• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

. Berdasarkan kesimpulan yang ada diatas, penulis memberikan masukan

dan saran kepada Bank Syariah Bukopin yang mungkin bisa menjadi bahan

pertimbangan kedepannya yaitu :

1. Bank Syariah Bukopin harus lebih sering lagi mensosialisasikan produk

pembiayaan kepada masyarakat dan pengusaha-pengusaha, karena dengan

berkembangnya laju ekonomi suatu masyarakat ataupun perusahaan, dapat

berimbas pada naiknya presentase perekonomian dan bertumbuhnya

kesejahteraan masyarakat dan perusahaan tersebut.

2. Adanya keringanan margin yang diberikan agar daya saing dengan bank

konvensional lebih kompetitif juga mendapat lebih banyak lagi nasabah

kedepannya, juga lebih fleksibel dalam jaminan yang diberikan, tidak selalu

diharuskan dalam bentuk fixed asset.

3. Adanya perubahan dari segi kualitas SDM yang memiliki potensi dibidangnya,

dan selalu adanya training bulanan agar para pihak marketing selalu fokus

terhadap pencapaian-pencapaiannya.

4. Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan

oleh para nasabah sebagai upaya untuk membangun hubungan kekerabatan

silahturahmi antara pihak Bank Syariah Bukopin dengan nasabahnya. Hal ini

membuat image positif sekaligus bagian dari sosialisasi pemahaman,

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan

Buku

Jumhana, Muhammad. hukum perbankan di indonesia. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti.

Alvan Nurul, Hidayat. Segmentasi, Targeting, dan positioning. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Amir, M.Taufiq. dinamika pemasaran, jelajahi dan rasakan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Purwadi, Budi. riset pemasaran, implementasi dalam bauran pemasaran. Jakarta:

PT. Raja Grasindo.

Moleong, J. Lexy. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakaya, 2010.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada Cet. Ke 6

Burhan, Bungin. Penelitan Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2010. Cet. Ke 4

Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21. Bandung: Mizan, 1996

Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM. kamus istilah Manajemen. Jakarta:

Balai Aksara, cet Ke 2

David, Fre R. Manajemen Strategi Konsep-Konsep. Jakarta: Indeks, 2004. cet ke 9

Kotler, Phillip. Marketing Management.New Jersey :Prentice Hall, 2000

Kotler, Phillip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat, 2000

Antonio, M. Syafi’i Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani Press, 2004

Muhammad. Manajamen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik, Organisasi Non Prifit bidang

Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003. Cet 2

Steiner, George. A dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen.

Jakarta: Erlangga, 1997. Edisi ke 2

Kertajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. Syari’ah Marketing. Jakarta: Mizan, 2006

Kotler, Philip dan Paul N. Blomm. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa

Profesional. Jakarta: Intermedia, 1995

Kotler, Philip dan Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: PT Prenhalindo,

2002

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani Press, 2004

Daeng Naja, Hasanudin Rahman. Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers

Hand Book). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005

Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat. Perbankan Syariah:

Perspektif Praktis. Jakarta: Muamalat Institute, 1999

PSAK Tahun 2007 No.106 Paragraf 4

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy. Koleksi Hadis-hadis Hukum.

Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001. Jilid 7

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT

Indonesia, 2003

Zulkifli, Sumarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul

Hakim, 2003

PSAK 102 Akuntansi Murabahah per Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia

Muhammad bin Mukarram ibn Mazhur al-Ifriqi al-Mishri. Lisan Al-Arab. Beirut:

Al-Zuhailiy, Wahbah. al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar al Fikr, 1989

Suhendi, H. Hendi. Fiqh muamalah. Jakarta: PT. Grafindo persada, 2000

Zuhdi, Masyfuk. Masail fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji masagung, 1997

Ascaya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Induction Training. Bank Syariah Bukopin. Jakarta. 2014

Ghazali, Ahmad. Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita.

Jakarta: Media Komputindo, 2005

Wijatno, Serian. Pengantar Enterpreunership.

Artikel

Riyanto. BankSyariah Bukopin tekan NPF,

(http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/15/08/28/ntsboe50-bank-

syariah-bukopin-tekan-npf. Diakses 11 Januari 2016).

Sholikah, Binti. Ekonomi Syariah,

(http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-

ekonomi/15/08/26/ntoxc2349-bsb-targetkan-npf-di-bawah-3-persen-pada-2015.

Diakses 11 Januari 2016).

Kabo, Muslim. Dunia Ekonomi. (http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-

Apriyani. Beyond Banking & Money Business.

(http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/.

Diakses pada tanggal 11 Januari 2016)

Az-Zahra, Aish. Musyarakah. (http://aishkhuw.blogspot.com/. Diakses pada

tanggal 2 Agustus 2016)

Belajar bisnis online dan offline sesuai Syariah.

(http://www.muhammadhafizh.com/pengertian-murabahah/. Diakses pada tanggal

3 Agustus 2016)

Bank Syariah Bukopin Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Bukopin. Diakses pada tanggal 3

Agustus 2016)

Profil perusahaan. (http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil- perusahaan. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016)

Annual Report 2014 pdf.

(http://www.syariahbukopin.co.id/public/uploads/report/AR_2009.pdf. Diakses

Hari/tanggal : 6 September 2016

Tempat : Kantor Bank Syariah Bukopin cabang melawai, Jl Melawai Raya No. 5 Jakarta selatan 12160

Waktu : 09.00 WIB s.d selesai

1. Bagaimana struktur organisasi Bank Syariah Bukopin dalam marketing pembiayaan?

Di bank konvensional biasa disebut kredit, dan di bank syariah biasa disebut divisi bisnis, divisi bisnis dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan dan pendanaan. Disitu pula ada supervisi, baru ada supervisi pendanaan manajer nya, untuk pembiayaan belum ada di Bank Syariah Bukopin cabang melawai. Dibawah pembiayaan ada AO atau biasa disebut Account Officer. Account Officer dibagi menjadi dua yaitu AO pembiayaan dan AO bank garansi.

2. Bagaimana mekanisme pembiayaan murbahah di bank syariah bukopin?

Untuk murabahah yg pertama harus ada surat. Dari alur administrasi, nasabah harus membuat surat permohonan ke Bank Syariah Bukopin, diberitahukan ke kita apa yang dibutuhkan oleh pihak nasabah. Yang kedua surat penawaran, surat ini dari pihak penjual, entah dari dealer, pemilik rumah, developer dalam bentuk lampiran, nanti di proses oleh bank. Harus juga sesuai dengan line business bank, terkadang ada sektor-sektor yang kita tidak ambil di tahun itu dan ada pula yang kita ambil. Jika sudah diambil dan diterima, nasabah harus mengumpulkan tiga data inti yang harus ada. Pertama identitas, yang kedua keuangan, dan yg ketiga agunan. Identitas untuk perorangan berupa KTP, kalo sudah menikah harus ada surat nikah, NPWP, surat keterangan kerja, surat keterangan jabatan (jika punya jabatan). Untuk keuangan perorangan yaitu slip gaji empat bulan terakhir, fotokopi rekening koran. Kenapa kita mengindikatorkan empat bulan minimal, terkadang ada nasabah nakal yang sudah mempersiapkan uang untuk empat bulan yang sudah diputar untuk kepentingan usahanya, oleh karena itu semakin jauh rentangnya semakin bagus. Untuk agunan berarti barang yang diagunkan, Bank Syariah Bukopin tidak menerima agunan dalam bentuk mobil atau mesin, kita menekankan kepada fix asset. Untuk perusahaan beda lagi identitasnya sesuai dengan aspek nya, contohnya pelayaran dibutuhkan izin

riwayat sama perbankan atau tidak, punya historikal nunggak atau tidak, jika iya, kita harus cari tau alasannya, kenapa nunggak, apa kita mau ambil resiko menjadikan orang tersebut sebagai nasabah kita, jika dilihat dari bank lain aja udah nunggak. Kedua anyur atau analisis yuridis, ini kita analisis aspek hukumnya, baik dari orangnya, subjek hukum, dan agunannya sebagai objek hukumnya, kira-kira ada sengketa atau tidak. Untuk anyur bukan pihak marketing yang menganalisis tapi ada divisi legal yang melakukan analisis tersebut dan hasilnya diberikan ke AO. Ketiga yaitu taksasi. Tim legal akan datang ke tempat agunan untuk dinilai, difoto, dicari nilai perbandingannya. Keempat trade checking, disini kita akan mengecek ke perusahaannya, pernah ada satu kasus yang dimana kantor nya itu sewaan, pas pihak bank datang dan masih dalam proses terlihat seperti kehidupan kantor, sehabis pencairan dan waktu penagihan tidak ada kewajiban nasabah untuk membayar, diusut dan ke tempat kantor nya ternyata sudah tidak ada dan hanya kantor sewaan. Ini fungsi dari trade checking untuk memastikan bahwa nasabah perusahaan tersebut bukan virtual office. Ini merupakan step pertama untuk ke analisis pembiayaan, kalo sudah terlihat tidak bagus di hasilnya, sangat boleh untuk ditinggalkan. Step kedua yaitu analisis pembiayaan. Analisis keuangan jadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak si nasabah untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selaku pembiayaan dilakukan. Kedua kondisi makro, keuangan dilihat dari posisi neraca dua tahun terakhir, kita harus cari tahu sektor-sektor pembiayaan mana saja yang bisa kita jadikan posisi untuk diberikannya pembiayaan dan juga yang mana saja yang mungkin harus di tahan di tahun itu atau ditunda terlebih dahulu. Walaupun di analisis keuangan sudah bagus tapi di makro tidak, bisa bahaya untuk kedepannya karena pembiayaan yang dilakukan umumnya berjalan satu sampai limabelas tahun. Yang ketiga modal, kita musti lihat kesanggupan modal yang dimiliki oleh nasabah, kita tidak tahu beberapa tahun kedepannya akan ada krisis apa yang mengakibatkan perekonomian terganggu, disitu kita lihat modalnya, kira- kira modal usahanya cukup tidak untuk mengcover turbulensi usaha atau bisnis di Indonesia. Idealnya jika semua step kedua dinyatakan positif, terbilang bisa untuk diberikan pembiayaan, tetapi di lapangan terkadang ada poin yang hilang, entah dari keuangan, makro, atau modal, disitu analisis marketing dipergunakan serta masukan dari pihak-pihak komite juga syarat yang dikeluarkan untuk menentukan lolosnya pembiayaan tersebut diberikan atau tidaknya. Masuk ke step tiga, yaitu komite pembiayaan, komite

divisi tersebut akan memberikan opini apakah ada pelanggaran kepatuhan atau mempunya berbagai resiko, jika di divisi legal hanya sebatas mengecek hukum nasabah dan agunannya, divisi kepatuhan secara keseluruhan. Masuk ke komite meeting , disinilah sidang sesungguhnya dalam sebuah komite, ketiga orang komite akan mempertanyakan semua analisis ditambah opini (kepatuhan dan manajemen resiko) yang sudah di proses oleh pihak AO, pihak AO selaku marketing harus tahu semua jawaban tersebut karena dia sendiri yang memproses nasabah nya. Komite punya kendali untuk menolak atau tidaknya pembiayaan yang akan diberikan tergantung dari hasil presentasi yang diberikan oleh pihak AO sewaktu komite meeting. Ada limit limit untuk pembiayaan yang akan diberikan itu sendiri. Untuk direktur bisnis limitnya limabelas milyar, sampai dengan tigapuluh milyar itu direktur utama, diatas tigapuluh keatas harus ada persetujuan komisaris. jika limit normal sudah lebih dari yang akan diberikan, maka harus presentasi lagi ke direktur bisnis selepas dari komite meeting. Akan ada pertimbangan tersendiri dari direktur bisnis karena pengalaman mereka. Walaupun di komite meeting diputus untuk melakukan pembiayaan, tetapi direksi bisnis melihat ada argumen atau opini yang kurang pas juga melihat kondisi nasabah, memungkinkan untuk ditolaknya pembiayaan. Dan jika limit nya ini masi diatas limit direktur bisnis, kita masih harus presentasi lagi ke direktur utama. Direktur utama pun punya limit, dan jika pembiayaan yang diberikan melebihi limit dirut maka, harus presentasi lagi ke komisaris. Semakin besar limit pembiayaan maka semakin besar juga resiko yang akan diterima, karena itu ada proses struktural yang terlibat agar terjadinya suatu pembiayaan. step selanjutnya yaitu akad, didepan notaris melakukan akad perjanjian pembiayaan dan akad pengikatan agunan, jadi ada dua akad, pembiayaan dan agunan. Sehabis akad dilanjutkan dengan OL atau offering letter, surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum melakukan akad, akan ada poin-poin dan syarat dimana nasabah harus melengkapi beberapa hal yang dibutuhkan pihak bank untuk melancarkan proses pembiayaan. Nasabah punya waktu satu bulan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, Jika nasabah tidak setuju, memungkinkan untuk batalnya pembiayaan. Selanjutnya adalah dropping, yang artinya uangnya dicairkan, dalam bank syariah bukan uang yang akan diterima oleh nasabah tapi tergantung disesuaikan dengan kebutuhannya, kalo beli rumah, kita transfer ke penjual bukan ke pihak nasabah, atau pembangunan gedung, kita cairkan

tidak selesai, maka akan timbul lagi masalah yang baru. Makanya bank syariah sangat ketat dalam proses pencairannya, tujuannya harus jelas.

3. Apakah produk pembiayaan murabahah mencakup semua nasabah termasuk nasabah non muslim?

Iya, kita sering sounding ke temen-temen yang non muslim, apa keunggulan dari murabahah, keunggulannya adalah dia bisa ngatur cash flow, bisa ngatur alur keuangannya dia. Nasabah punya kepastian karena nggak akan ada perubahan dari presentase angsuran yang dilakukan, berbeda dengan konvensional yang bisa saja tiba-tiba berubah di tahun-tahun berikutnya, permasalahan margin bank syariah lebih besar dari bank konvensional itu beda urusan, karena komposisi hitung-hitungannya pun berbeda, contohnya bank syariah 12% dan bank konvensional 8%. Pertama yang tadi saya bilang 8% hanya diawal saja, dua taun kemudian bisa jadi 12% juga. Kalo bank syariah mungkin di awal sudah bisa 12 sampai 13%, kenapa bisa kecil diawal, strategi kecil di awal? Bank konvensional akan menyembunyikan floating presentase mereka, mereka akan menggunakan bahasa marketing bahwa KPR kita hanya 8%. Yang kedua dari komposisinya, margin 12% keluar dari mana? Ada istilah DPK yaitu dana pihak ketiga, DPK dibagi dua yaitu dana murah dan dana mahal dana murah yaitu tabungan, giro, bunga nya kecil untuk bagi hasil paling Cuma 1 sampai 2%, berbeda dengan deposito, bisa sampai 7%, masalahnya dana murah di bank konvensional besar karena nasabah nya banyak sudah dari puluhan tahun berdiri beda dengan bank syariah yang baru mulai berkembang di tahun 2000an. Hampir seluruh perusahaan besar gajinya sudah ada di bank konvensional, bank syariah kalah market. Bank konvensional beban dananya hanya 3%, semakin banyak di dana murah, bebannya semakin kecil, tapi semakin banyak di dana mahal, bebannya semakin besar, karena setiap tahunnya harus memberikan bonus ke penabung. Bank syariah punya komposisi mayoritas dana mahal sebesar 70% yang punya beban sangat besar. Masyarakat Indonesia belom teredukasi untuk menabung di bank syariah.

4. Apakah ada perbedaan prosedur antara nasabah muslim dengan non muslim? Jika ada, apa perbedannya?

bukan dari akad nya saja, kita tidak menekankan harus murabahah semuanya, kita menyesuaikan dengan kondisi nasabah.

6. Bagaimana kebijakan perusahaan untuk memotivasi karyawan agar mendapatkan nasabah?

Yang pertama ada reward dan punishment, itu akan membuat suatu motivasi untuk diri kita sendiri, rewardnya itu kalo di bank bonus nya besar, kalo dia achieve targetnya 100% atau 120%, dia akan dapat 7 kali gaji, kedua jenjang karir semakin dia bagus secara performance semakin dia cepat juga untuk dipromosikan menjadi manager, atau pimpinan cabang dan sudah banyak yang terjadi seperti itu, fasilitas pun berbeda di setiap status. Ada juga punishment, jangan sampai terlampau santai kerjanya, harus dihilangkan pemikiran karyawan yang santai dan merasa di zona aman harus dihilangkan, oleh karena itu ada monitoring setiap bulan atau minggu nya, untuk melihat sejauh mana progress marketing-marketing yang sedang berkerja. Ada juga hukuman moral atau di SP jika memang perlu diberikan.

7. Adakah keringanan yang didapatkan nasabah jika melunasi hutang-hutangnya sebelum jatuh tempo?

Ada, misalkan pembiayaan dia 24 bulan, dan dia melunasi pada bulan ke 18, masih ada jeda 6 bulan, yang seharusnya dia membayar margin yang ditetapkan, di bank syariah biasanya hanya membayar sisa pokoknya saja plus 2 margin berjalan, jadi margin sisanya tidak usah dibayar, atau nasabah lama sudah berpuluh-puluh tahun melakukan pembiayaan berulang kali dan dia minta keringanan sebagai teman lama, disini ada akad muqosah yang artinya akad permohonan keringanan yang tadinya margin 13% bisa turun menjadi 11 atau 10% karena dianggap kooperatif loyal dan sebagain nya.

8. Jika nasabah meninggal atau mengalami kemacetan, apa yang akandilakukan pihak marketing selaku pemberi pembiayaan?

Jika meninggal, kita punya asuransi. Asuransi ada dua, memastikan menutup agunannya contoh kebakaran, gempa bumi, itu di cover dengan asuransi, yang kita agunkan bukan hanya tanahnya saja kan, nilai bangunan nya juga. Yang kedua asuransi jiwa nya, kalo dia meninggal atau tidak bisa berkerja lagi

atau membawa perkaranya ke lembaga peradilan?

Jika wanprestasi kita harus tau dulu alasannya kenapa wanprestasi, jika memang bisnisnya turun, mau diapain? Itu penyelesaiannya bukan dari hukum, tapi bisa dengan cara baik-baik mungkin dari keuntungan yang berkurang bisa disiasati dari jarak pembiayaan yang dari 3 tahun menjadi 5 tahun, menjadikan angsuran lebih kecil. Atau pihak itu sendiri tidak kooperatif suka marah, susah diajak komunikasi, atau melakukan penipuan, itu baru kita lewat jalur hukum.

10. Bagaimana prosedur evaluasi setelah melakukan pemasaran produk ini?

Kalau untuk pemasaran itu tidak ada, kalo untuk evaluasi di lakukan oleh divisi pengembangan produk, dan itu sebenernya dari kerja lapangan kita-kita juga seperti apa, misalkan kalo sekarang murabahahnya sama saja 13% di awal, di bank-bank syariah yang lain ada yang namanya murabahah berjenjang tapi bukan floating, jika berjenjang kenaikannya sudah pasti dan nggak secara tiba-tiba beda dengan floating, asumsi nya apa bank-bank lain menggunakan metode seperti ini? Asumsinya setiap tiga tahun itu mereka punya kenaikan promosi, jenjang, level, naik juga gajinya, murabahah ini bisa dipakai dan bisa dievaluasi, evaluasi dari mana? Dari tabel pertumbuhan kerja itu sendiri, semakin lama orang berkerja maka karir dan gaji nya pun akan semakin meningkat.

11. Bagaimana segmentasi pasarnya, apakah ada ketentuan khusus?

Kita melihat tadi secara makro dulu, setiap tiga atau enam bulan, direktur dan komisaris akan meeting, dia akan mengevaluasi pembiayaan bermasalah itu segmennya apa saja. Jadi kita bisa ngelihat segmentasi nya, atau kita melihat secara makro lewat berita, misalkan tentang usaha-usaha yang sedang turun. Jadi kita mengevaluasi dari internal juga eksternal kita.

12. Apa target yang ingin dicapai khususnya untuk pembiayaan murabahah?

Sebenernya untuk di bank syariah itu sendiri sudah bagus memakai murabahah karena margin nya sudah jelas di awal di akhirnya, berbeda dengan musyarakah atau mudharabah yang sangat fluktuatif, cepat naik cepat turunnya, bank sendiri punya estimasi untuk masyarakat kita akan punya

Yang pertama umur, selama dia punya KTP dia bisa mengajukan pembiayaan murabahah, yang kedua ada pekerjaan tetap atau karyawan tetap minimal dua tahun.

14. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi dalam memasarkan produk murabahah?

Kalo faktor penghambat nya itu margin nya besar bebannya besar juga kan apalagi stabil, tapi kalo misalkan itung-itungannya tidak terlalu berat di nasabahnya murabahah sangat bermanfaat sekali untuk mengatur keuangaan, cuman tadi masyarakat tahu hambatan bank konvensional dan bank syariah bahwa bank syariah itu stabil angsurannya walaupun besar, bank konvensional murah di awalnya. Cuma kedepannya akan lebih besar masyarakat berpikir bahwa awal nya melakukan pembiayaan awal di bank konvensional lalu melakukan take over ke bank syariah itu menjadikan hambatan. Karena murabahah sistemnya proyek tidak bisa naik turun sesuai dengan kondisi nasabahnya kalo nasabahnya lagi dalam kondisi pas-pas an uangnya itu akan jadi masalah tapi jika dia bisa mengatur uang itu sendiri akan menjadikan murabahah itu sendiri bagus, karena bisa mengatur untuk cicilan yang sudah diwajibkan untuk dibayar.

15. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk murabahah?

Kita edukasi ke nasabah apa keunggulan murabahah tersebut kepada si nasabah, memang kita mahal selisih beberapa % dengan bank konvensional, Cuma kita tidak ada floating, dan bisa jadi lebih besar lagi dari presentase margin bank syariah, yang kedua jika nasabah sudah ter edukasi dan merasa terbantu dengan masukan yang dibutuhkan, akhirnya nasabah akan pindah dari bank konvensional ke bank syariah.

Dokumen terkait