• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

didik

c. memanusiakan peserta didik

d. mengedepankan keseimbangan pada penguasaan kognitif, afektif dan ketrampilan siswa.

e. Proses yang menyenangkan, melayani semua jenis/tipe pembelajar, f. Mengembangkan proses berpikir ilmah

g. Pemberdayaan siswa sebagai makhluk sosial sehingga perlu mengutamakan strategi pembelajaran cooperative learning.

h. Sarana bagi pendidik untuk proses terbentuknya dan teraplikasikannya pendidikan karakter pada siswa diantaranya:

2. Guru dalam melakukan pembelajaran harus mampu mengubah strategi pembelajaran yang berlandaskan berlandaskan paradigma learning yang ada dalam empat visi pendidikan menuju abad ke-21 versi UNESCO. Keempat visi pendidikan ini sangat jelas berdasarkan pada paradigma learning yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Paradigma belajar yang oleh UNESCO dipandang sebagai pendekatan belajar yang perlu diterapkan untuk menyiapkan generasi muda memasuki abad ke-21. Proses pembelajaran yang e guta aka pe guasaa ays of k o i g atau ode of i ui y memungkinkan peserta didik untuk terus belajar dan mampu memperoleh pengetahuan baru. Karena itu hakikat dari Lear i g to K o adalah proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menguasai teknik memperoleh pengetahuan dan bukan semata-mata memperoleh pengetahuan. Dalam belajar mengutamakan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dalam proses meneliti dan mengkaji. Ini berarti pendidikan berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional sehingga leaner berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta memiliki semangat membaca, mengkaji dan meneliti yang tinggi. Model pendekatan belajar seperti ini dapatlah dihasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi dan dengan sendirinya akan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika pada lear i g to k o , sasarannya adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tercapainya keseimbangan dalam penguasaan IPTEK. Pada lear i g to do , sasarannya adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri. Lear i g to do

(belajar berbuat/hidup), aspek yang dicapai dalam visi ini adalah keterampilan seorang peserta didik dalam menyelesaikan problem keseharian yang berkaitan dengan kehidupan. Pendidikan dan pembelajaran diarahkan pada ho to sol e the pro le . Pendekatan belajar ini,mengandung makna atau berimplikasi pada pembelajaran yang

berorientasi pada paradigma pemecahan masalah yang memungkinkan peserta didik berkesempatan mengintegrasikan pemahaman konsep, penguasaan keterampilan teknis dan intelektual, untuk memecahkan masalah dan dapat berlanjut kepada inovasi danimprovisasi. Paradigma belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem-based learning) berfokus pada penyajian suatu permasalahan, dan menawarkan kebebasan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran ini peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskan peserta didik mengidentifikasi permasalahan-permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Peserta didik akan terlibat sangat intensif, sehingga motivasi untuk terus belajar dan terus mencari tahu menjadi meningkat.

3. Pe a gu u e u ah da i gu u atau ahli e jadi fasilitato atau pembimbing. Problem-based learning mempunyai lima asumsi utama, yaitu: Permasalahan sebagai pemandu, Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi peserta didik dalam mengerjakan tugas, Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, Permasalahan sebagai contoh, Permasalahan sebagai sarana yang menfasilitasi terjadinya proses. Fokusnya pada kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih peserta didik dalam bernalar dan berpikir kritis. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Pendidikan tidak hanya membekali peserta didik untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah,melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, pengertian, dan tanpa prasangka. Pendidikan diarahkan dalam pembentukan peserta didik yang berkesadaran bahwa kita ini hidup dalam sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa dan latar belakang

et ik,aga a da udaya. Disi ilah pe ti g ya pila ketiga yaitu lea i g to li e togethe ( elaja hidup e sa a). Pendidikan untuk mencapai tingkat kesadaran akan persamaan antar sesama manusia dan terdapat saling ketergantungan satu sama lain tidak dapat ditempuh dengan pendidikan yang menggunakan pendekatan tradisional,melainkan perlu menciptakan situasi kebersamaan dalam waktu yang relatif lama. Dalam hubungan ini,prinsip relevansi sosial dan moral sangat tepat. Suatu prinsip ya g e e luka suasa a elaja ya g se a a i he e tly e ga du g nilai-nilai toleransi saling ketergantungan, kerjasama, dan tenggang rasa. Ini diperlukan proses pembelajaran yang menuntut kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Tiga pilar yaitu learning to know, learning to do, dan learning to live together ditujukan bagi lahirnya peserta didik yang mampu mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan,yang mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Hasil akhirnya adalah manusia yang mampu mengenal dirinya, menerima

dirinya, mengarahkan dirinya,mengambil keputusan dan

mengaktualisasikan dirinya. Manusia yang mandiri yang memiliki kemantapan emosional, intelektual, moral, spiritual, yang dapat mengendalikan dirinya, konsisten dan memiliki rasa empati atau dalam kamus psikologi disebut memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual. Inilah makna lea i g to e , yaitu ua a akhi da i tiga pila elaja . Pada asa seka a g i i lea i g to e e jadi sa gat pe ti g ka e a asya akat modern saat ini sedang dilanda krisis kepribadian. Oleh karena itu melalui lea i g to e se agai ua a akhi da i tiga pila elaja aka a pu membantu peserta didik dimasa depannya bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mantap dan mandiri,memiliki harga diri.

4. Pendidikan berbasis kewirausahaan

Para peseta didik perlu dibekali dengan pendidikan kemampuan wira usaha yang handal yang meliputi diantaranya kemampuan soft skills yaitu kemampuan untuk bertingkah-laku secara personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja seseorang yang tercermin dalam kepribadian, sikap dan perilaku yang dapat diterima dalam kehidupan masyarakat; mata pelajaran dan pembentukan karakter kewirausahaan pada peserta didik yang mengandung unsur eksplorasi rasa ingin tahu/inquiry, fleksibilitas berpikir, kreativitas, kemampuan berinovasi, tidak takut pada resiko dan memprioritaskan praktek di lapangan.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Mewujudkan generasi emas Indonesia dengan mereduksi ketergantungan terhadap negara maju dilakukan dengan memberdayakan pendidikan nasional pendidikan yang berjati diri dan berkarakter kebangsaan yang kuat. Reduksi ketergantungan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia dalam banyak hal prinsip telah dilaksanakan, misalnya: sebagian besar guru adalah warga negara asli Indonesia, diterapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan pembelajaran, buku dan modul disusun dalam Bahasa Indonesia, diterapkannya strategi pembelajaran khas Indonesia, diajarkannya muatan mata pelajaran tentang nasionalisme, budaya dan kearifan lokal, serta media dan alat pembelajaran yang dibuat dan dikembangkan oleh guru sendiri.

2. Praksis pendidikan nasional yang dapat mewujudkan generasi emas Indonesia diantaranya adalah: (1) penerapan prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani, (2) penerapan pendidikan karakter meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab, serta (3) penerapan pendidikan kecakapan hidup (life skill education).

3. hambatan yang dihadapi oleh pendidikan nasional dalam rangka mewujudkan generasi emas diantaranya adalah: tantangan diri sendiri, tantangan dari dalam negeri, dan tantangan global.

4. solusi bagi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pendidikan nasional dalam rangka mewujudkan generasi emas dimulai dengan memandang

belajar sebagai: (1) suatu proses perubahan tingkah laku, (2) menumbuhkembangkan seluruh potensi peserta didik, (3) memanusiakan manusia, (4) mengedepankan keseimbangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, (5) proses yang menyenangkan, (6) mengembangkan proses berpikir ilmiah, (7) pemberdayaan siswa sebagai makhuluk sosial, dan (8) sarana bagi pendidik untuk proses terbentuknya dan teraplikasikannya pendidikan karakter bagi siswa. Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran berlandaskan pada empat pilar pendidikan menurut UNESCO, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Guru menanamkan karakter kewirausahaan pada peserta didik yang mengandung unsur eksplorasi rasa ingin tahu/inquiry, fleksibilitas berpikir, kreativitas, kemampuan berinovasi, tidak takut pada resiko dan memprioritaskan praktek di lapangan.

B. Saran

1. Pemerintah selaku penentu regulasi sistem pendidikan yang diterapkan di seluruh wilayah Indonesia sudah seyogyanya mengeluarkan kebijakan pendidikan yang memberdayakan pendidikan nasional dengan mengoptimalkan segenap potensi dan sumber daya yang dimiliki Indonesia sehingga kita dapat mereduksi ketergantungan yang sangat terhadap negara maju.

2. Kepala sekolah hendaknya memiliki visi dan misi manajmenen dan kepemimpinan pendidikan yang efektif dengan senantiasa memberikan pelayanan prima bagi seluruh siswa sehingga siswa merasa senang belajar dan dapat mengoptimalkan segenap potensi diri yang dimilikinya.

3. Guru selaku ujung tombak pelaksanaan pembangunan pendidikan hendaknya memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesionalnya mendidik siswa sehingga kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan akan mempunyai makna, menyenangkan, dan inovatif yang pada akhirnya dapat mewujudkan lulusan paripurna yang memiliki

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual yang tinggi. Generasi muda yang saat ini tengah menempuh pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah saat ini pada akhirnya akan menjadi generasi penerus embangunan dan pemimpin masa depan. Guru mempunyai peran penting dan strategis dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran berkualitas yang akan menentukan keberhasilan mewujudkan generasi emas Indonesia yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan bernegara, mewujudkan perdaban tinggi yang damai, sejahtera dan berkeadalian bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Bagi orang tua hendaknya lebih mengasihi dan menyayangi anaknya dengan secara aktif dalam mendidik anaknya secara baik karena pendidikan keluarga mempunyai peran yang utama dalam mewujudkan generasi emas Indonesia. Kepedulian orang tua terhadap anak akan berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pembelajaran di sekolah.

5. Bagi masyarakat hendaknya mendukung pembangunan pendidikan dengan memberikan lingkungan yang kondusif dan menyenangkan serta memberi pengaruh yang positif bagi pengembangan segenap potensi siswa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat. Lingkungan masyarakat turut mempengaruhi perilaku belajar siswa yang menjadi warganya sehingga apabila semua warga masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi dalam keberhasilan pendidikan warganya maka yakinlah bahwa generasi emas Indonesia akan segera terwujud secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 2009. Pendidikan Nasional untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Jakarta:Kemendiknas.

Djati Sidi, Indra. 2003. Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:Grasindo

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim. 2004. Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Bandung: Ganesindo.Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.

Tilaar, H.A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Zuchdi, Darmiyati. 2009. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dalam dokumen Reduksi Ketergantungan dalam Upaya Pembe (Halaman 62-70)

Dokumen terkait