• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen SKRIPSI. Muh. Iqbal (Halaman 64-92)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penambahan daging kerang kalandue pada produk bakso daging kerang kalandue pada nilai organoleptik kenampakan, bau dan rasa tidak berbeda secara signifikan maka H0 ditolak sedangkan nilai organoleptik tekstur berbeda secara signifikan maka H0 diterima.

2. Penambahan daging kerang kalandue pada produk bakso daging kerang kalandue mempengaruhi pada nilai proksimat pada setiap perlakuan. Nilai kadar air sekitar 61,49% (P1) dan 66,91% (P2), nilai kadar abu 1,67% (P1) dan 1,63% (P2), nilai kadar protein 7,38% (P1) dan 15,98% (P2) dan nilai kadar lemak 1.72% (P1) dan 1.74% (P2).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A, Nurjanah, Hidayat T & Chairunisah R. 2017. Karakteristik kimiawi dari kerang tahu, keong salju dan keong macan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 28(1): 78-84.

Adawiyah R, Dede & Waysima. 2009. Buku ajar evaluasi sensori untuk pangan.

Edisi 1. Departemen Ilmu Dan Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Adawiyah R. 2007. Pengolahan dan pengawetan ikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Afrianto D. 2021. Studi penerimaan konsumen terhadap bakso kerang darah (Anadara granosa) dengan jumlah bahan pengikat berbeda. Jurnal. Universitas Riau. Pekanbaru.

Agusnia H, Fatmawati K & Suhandana M. 2021. Efek penambahan ekstrak rumput laut Eucheuma cottonii pada pembuatan es batu terhadap kemunduran mutu kerang lokan (Geloina erosa) dan kerang darah (Anadara granosa). Marinade.

04(01): 51-62.

Agustina W. 2015. Pengaruh proporsi tepung tapioka terhadap mutu bakso ikan lele yang diberi asap cair secara sensori. Skripsi. Jurusan Agroteknologi. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Dharma Wacana Metro.

Ahmadi KGS, Afrila A & Adhi WI. 2007. Pengaruh jenis daging dan tingkat penambahan tepung tapioka yang berbeda terhadap kualitas bakso. Buana Sains.

7(2): 139-144.

Akbar J, Bahtiar & Ishak E. 2014. Studi morfometrik kerang kalandue (Polymesoda erosa) di hutan mangrove teluk Kendari. Jurnal Mina Laut Indonesia. 04(01):

p(1-12).

Andarwulan N, Kusnandar F & Herawati D. 2011. Analisis pangan. Dian Rakyat.

Jakarta. 328 hal.

AOAC. 2005. Association of official analitycal chemist. Official method of analysis of the association of official analitycal chemist. USA, Virginia, Arlington: The association of Official Analitycal Chemist, inc.

Arbanto B. 2003. Aspek biologi reproduksi kerang totok (Polymesoda erosa) dari pulau gombol segara anakan, Cilacap Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.

78p.

Ariyani dan Norhayani. 2011. Pengaruh konsentrasi putih telur ayam ras terhadap kemekaran kerupuk ikan mas (Cyprinuscarpio). Journal of Tropical Fisheries.

VI(2).

Assyariah TS, Putri LAR & Ananda SH. 2020. Kandungan protein dan uji organoleptik bakso ikan tuna dengan penambahan daun kelor di wilayah kerja puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Jurnal Ilmiah Karya Kesehatan.

01(01).

Azizah N, Iswoyo, Haryati S. 2020. Subsitusi daging sapi dengan daging ikan gabus terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik bakso. Fakultas Teknologi Pertanian.

Universitas Semarang. Semarang.

Azizah M. 2014. Korelasi antara kelimpahan vegetasi mangrove dan kerang totok (Polymesoda erosa) dengan faktor lingkungan di segera anakan, Cilacap. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa. 4(1): 76–84.

BPS SULTRA. 2019. Provinsi Sulawesi Tenggara dalam angka 2019. Kendari, Sulawesi Tenggara: Badan Pusat Stastistik Provinsi Sulawesi Tenggara.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Ekspor kepiting dan kerang-kerangan menurut

negara tujuan utama, 2002–2015.

https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1020/ekspor-kepitingdankerang-kerangan-menurut-negara-tujuan-utama-2002-2015.html (diakses 1 September 2020).

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI 7387: 2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2015. Pedoman pengujian sensori pada produk perikanan. SNI 2346: 2015. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2017. Bakso ikan. SNI 7266: 2017. Jakarta:

Badan Standardisasi Nasional.

Damuringrum AA. 2002. Mempelajari karakteristik bakso ikan nila dengan penambahan bubuk flavor dan ekstrak kepala udang windu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Devendra & Burns. 1983. Goat production in the tropic conunon wealth agricultural bureux.Uk.

Desrosier NW. 1988. Teknologi pengawetan pangan, Cetakan I, U.I. Press, Jakarta.

Dwiono SAP. 2003. Pengenalan kerang mangrove, Geloina erosa dan Geloina expansa. Balitbang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Oceana. 28(2): 31-38.

Edam M. 2016. Fortifikasi tepung tulang ikan terhadap karakteristik fisikokimia bakso ikan. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. 8(2).

Ervianti, Herpandi & Baehaki A. 2017. Karakteristik fisiko kimia dan sensoris burger kerang darah (Anadara granosa). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 6(2): 134-144.

[FAO] Food and Agriculture Organization. (1998). The living marine resources of the western central pacific (vol. 1). Rome: FAO Spesies Identication Guide For Fishery Purposes.

[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization/ World Health Organization. 2011.

Evaluation of certain food additives and contaminants. 960th ed. New Delhi (IN):

World Health Organization.

Farareza JR. 2018. Karakteristik fisika, kimia dan organoleptik bakso ikan patin (Pangasius pangasius) subsitusi tepung sagu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

Fatmawati, Aqmal A & Rampeng, 2018. Pengaruh konsentrasi rumput laut (Kappaphucusalvarezii) terhadap tekstur bakso ikan alu-alu (Sphyraenagenie).

Jurnal Ecosystem. 18(1).

Ghazali TM, Desmelati & Karnila R. 2015. Pemanfaatan daging kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) pada pembuatan bakso terhadap penerimaan konsumen.

JOM.

Gimin R, Mohan R, Thinh LV & Griffiths AD. 2004. The relationship of shell dimensions and shell volume to live weight and soft tissue weight in the mangrove clam, Polymesoda erosa (solander, 1786) from northern Australia.

Naga, Worldfish Center Quarterly. 27(3 & 4).

Hadiwiyoto. 1993. Teknologi pengolahan hasil perikanan. Penerbit Liberty.

Yogyakarta.

Hasanah U. 2013. Formulasi campuran tepung tapioka dengan tepung sagu dalam pembuatan bakso daging sapi. Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan.

Fakultas Pertanian. Universitas Islam Indragiri.

Herawati VE. 2008. Analisis kesesuaian perairan segera anakan Kabupaten Cilacap sebagai lahan budidaya kerang totok (Polymesoda erosa) ditinjau dari aspek produktifitas primer menggunakan penginderaan jauh. Seminar Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hermanianto J & Aulia. 2001. Pengembangan aroma dan cita rasa bakso dengan penggunaan flavour. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan. XII(2).

Hidayati A & Arico Z. 2017. Populasi kerang bakau (Polymesoda erosa) di desa sungai pauh kecamatan langsa barat Provinsi Aceh. Jurnal Jeumpa. 4(2).

Ingole BS, Krishnakumari L & Ansari ZA. 1994. New record of mangrove clam Geloina erosa (Solander, 1786) from the west coast of India. Journal Bombay Natural History Society. 91: 338-339.

Iqbal A, Rochima E & Rostunti L. 2016. Penambahan telur ikan nilem terhadap tingkat kesukaan produk olahan stik. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan.7: 2.

Irawati Y. Lumbanbatu DTF & Sulistiono. 2018. Logam berat kerang totok (Geloina erosa) di timur segera anakan dan barat sungai donan, Cilacap. JPHPI. 21(2).

Istanti I. 2005. Pengaruh lama penyimpanan terhadap sifat fisik dan sensori kerupuk ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) yang dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari. Skripsi. Fakultas Perikanan dan kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kadarsah A, Krisdianto dan Susilawati IO. 2018. Study of mud clam Polymesoda erosa (bivalvia) conservation strategy based on landscape character and anthropogenic activity. Jurnal Biodjati. 3(2).

Kurniawan AB, Al-Baarri AN & Kusrahayu. 2012. Kadar serat kasar, daya ikat air dan rendemen bakso ayam dengan penambahan karaginan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2).

Kusnadi DC, Bintoro VP & Al-Baarri AN. 2012. Daya ikat air, tingkat kekenyalan dan kadar protein pada bakso kombinasi daging sapi dan daging kelinci. Jurnal Aplikasi Tenologi Pangan. 1(2): 28-31.

Maharaja L. 2008. Penggunaan campuran tepung tapioka dengan tepung sagu dan natrium nitrat dalam pembuatan bakso daging sapi. Fakultas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara.

Manik S, Eddiwan & Windarti. 2020. Identifikasi bivalvia di ekosistem mangrove kampung rawa mekar jaya kecamatan sungai apit Kabupaten Siak Provinsi Riau.

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik. 1(2) : 2722-6026.

Marzuki J, Deswandi R, Asmara A, Izmiarti, Marusin N & Nurdin J. 2006.

Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah Anadara antiquata L.

(bivalvia: arcidae) diteluk sungai pisang, Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Makara ains. 10(2): 122

Meehan B. 1982. Shell bed to shell midden. Australian Institute Of Aboriginal Studies. Canberra.

Melinda M, Sari SP & Rosalina D. 2015. Kebiasaan makan kerang kepah (Polymesoda erosa) di kawasan mangrove pantai pasir padi. OSEATEK. 9(01):

1858-4519.

Mendoza DM, Mula MG, Baysa RP, Fabian RAM & Mula RP. 2019. Spatial density, size, growth and condition of mangrove clam (Polymesoda erosa) in the estuarine portion of pasak river, Sasmuan, Pampanga, Philippines. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 7(4): 258-262.

Modassir Y. 2000. Effect of salinity on the toxicity of mercury in mangrove clam, Polymesoda erosa (Lightfoot 1786). Asian Fisheries Science. 13: 335-341.

Montolalu S, Lontaan N, Sakul S & Mirah ADP. 2013. Sifat fisiko-kimia dan mutu organoleptik bakso broiler dengan menggunakan tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L). Jurnal Zootek. 32(5).

Morton B & Morton J. 1984. The sea shore ecology of hongkong. Hongkong University Press. 77-86 pp.

Murdinah. 2009. Penanganan dan diversifikasi produk olahan kerang hijau. Squalen.

4(2).

Musdalifah & Tanod WA. 2016. Tingkat penerimaan konsumen terhadap bakso ikan lele dengan konsentrasi daging yang berbeda. Journal Of Fisheries, Marine and Aquatic Science. 1(1).

Neiva CRP, Machado TM, Tomita RY, Furlan EF, Neto MJL & Bastos DHM. 2011.

Fish crackers development from minced fish and starch: An Innovative Approach To A Traditional Product.

Nurhayati E. 2009. Sifat fisik dan organoleptik bakso daging domba pada lama postmortem dan taraf penambahan tepung tapioka yang berbeda. Skripsi.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Normah I & Noorasma M. 2016. Sensory characteristics of the mud clam (Polymesoda erosa ) hydrolysate. Malaysian Journal Of Analytical Sciences.

2(4): Pp(812-819).

Obisaw CO, Asante IK & Annan EK. 2004. Sensory characteristics of fufu prepared with cassava roots (Manihot esculenta crantz) stored in polyethylene sacks.

International Journal Of Consumer Studies. 28 (1): 14-17.

Octavianie Y. 2002. Kandungan gizi dan palatabilitas bakso campuran daging dan jantung sapi. Fakultas Peternakan: Institut Pertanian Bogor.

Parwansyah, Tamrin & Hermanto. 2017. Pengaruh formulasi tepung sagu (Metroxylon sp.) dan tepung ubi kayu terfermentasi terhadap penilaian organoleptik dan nilai gizi bakso daging sapi. J. Sains dan Teknologi Pangan.

2(4): p(716-728).

Pomeranz Y. 1991. Functional properties of food components. Second dition.

Academic Press. New York.

Poernomo D, Suseno SH & Subekti BP. 2013. Karakteristik fisika kimia bakso dari daging lumat ikan layaran (Istiphorus orientalis). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesiai. 16(1): pp. 58-68.

Price & Schweigert. 1971. The science of meat an meat product. Willey published.

San Fransisco.

Purnomo H. 1990. Kajian mutu bakso daging, bakso urat dan bakso aci di Bogor.

Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saadah AM. 2015. Pegaruh subsitusi jamur tiram (Pleurotus ostreatus) terhadap kekerasan dan daya terima bakso ikan lele. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

Saili T, Aka R, Auza FA, Salido WL, Sari AM & Napirah A. 2019. Production performance of local village chicken fed by agriculture by-product supplemented with herbal probiotics and mud clams extract (Polymesoda erosa) in Kendari-South-East Sulawesi. Jurnal Peternakan Indonesia. 21(3): 327-336.

Salmin N, Hermanto & Isamu KT. 2017. Pengaruh komposisi tepung tapioka dan sagu terhadap kualitas bakso kerang pokea (Batissa violacea celebansis Marten 1897). J. Sains dan Teknologi Pangan. 2(6): p(958-965).

Saputra A. 2018. Bioakumulasi logam berat timbal (Pb) pada kerang kepah (Polymesoda erosa) di perairan estuari sungai galacangange kecamatan suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Setyono. 2006. Karakteristik biologi dan produk kekerancan laut. Jurnal Oseana.

XXXI.

Sudarmadji S, Suhardi & Haryono B. 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian.

Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Sudrajat G. 2007. Sifat fisik dan organoleptik bakso daging sapi dan daging kerbau dengan penambahan karagenan dan khitosan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Sukina B, Ahmad & Rasmaniar. 2020. Kandungan gizi kerang bakau (Telescopium telescopium), kerang kalandue (Polymesoda erosa), dan kerang darah (Anadara granosa l.) dari Kota Kendari. J. Sains dan Teknologi Pangan. 5(2): p(2814-2823).

Supriyantini E, Ambariyanto & Widowati I. 2006. Pengaruh pemberian pakan alami Tetrasemis chuii dan Skeletonema costatum terhadap kandungan asam lemak omega 6 (asam arakhidonat) pada kerang totok (Polymesoda erosa). Staf Pengajar FPIK UNDIP.

Sutardi TR & Rahayu S. 2003. Bahan pakan dan formulasi ransum. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Tamino JN. 1988. Studi pembuatan bakso sapi instant. Skripsi. Jurusan TPHP.

Fakultas Teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta.

Tarwotjo J, Hartini S, Soekirman S & Sumartono. 1971. Komposisi tiga jenis bakso di jakarta. Jakarta.

Thamrin M, Ibrahim MN & Suwarjoyowirayatno. 2018. Kajian kualitas sensori dan proksimat kerupuk dengan proporsi daging kalandue (Polymesoda erosa) dan tepung tapioka yang berbeda. J. Fish Protech. 1(2).

Trisnaningsih D. 2014. Kadar protein dan betakaroten bakso ikan tuna yang diperkaya jamur merang (Volvariella volvaceae) dan umbi wortel. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Triyantini, Sumarlin, Darma & Sudarmono. 1986. Pengaruh Macam Giling dan Lama Pelayuan Terhadap Mutu Bakso Sapi. Prosiding Seminar Penelitian Pasca Panen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Untoro NS, Kusrahayu & Setiani BE. 2012. Kadar air, kekenyalan, kadar lemak dan citarasa bakso daging sapi dengan penambahan ikan bandeng presto (Channos channos forsk). Fakultas Peternakan Dan Pertanian, Universitas Diponegoro Animal Agriculture. Journal. 1(1): p(567–583).

Utomo D, Wahyuni R & Wiyono R. 2011. Pemanfaatan ikan gabus (Ophiocephalus sriatus) menjadi bakso dalam rangka perbaikan gizi masyarakat dan upaya meningkatkan nilai ekonomisnya. Universitas Yudharta Pasuruan.

Wibowo S. 1999. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. PT. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Wibowo S. 2000. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Wibowo. 2003. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Let. 10. Penebar Swadaya.

Jakarta. 67 hal.

Wibowo S. 2004. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Cetakan III. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wilson NRP, Dyett EJ, Hughes RB dan Jonas CRV. 1981. Meat and meat products factor appecting quality controls, applied science pub. Ltd., London.

Winarno FG. 1997. Kimia pangan dan gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno FG. 2004. Kimia pangan dan gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno F. 2008. Kimia pangan dan gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Winarno FG & Rahayu TS. 1994. Bahan tambahan untuk makanan dan kontaminan.

Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.

Wong DWS. 1989. Mechanism and theory in food chemistry van nostrand reinhold.

New York.

Zakaria R. 2008. Kemunduran mutu ikan gurami (Osphronemus gouramy) pasca panen pada penyimpanan suhu chilling. Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zakaria H, Rauf S & Alam S. 2010. Daya terima dan kandungan protein bakso ikan pari (Dasyatis sp.) Dengan penambahan karaginan. Media Gizi Pangan. 10(2):

pp. 21-25.

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Score Sheet bakso daging kerang kalandue

Nama panelis : ……….. Tanggal :………...

• Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukanpengujian.

• Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji.

Spesifikasi Nilai Kode contoh

1. Kenampakan 813 219 615 762 321 452

Permukaan halus, tidak

berongga, cerah 9

Permukaan kurang halus, sedikit berongga, kurang cerah

7 Permukaan kasar, berongga,

kusam 5

Permukaan sedikit retakan, berongga agak banyak, kusam

3 Permukaan banyak retakan, banyak rongga, sangat kusam 1

2. Bau

Spesifik produk 9

Spesifik produk kurang 7

Netral 5

Agak busuk, tengik 3

Busuk dan sangat tengik 1 3. Rasa

Spesifik produk 9

Spesifik produk kurang 7

Hambar 5

Agak masam 3

Masam 1

4. Tekstur

Padat, kompak, kenyal 9 Padat, kompak, agak kenyal 7 Tidak padat, tidak kompak,

tidak kenyal 5

Mudah pecah 3

Sangat mudah pecah 1

Lampiran 2. Pembuatan Bakso daging kalandue

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h)

Gambar: Proses pembuatan Bakso kalandue; (a). Penyiapan bahan baku, (b) pengupasan cangkang kerang kalandue, (c) pencucian daging kerang kalandue, (d) Pelumatan daging kerang kalandue, (e) perebusan bakso pada suhu 90-100˚C, (f) pendinginan bakso kalandue pada suhu ruang.

Lampiran 3. Uji Organoleptik Bakso Daging Kerang Kalandue

Lampiran 4. Uji Proksimat a. Kadar Air

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar : Proses pengujian kadar air, (a) Sampel bakso daging kalandue, (b) Penimbangan sampel bakso, (c) Pengeringan sampel bakso didalam

oven, (d) Pemasukan sampel kering ke desikator, (e) Sampel didiamkan selama 30 menit lalu ditimbang.

b. Kadar abu

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar : Proses pengujian kadar abu, (a) Sampel bakso daging kalandue, (b) Penimbangan sampel bakso, (c) Sampel bakso dimasukan didalam

tanur pengabuan, (d) Pemasukan sampel kering ke desikator, (e) Sampel didiamkan sampai dingin lalu ditimbang.

c. Kadar protein

(a)

d. Kadar lemak

(b)

Gambar : (a) Pengujian kadar protein, (b) Pengujian kadar lemak

Lampiran 5. pengujian paired sample t-test kenampakan

The SAS System 16:14 Thursday, July 29, 2021 4 The TTEST Procedure

Statistics

Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL

Variable BAKSO N Mean Mean Mean Std Dev Std Dev Std Dev Std Err Minimum Maximum Kenampakan P1 20 6.9022 7.5 8.0978 0.9714 1.2773 1.8656 0.2856 5 9 Kenampakan P2 20 5.5953 6.5 7.4047 1.4701 1.9331 2.8234 0.4323 1 9 Kenampakan Diff (1-2)-0.049 1 2.0488 1.3389 1.6384 2.1115 0.5181

T-Tests

Variable Method Variances DF t Value Pr > |t|

Kenampakan Pooled Equal 38 1.93 0.0611 Kenampakan Satterthwaite Unequal 32.9 1.93 0.0622

Equality of Variances

Variable Method Num DF Den DF F Value Pr > F Kenampakan Folded F 19 19 2.29 0.0787

Lampiran 6. perhitungan nilai organoleptik kenampakan

Perhitungan: Nilai organoleptik kenampakan:

𝑃(𝑥̅ − (1,96. 𝑠/√𝑛)) ≤ 𝜇 ≤ (𝑥̅ + (1,96. 𝑠/√𝑛))

𝑃(7,5 − (1,96.1,24/√20)) ≤ 𝜇 ≤ (7,5 + (1,96.1,24/√20)) 𝑃(7,5 − (1,96.1,24/4,47)) ≤ 𝜇 ≤ (7,5 + (1,96.1,24/4,47)) 𝑃(7,5 − 0,278 ≤ 𝜇 ≤ 7,5 + 0,278)

𝑃(7,22 ≤ 𝜇 ≤ 7,78)

Interval nilai organoleptik kenampakan bakso daging kerang kalandue adalah 7,22 – 7,78 dan untuk penulisan nilai akhir kenampakan diambil nilai terkecil adalah 7,22 dan dibulatkan menjadi 7,0. Untuk perhitungan nilai parameter organoleptik yang lain dilakukan seperti diatas.

Panelis P1 xi-x (xi-x)2 P2 xi-x (xi-x)2

1 7 -0.5 0.25 7 0.5 0.25

2 7 -0.5 0.25 9 2.5 6.25

3 7 -0.5 0.25 3 -3.5 12.3

4 7 -0.5 0.25 5 -1.5 2.25

5 9 1.5 2.25 9 2.5 6.25

6 7 -0.5 0.25 7 0.5 0.25

7 7 -0.5 0.25 7 0.5 0.25

8 9 1.5 2.25 7 0.5 0.25

9 7 -0.5 0.25 5 -1.5 2.25

10 5 -2.5 6.25 7 0.5 0.25

11 9 1.5 2.25 7 0.5 0.25

12 7 -0.5 0.25 7 0.5 0.25

13 9 1.5 2.25 7 0.5 0.25

14 9 1.5 2.25 7 0.5 0.25

15 9 1.5 2.25 1 -5.5 30.3

16 9 1.5 2.25 7 0.5 0.25

17 7 -0.5 0.25 5 -1.5 2.25

18 7 -0.5 0.25 7 0.5 0.25

19 5 -2.5 6.25 7 0.5 0.25

20 7 -0.5 0.25 9 2.5 6.25

150 total 31 130 total 71

𝑥̅ 7.5 S2 1.55 6.5 S2 3.55

SD 1.24 SD 1.88

Lampiran 7. pengujian paired sample t-test bau

The SAS System 16:14 Thursday, July 29, 2021 2 The TTEST Procedure

Statistics

Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL

Variable BAKSO N Mean Mean Mean Std Dev Std Dev Std Dev Std Err Minimum Maximum Bau P1 20 6.5953 7.5 8.4047 1.4701 1.9331 2.8234 0.4323 3 9 Bau P2 20 6.5393 7.3 8.0607 1.2361 1.6255 2.3741 0.3635 3 9 Bau Diff (1-2) -0.943 0.2 1.3433 1.4595 1.7859 2.3016 0.5648

T-Tests

Variable Method Variances DF t Value Pr > |t|

Bau Pooled Equal 38 0.35 0.7252 Bau Satterthwaite Unequal 36.9 0.35 0.7253

Equality of Variances

Variable Method Num DF Den DF F Value Pr > F

Bau Folded F 19 19 1.41 0.4570

Lampiran 8. perhitungan nilai organoleptik bau

Perhitungan: Nilai organoleptik bau:

𝑃(𝑥̅ − (1,96. 𝑠/√𝑛)) ≤ 𝜇 ≤ (𝑥̅ + (1,96. 𝑠/√𝑛))

𝑃(7,5 − (1,96.1,88/√20)) ≤ 𝜇 ≤ (7,5 + (1,96.1,88/√20)) 𝑃(7,5 − (1,96.1,88/4,47)) ≤ 𝜇 ≤ (7,5 + (1,96.1,88/4,47)) 𝑃(7,5 − 0,421 ≤ 𝜇 ≤ 7,5 + 0,421)

𝑃(7,08 ≤ 𝜇 ≤ 7,92)

Interval nilai organoleptik bau bakso daging kerang kalandue adalah 7,08 – 7,92 dan untuk penulisan nilai akhir bau diambil nilai terkecil adalah 7,08 dan dibulatkan menjadi 7,0. Untuk perhitungan nilai parameter organoleptik yang lain dilakukan seperti diatas.

Panelis P1 xi-x (xi-x)2 P2 xi-x (xi-x)2

1 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

2 9 1.5 2.25 9 1.7 2.89

3 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

4 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

5 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

6 7 -0.5 0.25 3 -4.3 18.49

7 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

8 9 1.5 2.25 9 1.7 2.89

9 9 1.5 2.25 9 1.7 2.89

10 5 -2.5 6.25 9 1.7 2.89

11 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

12 7 -0.5 0.25 5 -2.3 5.29

13 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

14 5 -2.5 6.25 9 1.7 2.89

15 5 -2.5 6.25 9 1.7 2.89

16 7 -0.5 0.25 5 -2.3 5.29

17 3 -4.5 20.25 7 -0.3 0.09

18 5 -2.5 6.25 9 1.7 2.89

19 7 -0.5 0.25 7 -0.3 0.09

20 9 1.5 2.25 7 -0.3 0.09

150 total 71 146 total 50.2

𝑥̅ 7.5 S2 3.55 7.3 S2 2.51

SD 1.88 SD 1.58

Lampiran 9. pengujian paired sample t-test rasa

The SAS System 16:00 Thursday, July 29, 2021 2 The TTEST Procedure

Statistics

Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL

Variable BAKSO N Mean Mean Mean Std Dev Std Dev Std Dev Std Err Minimum Maximum rasa P1 20 7.0317 7.8 8.5683 1.2484 1.6416 2.3976 0.3671 5 9 rasa P2 20 5.4264 6.3 7.1736 1.4195 1.8666 2.7263 0.4174 3 9 rasa Diff (1-2) 0.3748 1.5 2.6252 1.4365 1.7577 2.2653 0.5558

T-Tests

Variable Method Variances DF t Value Pr > |t|

rasa Pooled Equal 38 2.70 0.0103 rasa Satterthwaite Unequal 37.4 2.70 0.0104

Equality of Variances

Variable Method Num DF Den DF F Value Pr > F

rasa Folded F 19 19 1.29 0.5810

Lampiran 10. perhitungan nilai organoleptik rasa

Perhitungan: Nilai organoleptik rasa:

𝑃(𝑥̅ − (1,96. 𝑠/√𝑛)) ≤ 𝜇 ≤ (𝑥̅ + (1,96. 𝑠/√𝑛))

𝑃(7,8 − (1,96.1,60/√20)) ≤ 𝜇 ≤ (7,8 + (1,96.1,60/√20)) 𝑃(7,8 − (1,96.1,60/4,47)) ≤ 𝜇 ≤ (7,8 + (1,96.1,60/4,47)) 𝑃(7,8 − 0,358 ≤ 𝜇 ≤ 7,8 + 0,358)

𝑃(7,44 ≤ 𝜇 ≤ 8,16)

Interval nilai organoleptik rasa bakso daging kerang kalandue adalah 7,44 – 8,16 dan untuk penulisan nilai akhir rasa diambil nilai terkecil adalah 7,44 dan dibulatkan menjadi 7,0. Untuk perhitungan nilai parameter organoleptik yang lain dilakukan seperti diatas.

Panelis P1 xi-x (xi-x)2 P2 xi-x (xi-x)2 1 7 -0.8 0.64 7 0.7 0.49

2 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

3 7 -0.8 0.64 3 -3.3 10.89

4 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

5 9 1.2 1.44 5 -1.3 1.69 6 7 -0.8 0.64 3 -3.3 10.89 7 7 -0.8 0.64 5 -1.3 1.69

8 9 1.2 1.44 9 2.7 7.29

9 9 1.2 1.44 9 2.7 7.29

10 9 1.2 1.44 3 -3.3 10.89

11 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

12 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

13 9 1.2 1.44 5 -1.3 1.69 14 5 -2.8 7.84 7 0.7 0.49

15 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

16 9 1.2 1.44 5 -1.3 1.69 17 5 -2.8 7.84 9 2.7 7.29 18 5 -2.8 7.84 7 0.7 0.49 19 5 -2.8 7.84 7 0.7 0.49

20 9 1.2 1.44 7 0.7 0.49

∑ 156 total 51.2 126 total 66.2 𝑥̅ 7.8 S2 2.56 6.3 S2 3.31

SD 1.60 SD 1.82

Lampiran 11. pengujian paired sample t-test tekstur

The SAS System 15:10 Thursday, July 29, 2021 2 The TTEST Procedure

Statistics

Lower CL Upper CL Lower CL Upper CL

Variable BAKSO N Mean Mean Mean Std Dev Std Dev Std Dev Std Err Minimum Maximum tekstur P1 20 6.9142 7.6 8.2858 1.1144 1.4654 2.1403 0.3277 5 9 tekstur P2 20 6.1894 6.9 7.6106 1.1547 1.5183 2.2176 0.3395 3 9 tekstur Diff (1-2) -0.255 0.7 1.6552 1.2194 1.4921 1.923 0.4718

T-Tests

Variable Method Variances DF t Value Pr > |t|

tekstur Pooled Equal 38 1.48 0.1462 tekstur Satterthwaite Unequal 38 1.48 0.1462

Equality of Variances

Variable Method Num DF Den DF F Value Pr > F

tekstur Folded F 19 19 1.07 0.8787

Lampiran 12. perhitungan nilai organoleptik tekstur

Perhitungan: Nilai organoleptik tekstur:

𝑃(𝑥̅ − (1,96. 𝑠/√𝑛)) ≤ 𝜇 ≤ (𝑥̅ + (1,96. 𝑠/√𝑛))

𝑃(7,6 − (1,96.1,43/√20)) ≤ 𝜇 ≤ (7,6 + (1,96.1,43/√20)) 𝑃(7,6 − (1,96.1,43/4,47)) ≤ 𝜇 ≤ (7,6 + (1,96.1,43/4,47)) 𝑃(7,6 − 0,319 ≤ 𝜇 ≤ 7,6 + 0,319)

𝑃(7,28 ≤ 𝜇 ≤ 7,92)

Interval nilai organoleptik tekstur bakso daging kerang kalandue adalah 7,28 – 7,92 dan untuk penulisan nilai akhir tekstur diambil nilai terkecil adalah 7,28 dan dibulatkan menjadi 7,0. Untuk perhitungan nilai parameter organoleptik yang lain dilakukan seperti diatas.

Panelis P1 xi-x (xi-x)2 P2 xi-x (xi-x)2

1 5 -2.6 6.76 9 2.1 4.41

2 9 1.4 1.96 5 -1.9 3.61

3 9 1.4 1.96 7 0.1 0.01

4 7 -0.6 0.36 5 -1.9 3.61

5 9 1.4 1.96 9 2.1 4.41

6 9 1.4 1.96 7 0.1 0.01

7 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

8 9 1.4 1.96 7 0.1 0.01

9 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

10 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

11 9 1.4 1.96 5 -1.9 3.61

12 7 -0.6 0.36 9 2.1 4.41

13 9 1.4 1.96 7 0.1 0.01

14 5 -2.6 6.76 3 -3.9 15.21

15 5 -2.6 6.76 7 0.1 0.01

16 9 1.4 1.96 7 0.1 0.01

17 9 1.4 1.96 9 2.1 4.41

18 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

19 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

20 7 -0.6 0.36 7 0.1 0.01

152 total 40.8 138 total 43.8

𝑥̅ 7.6 S2 2.04 6.9 S2 2.19

SD 1.43 SD 1.48

Lampiran 13. Perhitungan nilai kadar air

% Kadar air = (B − C)

(B − A)× 100%

Keterangan:

A = Berat Cawan Kosong (gram)

B = Berat Cawan dengan sampel (gram)

C = Berat Cawan + sampel sesudah dikeringkan (gram)

% Kadar air =(21.122 − 19.238)

(21.122 − 18.035)× 100%

% Kadar air =(1.884)

(3.087)× 100%

% Kadar air = 0,610301 × 100%

% Kadar air = 61.0301 %

61.0301% + 61.7657% + 61.6872% = 184.4830%

184.4830% : 3 = 61.4943%

Lampiran 14. Perhitungan nilai kadar abu

% Kadar Abu =(C − A)

(B − A)× 100%

Keterangan :

A : berat cawan kosong (gram)

B : berat cawan + sampel awal (gram) C : berat cawan + sampel kering (gram)

% Kadar Abu =(18.553 − 18.502)

(21.547 − 18.502)× 100%

% Kadar Abu =(0.051)

(3.045)× 100%

% Kadar Abu = 0.016749 × 100%

% Kadar Abu = 1.6749%

Lampiran 15. Perhitungan nilai kadar protein

Kadar Protein % =(VA − VB) × N × 0.014 × 6,25 × 100%

W Keterangan :

VA = ml HCL untuk titrasi sampel VB = ml HCL untuk titrasi blangko N = Normalitas HCL yang digunakan 6,25 = faktor konversi

W = berat sampel (gram)

Kadar Protein % =(2.4 − 0.04) 0.11 × 0.014 × 6,25) × 100%

0.1421

Kadar Protein % =(2.36) 0.11 × 0.014 × 6,25) × 100%

0.1421 Kadar Protein % =2.2715%

0.1421 Kadar Protein % = 15.9852 %

Dalam dokumen SKRIPSI. Muh. Iqbal (Halaman 64-92)

Dokumen terkait