Efektivitas sosialisasi merupakan faktor terpenting dalam mencapai tujuan
utama dari visi komunitas Wanita Indonesia Bercadar. Ada beberapa saran yang
ingin diberikan peneliti, terkait hasil penelitian ini kepada Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB). Tentunya saran ini bertujuan untuk eksistensi WIB
agar menjadi lebih baik lagi, diantaranya adalah:
1. Seharusnya WIB membentuk struktur organisasi kepengurusan, agar
setiap jobdesk ada yang mengatur dengan baik. Sehingga program
kegiatan WIB dapat terlaksana secara lancar.
2. Perlu adanya jaringan yang sangat kuat (donatur) untuk program-program
kegiatan, agar proses sosialisasi jilbab bercadar terus berjalan sesuai
rencana.
3. Program kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) seperti niqab experiment seharusnya rutin dilaksanakan.
Mengingat kegiatan ini sukses dan mendapat respon yang sangat baik dari
masyarakat.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melengkapi penelitian
mengenai Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dengan berbagai
fenomena yang terjadi di masa yang akan datang.
Buku
Birowo, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Jogjakarta : Gintanyali, 2004.
Cangara, Hafied, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2013.
David, Fred R., Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.
DeVito, Joseph.A., Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Jakarta:
Professional Books, 1997.
Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Ibn.Haj., Mulhandy, Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, Yogyakarta:
Espe Press, 1992.
Irya, Ririn dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’: orang-orang
yang terasing,”Malang: Meta Kata, 2014.
Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna ,Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, Jakarta: Prenada
Media, 2005.
Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrosi, Mengerti Sosiologi, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
Minner, John dan George Stainner, Manajemen Strategi, penerjemah Agus
Dharma, Jakarta: Erlangga,1999.
Mohd. Fachruddin, Fuad, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1984.
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas Professional,
Jakarta: Randina Prakasa, 2006.
--- Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, Jakarta :Kencana Prenada
Media Group, 2013.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta, Rake
Sasarin, 2000.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Oktarini, Popy, “Strategi Komunikasi Majelis Dhuha Nasional dalam
Mensosialisasikan Program Majelis Dhuha,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013.
Putra, Dian, “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan
Busana Islami,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN
Jakarta, 2011.
Ruslan, Rosadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Suryaningsih, Nany, Strategi Komunikasi Layanan Kesehatan Umat (LKU) dalam
Mensosialisasikan Program Wakaf Tunai Ambulance Plus di Masjid
An-Nashr Bintaro,” Jakarta : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN
Jakarta, 2013.
Syuqqoh, Abdul Halim Abu, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Uchjana Effendy, Onong, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
--- Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung :
Citra Aditya Bakti, 2003.
Uchjana Effendy, Onong, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Zainal Abidin, Yusuf, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.
Jurnal
Mutiah, “Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar,” Jurnal Penelitian
Komunikasi, FISIP Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Vol. 16 No. 1,
Juli 2013.
Ratri, Lintang, “Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim,” Jurnal Forum.
Vol.39 No.2, 2011.
Sukma Novri, Mutiara, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah
Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan
Tampan Pekanbaru,” Jom Fisip,Vol 3 No. 1, 2016.
Tanra, Indra, “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar,” Jurnal
Equilibrum, FKIP Unismuh Makassar, Volume II No. 1, Januari 2015.
Media Internet
http://www.habibtyalby.com/2010/02/cadar-dalam-perspektif-ulama.html diakses
pada 20 Mei 2016 pukul 15.00.
http://www.wanitaindonesiabercadar.com diakses pada 01 Februari 2016) pukul
16.00 WIB.
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html diakses pada 22
Mei 2016 pukul 20.00.
Observasi
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Bilal Al
Minkabawy.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Ferihana
Zaujatu Yoebal.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina
Aryanti.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sani
Andiani.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Yenny
Trisna.
Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Abu Azzam.
Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Dwie
Sasmita.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama AQuarius
Yenni Memmy.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Hermanto
Marbun.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 12.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Leily
Carman.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Nita Hilma
Putri Az-Zahra.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina
Aryanti.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sara
Angelita.
Hasil observasi tanggal 10 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan FP Wanita Indonesia Bercadar.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni
2016.
Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4
Juni 2016.
Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat,
07 September 2016.
Wawancara Pribadi dengan Likers Facebook FP WIB Novitakiers, Jakarta, 7
Agustus 2016.
Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang hadir saat kopdar yaitu Iyah , Bekasi,
28 Mei 2016.
Wawancara Pribadi dengan Suami Ummu Nida (bagian IT WIB) Dian
Hendriyana, Depok, 4 Juni 2016.
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Bagaimanakah sejarah awal terbentuknya komunitas wanita Indonesia
bercadar?
2. Apakah ada keikutsertaan suami ummu nida dalam membentuk komunitas
wib ini?
3. Seperti apakah komunitas Wanita Indonesia Bercadar itu?
4. Kenapa diberi nama Wanita Indonesia Bercadar?
5. Apakah tujuan utama dalam mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan?
6. Apakah arti logo komunitas Wanita Indonesia Bercadar ?
7. Bagaimana struktur kepengurusan komunitas Wanita Indonesia Bercadar?
8. Bagaimanakah cara Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar
di seluruh Indonesia?
9. Apa saja Strategi yang dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar
dalam mengajak berdiskusi pertama kali?
10.Apa saja alat komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia
Bercadar dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?
11.Apakah wanita bercadar dapat langsung mendekatkan diri dengan
masyarakat?
12.Bagaimanakah jika ada komunikan yang tidak memberikan respon atau
umpan balik?
13.Apakah kegiatan sosialisasi jilbab bercadar ke jalan berjalan hingga saat ini?
14.Apakah WIB bersinergi dengan komunitas lain dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar ini?
15.Mengapa komunitas Wanita Indonesia Bercadar lebih memilih menggunakan
sosmed facebook untuk mensosialisasikan jilbab bercadar?
16.Bagaimanakah bentuk sosialisasi cadar melalui facebook?
17.Bagaimana respon ummu nida melihat ada 30.000an likers FP Facebook
Wanita Indonesia Bercadar?
18.Bagaimana WIB menginformasikan sosialisasi jilbab bercadar ini saat terjun
langsung ke jalan? dari segi isi pesannya?
19.Apakah ada hambatan saat melaksanakan sosialisasi jilbab bercadar?
20.Bagaimana proses berjalannya proker menjahit, menulis buku dan public
speaking?
21.Apakah WIB memfasilitasi proker kegiatan tersebut atau gimana umm?
22.Kenapa WIB memiliki kegiatan membuka stand?
23.Seperti apa sifatnya sosialisasi yang dilakukan oleh WIB ke anak-anak kecil?
24.Bagaimanakah reaksi dari anak-anak kecil tersebut?
27.Kelebihan yang didapat oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?
28.Apa saja jangkan panjang dan jangka pendek dari WIB?
29.Dimana saja stand bazar WIB dilaksanakan?
30.Seperti apa ta’lim internal dan eksternal yang dilakukan oleh WIB?
31.Apakah para suami anggota WIB ikut andil dalam setiap kegiatan WIB?
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Apa tanggapan ukhy saat mengetahui adanya komunitas wib?
2. Darimanakah ukhti mengetahui komunitas WIB ini?
3. Apakah ada group jejaring sosial antara para member/anggota?
4. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisasi cadar?
5. Apakah yang menshare di group jejaring sosial hanya ummu nida saja atau
anggota yang lain juga?
6. Apakah ukhty mengikuti sosialisasi cadar saat di CFD Jakarta?
7. Apa sajakah yang pertama kali dilakukan saat kegiatan sosialisasi itu ukh?
8. Apakah pesan yang disampaikan kepada mereka selalu sama? Walaupun ada
yang bereaksi tidak baik ukh?
9. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisai cadar? Atau
menshare dakwah yang lainnya?
10.Apakah tujuan mensosialisasikan cadar menurut ukhty?
11.Bagaimanakah cara berbicara ukhty saat proses sosialiasi berlangsung?
12.Apakah ada anggota WIB yang belum bercadar?
13.Apakah dengan sosialisasi dan menshare mengenai cadar di group jejaring
sosial WIB ada yang berubah menjadi bercadar?
14.Berapa tahun ukhty bergabung dengan WIB?
15.Apa yang dilakukan WIB sebelum memulai kegiatan sosialisasi yang
membuat masyarakat sekitar menjadi tertarik untuk mendekat?
16.Apakah WIB menggunakan alat pendukung dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar ini?
17.Bagaimana keefektifan berkomunikasi secara tatap muka dengan komunikan
dalam mensosiallisasikan kegiatan ini?
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
2. Apakah program kegiatan yang dibuat oleh WIB merupakan salah satu cara
untuk menarik khalayak?
3. Kenapa salah satu programnya membuka stand Bazar diberbagai acara?
4. Kenapa salah satu program WIB dalam mensosialisasikan cadar melalui
Kegiatan sosial?
5. Apakah ada evaluasi yang dilakukan WIB setelah kegiatan? evaluasinya
seperti apa?
6. Apakah ada Himbauan dari founder WIB kepada para member setiap ada
kegiatan?
7. Apakah kegiatan sosialisasi cadar ini sudah berjalan dengan lancar?
8. Apakah WIB menjadi salah satu faktor ukhty bercadar?
9. Berapa lama ukhty memakai cadar?
10.Apa saja pesan yang disampaikan saat niqab eksperiment?
11.Apa saja metode yang digunakan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
12.Bagaimana mengkoordinasikan program kegiatan kepada para member WIB?
13.Bagaimana tanggapan yang ukhty rasakan saat sosialisasi langsung dengan
masyarakat?
14.Apakah ada evaluasi dari ukhty untuk WIB?
15.Apa saja faktor pendukung WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?
16.Apa yang diharapkan oleh WIB kedepannya?
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Sejak kapan anda menjadi likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar?
2. Kenapa anda melikes Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar?
4. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat?
5. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda
untuk ikutan hadir ?
6. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda?
7. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Darimana anda mengetahui komunitas ini?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar?
3. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat?
4. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda
untuk ikutan hadir lagi?
5. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda?
6. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?
7. Bagaimana tanggapan ibu saat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh
WIB?
8. Apa harapan anda terhadap komunitas Wanita Indonesia Bercadar?
Narasumber 1 (NS 1) : Nida An Khofiya atau Ummu Nida
Jabatan : Founder Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
Narasumber 2 (NS 2) : Dian Hendriyana (Suami Ummu Nida)
Jabatan : IT Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW : Sejarah awalnya terbentuknya komunitas wanita Indonesia bercadar?
NS 1 :Melatarbelakangi karena saya melihat juga merasakan langsung di tengah
masyarakat bahwasanya diantara banyak sekali teman-teman yang bercadar
ini masih kaku seolah-olah urusan mereka hanya di sumur, kasur dan dapur,
seolah-olah hanya mengerjakan aktifitas itu. Dari dampak itu mereka
menjadi lupa bahwa mereka juga merupakan bagian dari masyarakat itu
sendiri. Akhirnya mereka lupa bersosialisasi dengan tetangganya. Inilah
sebenarnya dari dampak utama mengapa masyarakat menganggap mereka itu
berbeda. Ketika mereka berbeda akhirnya ada media yang berhasil
menggiring opini publik sehingga masyarakat berstigma, bercadar terkait
dengan teroris, orang-orang yang susah bersosialisasi nah ini nampaknya
tampak sinkron. Melihat stigma negatif terhadap wanita bercadar kemudian
kami walaupun dari sisi kebiasaan memang mereka lebih baik menjalankan
aktivitas dirumah karena sebaik-baik tempat untuk wanita itu adalah di
rumah. Karena dalam rangka untuk menghindari fitnah juga wanita-wanita
ini ketika di rumah mereka berpeluang menjadi perhiasan dunia hanya saja
beredar di masyarakat ini bahwasanya kami tidak seperti yang mereka
katakana dan pikirkan. Maka aksi-aksi sosial terkait dengan aktivitas wib ini
kita laksanakan seperti kemarin kalau cadar itu sifatnya untuk melakukan
sosialisasi cadar, bukan pemaksaan untuk mencoba atau memakainya. Jika
melihat di video-video kami ada ibu-ibu yang mencoba memakainya karena
mereka penasaran ingin mencobanya dan saat kami terjun kelapangan
memang tidak sedikit diantara mereka yang merasa takut dan gelisah melihat
wanita bercadar. Maka dari itu, kami memiliki taktik dengan cara para
suami-suami dari wanita bercadar yang menghadapinya. Mereka
memanggilnya atau menghampirinya lalu diajak ngobrol. Ternyata pas
mereka mengetahui wanita cadar itu seperti apa mereka tidak takut. Dan
bahkan lebih cenderung salah satunya Saat kami mengadakan kegiatan
berbagi jilbab, peci dan kerudung di CFD Jakarta mereka justru merasa
seneng terhadap aktivitas kita. Disamping aktivitas kita bermanfaat dengan
berbagi kerudung, mensosialisasikan cadar dan lain-lain. Kemudian ada juga
kita menghafal qur’an di jalanan dengan anak-anak kecil. Nah itu membuat
ibu-ibu merasa senang dan ada yang ingin diadakan acara ini setiap
minggunya walaupun dari sisi kita berat untuk melakukannya karena dari sisi
waktu dan pendanaan dan juga anggota kita semuanya tidak sempat untuk
berkumpul di waktu yang sama.
WIB ini hanya saja kalau faktanya masih saja ada masyarakat yang merasa
takut dengan hal ini saya tidak menyalahkan masyarakat, orang-orang awam
yang tidak mengerti wanita bercadar itu sendiri. Berawal dari ketidak
mengerti dan tidak mengenalnya masyarakat dengan wanita bercadar ini
maka wajar mereka tidak sayang ketika apalagi dibanjiri dengan opini publik
cadar teroris, cadar fanatic terhadap suatu agama, cadar ninja. Suasana
seperti itu sudah sering kita terima. Sehingga ada orang yang berkata seperti
itu kita samperin kita berbicara baik-baik dan diskusi. Dari pihak kita
memakluminya karena mereka masyarakat awam yang belum mengetahui
kita dengan baik. Berupa sebuah kemirisan yang justru dari sisi internal
bukan dari sisi eksternal yaitu masyarakat umum. Internalnya dari wanita
bercadar itu sendiri, maka kita mencoba untuk mensosialisasikan cadar agar
stigma masyarakat juga berkurang terhadap wanita bercadar. Walaupun kami
yakin tidak 100% stigma itu akan berubah. Karena bercadar ini bukan
sesuatu yang aneh dibagian negara-negara bahkan di banyak negara-negara
sekuler pun bukan hal yang aneh hanya saja di Indonesia kenapa terlihat aneh
karena memang masih belum terbiasa dan yang kedua faktor masyarakatnya
yang berpendidikan belum luas karena sangat terbatasnya orang-orang
berpendidikan akhirnya jiwa moderatnya itu untuk menerima perbedaan
belum bisa menerimanya. Maka dari itu, ini merupakan tugas kita. Karena
kita hidup dikota-kota besar maka wanita bercadar tidak mendapat
diskriminasi. Kita sudah moderat dan dikota-kota apalagi ketika mereka
awam. Wanita bercadar saat terkena diskriminasi hanya bisa menangis dan
menangis yang awalnya hanya bisa barangkali menjelekkan dari sudut
pandangnya mereka saja. Akhirnya tidak terjadinya suatu komunikasi yang
utuh. Makanya dari hal tersebut yang ini ngurung diri yang satu menambah
stigma negatif.
Terbukti dengan ini saya dan keluarga tinggal di perkampungan bukan di
komplek-komplek besar tapi Alhamdulillah semua menerima. Semua
tetangga juga kalau mengaji yaaa ke kita. Walaupun mereka tidak bercadar
walaupun mereka tidak berkerudung mereka tetep mau campur dan saya pun
ikut berbaur, maka kembali pada proses wanita bercadar itu sendiri. Mau
diterima atau tidak yang pasti harus ingat mereka atau saya bagian dari
masyarakat yang tidak boleh melupakan masyarakat itu sendiri. Cadar tidak
menghalangi aktivitas dan juga cadar tidak menghalangi prestasi.
Mudah-mudahan tulisan mbak bisa di publish dalam bentuk buku agar wanita yang
bercadar mengerti ternyata tidak berhenti disini dengan bercadar tidak
mengurung diri. Dari sisi mereka yang belum bercadar, bisa memahami dan
tidak berstigma yang tidak-tidak terhadap wanita bercadar ini.
PW Apakah suami mba nida ikut serta dalam membentuk komunitas wib
saja. Karena ummu tidak mengerti telemarketing, membuat fanpage. Itu
semua bidang suami sehingga kami berkolaborasi.
PW WIB itu komunitas yang seperti apa?
NS1 Kita itu baru dari tahun 2014. Dan ada juga komunitas yang pertama kali ada
tahun 2011. Sebelum ada kita dia udah ada terlebih dahulu, tapi kita
menggebrak. Kita membuat sesuatu yang baru. Kalau mereka ini kan terlihat
kaku ke salafi banget. Kita itu moderat. Kita mendukung semua organisasi
tanpa menyudutkan organisasi lain. Bahkan orang-orang menyebut kita salafi
tetapi kita itu islam.
Karena dulu sebelum ada kita, Wanita-wanita yang kaku dan keras itu
banyak. Sampai-sampai saya sendiri berdebat. Akhirnya Alhamdulillah
setelah ada kita, wanita-wanita bercadar menjadi berfikirannya mulai lentur
dan bijak.
Dahulu awal-awal kita berjuang juga ngga gampang. kita dihina, dihujat
abis-abisan. Katanya kok wanita bercadar laya gitu. Tapi Alhamdulillah dulu kita
pernah di unlike 100 unlike saat masih 12.000 likes. Eh ada yang komen, kok
wanita bercadar kaya gitu sih? Kan jadi orang-orang yang baru belajar cadar
berfikiran kok islam kaya gini, kaku sekali. Justru sebelum ada mereka, kita
tuh adem ayem ngga ada yang komentar kaya gitu. Justru para ukhti
berkomentar banyak yang ingin memakai cadar, dan banyak yang kagum
terhadap wanita bercadar. Dulu itu saya terjun mensosialisasikan jilbab
bercadar menggunakan akun saya sendiri.
naungan dari kita. Adminnya bawahan kita. Yaaa sebenernya gapapa karena
semakin banyak seperti WIB kita semakin senang, artinya dakwah kita
semakin meluas.
NS 1 Kalau untuk awal-awal dana yang kita dapat yaa saling donasi kadang dari
kita pribadi.
PW Tujuan utamanya mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan itu apa?
NS 1 Karena saat itu adanya kristenisasi di CFD yang orang-orang berbagi pin
berlambangkan Kristen kepada orang-orang yang sedang berolahraga.
PW Apa arti logo WIB yang berwarna ungu?
NS 2 WIB itu kan terdiri dari bidadari-bidadari yang insyaAllah dimuliakan oleh
Allah SWT. karena mereka juga ingin menjaga dan memuliakan agama Allah
dan maka dari itu, dipilih warna ungu. Hal ini juga dibuat dan
dikonsultasikan oleh MDC (Muslim Designer Community) tadinya logo
tidak secantik hari ini. MDC pun membuatnya sebagai media
mempromosikan diri.
PW Bagaimana struktur kepengurusan WIB ?
NS 1 Sifatnya tidak selayaknya pada umumnya. Kalau dibilang organisasi ya bukan
tetapi kami sebuah komunitas.
PW Bagaimana Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar di
seluruh Indonesia?
melaksanakan program kegiatan WIB?
NS 1 Kalau ada acara, biasanya dari temen-temen yang udah lama dan totalitas
ke WIB lalu kita pilihin jadi ada yang namanya group khusus admin.
Kadang group tidak kondusif karena yang megang saya sendiri. Walaupun
ada admin, yaaa namanya admin ya ada kepentingan yang lainnya juga.
PW : Strategi yang dilakukan pertama kali itu kan dengan cara mengajak
berdiskusi, berbicaranya seperti apa?
NS 2 : Yaa kalo pertama itu kan memang yang kita lakukan adalah pihak laki-laki
yang mengajak diskusi khalayak, kita menunjukkan beberapa foto-foto.
Membawa satu map didalamnya berisi koleksi foto wanita bercadar yang
menginspirasi seperti membuat bola dunia untuk seagames, mereka pilot di
bandara Malaysia, mereka menjahit, pembicara internasional yaitu Mba
Amanda, aktivitas lainnya seperti pendaki gunung, ada juga mantan group
metal yang berhijrah menjadi wanita bercadar, mereka masih bermain music
mungkin hanya sebagai pembuktian saja bukan untuk habbit. Semua gambar
di print kita masukan map dan kita tunjukkan kepada ibu-ibu atau
masyarakat. Dan kita tanyakan kepada mereka apa reaksi ibu melihat