri dan memberikan kepadanya bermacam-macam pelajaran yang memperbaiki keadaan dan mencerdaskan akalnya. Nabi saw. bersabda: ”Orang yang paling baik dari

kamu ialah, orang yang paling baik kepada istri-istri dan anak-anaknya yang perempuan.” (HR. Muslim)

Anak merupakan harapan keluarga, dan tujuan yang terakhir dari pernikahan.Memberikan ajaran yang sempurna kepada anak ialah tugas yang terbesar bagi orang tua.Kewajiban ini diberikan di pundaknya oleh agama dan hukum masyarakat.Oleh karena itu, seseorang yang tidak mau memperhatikan pendidikan anak, dianggap orang yang mengkhianati amanah Allah dan etika sosial.

Data 2 a

Adam, nama yang diberikan oleh Habibullah Idris, sang Ayah angkat. Pak Kiai Syamsul dan Pak RT sangat gembira mendengar nama yang bagus itu. Demikian pula dengan istri kiai Habibullah Idrus.Ia tersenyum sambil terus membelai pipi sang bayi. Hanifah, putri tunggal Kiai juga sangat senang. Kini ia punya adik. Walau bukan adik kandung, Hanifah sangat menyayanginya, seperti adik kandung. (Natsir, 2010:26)

(46)

sangat diperlukan.Hal ini merupakan dasar untuk membina hubungan baik dalam keluarga.Menurut Husein (2004:101) hendaklah orang tua bergaul dengan anak-anak yang masih kecil dengan ramah dan dengan rasa sayang. Nabi saw. bersabda: ”Barangsiapa mempunyai seorang anak yang masih kecil, hendaklah ia bermain-main dan bersenda gurau bersamanya sebagai anak-anak.”

Hubungan keluarga yang baik memang perlu diusahakan, karena berhubungan dengan banyak orang dan banyak karakter. Semakin dini seseorang menyadari perannya dalam keluarga, akan semakin baik dan mudah baginya untuk berperan di lingkungan sosial. Keakraban dalam keluarga akan menciptakan suasana yang indah, saling menghargai, dan menghormati sesama anggota keluarga.

Data 2 b

“Hem...Bah.” panggil Adam.Mungkin sekarang yang perlu dipercepat adalah pernikahan Zarkasih dengan Kak Hanifah.Jika kang Zarkasih sudah siap, secepatnya saja kang Zarkasih meminang kak Hanifah.Karena di samping untuk menghalalkan hubungan keduanya, juga agar kang Zarkasih segera masuk dalam keluarga kita.”Adam mulai unjuk bicara.Masalah pelimbahan pengajaran itu soal mudah. (Natsir, 2010:44)

Data 2 c

Hem...oh iya, hem....gimana, ya? Sebetulnya sekarang pun usah berkobar untuk meningkatkan kemajuan pesantren.Tetapi, benar kata Gus Adam tadi, agar menghalalkan hubungan saya dengan Hanifah, tidak ada yang lebih tepat, kecuali menikah. (Natsir, 2010:44)

(47)

ketentuan-ketentuan Allah swt.yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu tujuan pernikahan adalah menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah antara suami istri bersama anak-anaknya. Menurut Al Jumaili (2005:27) sakinah mengandung makna ketenangan. Setiap laki-laki dengan perempuan dilengkapi Allah dengan aneka sifat dan kecenderungan yang tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya sesuai dengan sunnatullah.Mawaddah mengandung arti rasa cinta.Dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan perasaan cinta.Suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik dan membesarkan mereka.Di samping itu, dia merasakan adanya ketenangan, kedekatan dan kecenderungan pada istrinya.Warahmah berarti kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani, serta siap melindungi yang dicintai.

4.2.3 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial

(48)

Laki-laki dan perempuan memiliki dorongan untuk saling mengadakan relasi dalam interaksi sosial.Seperti firman Allah swt.dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal.” Dengan demikian, maka terjadilah interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Dari interaksi sosial tersebut, individu yang satu dapat memengaruhi dan memperbaiki sikap individu lainnya.Jadi, terdapat relasi yang timbal balik di antara keduanya.

Sejak dini hidup bermasyarakat harus dikembangkan, sejak seseorang mengenal orang lain, sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, bahkan orang tua, hingga dalam masyarakat dalam pergaulannya tidak lepas dari bersosialisasi.(Majid, 2007:16). Menjalin hubungan yang baik dalam kehidupan sosial sangat didambakan dan menjadi perekat utama bagi terwujudnya kesatuan umat. Berbuat kebajikan kepada orang lain (sesama) sesungguhnya berbuat kebajikan kepada diri sendiri.(Soejadi, 2008:122).

Data 3 a

Dua hari berikutnya.

Pak Kiai Habibullah Idris dan Nyai Hindun kembali ke panti asuhan.Beliau disambut dengan senyum mengembang.Bu Hindun dan Bu Hajjah Raudiyah saling peluk cium pipi.Sedangkan Kiai Habibullah hanya mengatupkan kedua belah tangannya.Mereka bertiga duduk. (Natsir, 2010:20)

(49)

(dilarang).Wanita yang bukan muhrim ada dua macam, perempuan tua dan perempuan muda.Keduanya memiliki konsekuensi hukum yang berbeda dalam berjabat tangan.Bersalaman dengan wanita tua renta hukumnya boleh dengan syarat perempuan itu sudah tidak menarik dan tidak tertarik kepada lawan jenis.Selain itu, kedua belah pihak terbebas syahwat atau nafsu. Berjabat tangan dengan anak kecil hukumnya sama dengan perempuan tua.

Muhammad (2010:21) mengatakan bahwa, berjabat tangan telah jelas kebaikannya.Namun, bagaimana jikalaki-laki dan perempuan yang bukan muhrim saling berjabat tangan, apakah suatu kebaikan pula?Tentu saja tidak. Walaupun menurut pandangan masyarakat kita, tidaklah beradab dan tidak punya tata krama sopan santun, bila seorang wanita diulurkan tangan oleh seorang laki-laki dari kalangan karib kerabatnya lalu ia menolak untuk menjabatnya. Mungkin laki-laki yang uluran tangannya ditampik itu akan sangat tersinggung. Sebutan yang jelek pun akan disematkan pada si wanita. Padahal wanita yang menolak berjabat tangan tersebut melakukan hal itu karena tahu tentang pandangan Islam berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.Nabi Muhammad saw. yang mulia dan sebagai teladan kita, tidak pernah mencontohkan berjabat tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya. Bahkan beliau mengharamkan seorang laki-laki menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Rasulullah bersabda, ”Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum besi lebih baik baginya daripada

menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”

Data 3 b

(50)

membaca tafsir Jalalain sebanyak tiga sampai lima juz. Sehingga, tidak ada yang berani melanggarnya. (Natsir, 2010:35)

Penggalan novel di atas menjelaskan tentang memakai kain panjang atau hijab dalam ruangan.Hijab merupakan pembatas yang digunakan untuk memisahkan tempat laki-laki dan perempuan.Menurut pandangan Islam, untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam menjalankan aktivitasnya dalam sebuah ruangan, diperlukan pembatas. Hijab adalah sebuah cara yang dapat menjaga laki-laki dan perempuan untuk menjaga diri, terutama dari pandangan mata.

Data 3 c

Kali ini Adam tidak dapat berbuat banyak kenyataannya Hawa memang melanggar peraturan. Apabila ia membela, takut mereka mengetahui kalau dirinya menaruh hati terhadapnya. Padahal pesantren paling anti dan mengancam santri yang main hati dengan lawan jenis. Apabila ada santri yang tertangkap basah tengah berkhalwat, tidak pikir panjang, ia akan dikeluarkan dari pesantren ini dengan tidak terhormat. Jika perlu, orang tuanya dipanggil. (Natsir, 2010:95)

(51)

diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis, maka cepatlah kita tundukkan pandangan, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati.

Data 3 d

Jauh di dalam hatinya, ia ingin menemui Hawa dan menyampaikan terima kasih. Tetapi jika hal itu dilakukan, merupakan pelanggaran paling besar dalam pesantren ini. Apalagi kalau diketahui sedang berduaan dengan lawan jenis, bisa-bisa mereka akan mendapatkan takzir yang kedua kalinya. Adam sangat menjaga hal itu.Adam sangat berhati-hati. Jangan sampai gejolak hatinya diketahui oleh santri-santri yang menetap di pesantren, apalagi oleh Zarkasih, berbahaya! (Natsir, 2010:120)

Kutipan di atas menjelaskan tentang hubungan atau perasaan cinta Adam kepada Hawa yang ia pendam di dalam hatinya. Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia, sebab cintalah keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga.Oleh sebab itu, Allah swt.menjadikan perempuan sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil’alamin.Namun, kebanyakan menyalurkan cinta melalui pacaran.Padahal ajaran Islam melarang hal tersebut karena mendekati zina.Hal ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al Israk ayat 32 yang artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” Setiap jalan menuju zina adalah

suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan, dan bentuk perbuatan lain yan dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Data 3 e

(52)

sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Natsir, 2010:148)

Penggalan novel di atas menjelaskan tentang jatuh cinta.Cinta adalah suatu hal yang biasanya terjadi antara seorang laki-laki dengan perempuan.Hal ini adalah fitrah manusia. Namun, agama Islam telah mengatur hubungan laki-laki dengan perempuan dengan cara yang sangat indah, yaitu menikah. Cinta yang tidak diikat oleh ikatan sakral pernikahan merupakan hal yang dilarang oleh Allah swt. Cinta yang terjalin sebelum terjadinya akad nikah hanyalah menawarkan kesenangan semu yang selalu mengobarkan nafsu. Cinta yang tumbuh setelah menikah dengan pasangan yang sah merupakan pilihan yang baik, paling selamat, dan diridhai Allah swt.Laki-laki dan perempuan beriman yang berkomitmen untuk menjaga kehormatannya tentu tidakakan menempuh jalur pacaran pra nikah yang merupakan perangkap setan.

Data 3 f

Jauh di dalam hati, ia mengalami konflik antara keraguan dan kemantapan, gejolak hasrat dan kesadaran fitrah, mahabbah rindu sang kekasih dan batas-batas estetika cinta diri. Semuanya mendekam dalam otak dan hati, tarik menarik untuk memenangkan siapa yang paling kuat. Adam sadar bahwa apa yang dilakukan sekarang ini jelas melanggar syariat dalam Islam. Namun, akibat desakan Zarkasih, Adampun terpelanting jatuh dalam kubangan siasat yang memang sudah direncanakan olehnya. (Natsir, 2010:160)

(53)

dengan lawan jenis. Nabi Muhammad saw.bersabda: ”Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya setan adalah orang ketiga di antara mereka berdua, kecuali apabila bersama muhrimnya. (HR. Ahmad).

4.2 Pergaulan Antara Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan

Islam

Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).Agama Islam diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan teratur.Aturan dalam Islam berlaku sepanjang masa dan sesuai dengan setiap perkembangan zaman.Diantara aturan yang ditetapkan Allah swt.bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan antara laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan sosial. (Al-Habsy, 2004:33).

Menurut Qaradhawi (1996:26),”Pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, dan kebajikan.Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam.” Batas-batas hukum tersebut antara lain:

(54)

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka…. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya….” (Q.S. 24:30-31). Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat.Oleh karena itu, jagalah mata agar terhindar dari tipu daya setan. Tentang hal ini Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang

bukan muhrim) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud).

Kedua, hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana Islami. Secara khusus bagi perempuan, Allah swt.berfirman, ”…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya….” (Q.S. 24:31).

Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina, misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Nabi bersabda, ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai muhrimnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad).

(55)

atau urusan yang penting saja.Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah swt, yang artinya, ”Hai para istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya.Dan ucapkanlah perkataan yang ma‟ruf.” (Q.S.33:31).

Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad saw., ”Tidak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR.

Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi Muhammad saw. tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan setan. Selain dua hadits di atas, Nabi Muhammad saw. menegaskan kembali dalam sabdanya: ”Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).

Keenam, hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat.Hal ini diungkapkan Abu Asied, Rasulullah saw. pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: ”Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan

untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan.”(HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, ”Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).

(56)

harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah:

1. Menutup aurat, Islam telah mewajibkan laki-laki dengan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan muhrimnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu, seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.

(57)

4.3 Muhrim dan Bukan Muhrim Menurut Pandangan Islam

4.3.1 Muhrim Bagi Seorang Perempuan

Muhrim bagi seorang perepmpuan adalah laki-laki yang boleh memandangnya, berdua dengannya, boleh melakukan safar (perjalanan) bersamanya, dan juga mereka yang diharamkan menikah dengannya buat selamanya dengan sebab fitrah yang menjadikannya muhrim.

Firman Allah swt.dalam Surat An-Nur ayat 31, yang artinya:

”… dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memounyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.”

Ayat ini memberikan batasan yang jelas tentang orang orang yang menjadi muhrim bagi seorang perempuan.Aurat perempuan di hadapan laki-laki muhrim ialah sekujur tubuh, kecuali muka, kuduk, kepala, dua tangan, kaki, dan betis. Menurut Khumais (2002:115-131), orang-orang yang menjadi muhrim bagi seorang perempuan adalah sebagai berikut:

(58)

2. Bapak, yang dimaksud adalah bapak kandung, bapak dari bapak (kakek dari pihak bapak), dan bapak ibu (kakek dari pihak ibu). Maka perempuan muslimah boleh menampakkan perhiasannya kepada kakek dari pihak bapak maupun dari pihak ibu, dan kepada anak dari kakek, sebagaimana dia boleh menampakkan kepada bapak dan suami.

3. Bapak suami (mertua laki-laki), termasuk juga di dalamnya kakek suami dan kakek-kakek selanjutnya baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu sendiri.

4. Putra-putra suami (anak tiri laki-laki), termasuk juga di dalamnya cucu-cucu suami, baik cucu dari anak laki-laki atau cucu-cucu dari anak perempuan. 5. Saudara laki-laki, yaitu saudara laki-laki sebapak dan seibu, atau saudara

sebapak saja, atau saudara seibu saja.

6. Putra saudara laki-laki dan putra saudara perempuan, yaitu anak laki-laki dari saudara seibu-sebapak, atau anak laki-laki dari saudara sebapak saja, atau anak laki-laki dari saudara seibu saja.

7. Paman, yaitu saudara laki-laki bapak dan saudara laki-laki-laki ibu.

8. Susuan, yaitu anak susuan atau saudara kerena sesusuan. Anak atau saudara susuan hukumnya sama seperti anak dan saudara sedarah atau satuturunan. 9. Para perempuan muslimah, perempuan muslimah boleh menampakkan

Referensi

Dokumen terkait

Syndromic surveillance data, if available, are used by public health practitioners as early indicators of influenza outbreaks within their own jurisdictions and adjacent

Sistem Penyemaian Kecam bah dan Pemisah Kulit Kecambah dengan Metode Air Berbasis Mikrokontroler ATMega 16 adalah sebuah alat yang digunakan untuk membantu meringankan

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang pola makan dengan hipertensi terhadap 40 responden di daerah Puskesmas Parongpong adalah ada hubungan yang

Walaupun demikian tidak semua orang kemudian membuat keris, karena masyarakat percaya bahwa peng- garapan keris bukanlah jenis pekerjaan fisik saja, namun juga pekerjaan

You just didn’t know it!” Wilson hooted.. “I saw you flying the day I got my

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini

Sejauh ini beberapa mekanisme pengambilan keputusan pemberian kredit masih dikerjakan secara manual serta penilaian yang dilakukan tiap petugas di lapangan tidak sesuai

On the other hand, Greenaway et al., (2009), find non-monotonic relationship between foreign ownership and company value, joint venture has better performance than companies