• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Efektivitas sosialisasi merupakan faktor terpenting dalam mencapai tujuan utama dari visi komunitas Wanita Indonesia Bercadar. Ada beberapa saran yang ingin diberikan peneliti, terkait hasil penelitian ini kepada Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB). Tentunya saran ini bertujuan untuk eksistensi WIB agar menjadi lebih baik lagi, diantaranya adalah:

1. Seharusnya WIB membentuk struktur organisasi kepengurusan, agar setiap jobdesk ada yang mengatur dengan baik. Sehingga program kegiatan WIB dapat terlaksana secara lancar.

2. Perlu adanya jaringan yang sangat kuat (donatur) untuk program-program kegiatan, agar proses sosialisasi jilbab bercadar terus berjalan sesuai rencana.

3. Program kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) seperti niqab experiment seharusnya rutin dilaksanakan. Mengingat kegiatan ini sukses dan mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat.

4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melengkapi penelitian mengenai Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dengan berbagai fenomena yang terjadi di masa yang akan datang.

Buku

Birowo, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Jogjakarta : Gintanyali, 2004. Cangara, Hafied, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2013.

David, Fred R., Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.

DeVito, Joseph.A., Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Jakarta: Professional Books, 1997.

Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Ibn.Haj., Mulhandy, Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, Yogyakarta:

Espe Press, 1992.

Irya, Ririn dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’: orang-orang yang terasing,”Malang: Meta Kata, 2014.

Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna ,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, Jakarta: Prenada Media, 2005.

Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrosi, Mengerti Sosiologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Minner, John dan George Stainner, Manajemen Strategi, penerjemah Agus Dharma, Jakarta: Erlangga,1999.

Mohd. Fachruddin, Fuad, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1984.

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas Professional, Jakarta: Randina Prakasa, 2006.

--- Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2013.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta, Rake Sasarin, 2000.

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Oktarini, Popy, “Strategi Komunikasi Majelis Dhuha Nasional dalam Mensosialisasikan Program Majelis Dhuha,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013.

Putra, Dian, “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan Busana Islami,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2011.

Ruslan, Rosadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Suryaningsih, Nany, Strategi Komunikasi Layanan Kesehatan Umat (LKU) dalam Mensosialisasikan Program Wakaf Tunai Ambulance Plus di Masjid An-Nashr Bintaro,” Jakarta : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013.

Syuqqoh, Abdul Halim Abu, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Uchjana Effendy, Onong, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

--- Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003.

Uchjana Effendy, Onong, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Zainal Abidin, Yusuf, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.

Jurnal

Mutiah, “Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar,” Jurnal Penelitian Komunikasi, FISIP Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Vol. 16 No. 1, Juli 2013.

Ratri, Lintang, “Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim,” Jurnal Forum. Vol.39 No.2, 2011.

Sukma Novri, Mutiara, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru,” Jom Fisip,Vol 3 No. 1, 2016.

Tanra, Indra, “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar,” Jurnal Equilibrum, FKIP Unismuh Makassar, Volume II No. 1, Januari 2015.

Media Internet

http://www.habibtyalby.com/2010/02/cadar-dalam-perspektif-ulama.html diakses pada 20 Mei 2016 pukul 15.00.

http://www.wanitaindonesiabercadar.com diakses pada 01 Februari 2016) pukul 16.00 WIB.

http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html diakses pada 22 Mei 2016 pukul 20.00.

Observasi

Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Bilal Al Minkabawy.

Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Ferihana Zaujatu Yoebal.

Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina Aryanti.

Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sani Andiani.

Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Yenny Trisna.

Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Abu Azzam. Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Dwie Sasmita.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama AQuarius Yenni Memmy.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Hermanto Marbun.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 12.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Leily Carman.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Nita Hilma Putri Az-Zahra.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina Aryanti.

Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sara Angelita.

Hasil observasi tanggal 10 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia Bercadar melalui tanggapan FP Wanita Indonesia Bercadar.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni 2016.

Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4 Juni 2016.

Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07 September 2016.

Wawancara Pribadi dengan Likers Facebook FP WIB Novitakiers, Jakarta, 7 Agustus 2016.

Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang hadir saat kopdar yaitu Iyah , Bekasi, 28 Mei 2016.

Wawancara Pribadi dengan Suami Ummu Nida (bagian IT WIB) Dian Hendriyana, Depok, 4 Juni 2016.

Narasumber :

Jabatan :

Hari dan Waktu :

1. Bagaimanakah sejarah awal terbentuknya komunitas wanita Indonesia

bercadar?

2. Apakah ada keikutsertaan suami ummu nida dalam membentuk komunitas

wib ini?

3. Seperti apakah komunitas Wanita Indonesia Bercadar itu?

4. Kenapa diberi nama Wanita Indonesia Bercadar?

5. Apakah tujuan utama dalam mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan?

6. Apakah arti logo komunitas Wanita Indonesia Bercadar ?

7. Bagaimana struktur kepengurusan komunitas Wanita Indonesia Bercadar?

8. Bagaimanakah cara Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar

di seluruh Indonesia?

9. Apa saja Strategi yang dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar

dalam mengajak berdiskusi pertama kali?

10.Apa saja alat komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia

Bercadar dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

11.Apakah wanita bercadar dapat langsung mendekatkan diri dengan

masyarakat?

12.Bagaimanakah jika ada komunikan yang tidak memberikan respon atau

umpan balik?

13.Apakah kegiatan sosialisasi jilbab bercadar ke jalan berjalan hingga saat ini?

14.Apakah WIB bersinergi dengan komunitas lain dalam mensosialisasikan

jilbab bercadar ini?

15.Mengapa komunitas Wanita Indonesia Bercadar lebih memilih menggunakan

sosmed facebook untuk mensosialisasikan jilbab bercadar?

16.Bagaimanakah bentuk sosialisasi cadar melalui facebook?

17.Bagaimana respon ummu nida melihat ada 30.000an likers FP Facebook

Wanita Indonesia Bercadar?

18.Bagaimana WIB menginformasikan sosialisasi jilbab bercadar ini saat terjun

langsung ke jalan? dari segi isi pesannya?

19.Apakah ada hambatan saat melaksanakan sosialisasi jilbab bercadar?

20.Bagaimana proses berjalannya proker menjahit, menulis buku dan public

speaking?

21.Apakah WIB memfasilitasi proker kegiatan tersebut atau gimana umm?

22.Kenapa WIB memiliki kegiatan membuka stand?

23.Seperti apa sifatnya sosialisasi yang dilakukan oleh WIB ke anak-anak kecil?

24.Bagaimanakah reaksi dari anak-anak kecil tersebut?

27.Kelebihan yang didapat oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

28.Apa saja jangkan panjang dan jangka pendek dari WIB?

29.Dimana saja stand bazar WIB dilaksanakan?

30.Seperti apa ta’lim internal dan eksternal yang dilakukan oleh WIB?

31.Apakah para suami anggota WIB ikut andil dalam setiap kegiatan WIB?

Narasumber :

Jabatan :

Hari dan Waktu :

1. Apa tanggapan ukhy saat mengetahui adanya komunitas wib?

2. Darimanakah ukhti mengetahui komunitas WIB ini?

3. Apakah ada group jejaring sosial antara para member/anggota?

4. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisasi cadar?

5. Apakah yang menshare di group jejaring sosial hanya ummu nida saja atau

anggota yang lain juga?

6. Apakah ukhty mengikuti sosialisasi cadar saat di CFD Jakarta?

7. Apa sajakah yang pertama kali dilakukan saat kegiatan sosialisasi itu ukh?

8. Apakah pesan yang disampaikan kepada mereka selalu sama? Walaupun ada

yang bereaksi tidak baik ukh?

9. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisai cadar? Atau

menshare dakwah yang lainnya?

10.Apakah tujuan mensosialisasikan cadar menurut ukhty?

11.Bagaimanakah cara berbicara ukhty saat proses sosialiasi berlangsung?

12.Apakah ada anggota WIB yang belum bercadar?

13.Apakah dengan sosialisasi dan menshare mengenai cadar di group jejaring

sosial WIB ada yang berubah menjadi bercadar?

14.Berapa tahun ukhty bergabung dengan WIB?

15.Apa yang dilakukan WIB sebelum memulai kegiatan sosialisasi yang

membuat masyarakat sekitar menjadi tertarik untuk mendekat?

16.Apakah WIB menggunakan alat pendukung dalam mensosialisasikan jilbab

bercadar ini?

17.Bagaimana keefektifan berkomunikasi secara tatap muka dengan komunikan

dalam mensosiallisasikan kegiatan ini?

Narasumber :

Jabatan :

Hari dan Waktu :

1. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab

bercadar?

2. Apakah program kegiatan yang dibuat oleh WIB merupakan salah satu cara

untuk menarik khalayak?

3. Kenapa salah satu programnya membuka stand Bazar diberbagai acara?

4. Kenapa salah satu program WIB dalam mensosialisasikan cadar melalui

Kegiatan sosial?

5. Apakah ada evaluasi yang dilakukan WIB setelah kegiatan? evaluasinya

seperti apa?

6. Apakah ada Himbauan dari founder WIB kepada para member setiap ada

kegiatan?

7. Apakah kegiatan sosialisasi cadar ini sudah berjalan dengan lancar?

8. Apakah WIB menjadi salah satu faktor ukhty bercadar?

9. Berapa lama ukhty memakai cadar?

10.Apa saja pesan yang disampaikan saat niqab eksperiment?

11.Apa saja metode yang digunakan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab

bercadar?

12.Bagaimana mengkoordinasikan program kegiatan kepada para member WIB?

13.Bagaimana tanggapan yang ukhty rasakan saat sosialisasi langsung dengan

masyarakat?

14.Apakah ada evaluasi dari ukhty untuk WIB?

15.Apa saja faktor pendukung WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

16.Apa yang diharapkan oleh WIB kedepannya?

Narasumber :

Jabatan :

Hari dan Waktu :

1. Sejak kapan anda menjadi likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar?

2. Kenapa anda melikes Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar?

3. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar?

4. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan

membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat?

5. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda

untuk ikutan hadir ?

6. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda?

7. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?

Narasumber :

Jabatan :

Hari dan Waktu :

1. Darimana anda mengetahui komunitas ini?

2. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar?

3. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan

membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat?

4. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda

untuk ikutan hadir lagi?

5. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda?

6. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?

7. Bagaimana tanggapan ibu saat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh

WIB?

8. Apa harapan anda terhadap komunitas Wanita Indonesia Bercadar?

Narasumber 1 (NS 1) : Nida An Khofiya atau Ummu Nida

Jabatan : Founder Wanita Indonesia Bercadar (WIB)

Narasumber 2 (NS 2) : Dian Hendriyana (Suami Ummu Nida)

Jabatan : IT Wanita Indonesia Bercadar (WIB)

Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia

PW : Sejarah awalnya terbentuknya komunitas wanita Indonesia bercadar?

NS 1 :Melatarbelakangi karena saya melihat juga merasakan langsung di tengah

masyarakat bahwasanya diantara banyak sekali teman-teman yang bercadar

ini masih kaku seolah-olah urusan mereka hanya di sumur, kasur dan dapur,

seolah-olah hanya mengerjakan aktifitas itu. Dari dampak itu mereka

menjadi lupa bahwa mereka juga merupakan bagian dari masyarakat itu

sendiri. Akhirnya mereka lupa bersosialisasi dengan tetangganya. Inilah

sebenarnya dari dampak utama mengapa masyarakat menganggap mereka itu

berbeda. Ketika mereka berbeda akhirnya ada media yang berhasil

menggiring opini publik sehingga masyarakat berstigma, bercadar terkait

dengan teroris, orang-orang yang susah bersosialisasi nah ini nampaknya

tampak sinkron. Melihat stigma negatif terhadap wanita bercadar kemudian

kami walaupun dari sisi kebiasaan memang mereka lebih baik menjalankan

aktivitas dirumah karena sebaik-baik tempat untuk wanita itu adalah di

rumah. Karena dalam rangka untuk menghindari fitnah juga wanita-wanita

ini ketika di rumah mereka berpeluang menjadi perhiasan dunia hanya saja

beredar di masyarakat ini bahwasanya kami tidak seperti yang mereka

katakana dan pikirkan. Maka aksi-aksi sosial terkait dengan aktivitas wib ini

kita laksanakan seperti kemarin kalau cadar itu sifatnya untuk melakukan

sosialisasi cadar, bukan pemaksaan untuk mencoba atau memakainya. Jika

melihat di video-video kami ada ibu-ibu yang mencoba memakainya karena

mereka penasaran ingin mencobanya dan saat kami terjun kelapangan

memang tidak sedikit diantara mereka yang merasa takut dan gelisah melihat

wanita bercadar. Maka dari itu, kami memiliki taktik dengan cara para

suami-suami dari wanita bercadar yang menghadapinya. Mereka

memanggilnya atau menghampirinya lalu diajak ngobrol. Ternyata pas

mereka mengetahui wanita cadar itu seperti apa mereka tidak takut. Dan

bahkan lebih cenderung salah satunya Saat kami mengadakan kegiatan

berbagi jilbab, peci dan kerudung di CFD Jakarta mereka justru merasa

seneng terhadap aktivitas kita. Disamping aktivitas kita bermanfaat dengan

berbagi kerudung, mensosialisasikan cadar dan lain-lain. Kemudian ada juga

kita menghafal qur’an di jalanan dengan anak-anak kecil. Nah itu membuat

ibu-ibu merasa senang dan ada yang ingin diadakan acara ini setiap

minggunya walaupun dari sisi kita berat untuk melakukannya karena dari sisi

waktu dan pendanaan dan juga anggota kita semuanya tidak sempat untuk

berkumpul di waktu yang sama.

WIB ini hanya saja kalau faktanya masih saja ada masyarakat yang merasa

takut dengan hal ini saya tidak menyalahkan masyarakat, orang-orang awam

yang tidak mengerti wanita bercadar itu sendiri. Berawal dari ketidak

mengerti dan tidak mengenalnya masyarakat dengan wanita bercadar ini

maka wajar mereka tidak sayang ketika apalagi dibanjiri dengan opini publik

cadar teroris, cadar fanatic terhadap suatu agama, cadar ninja. Suasana

seperti itu sudah sering kita terima. Sehingga ada orang yang berkata seperti

itu kita samperin kita berbicara baik-baik dan diskusi. Dari pihak kita

memakluminya karena mereka masyarakat awam yang belum mengetahui

kita dengan baik. Berupa sebuah kemirisan yang justru dari sisi internal

bukan dari sisi eksternal yaitu masyarakat umum. Internalnya dari wanita

bercadar itu sendiri, maka kita mencoba untuk mensosialisasikan cadar agar

stigma masyarakat juga berkurang terhadap wanita bercadar. Walaupun kami

yakin tidak 100% stigma itu akan berubah. Karena bercadar ini bukan

sesuatu yang aneh dibagian negara-negara bahkan di banyak negara-negara

sekuler pun bukan hal yang aneh hanya saja di Indonesia kenapa terlihat aneh

karena memang masih belum terbiasa dan yang kedua faktor masyarakatnya

yang berpendidikan belum luas karena sangat terbatasnya orang-orang

berpendidikan akhirnya jiwa moderatnya itu untuk menerima perbedaan

belum bisa menerimanya. Maka dari itu, ini merupakan tugas kita. Karena

kita hidup dikota-kota besar maka wanita bercadar tidak mendapat

diskriminasi. Kita sudah moderat dan dikota-kota apalagi ketika mereka

awam. Wanita bercadar saat terkena diskriminasi hanya bisa menangis dan

menangis yang awalnya hanya bisa barangkali menjelekkan dari sudut

pandangnya mereka saja. Akhirnya tidak terjadinya suatu komunikasi yang

utuh. Makanya dari hal tersebut yang ini ngurung diri yang satu menambah

stigma negatif.

Terbukti dengan ini saya dan keluarga tinggal di perkampungan bukan di

komplek-komplek besar tapi Alhamdulillah semua menerima. Semua

tetangga juga kalau mengaji yaaa ke kita. Walaupun mereka tidak bercadar

walaupun mereka tidak berkerudung mereka tetep mau campur dan saya pun

ikut berbaur, maka kembali pada proses wanita bercadar itu sendiri. Mau

diterima atau tidak yang pasti harus ingat mereka atau saya bagian dari

masyarakat yang tidak boleh melupakan masyarakat itu sendiri. Cadar tidak

menghalangi aktivitas dan juga cadar tidak menghalangi prestasi.

Mudah-mudahan tulisan mbak bisa di publish dalam bentuk buku agar wanita yang

bercadar mengerti ternyata tidak berhenti disini dengan bercadar tidak

mengurung diri. Dari sisi mereka yang belum bercadar, bisa memahami dan

tidak berstigma yang tidak-tidak terhadap wanita bercadar ini.

PW Apakah suami mba nida ikut serta dalam membentuk komunitas wib

saja. Karena ummu tidak mengerti telemarketing, membuat fanpage. Itu

semua bidang suami sehingga kami berkolaborasi.

PW WIB itu komunitas yang seperti apa?

NS1 Kita itu baru dari tahun 2014. Dan ada juga komunitas yang pertama kali ada

tahun 2011. Sebelum ada kita dia udah ada terlebih dahulu, tapi kita

menggebrak. Kita membuat sesuatu yang baru. Kalau mereka ini kan terlihat

kaku ke salafi banget. Kita itu moderat. Kita mendukung semua organisasi

tanpa menyudutkan organisasi lain. Bahkan orang-orang menyebut kita salafi

tetapi kita itu islam.

Karena dulu sebelum ada kita, Wanita-wanita yang kaku dan keras itu

banyak. Sampai-sampai saya sendiri berdebat. Akhirnya Alhamdulillah

setelah ada kita, wanita-wanita bercadar menjadi berfikirannya mulai lentur

dan bijak.

Dahulu awal-awal kita berjuang juga ngga gampang. kita dihina, dihujat

abis-abisan. Katanya kok wanita bercadar laya gitu. Tapi Alhamdulillah dulu kita

pernah di unlike 100 unlike saat masih 12.000 likes. Eh ada yang komen, kok

wanita bercadar kaya gitu sih? Kan jadi orang-orang yang baru belajar cadar

berfikiran kok islam kaya gini, kaku sekali. Justru sebelum ada mereka, kita

tuh adem ayem ngga ada yang komentar kaya gitu. Justru para ukhti

berkomentar banyak yang ingin memakai cadar, dan banyak yang kagum

terhadap wanita bercadar. Dulu itu saya terjun mensosialisasikan jilbab

bercadar menggunakan akun saya sendiri.

naungan dari kita. Adminnya bawahan kita. Yaaa sebenernya gapapa karena

semakin banyak seperti WIB kita semakin senang, artinya dakwah kita

semakin meluas.

NS 1 Kalau untuk awal-awal dana yang kita dapat yaa saling donasi kadang dari

kita pribadi.

PW Tujuan utamanya mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan itu apa?

NS 1 Karena saat itu adanya kristenisasi di CFD yang orang-orang berbagi pin

berlambangkan Kristen kepada orang-orang yang sedang berolahraga.

PW Apa arti logo WIB yang berwarna ungu?

NS 2 WIB itu kan terdiri dari bidadari-bidadari yang insyaAllah dimuliakan oleh

Allah SWT. karena mereka juga ingin menjaga dan memuliakan agama Allah

dan maka dari itu, dipilih warna ungu. Hal ini juga dibuat dan

dikonsultasikan oleh MDC (Muslim Designer Community) tadinya logo

tidak secantik hari ini. MDC pun membuatnya sebagai media

mempromosikan diri.

PW Bagaimana struktur kepengurusan WIB ?

NS 1 Sifatnya tidak selayaknya pada umumnya. Kalau dibilang organisasi ya bukan

tetapi kami sebuah komunitas.

PW Bagaimana Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar di

seluruh Indonesia?

melaksanakan program kegiatan WIB?

NS 1 Kalau ada acara, biasanya dari temen-temen yang udah lama dan totalitas

ke WIB lalu kita pilihin jadi ada yang namanya group khusus admin.

Kadang group tidak kondusif karena yang megang saya sendiri. Walaupun

ada admin, yaaa namanya admin ya ada kepentingan yang lainnya juga.

PW : Strategi yang dilakukan pertama kali itu kan dengan cara mengajak

berdiskusi, berbicaranya seperti apa?

NS 2 : Yaa kalo pertama itu kan memang yang kita lakukan adalah pihak laki-laki

yang mengajak diskusi khalayak, kita menunjukkan beberapa foto-foto.

Membawa satu map didalamnya berisi koleksi foto wanita bercadar yang

menginspirasi seperti membuat bola dunia untuk seagames, mereka pilot di

bandara Malaysia, mereka menjahit, pembicara internasional yaitu Mba

Amanda, aktivitas lainnya seperti pendaki gunung, ada juga mantan group

metal yang berhijrah menjadi wanita bercadar, mereka masih bermain music

mungkin hanya sebagai pembuktian saja bukan untuk habbit. Semua gambar

di print kita masukan map dan kita tunjukkan kepada ibu-ibu atau

masyarakat. Dan kita tanyakan kepada mereka apa reaksi ibu melihat

Dokumen terkait