• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH BUKOPIN

C. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin

Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi tersendiri yang

memberikan ciri khas organisasinya. Sehinnga berbeda dengan organisasi

lainya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Syariah Bukopin terdiri dari bagian-

bagian berikut :

1. Share Holders Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham)

RUPS adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Syariah Bukopin. Yang

bertugas memimpin Rapat pemegang saham serta mengawasi jalanya

kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Bukopin.

2. Board of Commisioners (Dewan Komisaris)

Selain RUPS, Organ penting lainya adalah eksistensi dewan komisaris.

Keberadaanya telah diatur dalam regulasi dan mendukung pencapaian target

peseroan. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris adalah :

a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perseroan yang

b. Memberi nasihat kepada direksi mengenai rencana pembangunan

perseroan, pelaksanaan ketentuan-ketentuan Anggaran dasar dan

keputusan RUPS serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perseroan

d. Memberi saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh

e. Memberi persetujuan atas laporan tahunan yang disusun direksi sesuain

dengan ketentuan perundangan yang berlaku untuk diajukan dalam RUPS

Tahunan.

3. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah)

DPS sebagai dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada

direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip

syariah telah menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam praktik

pengawasan lembaga keuangan syariah, DPS merupakan perwakilan dari

DSN-MUI yang berada pada lembaga keuangan syariah yang independen.

Terkait dengan hal tersebut, maka tugas dan tanggung jawab DPS menjadi

salah satu komponen penilaian atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang

tidak dapat dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawab direksi maupun

dewan komisaris. Adapun tugas dan tanggung jawab DPS adalah :

a. Memberikan nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan

b. Memberikan pedoman garis-garis besar syariah.

c. Mengawasi proses pengembangan produk baru dengan cara meminta

penjelasan dari pejabat perseroan yang berwenang mengenai tujuan,

karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan

digunakan.

d. Memeriksa akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa

DSN-MUI dengan cara melakukan analisa atas kesesuaian akad produk

baru dengan fatwa DSN-MUI.

e. Melakukan review terhadap sistem dan prosedur produk perseroan yang

akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.

f. Memberikan opini syariah terhadap produk baru yang dikeluarkan.

g. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru perseroan yang

belum ada fatwanya.

4. Board of Directors (Direksi)

Sesuai dengan substansi UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas (PT) direksi merupakan Organ perseroan yang memiliki

kewenangan dan bertanggung jawab penuh terhadap perjalanan bisnis

perseroan, baik di dalam mamupun diluar pengadilan. Fungsi dan tugas

a. Direksi berhak mewakili Bank didalam dan diluar pengadilan tentang

segala hal dan dalam segala kejadian.

b. Mengikat Bank dengan pihak lain dan pihak lain dengan Bank.

c. Menjalankan segala tindakan baik mengenai kepengurusan maupun

kepemilikan dengan pembatasan yang diatur dalam anggaran dasar Bank

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Mengimplementasikan GCG pada setiap kegiatan usaha perseroan

diseluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

e. Menindaklanjuti temuan audit, rekomendasi dari hasil pengawasan OJK,

auditor intern, DPS, atau auditor ekstern perseroan.

5. President Director (Direktur Utama)

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan usaha

perseroan. Sehingga perusahaan secara dinamis dapat meningkat dan

berkembang sejalan dengan visi dan misinya. Selain itu, direktur utama

bertugas menciptakan dan menjaga hubungan yang harmonis antara dewan

komisaris, Direksi, pemegang saham, pegawai, dan seluruh Stakeholders

dengan berbasis pada prinsip GCG.

Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama, yaitu

Sekertaris Perusahaan, Kepala Divisi pembiayaan Komersial, kepala Divisi

Pendanaan Komersial, Kepala Divisi Bisnis Mikro dan Manajer Anti Fraud.

6. Business Director (Direktur Bisnis)

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan

Direktorat Bisnis sehingga bisnis secara dinamis dapat meningkat dan

berkembang sebagai tulang punggung dan Profit Center bagi perseroan.

Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Bisnis Perseroan

adalah kepala Divisi Bisnis Area, Kepala Divisi Supervisi Bisnis dan Fee

Based, kepala Divisi Pengembangan Produk, Kepala Divisi Restrukturisasi

dan penyelesaian pembiayaan dan seluruh Kepala cabang perseroan.

7. Compliance and Risk Management Director (Direktur Kepatuhan dan

Manajemen Risiko)

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan

pengelolaan resiko dan kepatuhan perseroan. Sehingga Direktorat kepatuhan

dan Manajemen Risiko secara dinamis dapat meningkat dan berkembang

sejalan dengan perkembangan usaha perseroan. Pejabat eksekutif yang

bertanggung jawab kepada Direktur kepatuhan dan Manajemen Risiko

adalah Kepala Divisi Kepatuhan, dan Kepala Divisi Manajemen Risiko.

8. Operations and Service Director (Direktur operasi dan pelayanan)

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan

dinamis dapat meningkat dan berkembang sebagai penunjang Bisnis dalam

Perusahaan. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur

Operasi dan Pelayanan adalah Kepala Divisi Operasi dan Analisa

Keuangan, Kepala Divisi Pelayanan, Kepala Divisi Support Pembiayaan,

kepala Divisi Teknologi Informasi, dan Manajer Treasury.

9. Committee of Audit (Komite Audit)

Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Komisaris serta menyempurnakan implementasi tata kelola

perusahaan yang baik, Dewan Komisaris membentuk komite Audit. Hal

tersebut sesuai dan sejalan ketentuan dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009

tentang pelaksanaan GCG bagi BUS dan UUS. Anggota Komite Audit

terdiri atas pihak independen yang memiliki kompetensi dibidangnya agar

dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada dewan Komisaris.

Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan independensi

dan objektifitas akuntan publik ataupun auditor internal serta menyediakan

forum diskusi yang Independen dari Manajemen Sesuai PBI Nomor

11/33/PBI/2009.

10. Committee of Risk Control (Komite Pemantau Risiko)

Tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko pada Perseroan

a. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan manajemen Risiko yang

ditetapkan perseroan.

b. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen

Risiko dengan pelaksanaan kebijakan.

c. Melakukan Evaluasi terhadap pelaksanaan tugas komite pemantau Risiko,

dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.

11. Corporate Secretary (Sekeraris Perusahaan)

Untuk mengoptimalkan sekaligus menyempurnakan Implementasi tata

Kelola Perusahaan, Perseroan membentuk Divisi Sekertaris perusahaan.

Divisi tersebut berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara pihak

perseroan dengan publik, menjaga keteterbukaan informasi, mendukung

pencitraan perusahaan yang baik secara berkesinambungan melalui

komunikasi yang efektif kepada publik dan pemangku kepentingan lainya.

12. Internal Audit Working Unit (Satuan Kerja Audit Internal)

Audit internal merupakan pilar dalam mendukung efektivitas pengendalian

internal, pengelolaan risiko dan tata kelola perusahaan. Sesuai dengan

ketentuan tata kelola perusahaan, Perseroan telah membentuk Divisi SKAI

sebagai unit kerja yang independen yang membantu Direksi dalam menilai

dan mengevaluasi berbagai kegiatan operasional serta mengambil langkah-

langkah perbaikan. Adapun fungsi utama SKAI yakni sebagai bagian dari

Direksi, dan Komite Audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara

efektif dan efisien.

Dokumen terkait