• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

1. Pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai desa;

2. Pembangunan dan pemeliharaan jalan desa;

3. Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;

4. Pembangunan dan pemeliharaan embung desa;

5. Pembangunan energi baru dan terbarukan;

6. Pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah;

7. Pengelolaan pemakaman desa dan petilasan;

8. Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;

9. Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala desa;

10. Pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

11. Pengembangan ternak secara kolektif;

12. Pembangunan dan pemeliharaan lapangan desa;

13. Pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan; dan

14. Pengembangan sarana dan prasarana produksi di desa.128

127Pasal 10, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

128Pasal 11, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

c. Pengembangan ekonomi lokal desa, antara lain:

1. Pembangunan dan pengelolaan pasar desa dan kios desa;

2. Pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik desa;

3. Pengembangan usaha mikro berbasis desa;

4. Pendayagunaan keuangan mikro berbasis desa;

5. Pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan;

6. Pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan cadangan pangan desa;

7. Penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan desa;

8. Pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit pertanian dan perikanan secara terpadu;

9. Penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan;

10. Pengembangan benih lokal;

11. Pengembangan ternak secara kolektif;

12. Pembangunan dan pengelolaan energi mandiri;

13. Pendirian dan pengelolaan BUM Desa;

14. Pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu;

15. Pengelolaan padang gembala;

16. Pengembangan wisata desa di luar rencana induk pengembangan pariwisata kabupaten/kota;

17. Pengelolaan balai benih ikan;

18. Pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan; dan

19. Pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.129

d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan desa.130

3. Kewenangana lokal bersakal desa di bidang kemasyarakatan desa meliputi:

a. Membina keamanan, ketertiban dan ketentraman wilayah dan masyarakat desa;

b. Membina kerukunan warga masyarakat desa;

c. Memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan mediasi di desa; dan

d. Melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat desa.131 4. Kewenangan lokal berskala desa bidang pemberdayaan masyarakat antara

lain:

a. Pengembangan seni budaya lokal;

b. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat;

c. Fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat melalui:

1) Kelompok tani;

2) Kelompok nelayan;

129Pasal 12, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

130Pasal 9 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

131Pasal 13, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

3) Kelompok seni budaya; dan 4) Kelompok masyarakat lain desa.

d. Pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin;

e. Fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, kelompok masyarakat miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel;

f. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat desa;

g. Analisis kemiskinan secara partisipatif di desa;

h. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat;

i. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi kader Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;

j. Peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi desa;

k. Pendayagunaan teknologi tepat guna; dan l. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui:

1) Kader pemberdayaan masyarakat desa;

2) Kelompok usaha ekonomi produktif;

3) Kelompok perempuan;

4) Kelompok tani;

5) Kelompok masyarakat miskin;

6) Kelompok nelayan;

7) Kelompok pengrajin;

8) Kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

9) Kelompok pemuda; dan

10) Kelompok lain sesuai kondisi desa.132

132Pasal 14, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa

BAB III

PENGATURAN PELAKSANAAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN DESA OLEH PEMERINTAHAN

DESA

A. Pembangunan Desa

Pembangunan kawasan perdesaan adalah konsep pembangunan yang berbasis perdesaan (rural) dengan memperhatikan ciri khas sosial dan budaya masyarakat yang tinggal di kawasan perdesaan. Masyarakat perdesaan pada umumnya masih memiliki dan melestarikan kearifan lokal kawasan perdesaan yang sangat berhubungan dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis, struktur demografi, serta kelembagaan desa. Pembangunan perdesaan dilaksanakan dalam rangka intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemajuan antara wilayah perdesaan dan perkotaan (urban bias). Pembangunan perdesaan diharapkan menjadi solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa.187

1. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan secara berkelanjutan;

Prioritas pembangunan berbasis perdesaan (rural-based development) meliputi:

2. Pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya;

187Afifuddin, Pengantar Adminitrasi Pembangunan, Cetakan Kedua, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2012, hal. 57

3. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa;

4. Pembangunan sumber daya manusia,pembentukan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa;

5. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan;

6. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota; serta

7. Pengawalan implementasi Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten dan berkelajutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi dan pendampingan.188

Tujuan pembangunan desa sebagaimana dituangkan di dalam UU Desa, adalah meningkatkan kesejahteraan hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan saran dan prasaran desa, pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa dilaksanakan dengan mengedepankan semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian serta keadilan sosial.189

Pelibatan seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan merupakan wujud pengarusutamaan perdamian dan keadilan sosial. Namun dalam kenyataannya, hingga saat ini masih banyak warga masyarakat yang belum dapat dijangkau ataupun mengakses pembaguna desa pada berbagai tahapan. Mereka ini

188Ibid., hal. 59

189Ibid.,

adalah kelompok masyarakat rentan dan terpinggirkan, diantaranya adalah anak-anak, perempuan, warga lanjut usia, dan tentu saja warga berkebutuhan khusus (disabilitas), sehingga dampak pembangunan desa sama sekali tidak dirasakan manfaatanya oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut.190

Aturan tentang pembangunan desa selain UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah peraturan pelaksananya yakni Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa yang menjadi acuan bagi pemangku kepentingan terkait pembangunan desa dan kawasan perdesaan. Salah satu aspek penting dalam pembangunan desa ialah acuan baku berupa Standar Pelayanan Minimal Desa (SPM Desa) sebagai hak masyarakat desa mendapatkan jenis pelayanan yang harus disediakanoleh pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa di desa.191

1. Desa sangat tertinggal;

Rujukan mengenai aspek pemenuhan SPM Desa adalah UU Desa dan peraturan pelaksananya. Kementerian Desa PDTT telah mengembangkan kriteria pengukuran standar pelayanan dasar di Desa melalui pendekatan Indeks Desa Membanguan (IDM). Dalam pendekatan ini, perkembangan pembangunan desa di klarifikasikan dalam 5 status, yakni:

2. Desa tertinggal;

3. Desa berkembang;

190Ibid., hal. 59-60

191Ibid., hal. 60

4. Desa maju; dan 5. Desa mandiri.192

Dalam melaksanakan pembangunan desa yang menjadi kewenangan lokal berskala desa, maka pemerintah desa perlu melakukan tahapan pembangunan yang meliputi:

1. Perencanaan;

2. Penganggaran;

3. Pelaksanaan;

4. Pelaporan;

5. Pemantauan dan pengawasan.193

Tata kelola pemerintahan desa yang baik dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, pemantauan dan pengawasan hingga pelestarian kegiatan pembangunan diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan serta menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan desa.194

B. Perencanaan Pembangunan Desa

Sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa disebutkan bahwa Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat sebagai

192Ibid., hal. 60

193Ahmad Erani Yustika, Sistem Pembangunan Desa, diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta Selatan, 2015, hal. 3

194Ibid., hal. 4

partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.195

UU Desa dalam Pasal 79 mensyaratkan keharusan pemerintah desa untuk melaksanakan perencanaan pembanguna desa dalam rangka menyusun visi bersama membangun desa antara masyarakat dan pemerintah desa. Visi bersama itu kemudian diselaraskan dengan rencana pembangunan kabupaten/kota yang dituangkan dalam dokumen jangka menengah (RPJMDes) dan rencana kerja pemerintah desa (RKPDes) serta ditetapkan dengan peraturan desa.196

Pasal 115 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan, perencanaan pembangunan desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun rancangan RPJMDes, RKPDes, dan daftar usulan RKPDes.197

Perencanaan pembangunan desa memberikan arah kepada kepala desa dan pemangku kepentingan lainnya dalam memcapai visi dan misi desa, menyelaraskan pelaksanaan kebijakan pembangunan baik di tingkat pusat, provinsi da kabupaten/kota, serta pengelolaan sumber daya yang dimilikinya.198

Ketentuan Pasal 80, Pasal 81 dan Pasal 82 UU Desa mengahruskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Selain itu masyarakat desa dijamin haknya dalam memantau dan mengawasi pembangunan.

195 Ahmad Erani Yustika, Sistem Pembangunan Desa, di terbitkan oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta Selatan, 2015, hal. 3

196 Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

197Pasal 115 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

198Op.cit., hal. 14

Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan desa. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan diwujudkan dalam bentuk penggunaan hak penyampaian pendapat dalam rangka pengambilan keputusan serat akses dan kontrol terhadap sumber daya.

Perencanaan pembangunan desa mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat dalm pengambilan keputusan, termassuk kelompok miskin dan rentan diantaranya anak-anak, perempuan, warga lanjut usia, dan tentu saja warga berkebutuhan khusus (disabilitas), sehingga pembangunan dapat dirasakan oleh semua pihak. Masyarakat desa juga berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan desa.199

Dalam Permendagri Nomor 114 Tahun 2014, Bab I Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunannya sesuai dengan kewenangannya yang mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. perencanaan dan pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa denga semangat gotong-royong.200

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa sebagaimana ditegaskan dalam Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Bab I Pasal 2 ayat (4), bahwa pemerintah desa dalam rangka penyusunan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yag secara teknis dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat

199Pasal 80, Pasal 81, dan Pasal 82 Undang-Undag Nomor 6 tentang Desa

200Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa

Daerah (SKPD). Dalam mengoordinasikan pembangunan desa, kepala desa dapat didampingi oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga. Camat akan melakukan koordinasi pendampingan di wilayahnya.201

a. Membantu pemerintah daerah menyinergikan perencanaan Pembangunan desa.

Dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan desa sebagaimana dijelaskan dalam Permendes PDTT Nomor 3 Tahun 2015 Pasal 13 dan 14, pemerintah daerah dibantu oleh pendamping teknis di tingkat kabupaten/kota.

secara umum, pendamping teknis bertugas mendampingi desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral. Tugas pendamping teknis meliputi:

b. Mendampingi pemerintah daerah melakukan koordinasi perencanaan pembangunan desa.

c. Melakukan fasilitasi kerjasama desa dan pihak ketiga terkait pembangunan desa.202

Pasal 79 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menegaskan: “pemerintah desa menyusun perencanaan Pembanguna desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembanguna kabupaten/kota”. Artinya kewenangan desa, baik kewenangan berdasrkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa, menjadi dasar yang mengikat perencanaan pembangunan desa.203

201Ibid.,Pasal 2 ayat (4)

202Pasal 13 dan Pasal 14 Permendes PDTT Nomor 3 Tahun 2015

203Pasal 79 Undang-Undag Nomor 6 tentang Desa

Untuk melaksanakan kewenangan lokal berskala desa tersebut, maka pemerintah desa perlu menyusun perencanaan desa yang melibatkan seluruh komponen masyarakat desa. Proses perencanaan yang baik akan melahirkan pelaksanaan program yang baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan desa. Proses perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan desa merupakan wujud nyata dari kewenangan mengatur dan mengurus pembangunan desa yang berskala lokal desa.204

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa harus berangkat dari kewenangan desa dengan mengacu pada perencanaan pembangunanKabupaten/Kota. perencanaan desa bukan sekedar membuat usulan yang disampaikan kepada pemerintah daerah yang lebih penting perencanaan desa adalah keputusan politik yang diambil secara bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat desa.205

a. belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan

Membuat perencanaan program dan kegiatan bukanlah mengumpulkan daftar keinginan masyarakat desa, bukan pula membuat sekedar daftar usulan tanpa alasan yang logis mengapa kegiatan tersebut penting menjadi agenda program pembangunan desa. Karena penting bagi para perencanaan kebijakanpembangunan desa memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan desa sebagai berikut:

b. berorientasi pada tujuan praktis dan strategis

204---, Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa, , Jakarta, 2017, hal. 3

205Ibid., hal. 11

c. keberlanjutan

d. penggalian informasi desa dengan sumber utama dari masyarakat desa e. partisipatif dan demokratis

f. pemberdayaan dan kaderisasi g. berbasis kekuatan

h. keswadayaan

i. keterbukaan dan pertanggungjawaban206

Tujuan perencanaan pembangunan desa

1. penyusunan rancangan RPJMDes dan RKPDes

2. memperkuat pedoman hak dan kewenangan sertamengoptimalkan sumber-sumber kekayaan desa

3. mencerminkan keberpihakan negara terhadap hak-hak desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.207

Berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembanguna Desa, ketentuan Pasal 6 bahwa ruang lingkup perencanan Pembangunan desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.208

a. Bidang penyelenggaraan pemerintah desa antara lain: penetapan dan peegasan batas desa; pendataan desa; penyusunan tata ruang desa;

206Ahmad Erani, Op.cit., hal.5

207---, Op.cit., hal. 8

208Ibid.,

penyelenggaraan musyawarah desa; pengelolaan informasi desa;

penyelenggaraan perencanaan desa; penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa; penyelenggaraan kerjasama antar desa;

pembangunan sarana dan prasarana kantor desa; dan kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi desa.209

b. Bidang pelaksanaan pembangunan desa antara lain:

1. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan desa antara lain: tamabatan perahu; jalan pemukiman; jalan desa antara pemukiman kewilayah pertanian; pembagkit listrik tenaga mikrohidro; lingkungan pemukiman masyarakat desa; dan insfrastruktur masyarakat desa lainnya sesuai kondisi desa.

2. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan anatar lain: air bersih berskala desa; sanitasi lingkungan;

Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu; dan sarana prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.

3. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: taman baca masyarakat;

pendidikan anak usia dini; balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;

pengembangan dan pembinaan saggar seni; dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi desa.

4. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain:

pasar desa; pembentukan dan pengembangan BUMDesa; pembibitan

209Ibid., hal. 5

tanaman pangan; penggilingan padi; lumbung desa; pembukaan lahan pertanian; pengelolaan usaha huan desa; kolam ikan dan pembenihan ikan; kapal pengkap ikan; cold stroge (gudang pendingin); tempat pelelangan ikan, tambak garam; kandang ternak; instalasi biogas; mesin pakan ternak; sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa.

5. Pelestarian lingkungan hidup antara lain: penghijauan; pembuatan terasering; pemeliharaan hutan bakau; perlindungan mata air;

pembersihan daerah aliran sungai; perlindungan terumbu karang; dan kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.

c. Bidang pembinaan kemasyarakatan anatar lain: pembinaan lembaga kemasyarakatan; penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban; pembinaan kerukunan umat beragama; pengadaan sarana dan prasarana olahraga;

pembinaan lembaga adat; pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat;

dan kegiatan lain sesuai kondisi desa.

d. Bidang pemberdayaan masyarakat antara lain: pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan; pelatihan teknologi tepat guna;

pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi Kepala Desa, perangkat desa, dan Badan Permusyawaratan Desa; peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain:

kader pemberdayaan masyarakat desa; kelompok usaha ekonomi produktif;

kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok pengrajin, kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok pemuda; dan kelompok lain sesuai kondisi desa.210

210 Budi Susilo, Panduan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, Yayasan Penabulu, Jakarta, 2015, hal.15-16

Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi:

1. RPMJDes (Rencana PembangunanJangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 tahun).

2. RKPDes (Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPMJDes untuk jangka waktu 1 tahun).

Rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kerja pemerintah desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.211

1. Penyusunan RPJMDes

Rancangan RPJMDes memuat visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.212

Kepala Desamenyelenggarakan penyusunan RPJMDes dengan mengikutsertakan unsur masyarakat desa. Penyusunan RPJMDes dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi objektif desa dan prioritas program dan kegiatan Kabupaten/Kota.

Langkah-langkah penyusunan RPJMDes

213

(1) Pembentukan tim penyusun RPJMDes.

Langkah-langkah penyusunan RPJMDes dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

(2) Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

211Ahmad Erani Yustika, Op.cit, hal.4

212Ibid., hal. 4

213 Ahmad Erani, Op.cit., hal. 5

(3) Pengkajian keadaan desa.

(4) Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa.

(5) Penyusunan rancangan RPJMDes.

(6) Penyusuna rencana pembangunan desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa.

(7) Penetapan RPJMDes.

1. Pembentukan tim penyusun RPJMDes

Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJMDes dengan jumlah anggota tim penyusun paling sedikit 7 (tujuh) orang dan oaling banyak 11 (sebelas) orang.

Tim penyusun RPJMDes harus mengikut sertakan perempuan, tim penyusun RPJMDes ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.214

a. Penyelarasan arah kebijakan pembangunanKabupaten/Kota;

Tim penyusun RPJMDes melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

b. Pengkajian keadaan desa;

c. Penyusunan rancanagan RPJMDes; dan d. Penyempurnaan rancangan RPJMDes.215

2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunanKabupaten/Kota

Tim penyusun RPJMDes kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunanKabupaten/Kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunanKabupaten/Kota dengan pembangunan desa.216

214 Budi Susilo, Op.cit., hal. 23

215Ibid.,

216Ibid., hal. 24

Penyelarasan arah kebijakan pembangunanKabupaten/Kota dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunanKabupaten/Kota.

Informasi arah kebijakan pembangunanKabupaten/Kota sekurang-kurangnya meliputi:

a. Rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten/Kota;

b. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;

c. Rencana umum tata ruang wilayah Kabupaten/Kota;

d. Rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten/Kota; dan e. Rencana pembangunan kawasan perdesaan.217

Kegiatan penyelarasan dilakukandengan cara mendata dan memilah rencana program dan kegiatan pembangunanKabupaten/Kotayang akan masuk ke desa. Rencana program dan kegiatan dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa.218

Hasil pendataan dan pemilahan dituangkan dalam format data rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan masuk ke desa. Data rencana program dan kegiatan menjadi lampiran hasil pengkajian keadaan desa.219

217Ibid.,

218Ibid., hal. 25

219Ibid.,

3. Pengkajian keadaan desa

Tim penyusun RPJMDes melakuka pengkajian keadaan desa dalam rangka mempertimbangkan kondisi objektif desa. Pengkajian keadaan desa meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Penyelarasan keadaan desa;

b. Penggaliaan gagasan masyarakat; dan

c. Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan desa.220

Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan musyawarah desa dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan desa.221

4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa

Badan Permusyawaratann Desa menyelenggarakan musyawarah desa berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah desa membahas dan menyepakati sebagai berikut:

a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa;

b. Rumusan arah kebijakan pembangunan desa yang dijabarkan dari visi dan misi Kepala Desa; dan

c. Rencana prioritas kegiatanpenyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.222

Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraaan

220Ibid.,

221Ibid., hal.26

222Ibid., hal.29

pemerintah, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.223

a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa;

Diskusi kelompok secara terarah membahas sebagai berikut:

b. Prioritas rencana kegiatan desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;

c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa; dan

d. Rencana pelaksanaan kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat desa, unsur masyarakat desa, kerjasama antar desa, dan/atau kerjasama desa dengan pihak ketiga.224

Hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dituangkan dalam berita acara dan menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJMDes.225

5. Penyusunan rancangan RPJMDes;

Tim penyusun RPJMDes menyusun rancangan RPJMDes berdasarkan berita acara hasil dari musyawarah desa. Rancangan RPJMDes dituangkandalam format rancangan RPJMDes. Tim penyusun RPJMDes membuat berita acara tentang hasil penyusun rancangan RPJMDes yang dilampiri dokumen rancangan RPJMDes. Berita acara rancangan RPJMDes disampaikan oleh tim penyusun RPJMDes kepada Kepala Desa.226

Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJMDes yang telah disusun oleh tim penyusun RPJMDes. Tim penyusun RPJMDes melakukan perbaikan

223Ibid.,

224Ibid.,

225Ibid.,

226Ibid., hal.30

berdasarkan arahan Kepala Desa dalam hal Kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJMDes. Dalam hal rancagan RPJMDes telah disetujui oleh Kepala Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan

berdasarkan arahan Kepala Desa dalam hal Kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJMDes. Dalam hal rancagan RPJMDes telah disetujui oleh Kepala Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan

Dokumen terkait