BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Ada banyak aspek dari tuturan yang terdapat pada Dialog Film Belahan Jiwakarya Sekar Ayu Asmara yang masih dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan penerapan ilmu pragmatik yang bervariasi. Namun, masih banyak jenis tindak tutur yang belum diteliti secara keseluruhan, antara lain: tindak tutur lokusi dan tindak tutur ilokusi. Peneliti juga menyarankan agar penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan bervariasi mengenai penerapan tindak tutur, khususnya tindak tutur perlokusi pada dialog film Belahan Jiwa karya Sekar Ayu Asmara.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
2.1.1 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Searle yang berpendapat bahwa unsur terkecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat (Nadar, 2009:12). Ada tiga jenis tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
2.1.2 Penutur dan Mitra Tutur
Penutur adalah orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sedangkan mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran di dalam penuturan.
2.1.3 Konteks Tuturan
Konteks tuturan adalah latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya.
2.1.3 Tujuan Tuturan
Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur.
2.1.3 Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Aktivitas berupa bentuk tindakan merupakan suatu tindak tutur, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.
2.1.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal
Tuturan merupakan produk tindak verbal karena tercipta melalui tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik
Pragmatik pertama kali dipergunakan oleh Charles Morris pada tahun 1938. Pragmatik adalah telaah hubungan tanda dengan para penafsir(Morris dalam Purba, 2002:4).Pragmatik merupakan cabang ilmu lingiustik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan menurut Verhaar (1996: 14).
Dalam penelitian ini menggunakan kajian teori pragmatik yaitu tindak tutur yang merupakan unsur dari suatu percakapan dan konteksnya yang memiliki peranan penting dalam percakapan. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah) (Tarigan, 1990:33).
2.2.2 Aspek Situasi Tutur
Leech (Chaer, 2010) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek tersebut meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan/aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
1. Penutur dan Lawan Tutur
Orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi disebut sebagai penutur. Sedangkan orang yang menjadi sasaran di dalam penuturan disebut sebagai mitra tutur. Peran penutur dan mitra tutur di dalam peristiwa tutur dilakukan secara bergantian, yang awalnya berperan sebagai penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban merupakan beberapa aspek yang berkaitan dengan komponen penutur dan mitra tutur.
2. Konteks Tuturan
Aspek-aspek tuturan yang relevan secara fisik dan non fisik tercakup dalam konteks. Konteks dalam pragmatik juga dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.
3. Tujuan Tuturan
Tujuan tuturan merupakan sesuatu yang ingin dicapai penutur dengan melakukan dengan tindakan bertutur. Hal tersebut yang melatarbelakangi tuturan, karena semua tuturan memiliki suatu tujuan.
4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Tindak tutur merupakan bentuk tindakan atau aktivitas. Contohnya, pada tindakan menampar tanganlah yang berperan, pada tindakan menyundul kepalalah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.
5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal
Ada dua jenis tindakan manusia, yaitu tindakan verbal dan tindakan non verbal. Hasil suatu tindakan merupakan sebuah tuturan. Bertutur merupakan tindak verbal. Tuturan tersebut merupakan produk tindak verbal karena tercipta melalui tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.
2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi
Menurut Wijana (Setiawan, 2005:25) tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur.
Subyakto-Nababan (Setiawan, 2005:25) memberi definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain.
Perlokusi adalah tuturan yang diucapkan penutur yang memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) dengan mengujarkan sesuatu. Efek atau
daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja atau tidak sengaja (Austin dalam Rustono, 1999:37). Contoh tindak tutur perlokusi adalah “ada anjing gila!”. Tuturan seorang pemilik sebuah rumah secara tidak langsung yaitu melalui tulisan yang menginformasikan keberadaan anjing di rumah tersebut kepada mitra tutur, efek yang terjadi kepada mitra tutur adalah menghindar dari rumah tersebut (Soedjatmiko dalam Chaer, 2010).
Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur (Wijana dan Rohmadi, 2011).
Subyakto-Nababan (Setiawan, 2005:25-26) menyatakan bahwa tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni:
1. Mendorong mitra tutur meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati.
2. Membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan.
3. Membuat mitra tutur memikirkan tentang mengurangi ketegaran, memalukan, mempersukar, menarik perhatian, menjemukan, membosankan.
Searle (Wijana dan Rohmadi, 2010) menggolongkan tindak tutur perlokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif dan
deklarasi. Searle mengklasifikaskan tindak perlokusi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu:
a. Asertif adalah jenis tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Yang termasuk tindak tutur jenis ini antara lain tuturanmenyatakan, memberitahukan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, berspekulasi, memperhatikan, meramalkan.
b. Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan memesan, meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba- aba, menyetujui, melarang, menasehati.
c. Ekspresif adalah tuturan yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara. Yang termasuk jenis tindak tutur ini antara lain tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, mengalahkan, dan mengkritik.
d. Komisif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang. Yang termasuk tindak tutur jenis ini antara lain tuturanbersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.
e. Deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini antara lain tuturan dengan maksud
mengesankan, memutuskan, membatalkan, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengampuni, memaafkan, memvonis, memberi nama.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang tindak tutur yang relevan sebagai sumber adalah sebagai berikut:
Maharani (2007), dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix, membahas tentang jenis-jenis tindak tutur percakapan berdasarkan teori Austin yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi serta analisis pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan Komik Asterix seri ke-20. Setelah dilakukan analisis melalui data-data percakapan pada Komik Asterix, dia menyimpulkan bahwa setiap tuturan merupakan tindak ilokusi karena tindak ini mengacu pada makna denotasinya. Sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi tidak semua tuturan memiliki kedua tindak tersebut. Selain tindak lokusi, tindak tutur yang paling dominan yang terdapat pada percakapan Komik Asterix adalah tindak ilokusi.
Hartyanto (2008), dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi terhadap Dialog Film Berbagi Suami karya Nia Dinata, dalam penelitiannya, menggunakan teori tindak tutur Austin. Ia juga menggunakan batasan lokusi yang dikemukakan oleh Keraf, anatara lain: naratif, deskriptif, dan informatif, batasan mengenai ilokusi yang dikemukakan oleh Bach dan Harmish (Setiawan, 2005:22-25), yaitu: konstantif, direktif, komisif, dan Acknowledgement. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulkan bahwa dalam dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata ini, terdapat banyak peristiwa tindak
tutur di dalamnya berupa tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur ilokusi dalam dialog film tersebut terbagi atas beberapa jenis yakni naratif, deskriptif, informatif.
Malau (2009), dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan Diri karya NH. Dini, membahas tentang jenis-jenis tindak tutur berdasarkan teori Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya terdapat empat jenis tindak tutur saja yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, dan tindak tutur deklaratif, sedangkantindak tutur ekspresif tidak ditemukan.
Ginting (2009), dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita, menggunakan teori Austin. Dalam penelitiannya, ia lebih mengutamakan sisi pengujaran yang dituturkan oleh para pelakon yang bermain dalam film Perempuan Punya Cerita. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan diungkapkan dari film tersebut, yaitu berupa makna tindak tutur dialog film Perempuan Punya Cerita. Dia menyatakan bahwa dari analisis yang dilakukannya dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak lokusi dan perlokusi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986: 134). Pesan pada film merupakan komunikasi massa yang dapat berbentuk apa saja tergantung dari tujuan film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik pesan pendidikan, hiburan, dan informasi (Wordpress).
Film tidak terlepas dari dialog. Dialog merupakan ujaran yang dilakukan oleh para tokoh dalam sebuah film untuk keberlangsungan alur atau plot cerita. Tuturan dalam dialog film berkaitan dengan ilmu pragmatik karena dialog mengandung diksi yang tidak terlepas dari bahasa. Bahasa terbagi atas dua jenis, yaitu bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan berarti bahasa yang diucapkan secara langsung oleh penutur, sedangkan bahasa tulis ialah bahasa yang disampaikan penutur melalui media tulis, seperti surat kabar, majalah, karya tulis lain. Bahasa memiliki kaidah dan keteraturannya masing-masing, namun dalam penulisan banyak masyarakat tidak mengetahui bahasa dari segi fungsinya yang memiliki penggolongan- penggolongan yang terkandung di dalamnya, sehingga sering ditemukan kesalahan dalam berkomunikasi (Effendy, 1986) .
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kaidah penggunaan bahasa. Kesantunan berbahasa menggambarkan martabat seseorang dalam berbahasa, baik saat menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Kesantunan berbahasa
merupakan salah satu bidang kajian pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu yang mengkaji bahasa dari segi fungsinya. Salah satu kajian dari pragmatik ialah tindak tutur. Peneliti ingin menganalisis tindak tutur pada cerita dalam film Belahan Jiwa karena dialog dalam film tersebut mengandung kata-kata yang bermakna konotasi yang tidak hanya ditanggapi dengan kata-kata saja, melainkan juga dengan tindakan secara khusus (Levinson dalam Lubis, 1991).
Tindak tutur merupakan tindakan yang sekaligus juga tuturan yang mengandung makna tindakan. Teori tindak tutur berkembang dan dimajukan oleh Austin. Secara analitis, tindak tutur dapat dipisahkan menjadi tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis (Searle dalam Lubis, 1991:58). Tindak tutur ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan, dan sebagainya. (Austin dalam Lubis, 1991:60).Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005:25) tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur. Perlokusi merupakan tuturan yang diucapkan penutur yang memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) dengan mengujarkan sesuatu. Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja atau tidak sengaja.
Contohnya “Ada anjing gila!”(Soedjatmiko dalam Chaer, 2010:54). Lokusi dari tuturan tersebut, yaitu hanya untuk menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi mitra tutur. Ilokusi dari tuturan tersebut, yaitu bermaksud agar mitra tutur lebih berhati-hati
dan apabila mitra tutur adalah seorang pencuri maka tafsirannya untuk menakuti pencuri. Dan perlokusi dari tuturan tersebut, yaitu menghindari rumah yang terdapat anjing gila, jadi menghindari merupakan efek yang ditimbulkan dari tuturan tersebut (Soedjatmiko dalam Chaer, 2010).
Peneliti akan membahas tindak tutur perlokusi pada dialog film Belahan Jiwa karya Asmara melalui kajian pragmatik. Tindak tutur dalam berbahasa merupakan masalah menarik untuk diteliti karena merupakan suatu tuturan yang selalu digunakan orang dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Searle (Wijana dan Rohmadi, 2010) tindak tutur perlokusi memiliki aneka jenis yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi yang dapat dianalisis dari berbagai tindak tutur sehari-hari. Salah satunya adalah dalam tindak tutur pada film.
Peneliti memilih film Belahan Jiwa sebagai objek penelitian karena film tersebut memiliki kelebihan dari segi sudut pandang tokohnya. Film tersebut bercerita tentang seorang yang memiliki gangguan psikologis dan mencipatakan banyak karakter dalam dirinya untuk memenuhi impiannya. Kemasan film tersebut tidak mudah ditebak. Pesan yang sangat menarik dari film tersebut adalah “Belahan Jiwa bukan antara pasangan kekasih melainkan orang tua dan anak”. Bila dikaitkan dengan ilmu linguistik, khususnya penerapan ilmu pragmatik, dialog-dialog film tersebut memiliki relatif banyak tindak tutur yang mengandung efek atau daya pengaruh bagi tokoh lainnya sehingga sangat menarik untuk dianalisis. Peneliti berharap dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pragmatik sekaligus dapat menghimbau masyarakat agar lebih apresiasi terhadap film nasional. Film ini memiliki alur yang kompleks, oleh karena itu peneliti
berharap juga dengan adanya penelitian terhadap film ini, masyarakat dapat memahami dan menerima amanah yang terkandung dengan baik dan mudah.
1.2Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapatlah peneliti rumuskan yang menjadi dua pokok permasalahan pada penelitian ini, yakni:
a. Jenis tindak tutur perlokusiapakah yang terdapat pada dialog filmBelahan Jiwa karya Asmara ?
b. Jenis tindak tutur perlokusi apakah yang paling dominan pada dialog filmBelahan Jiwa karya Asmara ?
1.3 Batasan Masalah
Sebuah penelitian membatasi ruang lingkup permasalahan, dengan tujuan agar penelitian tidak terlalu luas dan terarah, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah jenis tindak tutur perlokusi dan jenis tindak tutur perlokusi yang paling dominan pada film Belahan Jiwa karya Asmara dengan pendekatan ilmu pragmatik.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:
1. Mendeskripsikantindak tutur perlokusi yang terdapat pada dialog filmBelahan Jiwa karya Asmara.
2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur perlokusi yang paling dominanpada dialog filmBelahan Jiwa karya Asmara.
1.5Manfaat Penelitian
Terdapat dua manfaat dalam penelitian ini, yang mempedomani penyajian data yang diharapkan akan dapat bermanfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Teoretis
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang kajian linguistik terapan, khususnya ilmu pragmatik yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian yang berhubungan dengan makna prakmatis pada wacana film.
2. Menambah kajian analisis pragmatik, khususnya pemakaian tindak tutur perlokusi dengan objek kajian film.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti dalam pemahaman film, terutama dalam hal memahami jenis tindak tutur kategori perlokusi di kalangan mahasiswa, utamanya para peminat ilmu pragmatik.
ABSTRAK
TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DIALOG FILMBELAHAN JIWAKARYA SEKAR AYU ASMARA
Penelitian ini memiliki dua masalah:(1) Bagaimanakahtindak tutur perlokusi yang terdapat pada dialog filmBelahan Jiwa karya Sekar Ayu Asmara? dan (2) Jenis tindak tutur perlokusi apakah yang paling dominan pada dialog filmBelahan Jiwa karyaSekar Ayu Asmara? Data dalam penelitian ini adalah kalimat atau dialog yang merupakan tindak tutur perlokusi yang terdapat pada filmBelahan Jiwa karya Sekar Ayu Asmara. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif dan kuantitatif.Penelitian ini menggunakan metode simak dan tekniksimak bebas libat cakap. Terdapat limatindak tutur perlokusi yang dikategorikan menurut jenisnya, antara lain (1) asertif terdapat 23bentuk tuturan, (2) direktif 16terdapat bentuk tuturan, (3) ekspresif terdapat4 bentuk tuturan, (4) komisif terdapat 2 bentuk tuturan, dan (5) deklarasi terdapat6 bentuk tuturan. Jenis tindak tutur perlokusi yang paling dominan adalah tindak tutur asertif.
TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DIALOG FILMBELAHAN JIWAKARYASEKAR AYU ASMARA
SKRIPSI
UMI KALSUM NIM 120701022
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DIALOG FILMBELAHAN JIWAKARYASEKAR AYU ASMARA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sastra
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
PERSETUJUAN
Judul : Tindak Tutur Perlokusi dalam Dialog Film Belahan Jiwa Karya Sekar Ayu Asmara Kategori : Skripsi
Nama : Umi Kalsum NIM : 120701022
Program Studi : Sarjana (S1) Sastra Indonesia Jurusan : Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Budaya USU
Disetujui di Medan, Juni 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling.
NIP. 19541024 198203 1 002 NIP. 19630524 198903 2 002 Dra. Rosliana Lubis, M.Si.
Disetujui Oleh : Departemen Sastra Indonesia
Ketua,
NIP. 19620925 198903 1 017 Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Umi Kalsum NIM : 120701022 Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya USU
Judul : Tindak Tutur Perlokusi dalam Dialog FilmBelahan Jiwa Karya Sekar Ayu Asmara
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.
Medan, Juni 2016 Yang menyatakan,
Umi Kalsum NIM 120701020
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah dan perlindungan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur PerlokusidalamDialog FilmBelahan JiwaKarya Sekar Ayu Asmara dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya.
2. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya.
3. Bapak Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling. selaku Pembimbing I, atas kesediaan dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, saran, ilmu, motivasi, dan kasih sayang selama penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rosliana Lubis, M.Si. selaku Pembimbing II, atas kesediaan dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, saran, ilmu, motivasi, dan kasih sayang selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum dan Drs. Pribadi Bangunselaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan nasihat, semangat, dan kasih sayang semasa perkuliahan.
7. Bapak Slamet, seluruh dosen, dan staf Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, yang memperlancar proses penulisan skripsi ini.
8. Ayahanda Swandy dan Ibunda Yusniati, yang selalu memberikan doa, cinta kasih, semangat, perhatian, dan pengorbanan yang begitu besar kepada peneliti. 9. Nenek Muzirah yang selalu memberikan doa, cinta kasih, dan perhatian. Umi
Siti Zubaidah yang telah memberikan kasih sayang seperti orang tua sendiri. 10. Abang Yudi Wibowo, Kak Neni wahyuni, Abang Dedi Setiawan, Kak Eka
Wulandari, Asyifa Syauqiah, Annisa Aerillyn Belvania, Jey, Jio, Jihan, Achmad Hatta Nugraha, Tri Suci Ramadhani, Abang Bobby Ofvilla Brahmana, Siti Khoirunnisa, Kak Sophiana Junaidi, Adik Rachmi Kurniati Junaidi, Adik Muhammad Zachrie Kurniawan, Adik Faradinia Aghaniyy Junaidi, yang selalu memberikan doa, cinta kasih, semangat, perhatian, dan pengorbanan yang begitu besar kepada peneliti.
11. Seluruh sahabat Sastra Indonesia, atas kerja sama, perjuangan, dan indahnya pertemanan yang terjalin selama masa perkuliahan.
Akhirnya dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Atas partisipasi dan dukungannya